Pariwisata, Belajar dari Istanbul
February 19, 2011 by darmansjah
Rate This
PARIWISATA
Belajar dari Istanbul oleh Orin Basuki executive summary by Darmansjah
Istanbul diterangi sinar matahari penuh pada siang 6 Oktober 2010, namun udara tetap terasa sejuk karena temperatur kota berusia 8.000 tahun ini ada di kisaran 20 derajat celsius.
Udara sejuk dan matahari cerah sudah cukup menjadi alasan bagi wisatawan untuk memadati Istana Topkapi, sebuah situs peninggalan Kekaisaran Ottomanyang menyimpan benda-benda sangat bernilai di kota yang dihuni 15 juta jiwa itu.
Salah satunya adalah Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Perekonomian, yang sengaja mengunjungi istana tersebut karena ingin melihat langsung benda-benda berharga dari zaman Nabi Muhammad SAW, mulai dari pedang yang konon dipakai Nabi berperang, pakaian, hingga alat minumnya. Bersama ratusan wisatawan lain, Hatta rela antre untuk menyaksikan peninggalan bersejarah itu melalui pintu-pintu sempit dan ruangan terbatas di bagian dalam Topkapi.
Pertanyaan yang muncul di benaknya, sesaat setelah keluar dari balkon luas yang menghadap langsung ke Selat Bosphorus, adalah bagaimana Indonesiabisa dikunjungi wisatawan asing sebanyak Turki. Salah satu ide yang terlintas adalah segera memanggil menteri-menteri untuk mencari jawaban atas pertanyaannya tadi, sekaligus mencoba mencari solusi kebijakan konkret untuk menarik wisatawan asing ke tempat-tempat wisata di Indonesia.
Adapun bagi Edgar (56), wisatawan asal Inggris, hanya ada dua alasan untuk terus-menerus berwisata ke Istanbul, yakni biaya hemat dan lokasi wisata yang tidak ada duanya di dunia. Biaya memang bisa dihemat karena letak Turki dari Inggris tidak begitu jauh. Selain itu, tempat mana di dunia yang sudah dibangun sejak 8.000 tahun lalu seperti Istanbul? Jawabannya, sangat jarang.
”Sekitar 23 tahun lalu saya memang sering ke Asia, termasuk Indonesia. Tetapi, sekarang terlalu jauh ke Asia. Lebih baik ke Turki saja,” katanya.
Edgar tidak pernah kapok dengan Istanbul karena setiap sudut kota itu dieksploitasi oleh pemerintahan setempat agar benar-benar menarik bagi wisatawan asing. Sudah pasti ada nama-nama besar situs bersejarah yang banyak dikenal, seperti Istana Topkapi, Katedral Ayasofya, atau Masjid Sultan Ahmad (Blue Mosque). Namun, bukan hanya itu daya tarik Istanbul, melainkan juga ada sepuluh alasan yang menjadikan kota ini sulit dilupakan.
Pertama, dimensi politik yang kental, Istanbul itu Asia atau Eropa? Keduanya ada. Kedua, tentunya seni dan arsitektur yang tumbuh sejak 8.000 tahun lalu tetap asli dan terpelihara. Ketiga, tempat tinggal yang luar biasa indah (Myklagar, kata orang Viking) karena ada di Selat Bosphorus dan Golden Hornyang menghubungkan kebudayaan Timur dan Barat. Keempat, bentang sosial yang hidup, di mana penduduk Istanbul menjadi warga yang mengerti semua isu. Kelima, modernitas berpadu dengan peninggalan klasik yang tak tergantikan.
Keenam, tempat berkembangnya bakat dan kreativitas karena kota ini kerap dijadikan festival berbagai seni dari seantero dunia. Ketujuh, kota terasah yang menjadikan industri tekstilnya berkembang, terutama karpet. Kedelapan, kota perdagangan, ketika pengasah perak masih bekerja di Grand Bazaar, pasar keuangan terus bergulir seperti layaknya Manhattan di New York. Kesembilan, kota spiritual, di mana masjid, sinagoga (tempat ibadah kaum Yahudi), dan gereja dibangun di radius 100 meter. Kesepuluh, kota yang cair, di mana segala bahasa digunakan, mulai dari Anatolia, Balkan, hingga Crimea.
Nah, sepuluh faktor penarik wisatawan itulah yang membuat kota ini didatangi oleh 30 juta wisatawan setiap tahun. Asosiasi Investor Pariwisata Turki (TYD) dengan bangga menyebutkan bahwa devisa yang diserap dari sektor wisata bisa mencapai 23 miliar dollar AS setahun.
Bandingkan dengan cadangan devisa Indonesia pada saat krisis 1997 yang tinggal sekitar 18 miliar dollar AS. Atau bandingkan dengan cadangan devisa Indonesia saat ini, yang mencapai posisi tertinggi sepanjang sejarah, yakni sekitar 86,551 miliar dollar AS (data Bank Indonesia per 30 September 2010). Itu berarti orang Turki dengan mudah menghimpun 26,57 persen cadangan devisa Indonesia, hanya dari sektor wisata.
Tarik konferensi
Bagaimana cara Istanbul memanfaatkan kesepuluh daya pikatnya itu? Mereka tarik sebanyak-banyaknya kegiatan seminar, konferensi, dan forum internasional.
”Dalam satu minggu, bisa ada lima hingga tujuh event internasional yang digelar di Istanbul. Ini yang membuat jumlah pencari kamar hotel jauh lebih banyak ketimbang jumlah kamar hotel yang tersedia,” tutur Bambang, warga negara Indonesia yang tinggal di Ankara, ibu kota pemerintahan Turki.
Sulitnya mencari hotel membuat harga sewa kamar menjadi luar biasa tinggi. Bayangkan, kamar hotel dengan dua tempat tidur, namun tidak dilengkapi perlengkapan pemasak air panas, pemandangan dari jendela kamar adalah dinding bangunan sebelah, dan tidak ada air mineral gratis, disewakan dengan harga 200 euro atau Rp 2,8 juta semalam (dengan kurs Rp 14.000 per euro). Itu untuk hotel yang terletak di pusat kota, seperti kawasan Taksim Square.
Menghadap selat
Kamar hotel yang menghadap Selat Bosphorus bisa lebih mahal lagi. Kamar standar bisa dijual 700 euro semalam. Bahkan, untuk kamar sekelas president suite, ada yang dilepas dengan harga 7.000 euro atau Rp 98 juta per malam. Itu pun tetap laku.
Dengan jumlah pencari kamar yang begitu besar, penetapan harga sewanya benar-benar ditentukan oleh faktor ekonomi paling dasar, yakni suplai dan permintaan. Siapa menawar paling tinggi, dia yang mendapatkan kamar. Oleh karena itu, sering kali terjadi di Istanbul, turis yang butuh kamar akan negosiasi dengan resepsionis. Jika harga yang ditawarkan jauh lebih mahal daripada tarif resmi, biasanya dua hingga tiga kalinya, kamar selalu tersedia.
”Sering kali orang yang sudah terkonfirmasi mendapatkan kamar, bahkan sudah menyerahkan paspor, bisa didepak karena kamarnya diberikan kepada penawar tertinggi. Etika bisnis tidak berlaku lagi di sini,” ujar Bambang.
Namun, bagaimana dengan orang seperti Edgar? Apakah kondisi itu membuatnya kapok ke Istanbul? Jawabannya, sama sekali tidak. Wisatawan setia seperti Edgar inilah yang sekarang dicari Indonesia, negeri yang juga memiliki sejarah panjang seperti Turki.
istanbul highlights
Places to see in Istanbul
Places to see in Istanbul, things to do in Istanbul, Turkey
1. ST. SOPHIE
Built by Constantin the Great, also known as the church of the Divine Wisdom designed to impress the strenght and wealth of the Roman emperors. Once it was the greatest Christian church in the world.
2. THE BLUE MOSQUE
Also called the Sultanahmet Camii, is known as the Blue Mosque, because of its magnificient interior decorations of blue Iznik tiles. Outside of the mosque stands the turbe or the tomb of Sultan Ahmet. It is decorated with 17th century Iznik tiles. The Sultan was buried here along with his wife and three sons.
3. HIPPODROME
The arena with the scenes of chariot races and also cultural focus of the Byzantine (Roman) Empire. Remains of the three of the great monuments can be seen: the Obelisk of Theodosius, the bronze Serpentine Column and the Column of Constantine.The square, with its surroundings, is like an open-air museum.
4. TOPKAPI PALACE
Topkapi Palace is the symbol and the center of the Ottoman Empire. Overlooking Istanbul Bogazici (Bosphorus) and the Marmara sea, stands this amazing building that was the great palace of the Ottoman Sultans. The palace is a collection of buildings arranged around a series of courtyards and has incredible collections of jewels, China, pieces of Ottoman and Islamic artwork.
5. SULEYMANIYE CAMII
Built by Mimar Sinan, the great architect, and completed in just seven years is considered to be the most beautiful of all Imperial mosques in Istanbul. It dominates the skyline of the Golden Horn. Adjoining the mosque there are schools of theology, schools of Medicine, and a caravanserai.
6. ARCHEOLOGICAL MUSEUM
This is in close vicinity of Topkapi Palace, in the direction of Gulhane park entrance. There are many collections in the museum. From Egyptian and Assyrian empires to Roman and Byzantine statues, marvellous sarchophagi, and pieces of Temples. The rich collection of ancient art are brought from anicent sites all over Anatolia (Turkey).
7. DOLMABAHCE PALACE
The Palace was built as a second residence to the Sultan Abdulmecid mid 19th century. The palace commands a nice view right on the Bosphorus and its gardens are very pretty, especially in spring and summer. The founder of Turkey, Mustafa Kemal Ataturk has died in this palace on November 10, 1938 at 9.05 AM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar