link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Minggu, 19 Februari 2012

Perubahaan perilaku

Bertambahnya harta kekayaan memang sering mengundang munculnya perubahaan perilaku.
Sulit menjaga perilaku yang baik dan benar ketika harta kekayaan bertambah.
be well,
Dwika

Perubahan Perilaku Orang Tua Ketika Anaknya Sukses

**putra-putri-indonesia.comHarta Kekayaan Bisa Memicu Perubahan Perilaku
Orang tua umumnya bangga melihat anaknya berhasil apalagi kalau keberhasilan itu disertai dengan bertambahnya harta kekayaan. Orang tua bisa jadi bahan cerita di desa, lingkungan keluarga atau komunitas. Namun, keberhasilan anak bisa menimbulkan perubahan sikap pada orang tua.
Itulah yang terjadi pada orang tua bernama Riko (bukan nama sebenarnya). Riko mempunyai anak yang berhasil. Selain mendapat pendidikan tinggi, anaknya mendapat pekerjaan yang bagus. Bukan hanya bagus, tetapi penghasilannya puluhan juta rupiah tiap bulan.

Pelan-pelan anaknya bisa menumpuk harta. Ia menabung, menyimpan uang dalam bentuk deposito, membeli rumah dan properti seharga ratusan juta dan miliaran rupiah. Sebagai orang tua, Riko pun menjadi bahan pembicaraan dalam masyarakatnya karena keberhasilan anaknya.
Namun, keberhasilan anaknya mengundang perubahan perilaku pada diri Riko. Tadinya susah mendapatkan uang, sekarang mudah. Anaknya memang menyetor uang melebihi kebutuhannya setiap bulan. Namun, uang kiriman anaknya ternyata belum memuaskan keinginan hati Riko. Permintaan lain pun mulai mengalir. Riko misalnya meminta anaknya membangun rumah seharga ratusan juta rupiah. Dasar punya sikap hormat pada orang tua, anaknya pun membangun rumah Riko. Pada hal untuk ukuran di komunitasnya, rumah demikian tidaklah diperlukan. Itu bisa menimbulkan kecumburuan sosial karena dibangun di tengah-tengah kompleks perumahan yang harga rumah rata-rata hanya belasan sampai puluhan juta rupiah.
Perubahan perilaku Riko tidak berhenti di situ saja. Setelah rumah dibangun, ia juga meminta agar dibelikan mobil, diajak jalan-jalan ke tempat wisata yang bagus, dibelikan laptop dan handphone model terbaru.
Untunglah anaknya bukan sosok yang sombong, tapi rendah hati. Anaknya memang kesal melihat perilaku orang tuanya. Sering ia sulit menolak permintaan orang tuanya apalagi kalau permintaan itu masih mungkin diberikan, tetapi sebagai anak- ia tidak mau melawan orang tua. Ia menghormati orang tua. Namun, isteri anaknya pusing tujuh keliling menghadapi mertua yang minta ini dan itu tanpa memahami kondisi keluarga anaknya.
Bertambahnya harta kekayaan memang sering mengundang munculnya perubahaan perilaku. Sulit menjaga perilaku yang baik dan benar ketika harta kekayaan bertambah. Lebih mudah orang berjalan di atas kawat jemuran dari pada menjaga integritas ketika harta kekayaan semakin bertambah.

Dukungan dari keluarga

Perubahan perkembangan yang terjadi pada remaja, sering mengakibatkan remaja mengalami keadaan tertekan (stress).
Komunikasi yang efektif dan harmonis, sehingga dapat membantu proses perkembangan pribadinya menuju kedewasaan. Kemampuan remaja mengatasi berbagai problem, sehingga tidak stres sangat ditentukan oleh seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang tuanya.
Makin besar dukungan yang diperoleh remaja dalam mengatasi berbagai problemnya, makin rendah kemungkinannya remaja mengalami stres sehingga terhindar dari gangguan dalam perilakunya.
be well,
Dwika



Kiat sukses berkomunikasi dengan remaja
by: Sofia Retnowati

 
Permasalahan remaja.
Banyak orang tua yang mengeluh,  mengalami kesulitan berkomunikasi dengan anak remajanya, mengapa ? Padahal sebelumnya, semuanya lancar-lancar saja. Tetapi begitu anak menginjak usia remaja,   konflik, “breng”  atau ketidak cocokan sering muncul diantara anak remaja  dan orang tua. Orang tua tidak habis pikir, mengapa hal ini bisa terjadi, siapa yang salah ?.
Mengapa perilaku remaja menjadi menyulitkan?. Masa remaja adalah masa transisi atau periode dalam kehidupan manusia yang mengalami beberapa perubahan yang terjadi secara bersamaan. Ketidak mampuan remaja mengatasi kondisi menekan karena perubahan tersebut, sering mengakibatkan munculnya gangguan dalam perilakunya. Perubahan yang terjadi pada anak remaja, mencakup perubahan: fisik, kognitif, sosial, dan emosional.
Perubahan fisik terjadi sebagai akibat masaknya hormon testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Remaja perempuan ditandai dengan menstruasi pertama kalinya (menarche) dan remaja laki-laki dengan mimpi basah (pollutio)   Kemasakan hormon ini berpengaruh pada kematangan organ-organ reproduksi dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder.
Perkembangan kognisi remaja mencapai tahap formal operational yang memungkinkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu mengambil keputusan untuk dirinya.
Perkembangan sosial, ditunjukkan adanya keinginan yang kuat pada remaja untuk melepaskan diri dari ikatan dengan keluarga dan lebih melibatkan diri dengan teman sebayanya. Hal ini dilakukan remaja dalam usahanya untuk menemukan identitas dirinya, mendapatkan peran sosial  sebagai pribadi dewasa yang mandiri.
Perkembangan emosi, ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang terjadi  pada remaja.
Dari sedikit uraian diatas dapat dipahami bahwa perubahan perkembangan yang terjadi pada remaja, sering mengakibatkan remaja mengalami keadaan tertekan (stress). Kemampuan remaja mengatasi berbagai problem, sehingga tidak stres sangat ditentukan oleh seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang tuanya. Makin besar dukungan yang diperoelh remaja dalam mengatasi berbagai problemnya, makin rendah kemungkinannya remaja mengalami stres sehingga terhindar dari gangguan dalam perilakunya. Komunikasi yang bagaimanakah dengan remaja, agar bisa efektif dan harmonis, sehingga dapat membantu proses perkembangan pribadinya menuju kedewasaan.

Komunikasi dengan remaja

          Komunikasi, baik verbal maupun nonverbal pada dasarnya merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses pendidikan anak, juga merupakan sumber-sumber rangsangan untuk membentuk kepribadian anak. Apabila komunikasi antara orang tua dan anak dapat berlangsung dengan baik, maka masing-masing pihak dapat saling memberi dan menerima informasi, perasaan dan pendapat sehingga dapat diketahui apa yang diinginkan, dan konflikpun dapat dihindari. Keterbukaan melalui komunikasi ini akan menumbuh kembangkan bahwa anak  dapat diterima dan dihargai sebagai manusia. Sebaliknya bila tidak ada komunikasi yang baik maka besar kemungkinan kondisi kesehatan mentalnya mengalami hambatan. Dari penelitian diperoleh bukti adanya kecenderungan psikopatologi pada anak, disebabkan karena adanya hambatan dalam proses komunikasi antara anak orang tua, terutama ibunya.
          Dalam proses perkembangan kepribadian anak, orang tua juga berperan sebagai pendidik yaitu bertugas untuk menanamkan nilai-nilai moral dan kehidupan yang akan menjadi landasan yang kuat bagi bagi tumbuhnya jiwa dan pribadi anak. Keluarga merupakan wahana bagi anak untuk menimba berbagai ilmu pengetahuan. Melalui pola asuh orang tua anak mengenal nilai-nilai moral, mengenal tindakan yang baik dan yang buruk sebelum ia mengembangkan interaksi sosial di luar lingkungan keluarganya. Keberhasilan orang tua dalam mengembangkan nilai-nilai moral bukan disebabkan karena otoritasnya tetapi lebih pada bagaimana mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektualnya.     Kenyataannya banyak orang tua yang kurang dapat berkomunikasi dengan anaknya, terutama dengan remaja. Mengapa ?. Banyak orang tua kurang menyadari bahwa respon (verbal maupun nonverbal) dalam menanggapi anaknya, menyebabkan hambatan dalam berkomunikasi.
Respon yang sering diutarakan orang tua pada anaknya yang menyebabkan terputusnya komunikasi, antara lain adalah: memerintah; mengancam-memperingatkan; mendesak-memberi kotbah; menasehati-menyelesaikan masalah; memberi kuliah-mengajari; menilai-mengkritik-tidak setuju-menyalahkan; mencemooh-membuat malu; menyelidiki-mengusut; menghindar-mengalihkan perhatian-menertawakan; dan memuji-menyetujui;
Ungkapan-ungkapan tersebut diatas membuat anak: menghentikan pembicaraaan; mempertahankan diri; menyerang-berdebat; merasa rendah diri; benci dan marah; merasa bersalah; merasa diperlakukan seperti anak kecil; merasa tidak dimengerti; merasa perasaan-perasaannya tidak dibenarkan;  merasa sedang diinterogasi. Rasanya semua kriteria tersebut sering dilakukan orang tua dalam otoritasnya sebagai orang yang harus dipatuhi.
Bagaimanakah sebaiknya ? Agar komunikasi dengan anak tidak terputus perlu kiranya orang tua memahami cara berkomunikasi yang efektif, antara lain:
1.     Membuka pintu, yaitu ungkapan orang tua yang memungkinkan anak untuk membicarakan lebih banyak, mendorong anak untuk mendekat dan mencurahkan isi hatinya. Dan yang penting menumbuhkan pada anak rasa diterima dan dihargai. Beberapa pernyataan yang bersifat membuka antara lain: “Saya mengerti.. “ Ya..hm.. “Oh ya..” Coba ceritakan lebih banyak..”ibu koq tertarik ya..”Kelihatannya kamu seneng ya..
2.     Mendengar Aktif, kemampuan orang tua untuk menguraikan perasaan anak dengan tepat, jadi orang tua mengerti perasaan anak, yang dikirim anak lewat bahasa verbal maupun nonverbalnya. Keuntungan dari mendengar aktif, anatara lain: mendorong terjadinya katarasis; menolong anak tidak takut terhadap perasaan (positif-negatif); mengembangkan hubungan yang  sangat dengan orang tua; memudahkan anak memecahkan masalahnya; meningkatkan kemampuan anak untuk mendengar pendapat orang tua; meningkatkan tanggung jawab anak
3.     Komunikasi dengan empatik, prinsip Komunikasi Empatik: “Berusaha mengerti lebih dahulu, baru dimengerti” . Dalam mendengarkan empatik, kita sebagai orang tua berusaha masuk ke dalam kerangka pikiran, perasaan anak remaja kita. Kita sebagai orang tua, tidak hanya mendengar dengan telinga, tapi dengan mata dan hati. Hati kita merasakan, memahami, menyelami dan berintuisi dengan permasalahan yang sedang dialami oleh anak remaja kita. Mata kita mengamati pesan-pesan nonverbal yang diekspresikan oleh anak kita. Kita menggunakan otak kanan sekaligus otak kiri. Mendengar Empatik adalah mendengar untuk mengerti  baik secara emosional sekaligus intelektual, bukan dengan maksud untuk menjawab, mengendalikan atau memanipulasi orang lain.
Memang tidak mudah untuk dapat menjalin komunikasi yang positif dengan anak remaja kita yang sedang mengalami berbagai gejolak dalam dirinya. Tetapi tidak berarti tidak bisa. Pemahaman dan pengertian kita sebagai orang tua atas kesulitan-kesulitan yang sedang dialami anak remaja kita, merupakan hal sangat penting. Anak remaja kita membutuhkan pengertian dari orangtuanya bahwa ia sedang mengalami proses perubahan.Sikap ini akan mendukung terjalinnya komunikasi yang positif dengan anak remaja kita.
 

Perilaku Anak

Perilaku dan karakter adalah hal yang sangat penting dalam diri seseorang , saya percaya jika ia memiliki karakter yang baik dalam hidupnya ia akan tetap dapat melengkung dengan indah , dan tidak menjadi mudah patah, kesulitan ataupun kejatuhan tidak membuat ia lari ketakutan tapi…menjadi batu loncatan untuk bisa menjadi better person.
be well,
Dwika




Keiko…putri kecilku, sejak masih diperut, luar biasa aktifnya.Ketika dia lahir juga tidak seperti bayi lain, yang sangat manis tertidur, dia terlalu aktif, sampai saya terkadang bertanya, apakah ada yang salah dengan anak saya? Tapi menurut pemantauan dokter anak, dia terlihat sehat dan baik baik saja ( terima kasih Tuhan ). Baiklah jika kondisi fisik nya baik, berarti…ada sedikit PR buat saya, untuk bisa mengerti karakter anak saya, walaupun saya tahu, masa anak anak = perubahan, saya tetap, gelisah melihat bagaimana ngototnya , lasaknya, serta tenaganya yang besar , sampai terkadang, Keiko, terlihat sedikit kasar, dalam memperlakukan apa apa yang ada di dalam tangannya.
Hampir setiap hari, rumah kami tak pernah sepi dari jeritannya, saya bersyukur jika jeritan yang dia keluarkan adalah jeritan karena gemas, ataupun karena gembira, tapi jeritan Keiko, acap kali  ada lah jeritan marah, frustasi dan kekesalan, yang selalu dipakainya untuk dia bisa dapat memenuhi keinginannya, dan sering kali juga saya lepas kendali, untuk balik berteriak kepadanya . Beberapa minggu ini bisa dibilang, adalah minggu terberat saya. Bukan hanya lelah secara fisik, tapi lebih kepada lelah pada perasaan saya, karena saya terkadang tidak tahu lagi harus berbuat apa. Saya mengamini, tentang sikap dan sifat anak anak yang memang terkadang sangat demanding ataupun reaktif yang terkenal dengan istilah tantrum, dan saya setuju jika tidak akan selamanya Keiko seperti ini, istilah Papanya ini adalah masanya dia sedang sulit, karena banyak perubahan disekelilingnya, dan di dalam dirinya , sementara bagi orang dewasa juga kalau menghadapi perubahan belum tentu lancar seratus persen.Ya..saya setuju akan hal itu, tapi terkadang jika saya sedang sendirian dirumah , dan Keiko, sedang bertingkah, saya seperti hendak kabur saja…, yang paling membuat saya sering marah adalah kalau dia mulai menggeret geret kursi meja makan kami ( yang terbuat dari kayu, yang relative berat), ke lemari dapur, atau pun rak piring, dia senang sekali mengambil barang barang yang memang dilarang, yang nota bene memang berbahaya, dan kalau tidak diberikan dia akan menangis dan menjerit jerit.Acap kali untuk menghentikan tangisannya, saya langsung memberikan apa yang dia mau, dan kemudian dia langsung diam, dan tersenyum… Rasanya , saya mau menghantam kepala saya sendiri ketembok, supaya saya bisa pingsan sesaat, supaya saya bisa terbebas dari rasa frustasi yang luar biasa, buat sekejap saja….makanya saya berharap weekend cepat datang supaya tiba bala bantuan dari Papanya, atau kunjungan dari mama saya, sehingga saya bisa sedikit bernafas. Saya mencoba untuk bertahan pada nasehat orang orang…bahwa, itu akan segera berlalu…tapi saya membatin, kapan?
Saya perhatikan Keiko suka sekali bereksperimen, mainan anak anak tidak terlalu berpengaruh sama dia, justru dia mencari sesuatu yang bukan mainan, untuk dijadikan mainan. Celakanya barang yang paling berbahaya, paling dia suka…, seperti barang pecah belah, blender, parutan kelapa, gunting, pisau, bahkan dia hapal, dimana barang barang itu  diletakkan, padahal kami telah menaruhnya dilemari tersembunyi. Kalau dia hanya tertarik pada panci panci, sendok dan garpu, mungkin jeritan ataupun larangan dari saya  jarang  terdengar.Disatu sisi saya senang, anak saya pandai sekali dalam bereksplorasi dan bereksperimen, namun disatu sisi, saya seperti budak ataupun seorang pemarah yang tiap hari harus mengikuti kemauannya, walaupun itu berbahaya.Bahkan putri, kecil saya tahu bahwa itu berbahaya…dia , selalu bilang…minta gunting mama, gunting tajam….keiko darah, sakit, mama kasih obat. Keiko sejak sangat kecil, sudah pintar berkata kata dan mendeskripsikan sesuatu dengan cermat, dia tahu apa itu sakit, karena tiap kali dia sakit, entah itu jatuh ataupun sakit penyakit, mamanya akan selalu siap dengan obat. Putri kecilku memang pandai. Namun saya membatin terus dalam hati, bagaimana caranya agar dia tetap bereksplorasi, namun dengan batasan yang wajar, dan mudah dialihkan jika dia mulai merengek pada suatu benda yang berbahaya.Dan bisa lebih tenang dalam bersikap. Saya yakin serta percaya, bukan hanya pendidikan formal ataupun akademis yang baik dan  anak dengan prestasi tinggi, yang menentukan seorang anak itu dapat sukses kelak dalam hidupnya , namun juga sikap dan karakternya. Untuk itu lah saya berusaha untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Rasanya agak sulit, untuk tetap tenang dan menunggu jam berdetik, sambil berharap ada perubahan dalam diri anak saya, saya harus melakukan sesuatu, dan berusaha serta belajar untuk meletakkan dasar dasar perkembangan karakter anak saya . Lebih dari apapun saya juga harus tetap dengar dengaran orang lain, bahwa masa anak anak = masa perubahan , jadi…memang nanti ada saat nya dia akan berubah,tapi saya juga sadar bahwa ketika anak anak telah beranjak dewasa, saya pun akan dikejutkan oleh banyaknya perubahan sikap dalam dirinya lagi….yang dikarenakan pengaruh lingkungan, dan juga kebiasaan atau didikan yang si anak tadi dapatkan ketika dia kecil .
Seorang teman telah membuktikannya, dia pusing dan cape hati katanya melihat sikap anaknya,  dengan sikap anak laki lakinya, dia berujar jika saya ketatkan dia melawan, jika saya longgarkan dia kurang ajar.. ternyata apa yang dirasakan seorang Ibu dengan anak berumur 2 tahun 6 bulan, dengan anak umur 18 tahun, tidak jauh beda.
Saya pernah mendapatkan kiriman email, dari seorang teman tentang parenting, judulnya buku terbaik no 1 di dunia, didalam tulisan itu di jelaskan, bahwa orang tua lah yang menjadi buku tersebut, anak anak kita yang akan membacanya. Jadi…kalau perilaku ataupun teladan yang diberikan oleh orang tua minus..ya minuslah buku itu…dan anak anak yang baca buku itu sudah pasti akan meniru, apa yang tertulis dalam buku tersebut. Saya mengamininya…karena kita lah yang menjadi teladan bagi anak anak, seharusnya kita menjadi contoh yang baik buat anak anak kita. Itu baru teladan di rumah, belum lagi soal pergaulan di luar rumah, yang juga banyak kali berpengaruh besar dalam kehidupan sang anak.
Karena saya sadar, cara didikan saya dan contoh hidup saya,akan sangat berpengaruh besar dalam diri anak saya, kini dan kelak  maka saya mencoba untuk belajar menghandle tingkah laku anak saya, dari browsing di internet, sampai tekun di lorong lorong buku, khusus di bagian parenting dan psikologi…untuk menghentikan tingkah laku extreme Keiko…ataupun, mungkin menghentikan sikap konyol dari seorang anak remaja yang sering berteriak kepada orang tuanya, dan membanting pintu karena ingin melampiaskan kekesalannya. Saya ingat bagaimana tayangan super Nanny ataupun Nanny 911, yang tayang di salah satu stasiun Tv swasta. Anak anak yang sedikit “out of control” karena lebih kepada kebiasaan yang sering diberlakukan oleh orang tuanya, biasanya karena orang tuanya sudah tidak sanggup lagi menghandle anak anak, maka…mereka menelfon Nanny 911 ataupun si super nanny tadi…, dan dengan berlinang air mata, ataupun bicara yang tersendat sendat karena menahan emosi, mereka membicarakan rasa frustasi mereka, untuk bagaimana menghadapi anak anak tersebut, itulah yang saya rasakan, dan juga teman saya rasakan. Sayangnya kami berdua , tidak bisa memanggil Nanny 911. Namun jika di lihat penyelesaian yang dilakukan oleh sang Nanny tadi tidak terlalu kompleks , biasanya  orang tua diwajibkan untuk  memberikan perhatian penuh pada anak, dan juga bertindak tegas dan konsisten pada anak. Tidak means No, Ya mean yes…tidak ada yang in between  .
Hal itu juga lah yang ditegaskan oleh buku yang ditulis oeh Dr. Kevin Leman, Have a new kid by Friday, cara mengubah Attitude ( sikap ), Behavior  ( Perilaku ) dan Character ( Karakter ). Buku tersebut mengajak para orang tua untuk bertindak seperti orang tua, ini adalah kutipan dari bukunya yang saya pikir “agak keras” tapi…paling tidak membuka pikiran saya untuk bisa bertindak layaknya seperyi orang tua
“Orang Tua sekarang sering bertindak tidak seperti orang tua. Mereka terlalu memikirkan menjadi teman bagi anak anaknya, tentang tidak menyakiti anak secara psikis, tentang memastikan anak anak mereka bahagia dan sukses sehingga gagal dalam peran pentingnya menjadi orang tua.Mereka membersihkan jalan hidup anak anaknya , menghilangkan semua halangan agar anaknya tidak perlu merasa tidak nyaman. Anak anak terbiasa mendapatkannya serba beres. Ibu dan Ayahnya sudah menjadi pelayan, melakukan segalanya untuk anak anak, bukan sebagai orang tua. Begitulah yang tertanam dalam pikiran anak, akibatnya anak anak sekarang semakin berpikir semua tentang “saya , saya , dan saya..dan beri saya”. Mereka kurang bertanggung jawab, dan kurang dapat diandalkan dalam keluarga. Bagi mereka, keluarga bukanlah hal yang perlu mereka beri melainkan yang bisa mereka dapatkan . Hanya sedikit anak anak sekarang yang memikirkan orang lain sebelum dirinya sendiri, karena mereka tidak penah diajarkan untuk berpikir demikian.”
Well.. saya seperti sedang di tegur…terus terang, saya memang kerap kali, berpikir untuk membuat anak saya nyaman, membuatnya tersenyum dan bahagia…walaupun saya tahu, apa yang membuatnya nyaman dan bahagia itu, tidak sepatutnya dia lakukan. Jadi , saya melanjutkan untuk membaca terus buku ini, dan saya mendapatkan beberapa tips yang bisa kita semua coba dalam menghadapi anak anak dari batita sampai seorang anak remaja sekalipun. Memang…akan lebih mudah “memperbaiki” yang masih kecil, dibanding kan yang sudah remaja, namun…tidak ada salahnya bukan , jika dicoba
  • Ketika anak anak mulai merajuk, meminta sesuatu dengan cara memaksa sampai pada berkata kata kasar pada orang tuanya yang perlu dilakukan adalah:
  1. Katakan 1kali
  2. Berbalik
  3. Tinggalkan
 Namun yang perlu dicatat adalah, tindakan kita jangan seperti marah, bertindak sewajarnya nya saja, Contoh kasus..adalah seorang anak yang berkata buruk pada orang tuanya , maka tindakan sang ibu adalah…
  1. Tidak memberikan uang jajan ( yang biasanya selalu ia berikan )
  2. Ketika sang anak bertanya kenapa, sang Ibu bilang bahwa karena dia telah berkata kasar padanya, dia akan memberikan uang jajan jika si anak tidak berkata kasar pada orang tuanya, dan kemudian dia pergi mengerjakan tugas yang lain
  3. Dan dapat dipastikan , bahwa sang anak akan bertanya terus, dan mungkin meminta maaf, jadi..yang perlu dilakukan adalah, terima maafnya, dan tetap tinggalkan dia tanpa uang jajan, jadi next time jika dia ingin meminta sesuatu, pasti dia akan belajar dari peristiwa ini, dan ingat kita harus konsisten…
Saya..sudah mencoba tips ini untuk anak saya, dan puji TUhan berhasil…!dia mulai jarang untuk menyeret kursinya, dan juga berteriak teriak ( yang perlu saya , lakukan hanyalah konsisten, dan tanpa balik berteriak kepadanya )
  • Seperti saya kemukakan diatas, anak saya terlihat cerdas, seperi yang dipaparkan buku buku pendidikan usia anak dini , dan saya rasa saya tak perlu kuatir kelak ,akan masalah akademisnya, jika progressnya akan berlangsung seperti sekarang. Tapi…seseorang tidak hanya di lihat dari kualitas akademisnya saja, seseorang lebih membutuhkan kualitas pribadi mereka yang justru lebih menjamin kesuksesan dirinya kelak, yaitu :
Attitude ( Sikap ) Sikap adalah segala sesuatu yang ada dalam otak, dan hati seseorang.Apa yang anak pikirkan tentang dirinya, Bagaimana dia melihat dirinya sendiri, terlihat jelas oleh perilakunya.Dari mana sikap anak berasal? Kita sudah tahu jawabannya, dari kita, orang tuanya , jadi kunci mengubah sikap anak kita adalah mengubah sikap kita dulu
Behaviour ( perilaku ) Anak anak membangun perilaku tersebut ,setelah mereka melihat apa yang kita lakukan dan apa yang kita ucapkan.jadi cara kita bersikap harus benar benar konsisten…bukan sekarang A, besok B. selain itu, siapa sih yang sempurna?, jadi jika anak kita melakukan kesalahan, sortir dengan pertanyaan berikut : apa tujuan anak saya berperilaku seperti itu? Bagaimana perasaan kita sebagai orang tua dalam menghadapi situasi tersebut? Apakah ini masalah kecil atau masalah besar?jadi kita tidak terlalu reaktif dalam menanggapi, sikap mereka.
Character ( Karakter ) Karakter adalah hal yang benar benar diperhitungkan. Itulah diri anda ketika tidak ada seorang pun yang melihatnya.Karakter adalah satu satunya hal yang dalam jangka panjang akan menjadi dasar, dari sikap dan perilaku kita.
Dan untuk mengubah sikap, perilaku dan karakter anak kita, buku tersebut memberikan sedikit tips :
  1. Biarkan kenyataan menjadi guru
Orang tua cenderung ikut membantu menyelesaikan kesalahan yang anak lakukan. Dalam banyak kasus, membiarkan kenyataan menjadi guru yang cukup memberi pelajaran yang baik bagi anak. Seperti contoh, jika anak kita tidak menyelesaikan PRnya, karena dia terus menerus main, beri kata pringatan sekali, sehabis itu jangan coba untuk menyelesaikannya untuk mereka, konsekuensi yang ada, karena tidak mengerjakan PR, membuat anak akan belajar.
  1. Belajar memberikan respons dari pada reaktif
Sering kali kita bersikap negative, terhadap perkataan dan sikap anak kita ( reaktif ) , kita tidak berespons ( bersikap positive ) terhadap apa yang mereka lontarkan. Jika anak kita menginginkan laptop baru, atau tablet atau i- pad…terkadang kita bereaktif..dengan..apa??! itu kan mahal? Mama aja gak pake itu..! dari pada ngomong seperti itu lebih baik bertanya kenapa? Dia sangat membutuhkan itu..intinya menjalin komunikasi yg lebih positif, ketimbang berteriak.
  1. B tidak akan terjadi sebelum A selesai
Strategi ini berlaku pada anak, disegala waktu dan umur anak.Jika kita meminta anak melakukan sesuatu dan anak tidak mengerjakannya,kita jangan lanjut ke hal lain, apapun itu. Tidak mau bersih bersih…berarti tidak ada, uang jajan, Tidak mau bersihkan kamar weekend tidak pergi jalan jalan. Harus konsisten, dan ingat apa yang kita lakukan tanpa emosi ataupun kata kata yang membentak.
  • Memandang jauh kedepan , kita ingin , anak kita seperti apa?  Jika kita ingin anak kita kelak baik, berbudi pekerti luhur, dan juga pengasih untuk sesamanya, bertanggung jawab maka yang harus kita lakukan adalah mengajarkannya sedini mungkin, sekarang juga…!
Ada sedikit pertanyaan untuk kita, ( Pedoman sebagai orang Tua ), untuk kita bisa lebih mengajar anak anak menjadi seseorang yang lebih baik, dan sebagai konsekuensi , kita juga mau diajar untuk menjadi orang tua yang lebih baik .Dalam gaya apa pengasuhan yang kita pakai buat anak kita?  Permisif = Seperti seorang budak untuk anaknya? Melakukan banyak hal untuk anak?supaya dia tetap nyaman, walaupun kita tahu itu tidak baik? Otoriter =membuat semua keputusan buat anak anak? Menjalankan rumah tangga dengan tangan besi dan hanya memberi sedikit kebebasan pada anak?, atau otoritatif  = Memberikan pilihan pada anak dan memformulasikan panduan dengannya? memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan?Menjadikan realita sebagai guru? Menjadi orang tua Permisif dan otoriter akan menimbulkan pemberontakan pada anak.
Jadi…tentukan gaya pengasuhan yang ingin kita lakukan ( saya harap otoritatif adalah pilihan yang bijaksana), dan kemudian perhatikan bagaimana respons anak terhadap cara kita bertindak, dan sekali lagi..kita harus konsisten…………..
  • Saya baru mengerti sekarang antara perbedaan pujian ( yang focus pada orang ) dengan dorongan semangat ( yag focus pada tindakan )Sekarang saya mengerti kenapa ada buku buku pendidikan anak yang mengatakan untuk tidak terlalu memuji anak, awalnya saya pusing tujuh keliling, saya pikir, aneh…sekali mereka, masakan kita tidak boleh memuji anak kita? Namun ternyata, pujian itu itu menghubungkan harga seorang anak dengan apa yang dilakukannya, lalu, bagaimana jika ia tidak melakukannya? Apakah ia tidak akan berarti? Sehingga lebih baik untuk membesarkan hati anak dengan member dorongan semangat. Pendorong semangat menekankan tindakan dan bukan orangnya.
Contoh :  Pujian :Wah..kamu anak yang hebat! Nilai matematiknya 10, bagus banget, gak sabar rasanya untuk kasih tahu Papa, pasti dia akan langsung traktir kamu.
Pendorong semangat :Wah…kamu dapat nilai matematik A ya…Pasti kamu dah kerja keras dan belajar sampai larut malam, gak sia sia ya…kamu harus beritahu Papa, Papa juga pasti senang.
Jika kita mendorong semangat untuk bertindak, anak akan lebih kompeten dan ingin mencoba hal yang lain.Sedikit demi sedikit dorongan semangat dari kita membentuk landasan utama harga diri yang utuh dan kokoh dalam situasi apapun dalam hidupnya, bahkan dalam tekanan negative dari teman pergaulan sebayanya.
Ini semua menyangkut kepada tiga pilar harga diri dari setiap orang
  1. Acceptance ( Penerimaan ), Penerimaan tanpa syarat yang kita lakukan pada anak anak kita, jika anak anak tidak mendapatkan penerimaan tanpa syarat dirumah, mereka juga tidak perduli akan orang orang yang ada didalam rumah, mereka akan lebih suka tenggelam dalam dunianya sendiri, lebih suka mengurung diri dalam kamar, dibandingkan berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain.
  2. Belonging ( Rasa memiliki )Berikan hak untuk berpendapat dalam pengambilan keputusan bagi anggota keluarga, dengarkan pendapat dan kata katanya.
  3. Competence ( Kompetensi )Berikan anak anak tanggung jawab,karena anak anak tidak akan berkembang dengan baik jika kita selalu, segalanya untuk dia.
 
  • Strategi diatas akan sukses jika  kita konsisten dalam melakukannya, dan sang pengarang selalu mengingatkan untuk konsisten didalam kita melakukannya. Jadi kita pun sebagai orang tua harus belajar untuk konsisten…, tidak tergantung pada hari apa, suasana apa, ataupun hormone apa yang sedang mempengaruhi para mama seperti kita, kita dituntut untuk konsisten, dan lakukan semuanya tanpa kemarahan yang meledak ledak, dan kita harus memantau respons dari anak kita, kalau perlu siapkan buku catatan sebagai pengingat, progress yang mereka lakukan, dan di evaluasi.
Rangkuman dari pengarang untuk kita bisa lebih focus lagi dalam mengubah perilaku anak adalah :
  1. Jadilah kita selalu konsisten 100 % dalam berperilaku
  2. Selalu lakukan apa yang kita katakan
  3. Merespon bukan bereaksi
  4. Hitung sampai 10 dan tanyakan diri sendiri, apa yang dulu kita lakukan dalam situasi seperti ini? Sekarang..apa yang seharusnya kita lakukan?
  5. Jangan pernah mengancam anak anak
  6. Jangan pernah memperlihatkan amarah kita
  7. Jangan beri peringatan apapun
  8. Tanyakan diri sendiri, masalah siapakah ini? Jangan kerjakan sesuatu yang menjadi bagian dan tanggung jawab anak anak kita
  9. Jangan berpikir perilaku buruk bisa hilang begitu saja, kita harus menjadi perantara yang member kasih sayamg, panduan dan kedisiplinan yang konsisten
  10. Pasang wajah yang bahagia..didepan anak, ( walaupun kita seperti ingin menghantam kepala kita ke tembok )
Wow…Hebat! Pikir saya, sekarang saya punya strategi dalam saya bisa memerangi sifat anak saya yang terkadang “out of control”. Karena bagi saya Sikap, Perilaku dan karakter adalah hal yang sangat penting dalam diri seseorang , saya percaya jika ia memiliki karakter yang baik dalam hidupnya ia akan tetap dapat melengkung dengan indah , dan tidak menjadi mudah patah, kesulitan ataupun kejatuhan tidak membuat ia lari ketakutan tapi…menjadi batu loncatan untuk bisa menjadi better person. Lebih dari pada apapun saya membawa strategi ini dalam doa, supaya lebih disempurnakan oleh SANG EMPUNYA HIKMAT Dan KEBIJAKSANAAN. Dan membuat saya dimampukan dan dikuatkan untuk bisa mendidik anak saya dengan baik.
Saya rasa kita semua menginginkan anak yang berbudi pekerti baik, jadi…tak ada salahnya jika kita mengikuti cara ini, coba lihat perubahannya..terus terang, saya pun sedang mencoba untuk konsisten dalam memberikan aturan aturan pada anak saya.
Jadi mari belajar sama sama…

Buat hidup Anda lebih cerdas

Anda akan menemukan banyak perbedaan yang bisa membuat hidup anda lebih cerdas. Bandingkan apa yang mereka pikirkan mengenai uang, pekerjaan, karir, rencana-rencana mereka, tujuan dan sikap mereka.
be well,
Dwika

Paradigma Bisnis

23:45 NAQS Methode

Gambar diagram di atas saya kembangkan dari model paradigma perubahan sosial dan literatur buku-buku tentang kewirausahaan, perubahan dan paradigma. Memudahkan kita untuk melihat lebih jelas paradigma apa yang ada dalam diri kita dan orang-orang disekitar kita.

Apakah saya memiliki paradigma pengusaha? Apakah saya bisa sukses menjadi pengusaha?

Mengapa begitu banyak orang yang menentang dan tidak mendukung ketika saya ingin menjadi pengusaha (berwirausaha)?

Bagaimana pola pikir pengusaha, dan bagaimana saya bisa merubahnya?

Mengapa begitu banyak pengusaha yang gagal dan tidak sanggup bertahan? Mengapa begitu banyak pengusaha kecil dari pada pengusaha besar?

2 sumbu 4 Paradigma bisnis adalah media paling sederhana dan mudah diingat, yang akan membantu langkah-langkah kita menuju kesuksesan bisnis. Karena paradigma bagaikan peta yang memudahkan kita menemukan sebuah tujuan .

Memudahkan kita untuk berani terbuka dalam pendapat dan keinginan (tujuan) kita, tanpa harus merasa bersalah maupun menyalahkan. Memudahkan kita bersikap kritis dan instropektif, peka dan penuh empati, serta kreatif dan sinergis.

Misalnya menghadapi perbedaan paradigma di keluarga anda sendiri, di mana anda memiliki keinginan untuk menjadi pengusaha namun orang tua anda selalu menentang anda dan mendorong anda untuk menjadi pekerja. Apa alasannya, dan apakah anda dapat menerima alasan itu?

Atau kasus dengan teman anda sendiri, yang lama setelah lulus sekolah atau kuliah tetap menganggur, dan selalu menunggu untuk mendapatkan lowongan pekerjaan, tanyakan kenapa dia melakukan itu, mengapa dia tidak mencoba wirausaha?

MAKNA 2 SUMBU
Sumbu pertama (sumbu horinsontal), cara kita melihat atau menginginkan posisi diri kita dalam mendapatkan uang (kekayaan).
  • Ingin menjadi Subyek (S) dengan berwirausaha atau memiliki usaha sendiri.
  • Ingin menjadi Obyek (O) dengan menjadi pekerja (buruh), atau investor.

Sumbu kedua (sumbu vertikal), cara kita melihat atau menginginkan uang (kekayaan) yang bisa didapatkan dari usaha (kerja) kita.
  • Menginginkan kebebasan pendapatan (bebas finansial). Berpikir bahwa uang (kekayaan) sebagai sesuatu yang tidak terbatas atau bisa berkembang secara bebas dari usaha (kerja) yang dilakukan.
  • Menginginkan keteraturan pendapatan. Berpikir bahwa uang (kekayaan) sebagai sesuatu yang terbatas dan membatasi tujuannya dalam mendapatkan uang.

CIRI-CIRI dari 4 PARADIGMA BISNIS
Ciri-ciri di bawah ini bisa kita jadikan alat bantu untuk menilai paradigma apa yang ada dalam diri kita dan paradigma apa yang dimiliki oleh orang-orang disekitar kita.

Kelompok I : Paradigma Pekerja (Buruh)
  1. Ingin menjadi pekerja (buruh), pada perusahaan kecil atau perusahaan besar, formal atau informal.
  2. Ingin di gaji, bukan menggaji. Menginginkan pendapatan yang teratur dan mapan, baik harian, mingguan, atau bulanan. Pendapatan keuangan mereka diatur dan dibatasi oleh orang lain atau pemilik perusahaan. Upaya terbaik yang bisa mereka lakukan adalah mendapatkan gaji sebesar mungkin.
  3. Semua jenis pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan gaji, bisa dimasukkan dalam kelompok ini. Mulai sopir pribadi, pembantu rumah tangga, office boy, salesman, manajer, direktur dan presiden direktur, termasuk pegawai negeri sipil (PNS)
  4. Menginginkan resiko yang paling kecil dalam usaha mereka mendapatkan uang. Resiko paling tinggi adalah dipecat dari pekerjaan. Sehingga jabatan PNS menempati posisi paling di cari oleh kebanyakan orang yang memiliki paradigma pekerja (buruh), karena memiliki resiko paling kecil untuk dipecat.
  5. Ingin aman dan tidak mau repot. Sulit menerima kegagalan atau kerugian, dan belajar bahwa kegagalan adalah awal dari kesuksesan.
  6. Berpikir jangka pendek, dan ingin cepat hasil (hasil cepat). Bekerja dan mendapatkan hasilnya. Cenderung sinis terhadap pengusaha yang belum sukses, karena ketidakmampuannya dalam membangun perspektif jangka panjang.
  7. Memiliki kecenderungan untuk menjadi orang yang konsumtif. Begitu ada uang akan segera habis untuk kebutuhan hidupnya misalnya berbelanja. Dalam banyak kasus bahkan mereka lebih suka menggunakan pinjaman (kredit) untuk kebutuhan konsumtif misalnya kredit rumah atau mobil.
  8. Menurut berbagai statistik, paradigma pekerja (buruh) dimiliki oleh sebagian besar masyarakat atau sekitar 80 sampai 85%.

Kelompok II : Paradigma Pengusaha Kecil / Pekerja Lepas
  1. Tidak suka bekerja pada orang lain dan lebih suka berkerja secara mandiri, namun membatasi untuk kerjasama atau mempekerjakan orang lain. Tidak ingin memiliki atasan atau bos maupun tidak ingin punya banyak karyawan (cenderung tidak ingin repot dan ingin yang bersifat taktis).
  2. Ingin keuntungan bisnisnya bisa dimiliki sendiri tanpa harus banyak berbagi dengan orang lain.
  3. Sistem kerja berpusat dan tergantung pada dirinya sendiri, dengan mengontrol seluruh pekerjaan. Kurang mampu mempercayai atau mendelegasikan pekerjaan pada orang lain.
  4. Kalau sedang beristirahat karena cuti atau sakit, misalnya selama satu minggu, maka usahanya akan ikut berhenti. Atau berjalan tapi tidak maksimal.
  5. Pendapatannya terbatas pada seberapa keras mereka bekerja. Semakin besar pendapatan yang ingin mereka dapatkan, maka akan bekerja semakin keras.
  6. Tidak memiliki perencanaan keuangan jangka panjang, atau pendapatannya bersifat insidental. Kebutuhan keuangannya menyesuaikan dengan pendapatan dari usaha mereka.
  7. Ingin cepat untung, atau cepat mendapatkan penghasilan dari usahanya. Menyukai yang bersifat taktis, dan menghindari yang bersifat strategis.
  8. Memilih resiko-resiko yang paling kecil dengan cara menghindari investasi jangka panjang, karena menganggap resikonya terlalu besar.
  9. Masih menyukai hal-hal yang bersifat konsumtif dari pada investasi.
  10. Termasuk diantara orang yang memiliki pardigma pekerja lepas atau pengusaha kecil adalah dari menjadi tukang jahit di rumah, makelar motor, makelar tanah, dokter yang membuka praktek di rumah, pengacara lepas, konsultan lepas, pemilik toko kecil-kecilan di rumah dan lain-lain.
  11. Dari berbagai statistic secara umum jumlah mereka cukup besar atau sekitar 15 sampai 18%.

Kelompok III: Paradigma Pengusaha

  1. Ingin menjadi pengusaha dan tidak suka bekerja pada orang lain, namun suka mengembangkan kerjasama.
  2. Suka berbagi pekerjaan dengan orang lain, biasanya ingin memiliki karyawan dan mitra bisnis yang sebesar-besarnya.
  3. Melihat potensi pendapatan keuangan (kekayaan) sebagai sesuatu yang tidak terbatas, dan bebas untuk dikembangkan.
  4. Melihat kesuksesan sebagai sebuah proses yang tidak pernah berhenti. Tidak cepat puas dan ingin selalu berkembang.
  5. Memiliki pemikiran jangka panjang dengan melihat kerugian maupun kegagalan sebagai sebuah proses belajar.
  6. Berani berpikir terbuka untuk mengembangkan paradigmanya sendiri, dan mampu menghormati dan memahami perbedaan paradigma.
  7. Menggabungkan upaya taktis dan strategis dengan terus mengembangkan analisa usaha.
  8. Memiliki keinginan kuat, dengan mengembangkan sifat sabar, tekun dan ulet.
  9. Bekerja cerdas bukan bekerja keras, dengan terus mengembangkan sikap kreatif.
  10. Memiliki kebiasaan menggunakan uang untuk investasi, dari pada konsumsi. Pinjaman dilakukan untuk investasi bukan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif.
  11. Hanya sedikit orang yang memiliki paradigma pengusaha. Hal ini dapat dilihat jumlah pengusaha yang ada di Indoensia. Menurut bebagasi statistic jumlah pengusaha besar di Indonesia baru sekitar 0,18 % atau sekitar 400.000 pengusaha. Padahal menurut David McClelland dibutuhkan minimal 2 % atau sekitar 5.000.000 pengusaha agar sebuah Negara menjadi makmur.

Kelompok IV : Paradigma Investor

  1. Tidak ingin bekerja pada orang lain dan tidak ingin membangun usaha sendiri namun mereka ingin mengembangkan uangnya dengan cara menginvestasikan (menanam saham) pada perusahaan atau usaha orang lain.
  2. Melihat uang bisa berkembang secara luas dan tak terbatas.
  3. Berani mengambil resiko kehilangan uang.
  4. Memiliki pemikiran jangka panjang.
  5. Memiliki kebiasaan investasi, bukan kebiasaan membelanjankan uang untuk kesenangan (konsumtif)
  6. Kebanyakan (hampir semua) investor sukses bermula dari pengusaha sukses.

PARADIGMA MANA YANG PALING BAIK?
Paradigma tidak untuk menilai baik dan tidaknya seseorang, tetapi cara untuk memetakan cara berpikir atau cara pandang seseorang. Di hampir semua pekerjaan atau usaha ada potensi untuk menjadi baik maupun buruk.

Paradigma lebih berkaitan erat dengan mentalitas seseorang yang lahir karena pola pikir/cara pandang. Untuk merubah paradigma dibutuhkan tekad dan semangat yang besar, seperti meledakkan sesuatu dalam diri anda.

Untuk merubah paradigma dalam diri anda, salah satu cara yang bisa membantu adalah merenungkan pertanyaan di bawah ini :

Apa untung dan rugi menjadi pekerja, pekerja lepas (pengusaha kecil), dan pengusaha besar? (dalam jangka pendek dan jangka panjang)

Tulislah tujuan (harapan) anda dalam jangka 1 tahun, 5 tahun, 10 tahun dan 20 tahun

Tulislah dalam sebuah kertas di mana anda bisa mengevaluasi dan menyempurnakan jawaban anda. Cobalah untuk sering mengamati (memperhatikan) orang-orang disekitar anda, yang menjadi pekerja, pekerja lepas (pengusaha kecil) dan pengusaha besar.

Amati, dekati dan jadikan teman berbagi. Telusuri masa lalunya sampai sekarang. Anda akan menemukan banyak perbedaan yang bisa membuat hidup anda lebih cerdas. Bandingkan apa yang mereka pikirkan mengenai uang, pekerjaan, karir, rencana-rencana mereka, tujuan dan sikap mereka. Apa yang yang anda temukan?

Kalau anda ingin jadi pengusaha, pilihlah orang-orang yang memiliki paradigma pengusaha atau barangkali pengusaha sukses untuk menjadi tempat berbagi dengan anda secara berkala dan berkelanjutan. Secara bertahap kembalilah ke pertanyaan di atas, temukan energi baru dalam diri anda yang muncul karena perubahan paradigma anda sendiri. Keinginan-keinginan anda dan keberanian anda untuk membuat langkah baru. (www.mmfaozi.com)

Character Autographs!

Character Autographs!

**unofficialdisneycharacterhuntingguide.blogspot.com