Serba-Serbi Kerja di Rumah
Serba-serbi Kerja di Rumah Bebas macet, bebas politik kantor dan tak ada bos usil yang bolak-balik mendatangi meja Anda.
Nilai plus lain, Anda bisa bekerja dengan pakaian tidur Anda. Memang hal-hal itulah yang menjadi daya tarik bekerja di rumah. Bahkan di Inggris, 3,5 juta orang (seperdelapan dari jumlah angkatan kerja) melakukannya, dan jumlah itu meningkat sekitar 650.000 orang sejak 1997.
Judy Heminsley, penulis Work from Home, menyatakan bahwa dia mencintai kebebasan dan fleksibilitas bekerja di rumah. “Saya bisa merencanakan hari saya sendiri dan mengkombinasikan pekerjaan 'kantor' dengan rumah tangga. Saya bisa bekerja sejak pagi, atau bahkan berleha-leha seharian.”
Phil Plaxton, chief executive Work Wise di Inggris, percaya bahwa dalam waktu lima tahun ke depan, setengah dari angkatan kerja di negara itu akan bekerja penuh di rumah, atau paling tidak paruh waktu. Menurutnya, perusahaan-perusahaan kini menyadari keuntungan memiliki pegawai yang bekerja di rumah masing-masing. “Perusahaan bisa melakukan banyak penghematan biaya, seperti listrik, sewa ruang kantor, parkir pegawai.” Krisis ekonomi yang melanda dunia juga membuat banyak orang menggunakan uang pesangon mereka sebagai modal usaha di rumah.
Namun perlu diingat, konsep bekerja di rumah belum tentu cocok untuk semua orang. Sebagai wartawan lepas, saya telah bekerja di rumah selama setengah dekade. Meski saya merasa baik-baik saja, tetapi harus diakui, saya merasa resah dan kesepian di rumah. Untung, saya memiliki keluarga yang bisa memeriahkan rumah di sore hari. Kalau tidak, mungkin saya bisa hampir gila, seperti teman saya yang tak sanggup bekerja dalam kesendirian di rumah.
Menghadapi rasa terisolasi itu memang merupakan tantangan terbesar. Reaksi Anda terhadap persoalan itu tergantung dengan kepribadian Anda.
“Bila Anda termasuk ekstrovert, maka Anda butuh pekerjaan yang memiliki banyak jejaring,” papar Judy. “Anda bisa berhasil bekerja di rumah, bila Anda adalah tipe orang yang tenang dan hanya butuh diri sendiri, walau Anda tetap masih harus punya jejaring.”
Dengan bekerja di rumah, Anda harus sadar bahwa Anda tak lagi memiliki uang pensiun, tunjangan kesehatan dan cuti yang dibayar kantor. Namun Anda bisa mengalokasikan beberapa pengeluaran, seperti biaya listrik, air atau transportasi, ke dalam laporan keuangan kantor Anda, yang nanti bisa mempengaruhi besar atau kecilnya pajak kantor Anda. Untuk mengurus hal itu, Anda mungkin membutuhkan jasa akuntan. Yang perlu diingat, tegas Judy, jangan menambah masalah Anda sendiri.
“Bagi orang yang bekerja di rumah, terlebih yang membuka bisnis, kerap memberi beban berlebih bagi diri mereka sendiri. Sekali-sekali, Anda perlu memberikan 'cuti' bagi diri sendiri, lho.” (Harvey Jones)
Nilai plus lain, Anda bisa bekerja dengan pakaian tidur Anda. Memang hal-hal itulah yang menjadi daya tarik bekerja di rumah. Bahkan di Inggris, 3,5 juta orang (seperdelapan dari jumlah angkatan kerja) melakukannya, dan jumlah itu meningkat sekitar 650.000 orang sejak 1997.
Judy Heminsley, penulis Work from Home, menyatakan bahwa dia mencintai kebebasan dan fleksibilitas bekerja di rumah. “Saya bisa merencanakan hari saya sendiri dan mengkombinasikan pekerjaan 'kantor' dengan rumah tangga. Saya bisa bekerja sejak pagi, atau bahkan berleha-leha seharian.”
Phil Plaxton, chief executive Work Wise di Inggris, percaya bahwa dalam waktu lima tahun ke depan, setengah dari angkatan kerja di negara itu akan bekerja penuh di rumah, atau paling tidak paruh waktu. Menurutnya, perusahaan-perusahaan kini menyadari keuntungan memiliki pegawai yang bekerja di rumah masing-masing. “Perusahaan bisa melakukan banyak penghematan biaya, seperti listrik, sewa ruang kantor, parkir pegawai.” Krisis ekonomi yang melanda dunia juga membuat banyak orang menggunakan uang pesangon mereka sebagai modal usaha di rumah.
Namun perlu diingat, konsep bekerja di rumah belum tentu cocok untuk semua orang. Sebagai wartawan lepas, saya telah bekerja di rumah selama setengah dekade. Meski saya merasa baik-baik saja, tetapi harus diakui, saya merasa resah dan kesepian di rumah. Untung, saya memiliki keluarga yang bisa memeriahkan rumah di sore hari. Kalau tidak, mungkin saya bisa hampir gila, seperti teman saya yang tak sanggup bekerja dalam kesendirian di rumah.
Menghadapi rasa terisolasi itu memang merupakan tantangan terbesar. Reaksi Anda terhadap persoalan itu tergantung dengan kepribadian Anda.
“Bila Anda termasuk ekstrovert, maka Anda butuh pekerjaan yang memiliki banyak jejaring,” papar Judy. “Anda bisa berhasil bekerja di rumah, bila Anda adalah tipe orang yang tenang dan hanya butuh diri sendiri, walau Anda tetap masih harus punya jejaring.”
Dengan bekerja di rumah, Anda harus sadar bahwa Anda tak lagi memiliki uang pensiun, tunjangan kesehatan dan cuti yang dibayar kantor. Namun Anda bisa mengalokasikan beberapa pengeluaran, seperti biaya listrik, air atau transportasi, ke dalam laporan keuangan kantor Anda, yang nanti bisa mempengaruhi besar atau kecilnya pajak kantor Anda. Untuk mengurus hal itu, Anda mungkin membutuhkan jasa akuntan. Yang perlu diingat, tegas Judy, jangan menambah masalah Anda sendiri.
“Bagi orang yang bekerja di rumah, terlebih yang membuka bisnis, kerap memberi beban berlebih bagi diri mereka sendiri. Sekali-sekali, Anda perlu memberikan 'cuti' bagi diri sendiri, lho.” (Harvey Jones)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar