Jumat, 06 Agustus 2021
213 views post Produk buatan Indonesia di luar negeri
Pernahkah kamu menemukan merek atau produk buatan Indonesia di tempat yang tidak terduga ketika sedang berada di luar negeri Bukan saya sih, tapi ayah saya. Ceritanya lucu banget, jadi kan ayah berkesempatan ke Jepang pas tahun 2010. Nah pasti beli oleh-oleh kann. Biar ngirit, ayah beli di toko barang bekas/thrift shop. Rekomendasi temennya (soalnya barang-barang di toko thrift sana itu kualitasnya masih bagus). Beli lah sepatu adidas original dengan harga super miring. Eh pas balik ke penginapan, ayah liat-liat lagi sepatunya dan jeng-jenggg. SEPATUNYA MADE IN INDONESIA DONG🤣🤣Sepatunya jadi pulang kampung dehh😅😅
**Nandira Absya
236 views post Apa saja kemampuan yang harus dikuasai sebelum memasuki dunia kerja
Apa saja kemampuan yang harus dikuasai sebelum memasuki dunia kerja? **Yan. Waduh, pertanyaan seputar dunia kerja lagi. Setelah tulisan sebelumnya "Booming" gara-gara aktifitas ghibah dikantor, sekarang ada yang nanya mengenai Kemampuan yang harus dikuasai sebelum masuk dunia lain, eh, maaf, dunia kerja maksudnya. Tetapi, dunia kerja sama dunia lain hampir mirip, sih, nanti saya kasih tahu miripnya dimana :) Ini Ekspektasi kalian, kan? Realitanya,
Lah, kok, nakut-nakutin, sih, Mas? Iya, mending Anda takut duluan dan melakukan preparation terhadap hal-hal yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi Anda, bahkan bisa jadi lebih buruk. Endingnya ngedumel bilang "Akh, gue ga cocok kerja disitu, pressure banget, deadline kebanyakan. Waktu gw nonton Drakor Netflix 'Neverthless' jadi kurang, nih'. Endingnya, tahan cuma sebulan, resigned. Yah…kok kalah?
Wahai para pemuda dan pemudi kebanggan Bangsa dan Negara, contoh dan ilustrasi diatas akan sangat bisa terjadi, saya bilang sangat, ya, jadi kalau kalian nemu tempat kerja yang sangat supportive dan nyaman, duh, kalian tuh sudah masuk ke dalam kategori orang-orang yang beruntung.
Apesnya, kalau kalian sampai masuk ke lingkungan kerja yang hectic, serba cepat, no accept 'NO', individual, tight deadline dan kalian gak bisa ngikutin cara kerjanya, Endingnya akan 'Burn Out' dan dapat mengganggu mental kalian tentunya. Tidur gak enak, makan gak enak, pacaran gak mood terus merasa kesepian, eh maaf, kalau kesepian gak masuk faktor ini, saya lupa kalau kamu ternyata Jomblo :). Lanjut, ya, nah, sampai mana tadi?
oh, ya, ngebahas lingkungan kerja. Ok, jadi gini intinya, kalian tidak bisa memilih lingkungan kerja dan Boss. Company Culture itu sudah dibentuk sebelum kamu join, lagian kamu cuma pekerja biasa, bukan owner atau pemegang saham atau komisaris. Jadi bagaimana? ya terima. Mau komplain gak bisa, kan? gak bisa dipengaruhi juga, jangan fokus kesitu.
Lelah hayati kalian kalau fokus kesitu.
Kuncinya untuk bisa masuk kedunia kerja adalah ADAPTASI DAN VALUES. Kalian harus bisa beradaptasi dengan baik dilingkungan kerja, pas hari pertama masuk kerja, coba cermati dengan baik orang-orangnya, cara mereka berkomunikasi, cari tahu dimana spot-spot penting seperti spot fax, email, scan, meeting room, etc. Mulai menjalin komunikasi, say, hi, senyum dan ramah tentunya. Itu adalah fase adaptasi lingkungan kerja, kadang memang gak membuat nyaman, sih, tapi percayalah, ini part pertama dari Adaptasi. Intinya, paling penting adalah banyak berkomunikasi dan bertanya. Kalau mau cari guide, HRD yang baik biasanya akan menjadi tour guide kamu dan kami punya program khusus Anak baru namanya Induction atau Onboarding.
Kalau Values? Kalian tunjukkan kompetensi kalian, beberapa diantaranya mencakup Komunikasi yang bagus, performance dan ketepatan kerja yang baik serta mudah diajak bekerjasama.
Sampai sini kalian bisa mengikuti tulisan saya, ya? lanjut? Tetapinya saya haus, mau minum susu kekinian biar ada energi.
Send 248 views post
Seberapa amankah Cina (Tiongkok)? **Jonri Purwak
Tergantung pada daerahnya. Shanghai sangat aman (Kecuali saat menyebrang jalan karena pengemudi-pengemudi sana suka mengebut lewat lampu merah.). Beijing juga cukup aman namun ada daerah tertentu yang kurang aman. Saat di Beijing, saya menginap di hotel bintang 5, namun persis di sampingnya adalah wilayah preman-preman. Supir-supir taksi pun entah mengapa menolak untuk menjemput kami karena harus melewati daerah preman tersebut.
Di Shenzhen (tahun 2011), saya melihat banyaknya pencopetan. Saat saya di McDonald's, ada orang yang mencari-cari telpon genggamnya. Dari jendela, saya pun melihat anak muda yang menyeludup sebuah telpon genggam ke kantongnya, lalu lari. Saya pun pernah mendapat kembalian uang palsu. Saat saya menggunakan uangnya (Saya tidak tahu kalau itu palsu), sang kasir langsung mengatakan itu palsu. Bayangkan bila orang-orang sana sudah bisa membedakan uang asli dan palsu dengan mudah, maka penipuan uang palsu sudah umum terjadi. Saya pun membakar uangnya. Namun sepertinya Tiongkok jauh lebih aman sekarang sejak diterapkan teknologi pelacakan wajah yang cukup canggih.
Langganan:
Postingan (Atom)