link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Sabtu, 19 Mei 2012

Modal usaha



Berhutang untuk modal usaha, secara otomatis akan membuat Anda
termotivasi untuk mengembalikan hutang. Atau,
bisa juga Anda terima orderan langsung, meskipun usaha belum mulai. Ada
juga yang memberanikan diri membayar DP (uang muka) sewa ruko/ kios,
setelah itu terpaksa berpikir bagaimana melunasinya.
salam,
Dwika




=================================
The Power of Kepepet dan kebetulan-kebetulanpun terjadi 
by: Jaya Setiabudi

"Seandainya
sekarang Anda tidak memiliki uang tabungan. Penghasilan pun kurang dari
5 juta sebulan. Apakah Anda bisa mendapatkan uang 50 juta, jam 9 esok
hari?" Saat saya menanyakan pertanyaan ini kepada peserta seminar,
hampir semua menjawab, tidak bisa. Kenapa? Karena mereka mengukur
kemampuannya berdasarkan kondisi normal mereka. Dengan penghasilan 5
juta perbulan, jika saving-nya 2 juta perbulan, maka perlu 25 bulan untuk
mendapatkan 50 juta.


Bagaimana jika pertanyaan saya ubah? Seandainya, malam hari ini, anak
Anda atau orang yang paling Anda sayangi mendadak sakit keras. Dokter
mendiagnosa ada sebuah tumor ganas yang harus dioperasi besok juga,
jika tidak, maka nyawanya akan melayang. Sedangkan operasi hanya bisa
dilaksanakan jika Anda menyerahkan uang tunai sejumlah 5 juta rupiah
sebelum jam 9 esok hari. Bagaimana? Apakah Anda masih akan mengatakan
tidak bisa? Mayoritas akan menjawab, "Harus bisa". Kenapa? Karena
kepepet, jika tidak, nyawa orang yang kita cintai tsb akan melayang.


Jadi sebenarnya jika dalam kondisi yang kepepet dan tidak diberikan
pilihan untuk "tidak bisa", manusia akan mencari jalan untuk berpikir
"bagaimana harus bisa". Tetapi kenapa sukses, kaya, membahagiakan orang
tua atau keluarga, seolah bukan suatu kebutuhan yang mendesak?
Sesungguhnya manusia telah diciptakan dengan potensi luar biasa, di
luar apa yang kita pikirkan. Hanya saja potensi tersebut seringkali
hanya akan keluar pada kondisi terdesak, seperti seorang nenek bisa
melompat dari gedung setinggi 5 meter, saat kebakaran.
KEPEPET VS IMING-IMING

Ada 2 sebab yg membuat orang tak tergerak untuk berubah. Yang
pertama adalah impiannya kurang kuat, yang kedua tidak kepepet.
Dua hal tersebut yang seringkali disebut orang sebagai motivasi.
Kesalahan fatal yang timbul oleh sebagian besar motivator ataupun
trainer motivasi lainnya adalah hanya menggunakan impian sebagai
'iming-iming' untuk menggerakkan audiens. "Apa Impian anda? Siapa yang
impiannya punya mobil mewah? Rumah mewah? atau bahkan kapal pesiar?"
Memang, saat di ruang seminar, mereka sangat terbawa dan termotivasi
oleh sang motivator. Tapi masalahnya, sepulang dari seminar, mereka
dihantam kemalasan, mungkin juga halangan-halangan bahkan seringkali
oleh orang-orang yang mereka sayangi. Apa jadinya? Mereka tetap diam
ditempat.


Contoh yang kedua, ada seorang salesman yang bekerja di suatu
perusahaan. Seperti perusahaan lainnya, mereka menerapkan sistem bonus.
"Jika anda mencapai target yang telah ditentukan, maka anda akan
mendapat bonus jalan-jalan keluar negeri!" kata
managernya. "Gimana, semangat?" lanjut manager berinteraksi.

"Semagaat..ngat..ngat!" sambut salesman, sambil mengepalkan tangannya
seolah siap tempur. Bulan demi bulan pun berlalu tanpa pencapaian
target. Kemudian si manager bertanya,"Apa bonus yang aku tawarkan
kurang besar?". "Enggak kok Pak, cukup besar,mudah-mudahan bulan depan tercapai
Pak". Setelah
3 bulan masa 'iming-iming' tak berhasil, si manager mulai mengubah
strategi. Dia berteriak agak menekan di dalam meetingnya,"Pokoknya,
jika anda tidak bisa mencapai target penjualan yang sudah saya
tetapkan, anda saya PECAT!". Nah, keluarlah keringat dingin si
salesman. Sekeluar dari ruangan dia langsung menyambangi calon-calon
customernya, kerjanyapun semakin giat. Malas, malu, nggak pe-denya hilang
seketika. Kok bisa? Karena KePePet!
Yang dia pikirkan, jika dia tidak dapat memenuhi target, dia akan
dipecat. Jika dipecat, penghasilannya akan nol. "Trus anak istriku
makan apa?" pikirnya. Anehnya, target penjualan yang selama ini tidak
pernah tercapai, bisa juga terlampaui. Itulah yang disebut The Power of Kepepet.

97% orang termotivasi karena Kepepet, bukan karena iming-iming. Maka
dari itu ada pepatah mengatakan bahwa "Kondisi Kepepet adalah motivasi terbesar
di dunia!".
Banyak perusahaan mengkampanyekan Visi besarnya kepada seluruh
karyawannya. Apa jawab mereka? "Emang gua pikirin!". Bukannya salah
karyawan yang tidak peduli terhadap visi perusahaan, tapi karena visi itu tak
terlihat oleh karyawan. Mereka lebih termotivasi oleh sesuatu yang berupa
ancaman, baik situasi dimasa mendatang ataupun berupa punishment. John
P. Kotter (Harvard Business Review) mengemukakan "Establishing Sense of
Urgentcy"
adalah langkah pertama untuk menggerakkan perubahan dalam suatu
organisasi. Dengan melihat ancaman-ancaman terhadap kompetisi dan
krisis, membuat mereka tergerak, sebelum mengkomunikasikan visi. Fungsi
Visi adalah memberikan arah, sedangkan The Power of Kepepet yang
mendorong untuk bergerak.

MENCIPTAKAN KONDISI KEPEPET

Coba amati biografi orang-orang sukses, banyak dari mereka yang
'kepepet' sebelumnya. Seperti pegas, saat kita tekan, maka akan
menimbulkan gaya tolak yang lebih besar. Trus, apa yang harus kita
lakukan? Cara pertama untuk mengeluarkan 'potensi kepepet' kita, dengan
cara menvisualisasikan (membayangkan) seolah-olah kita dalam kondisi
kepepet, maka kita akan memfungsikan organ tubuh dan hormon-hormon
kita, bekerja secara maksimal. Misalnya, bayangkan jika hari ini Anda
di-PHK, apa yang Anda rasakan?


Cara kedua, menciptakan kondisi kepepet secara fisik. Misalnya dengan
berhutang untuk modal usaha, secara otomatis akan membuat kita
termotivasi untuk mengembalikan hutang. Atau,
bisa juga kita terima orderan langsung, meskipun usaha belum mulai. Ada
juga yang memberanikan diri membayar DP (uang muka) sewa ruko/ kios,
setelah itu terpaksa berpikir bagaimana melunasinya. Jika Anda masih single dan
tidak punya tanggungan keluarga, mungkin Anda mau langsung mencoba
keluar kerja dan mulai usaha?! Semua itu pilihan Anda lho, jangan
salahkan saya untuk risikonya. Tergantung dari karakter masing-masing
orang. Saya menempuh cara yang terakhir, cukup konyol, tapi berhasil.
Namun jangan lupa, Integritas dan Kredibilitas tetap harus dijaga.


Cara manapun yang akan Anda pilih, yang penting MELANGKAH, jangan
kebanyakan mikir atau sekedar membaca tulisan saya ini. Karena
kehidupan Anda tidak akan berubah hanya dengan membaca, tapi dengan ACTION.
"Jika rasa sakit terhadap kondisi sekarang tidak kuat, orang tak akan beranjak
untuk berubah"
FIGHT!

Tidak ada komentar: