Mantaps pak...

Salam
Wayteg

2012/10/16 Dwika Sudrajat <dwikasudrajat@yahoo.com>
Sukses dengan lima makna:
1. Sukses adalah keseimbangan hidup
2. Sukses adalah memberikan manfaat bagi orang lain
3. Sukses adalah proses mencapai cita-cita mulia
4. Sukses adalah menikmati kemenangan-kemenangan
5. Sukses adalah ‘akhir yang baik’
I Care About You,
Dwika


Rahasia Meraih Sukses Tanpa Henti (I-III)PDFPrintE-mail
by: Satria Hadi Lubis
Rahasia Meraih Sukses Tanpa Henti (I-III)Rasanya tidak ada kata yang paling diingat oleh manusia kecuali kata ‘sukses’ dan ‘gagal’. Dua kata ini paling diingat karena manusia hidup diantara dua kontinum kata tersebut. Perjalanan hidup manusia adalah perjalanan menuju sukses dan menjauhi kegagalan.
Sukses adalah kondisi dimana Anda berhasil meraih apa yang diidamkan. Sebaliknya, gagal adalah kondisi dimana Anda tidak berhasil meraih apa yang diharapkan. Anda menginginkan kesuksesan dan menghindari kegagalan.
Walau sukses merupakan hal yang diidamkan, tapi tidak semua orang mempunyai pandangan yang sama tentang arti sukses. Yang paling umum dipahami adalah sukses identik dengan memiliki harta yang banyak, popularitas yang tinggi atau jabatan yang bergengsi. Yang lain mengartikan sukses dengan tercapainya tujuan. Ada lagi yang mengidentikkan sukses dengan memperoleh kebahagiaan. Berbagai pandangan yang beragam tentang makna sukses tentu membuat arti sukses menjadi nisbi dan beralih menjadi kata-kata tanpa makna. Apakah memang demikian?
Apakah tidak ada pengertian sukses yang benar? Benar dalam arti memiliki argumentasi yang logis dan sesuai dengan nilai-nilai universal? Apakah sukses dalam pengertian memperoleh kekayaan, ketenaran dan kedudukan merupakan arti sukses yang sesungguhnya? Pertanyaan-pertanyan inilah yang coba dijawab dalam artikel yang akan dinuat di Eramuslim secara bersambung ini.
Selain mencoba memberikan jawaban terhadap makna sukses, tulisan ini juga akan mengungkap rahasia kepada Anda tentang bagaimana cara memperoleh sukses yang benar secara mudah dan tanpa henti. Tentu perlu ada upaya untuk memperoleh sukses tanpa henti (unstoppable succsess). Akan tetapi sebelum Anda berupaya meraih sukses, Anda perlu lebih dahulu memahami apa makna sukses yang sesungguhnya, sehingga Anda tidak meletakkan ‘tangga pada tempat yang salah, sebelum menaikinya’. Hal tersebut sama saja dengan kesia-siaan. Anda hanya akan menuai penyesalan, bukan sukses yang sesungguhnya.
Tulisan tentang rahasia sukses dan bagaimana cara memperolehnya ini sengaja dibuat praktis dan tidak terlalu ‘ilmiah’ agar para pembaca mudah memahaminya. Diharapkan pemikiran ini menjadi bacaan ringan yang memberi pengaruh besar bagi perubahan diri Anda menuju kesuksesan tanpa henti. Tulisan ini cocok untuk siapa saja, baik bagi Anda yang sedang berusaha meraih sukses maupun untuk Anda yang telah memperoleh sukses. Agar bermanfaat, saya anjurkan agar Anda membaca tulisan ini sampai selesai dengan pikiran yang terbuka dan tanpa prasangka lebih dahulu.
Apa yang Dimaksud Sukses?
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-bintang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan si sisi Allahlah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali-Imran [3] : 14)
Setiap orang pasti ingin sukses. Tidak ada orang yang ingin hidupnya gagal. Ketika Anda sukses, Anda merasakan keberhasilan mencapai cita-cita. Tidak peduli apapun cita-cita tersebut. Ketika gagal, Anda merasakan kekecewaan dan kesedihan karena tidak berhasil mencapai apa yang Anda idamkan. Sukses dan gagal menjadi dua kondisi yang saling berlawanan. Sukses menjadi idaman setiap orang. Sedang gagal menjadi momok yang dijauhi setiap orang.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, sukses berarti berhasil atau beruntung. Sedang kesuksesan berarti keberhasilan atau keberuntungan. Jadi sukses atau kesuksesan terkait erat dengan pencapaian hasil atau keberuntungan karena mendapatkan sesuatu. Sebaliknya tidak sukses adalah kegagalan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Atau ketidakberuntungan karena tidak mendapatkan sesuatu.
Menurut John C. Maxwell, sukses adalah mengetahui apa tujuan hidup Anda; bertumbuh untuk mencapai kemampuan maksimal Anda; dan menabur benih untuk memberikan manfaat kepada lainnya. Henry Wadsworth L menyebutkan sukses sebagai melakukan apa yang dapat Anda kerjakan dengan baik dan melakukan sebaik-baiknya apa yang Anda kerjakan. Sedang Napoleon Hill mengatakan sukses adalah mereka yang selalu memberi, membentuk dan mengontrol egonya sendiri, tidak menyisakan tempat untuk mengharapkan adanya keberuntungan atas tiap pekerjaan atau kesempatan, atau atas segala perubahan nasib.
Apapun makna sukses yang kita ketahui, namun kita lebih mudah mengucapkan kata ‘sukses’ daripada mengalami kesuksesan itu sendiri. Kesuksesan menjadi kata ‘sakral’ yang sulit diraih. Karena kebanyakan orang mengartikan sukses sebagai tujuan yang akan diraih, bukan proses yang sedang dialami. Inilah yang membuat sukses menjadi sekedar impian bagi banyak orang.
Bayangan kita tentang sukses biasanya adalah bayangan tentang banyaknya halangan yang harus kita lalui untuk memperoleh kesuksesan. Halangan yang sulit dan membutuhkan banyak pengorbanan, sehingga akhirnya banyak orang menganggap sukses sebagai ilusi yang tak mungkin terwujud.
Pandangan Umum tentang Sukses
Yang terbayang dalam benak sebagian orang tentang sukses adalah orang yang berhasil mengumpulkan kekayaan. Punya harta melimpah, rumah yang besar dan mewah. Kendaraan model terbaru dan jumlahnya lebih dari satu. Tanah yang dimilikinya ada dimana-mana. Sering shopping dan travelling ke luar negeri. Pendek kata, apa saja kebutuhan yang diinginkannya akan mudah terpenuhi karena banyak uang.
Sukses bagi kebanyakan orang juga berarti ketenaran. Orang yang berhasil menjadi populer di lingkungannya. Orang tersebut sukses karena namanya dikenal dan dikenang banyak orang. Aktivitasnya sering dibicarakan dan diliput media massa. Ia menjadi public figure. Biasanya, semakin populer seseorang semakin banyak pula harta kekayaan yang dimilikinya.
Gambaran lain tentang sukses adalah orang yang berhasil menduduki jabatan tinggi. Entah itu namanya manajer, direktur, jenderal, menteri atau ketua sebuah organisasi. Apapun nama jabatannya, jika organisasinya semakin besar dan jabatannya semakin tinggi, maka orang menganggapnya sebagai kesuksesan. Biasanya, dengan jabatannya itu ia bisa memperoleh apa saja, termasuk mudah memperoleh kekayaan dan ketenaran.
Kesuksesan yang digambarkan banyak orang adalah kesuksesan dalam harta, popularitas dan jabatan. Sukses seseorang biasanya diukur dari seberapa banyak harta yang dimilikinya. Seberapa tinggi popularitasnya dan seberapa besar jabatannya. Apalagi jika ketiga hal tersebut ada pada diri seseorang, maka semakin sukseslah orang menganggapnya. Apakah anggapan ini salah? Tentu saja tidak! Berhasil memperoleh kekayaan, populeritas dan kedudukan adalah kesuksesan. Kita tidak dapat memungkiri bahwa orang yang kaya, terkenal dan memiliki jabatan adalah orang sukses. Hal ini sudah merupakan anggapan umum.
Namun, pertanyaan yang perlu direnungkan adalah apakah sukses karena harta, popularitas dan jabatan merupakan kesuksesan yang sejati? Bagaimana jika orang yang kaya, tenar atau berkedudukan itu justru sering gelisah, sedih atau tidak merasa bahagia? Bukankah kondisi itu banyak terjadi di sekeliling kita?
Jadi apa indikator yang lebih tepat untuk mengukur kesuksesan seseorang? Sebab ternyata harta, popularitas dan jabatan tidak dapat dijadikan indikator bagi kesuksesan seseorang. Adakah ukuran yang lebih tepat daripada ukuran harta, ketenaran dan kedudukan dalam mengukur kesuksesan? Jika ada, apa itu? Dan bagaimana kita mencapainya?
Inilah pertanyan-pertanyan yang semestinya Anda jawab sebelum melangkah lebih jauh untuk meraih sukses. Hidup hanyalah sekali. Oleh karena itu, janganlah Anda sia-siakan hidup ini hanya untuk mengejar kesuksesan semu. Yaitu, kesuksesan yang tidak jelas ukurannya karena sekedar mengikuti apa kata orang tentang arti sukses. Ini ibarat bersusah payah naik tangga, padahal tangganya berada di dinding yang salah. Hanya penyesalan yang akan didapatkan, karena segala jerih payah kita ternyata sia-sia belaka. Kesuksesan yang perlu Anda raih adalah kesuksesan yang bersandar pada pengertian yang benar tentang sukses itu sendiri, sehingga hidup tidak menjadi sia-sia.
Mengapa Muncul Kekeliruan tentang Pengertian Sukses?
Anggapan bahwa sukses berarti kaya, tenar, atau berkedudukan muncul karena berbagai pengaruh yang ada di sekitar kita. Pengaruh tersebut bisa datang dari keluarga, teman pergaulan, pendidikan, sampai pada media massa yang ada di sekitar kita. Semuanya seakan-akan sepakat untuk menonjolkan pengertian sukses hanya berupa kekayaan, ketenaran, dan kedudukan. Tak ada kesuksesan selain tiga pengertian itu.
Begitu kuatnya pengertian sukses yang identik dengan kekayaan, ketenaran dan kedudukan, sehingga banyak orang yang hidupnya hanya mengejar ketiga hal tersebut. Bahkan di antara mereka ada yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, yang penting mereka bisa kaya, populer, atau memiliki jabatan.
Sikap hidup yang dominan mengejar kekayaan, popularitas atau kedudukan sebenarnya tak bisa lepas dari ideologi yang berkuasa di dunia saat ini. Setelah Uni Soviet dengan ideologi komunismenya runtuh, maka Amerika dan Barat leluasa menyebarkan ideologi kapitasme dan liberalismenya tanpa saingan. kapitalisme yang memunculkan pola hidup materialisme mewabah kemana-mana. Liberalisme yang berdampak pada gaya hidup permisifisme menyebar semakin marak ke belahan dunia timur. Didukung oleh kekuatan media massa mereka yang besar, maka semakin banyak orang terpengaruh dengan slogan-slogan kebebasan, hak azasi, dan keterbukaan yang mereka dengungkan. Slogan tersebut sebetulnya tidak salah, yang salah adalah penerapannya yang kebablasan dan hanya menonjolkan kenikmatan materil. Media massa Barat selalu mengeksploitasi bahwa yang dimaksud sukses itu ukurannya adalah harta, popularitas dan kedudukan.
Padahal secara kasat mata kita dapat melihat banyak contoh yang menunjukkan kekayaan, populeritas, dan kedudukan belum tentu membuat orang sukses. Ada orang yang justru hidupnya menderita dan tidak bahagia karena harta, populeritas atau kedudukan yang dimiliki. Salah satu contohnya adalah bintang film Home Alone Macaulay Culkin. Culkin adalah seorang bocah lucu yang berbakat dalam dunia film. Ia berasal dari keluarga yang berbahagia. Ayah dan ibunya hidup rukun walau mereka hidup miskin. Bakat Culkin berakting menarik perhatian sutradara film Home Alone, yang kemudian mengajaknya bermain dalam film tersebut. Home Alone akhirnya menjadi film box office dan membuat nama Culkin terkenal. Honornya meningkat drastis. Keluarganya yang miskin berubah menjadi kaya raya.
Namun ternyata popularitas dan kekayaan tersebut berakibat buruk pada keluarganya. Pertengkaran ayah dan ibunya semakin meningkat. Ayahnya ingin mengeksploitasi Culkin. Sedang ibunya ingin agar Culkin berkembang wajar seperti anak-anak lainnya. Seiring dengan meningkatnya popularitas dan kekayaan yang diterima Culkin, hubungan antara ayah dan ibunya semakin tidak harmonis yang akhirnya berujung pada perceraian. Culkin frustasi dan terlibat pada penggunaan obat terlarang. Ia akhirnya menikah pada usia 19 tahun karena “kecelakaan” dengan pacarnya. Hidup Culkin dan keluarganya justru tidak bahagia karena harta dan popularitas. Kini Culkin mencoba merintis kembali karirnya dari bawah dengan paradigma yang berbeda tentang arti kesuksesan.
Contoh lain adalah apa yang menimpa Lady Diana, mantan istri putra mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles. Hidup dengan gelimang harta, popularitas dan kedudukan yang tinggi tak membuatnya bahagia. Suaminya, Charles, dianggap tak memberi cinta yang penuh kepadanya. Charles ternyata lebih mencintai wanita lain, Camilla. Diana dan Charles akhirnya bercerai. Padahal waktu itu banyak orang yang menganggap mereka sebagai pasangan serasi. Diana kemudian bertualang dari satu pelukan lelaki ke pelukan lelaki lain. Ia mencari cinta yang tak pernah didapatkannya. Diana akhirnya tewas mengenaskan ketika mobil yang ditumpanginya bersama Dodi, kekasihnya, menabrak dinding terowongan di jalanan kota Paris karena berusaha menghindari kejaran paparazzi.
Masih banyak contoh lain tentang orang-orang yang tak bahagia karena kekayaan, ketenaran dan kedudukannya. Antara lain, apa yang menimpa Tina Turner, Jimmi Hendrix, Janis Joplin, Brian Jones, dan Elvis Presley, yang mati over dosis karena merasa kesepian di tengah ketenaran mereka sebagai rocker. Contoh lain, kegelisahan yang dialami Christina Onasis, wanita kaya pewaris kerajaan minyak Onasis, yang perkawinannya selalu kandas, sehingga ia mengaku kepada media sebagai orang yang tak bahagia. Marilyn Monroe, Hitler, Stalin, Mussolini adalah nama-nama lainnya, yang hidupnya tak bahagia di tengah-tengah kedudukan, kekayaan dan popularitas yang mereka miliki.
Pada tahun 1923, sebuah kelompok kecil orang-orang terkaya di dunia bertemu di hotel Edgewater Beach di Chicago, Illinois. Pada saat itu, mereka mengendalikan uang lebih besar daripada jumlah uang yang dimiliki Amerika Serikat. Disini adalah daftar nama mereka dan apa yang akhirnya terjadi pada mereka :
  • Charles Schwab : presiden perusahaan baja mandiri terbesar, mati dalam keadaan bangkrut.
  • Arthur Cutten : spekulan tepung yang terbesar, mati di luar negeri dalam kondisi bangkrut.
  • Richard Witney : direktur bursa Saham New York, mati setelah dibebaskan dari penjara Sing-Sing.
  • Albert Fall : anggota kabinet presiden Amerika Serikat, mandapat pengampunan dari penjara dan mati di rumahnya.
  • Jess Livermore : investor terbesar Wall Street, mati bunuh diri.
  • Leon Fraser : direktur Bank Penyelesaian Internasional, mati bunuh diri.
  • Ivan Kreuger : kepala monopoli terbesar dunia, mati bunuh diri.
Masih banyak ratusan contoh lainnya yang menunjukkan kekayaan, ketenaran dan kedudukan bukanlah ukuran kesuksesan. Mungkin jumlah orang yang gagal dan merasa tidak bahagia dengan kedudukan, kekayaan atau populeritasnya lebih banyak daripada orang yang merasa sukses dan bahagia dengan kedudukan, kekayaan dan ketenarannya.
Jadi, kekayaan, ketenaran dan kedudukan bukanlah jaminan kesuksesan itu sendiri. Ia hanya sarana untuk memperoleh sukses sebenarnya. Artinya, ada sukses yang lebih tinggi nilainya dari sekedar kaya, tenar atau berkedudukan. Apakah itu? Kita akan membahas hal tersebut pada tulisan-tulisan berikutnya.
Dampak Kekeliruan Memandang Sukses
Memandang sukses sebagai ketenaran, kedudukan dan kekayaan tentu memberikan berbagai dampak yang negatif, antara lain :
1. Menghalalkan segala cara
Kekayaan, ketenaran dan kedudukan adalah ‘sumber daya’ yang langka. Ia seperti puncak dari piramida. Sedikit sekali orang yang bisa mencapainya dari sekian banyak yang menginginkannya. Karena langka, orang perlu bersaing untuk mendapatkannya. Ada yang berupaya mendapatkannya dengan cara yang sportif dan halal, tapi banyak juga yang menghalalkan segala cara untuk memperolehnya.
Godaan untuk menghalalkan segala cara dalam memperoleh harta, popularitas dan jabatan sangat besar karena susahnya memperoleh ketiga hal tersebut dengan cara yang halal. Apalagi budaya dan lingkungan kita juga sudah menganggap biasa cara-cara yang haram untuk memperoleh ketiga hal tersebut. Ditambah lagi, masyarakat juga memandang ketiga hal tersebut sebagai simbol kesuksesan. Orang yang tidak memperolehnya akan dipandang sebelah mata. Hingga akhirnya banyak orang yang tergoda untuk menghalalkan segala cara dalam memperoleh kekayaan, ketenaran atau kedudukan.
2. Egois dan kurang peduli
Mental orang yang mengejar harta, ketenaran dan kedudukan akan mudah menjadi egois. Hanya mementingkan dirinya sendiri dan tak peduli dengan orang lain. Baginya, buat apa memikirkan orang lain kalau hal itu hanya akan menghalanginya untuk memperoleh harta, populeritas atau kedudukan. Ia menghibur dirinya dengan mengatakan, “saya akan peduli kepada orang lain kalau sudah sukses memperoleh kekayaan, ketenaran atau kedudukan.” Padahal ketika kekayaan, ketenaran atau kedudukan sudah diperolehnya, ia mungkin lebih egois lagi karena mental itu sudah terlanjur mengakar dalam dirinya.
3. Tidak dapat menikmati proses mencapai sukses
Orang yang menjadikan kekayaan, ketenaran dan kedudukan sebagai tujuan suksesnya akan menjadi sulit menikmati proses mencapai sukses. Hal ini karena ia menganggap sukses sebagai ‘garis finish’ dari proses panjang yang melelahkan untuk sukses. Baginya proses mencapai sukses bukanlah kesuksesan itu sendiri, sehingga ia hanya terfokus pada tujuan yang dianggapnya sebagai sukses sebenarnya. Akhirnya, ia tak dapat menikmati proses perjalanan untuk sampai ke tujuan. Kegembiraan hanya dirasakan kalau ia mencapai tujuan. Selain itu yang dirasakan hanyalah tekanan, kegelisahan dan kekhawatiran. Orang semacam ini menjadi jarang mendapatkan kebahagiaan.

4. Mengabaikan yang lebih bermakna
Orang yang hidupnya hanya untuk mengejar kekayaan, ketenaran dan kedudukan akan mudah mengabaikan kewajiban atau tuntutan lain yang tak ada hubungannya langsung dengan upaya memperoleh harta, ketenaran dan kedudukan. Sudah banyak contohnya orang yang terlalu sibuk mengejar harta menjadi abai terhadap keluarganya. Orang yang ingin mendapatkan jabatan menjadi tega menyikut teman dekatnya. Orang yang ingin tenar menjadi rela menyerahkan kehormatannya. Padahal keluarga, hubungan baik dengan teman dan kehormatan adalah sesuatu yang bermakna dalam hidup. Semua itu dikorbankannya demi memperoleh harta, popularitas dan jabatan.
5. Hidup yang tidak seimbang
Orang yang terfokus hidupnya untuk memperoleh kekayaan, ketenaran dan kedudukan akan sangat berpotensi untuk hidup tidak seimbang. Ia tidak sempat lagi untuk istirahat yang cukup dan berolahraga. Lupa untuk beribadah kepada Tuhan. Tidak sempat lagi untuk belajar. Lupa untuk membina hubungan dengan orang-orang terdekatnya, dan lain-lain. ‘kelupaan-kelupaan’ itu disebabkan waktunya habis tercurahkan untuk mengejar kekayaan, ketenaran atau kedudukan.
6. Gagal memperoleh sukses sesungguhnya
Akhirnya, orang yang menganggap kesuksesan sebagai kekayaan, ketenaran atau kedudukan akan gagal memperoleh sukses sesungguhnya. Ia seperti mengejar fatamorgana. Ia lupa bahwa ada sukses sesungguhnya yang perlu diperoleh daripada sekedar mengejar kekayaan, kedudukan atau ketenaran. Sukses itu tak pernah terpikirkan olehnya karena ia sibuk dengan mengejar harta, popularitas dan jabatan yang tinggi.
Berbagai dampak negatif dari memandang sukses sebagai kekayaan, ketenaran dan kedudukan semestinya menyadarkan kita tentang arti sukses sesungguhnya. Kita perlu memahami hakikat sukses sesungguhnya, sehingga tidak tertipu mengejar sukses semu sepanjang usia kita. Seperti apa itu sukses sesungguhnya dan bagaimana kita dapat mencapainya? Hal inilah yang perlu dijawab semua orang sebelum ia ingin sukses.
Mengapa kita perlu mengetahui indikasi sukses yang sesungguhnya? Sebab hidup hanya sekali. Kita perlu menggunakan hidup yang singkat ini untuk mencapai kesuksesan sejati. Orang yang hidupnya hanya untuk mengejar kesuksesan semu berupa harta, populeritas dan jabatan akan menyesal kelak. Ia seperti mencari air laut untuk diminum. Semakin diminum, semakin dahaga. Semakin dicari kesuksesan semu itu, semakin gelisah dan tak terpuaskan.
Persis seperti yang dikatakan Ali bin Abu Tholib, “Sesungguhnya dunia ini bagaikan ular yang licin, namun mematikan bisanya. Karena itu berpalinglah daripadanya dan dari apa yang mengagumkan engkau, karena sedikitnya yang dapat engkau bawa sebagai bekal; dan jangan risaukan dia karena engkau yakin akan berpisah dengannya; dan letakkan kesenanganmu dalam kewaspadaan terhadap apa-apa yang ada di dalamnya, sebab penghuni dunia begitu ia mulai merasa senang, langsung ia akan terjerumus ke jurang kebinasaan”.
Jika kekayaan, ketenaran dan kedudukan bukan sukses sesungguhnya, lalu apa yang disebut sukses sesungguhnya itu? Jawabannya ada pada makna sukses berikut ini :
1. Sukses adalah keseimbangan hidup
2. Sukses adalah memberikan manfaat bagi orang lain
3. Sukses adalah proses mencapai cita-cita mulia
4. Sukses adalah menikmati kemenangan-kemenangan
5. Sukses adalah ‘akhir yang baik’
Sukses dengan lima makna di atas adalah sukses yang dapat Anda peroleh dengan mudah dan tanpa henti. Hal ini karena sukses tidak lagi dipandang sebagai tujuan berupa kekayaan, ketenaran atau kedudukan, tapi sebagai perjalanan.
Kita akan mencoba membahas makna sukses sesungguhnya itu pada tulisan-tulisan berikutnya. Bersiaplah dan bukalah mata hati Anda untuk menerima paradigma ‘baru’ tentang sukses sejati.
Satria Hadi Lubis