Re: Mereka akan ada
Terima kasih kang.
On Oct 20, 2014 6:35 AM, "Dwika Sudrajat dwikasudrajat@yahoo.com
[elektro85]" <elektro85@yahoogroups.com> wrote:
Me
To
Elektro85
Today at 6:35 AM
Kesalahan terbesar yang sering dilakukan orang dalam hidupnya adalah
menyia-nyiakan kesempatan yang ia punya bersama keluarga.
Merasa mereka
akan ada dan hidup selamanya.
Sebabnya tak apa jika mereka tak diberi waktu yang sepadan, toh mereka akan selalu menunggu kita pulang dengan sabar.
Sebabnya tak apa jika mereka tak diberi waktu yang sepadan, toh mereka akan selalu menunggu kita pulang dengan sabar.
I deliver happiness,
Dwika
8 Kesalahan yang Harus Kamu Hindari Sebelum Mati
Hidup tidak akan selamanya berjalan di sisi kita. Akan ada masanya ia
pergi, melipat lembarannya, dan meninggalkan kita jauh di belakang.
Beberapa orang mensejajarkan pengalaman ditinggalkan kehidupan itu
dengan kematian. Beberapa orang lainnya mengatakan waktu mereka hanya
sudah selesai di dunia.
Dalam waktu yang panjangnya tak seberapa ini, adakah yang harus
berusaha kita hindari? Adakah hal-hal dalam hidup yang mestinya tidak
kita lakukan agar waktu yang tak selamanya ini jadi lebih berarti? Kali
ini Hipwee akan memaparkan 8 diantaranya.
1. Berharap Waktu yang Paling Tepat Akan Datang. Berkata “Kelak” Sembari Terus Mengelak
Berharap pada “nanti” via www.pillowfights.g
Dalam beberapa kesempatan kita memutuskan untuk menunggu waktu yang
paling tepat dalam hidup. Melihat hidup seperti kumpulan momentum, yang
di dalamnya ada satu yang paling bersinar. Kita merasa ada waktu yang
paling baik untuk sesuatu, karena itu kita tak keberatan menunggu.
Ketika hendak memulai usaha, kita merasa “Kelak” adalah
saatnya. Saat sudah lulus, saat sudah memiliki cukup modal, sudah tahu
seluk beluk membuka bisnis. Menunda dan menunggu waktu yang paling tepat
akan datang sebenarnya menjauhkan kita dari kesempatan dan
keberhasilan. Suatu usaha yang tidak dimulai saat ini, hasilnya juga
harus ditunggu lebih lama lagi.
2. Membuka Telinga Untuk Mendengar Kata Orang, Namun Hirau Pada Kata Hati
Hirau pada kata hati yang paling jujur via galleryhip.com
Sebenarnya kita dibekali dengan kemampuan untuk peka terhadap
semesta. Badan ini sudah dilengkapi dengan indera perasa yang bisa
diandalkan, saat ada sesuatu yang salah ia akan dengan ringan memberikan
peringatan. Masalahnya, kadang kita terlalu tinggi hati untuk menyadari
kemmapuan ini.
Sebelum mati, pastikan kamu tak lagi hirau atas suara paling jujur
yang bergaung di palung hatimu. Dengarkan dia, ikuti apa maunya, jangan
ragu meninggalkan sesuatu atas perintahnya. Ia yang paling tahu, tak ada
alasan bagimu membuang waktu — mendengarkan mereka yang juga tak tentu.
3. Merasa Keluarga Akan Hidup Selamanya, Menyia-Nyiakan Waktu Bersama Mereka
Menyia-nyiakan kesempatan bersama dengan orang tercinta via 31.media.tumblr.com
Kesalahan terbesar yang sering dilakukan orang dalam hidupnya adalah
menyia-nyiakan kesempatan yang ia punya bersama keluarga. Merasa mereka
akan ada dan hidup selamanya. Sebabnya tak apa jika mereka tak diberi
waktu yang sepadan, toh mereka akan selalu menunggu kita pulang dengan
sabar.
Terkadang kita lupa bahwa mereka juga manusia yang sesekali butuh
dipeluk dan dipupuk ulang cintanya. Mereka bukan manusia dengan power bank rasa
kasih yang tak terbatas jumlahnya. Menyia-nyiakan waktu untuk
bermesraan dengan mereka harus dibayar dengan penyesalan yang akan
datang setelahnya.
4. Jumawa Pada Kemampuan Saat Keberhasilan Menghampiri, Merasa Tak Tertandingi
Merasa jumawa atas kemampuan diri sendiri via galleryhip.com
Ketika kita perlahan mulai menapaki tangga menuju impian, terkadang
ada perasaan bangga dan “merasa bisa” yang tak terhindarkan. Saat impian
sudah makin terjangkau tangan, kita merasa mampu mengahadpi semua yang
mengganggu. Tidak ada lagi yang pantas ditakutkan, sebab sejengkal lagi
tujuan yang selama ini digadang-gadang akan bisa teraih dalam genggaman.
Keberhasilan tanpa disadari membuat kita tinggi hati. Merasa tak
tertandingi, enggan menundukkan badan untuk kembali duduk di kursi
belajar demi menambah kapasitas diri. Buat apa? Toh kamu sudah terbukti
bisa. Saat perasaan macam ini datang — satu yang kadang terlupakan:
Merasa diri paling mampu sebenarnya menutup kesempatan untuk berkembang.
Keberhasilan ternyata harus dibayar dengan berhentinya proses belajar.
Sebelum kelak kamu mati, sadarilah bahwa kemampuanmu selalu bisa
dikalahkan. Selalu ada ia yang lebih baik di luar. Merasa tak
tertandingi hanya akan membuatmu jadi orang yang culas dan tinggi hati.
5. Menyimpan Dendam Pada Diri Sendiri Atas Kesalahan yang Pernah Dilakoni
Enggan memaafkan diri sendiri via galleryhip.com
Sebagai manusia, amat wajar jika kamu pernah melakukan kesalahan —
baik pada diri sendiri ataupun pada orang lain. Meminta maaf dan
memaafkan orang lain kadang terlihat berat, tapi seberat-beratnya rasa
maaf sebenarnya adalah maaf yang kamu berikan pada diri sendiri. Sebagai
manusia kadang tanpa sadar kita menyimpan dendam pada diri sendiri.
Mengutuk diri atas kealpaan yang pernah dilakukan tempo hari.
Karena hidup hanya sekali, mulai hari ini cobalah ampuni dirimu.
Maafkan kamu di masa lampau yang sempat bodoh, sempat teledor, sempat
kurang peka dan hati-hati. Ampunilah dan terima ia sebagai bagian dirimu
yang sudah terlalui. Dengan cara ini, kamu akan bisa lebih fokus pada
apa yang harus kamu lakoni di hari ini. Tak lagi menyimpan rasa sakit
pada kejadian yang harusnya sudah tak diingat lagi.
6. Hidup Hanya Untuk Diri Sendiri, Enggan Berbagi Dengan Dia yang Butuh Diberi
Merasa hidup hanya untuk diri sendiri via foxesngo.blogspot.com
Hidup sebenarnya adalah proses mengulurkan dan menyambut uluran
tangan. Ada waktunya kamu membantu orang lain, namun nanti akan datang
juga giliran kamu dibantu oleh mereka dari arah-arah yang bahkan tak
terduga. Sayang, sebagai manusia kita sering diliputi rasa jumawa.
Merasa bisa hidup di atas kaki sendiri tanpa bantuan orang-orang di
sisi.
Akhirnya, kita jadi makhluk yang egois. Enggan membantu karena merasa
tak perlu. Padahal, berbagi adalah cara paling jitu untuk menebarkan
kebaikan tanpa harus merasa kekurangan. Sebelum waktumu tak lagi ada,
ulurkanlah tangan sebanyak yang kamu bisa. Kesempatan berbagi dengan
sesama akan membuatmu merasa berharga sebagai manusia.
7. Membiarkan Diri Terjebak Pada Pekerjaan yang Tak Dicinta
Terjebak pada pekerjaan yang tak dicinta adalah dosa besar via galleryhip.com
Melakoni pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan dengan hati hanya akan
membuatmu menggerutu tiap hari. Bagaimana tidak, bayangkan saja —
kewajiban sehari-hari yang harus kamu lakoni dari pagi hingga pagi lagi
adalah sesuatu yang kamu benci. Setiap hari kamu bangun dan berharap
hari itu sampai ke ujungnya tanpa harus menunggu lama lagi.
Jangan biarkan dirimu terjebak dalam kekejaman yang kamu ciptakan
sendiri. Berbincanglah dengan dirimu banyak-banyak, dengarkan kata
hatimu yang paling jujur, temukan keberanian untuk melangkah. Buat apa
bertahan dalam pekerjaan yang kamu benci? Ingatlah, kamu cuma punya
kesempatan hidup satu kali yang tak akan mungkin terulang lagi.
8. Bertahan Pada Cinta yang Gagal Membuatmu Bertransformasi Menjadi Sebaik-Baiknya Manusia
Kamu punya hak didampingi ia yang baik via galleryhip.com
Pasangan hidup, partner, a significant other –
apapun sebutanmu untuk ia yang mendampingi hari-harimu — adalah
seseorang yang harus diakui punya peranan penting dalam hidupmu sebagai
manusia. Bagaimana tidak, dengannya kamu berbagi hari. Berbagi pemikiran
dan pendapat. Ialah yang akan jadi pembawa pengaruh paling besar dalam
hidupmu.
Membiarkan ia yang tak tepat mendampingimu sesungguhnya setara dengan tindakan bunuh diri.
Cinta yang baik adalah ia yang membuatu terus berkembang menjadi
manusia yang lebih bermanfaat. Cinta yang tepat akan melembutkan hatimu,
menyatukan keping-keping hidup lebih lekat, membuatmu merasa ada
perubahan hidup yang harus diperjuangkan dengan kuat. Karena hidup hanya
sekali, jangan biarkan dirimu terpenjara cinta yang hanya membuatmu
lupa diri.
Terlepas dari ada atau tidaknya kesempatan hidup kembali, kenapa
tidak kita manfaatkan waktu yang ada saat ini sebaik mungkin? Selagi
bisa, hindarilah 8 kesalahan di atas. Selagi kamu masih bisa menyambut
pagi, selagi kamu belum dihadapkan pada desakan kata pergi.