[Catatan Perjalanan] Hong Kong - Ada Octopus yang Menggurita
REP | 22 February 2011 | 17:05157 8 NihilSaya bukanlah orang kaya yang banyak duit untuk pelesiran. Saya bukanlah pejabat pemerintah yang mengharuskan untuk dinas luar negeri. Saya bukanlah anggota dewan yang ‘mengharuskan diri’ untuk studi banding. Saya juga bukan koruptor yang ke luar negeri untuk bersembunyi. Saya hanyalah seorang enjiner produksi dalam negeri, yang hanya karena ‘kecelakaan’ bekerja di perusahaan swasta asing dan “secara kebetulan” mendapatkan beberapa kesempatan bekerja di kantor cabang di negara lain untuk jangka waktu tertentu. Itulah mungkin kenapa saya tidak terlalu mempermasalahkan jika ada orang memanggil saya TKI.
Artikel seri Catatan Perjalanan ini sekedar merangkum pengalaman saya terutama berkaitan dengan beberapa hal istimewa yang tidak atau belum saya temui di negara kita.
—-****—-
Jika saya mendengar nama Hongkong disebut orang, satu hal yang ada di benak saya langsung adalah public transportasinya yang bagus, dengan networknya yang menjangkau segala daerah dan rambu-rambu dan penjelasannya yang informatif.
Berjenis-jenis moda tranportasi ada. Sebut saja kereta listrik AC nyaman dengan frekuensi yang cepat dan tepat waktu serta dengan network yang lengkap: utara, selatan, barat, timur, bahkan tenggara, daya dan laut. Ada yang di atas bumi dan ada yang dibawah permukaan, baik darat dan laut, pusat kota maupun pesisian. Rambu-rambu serta informasi visual dan verbal sangat mudah didapat, lengkap dengan tiga bahasa – Cina, Kanton dan Inggris.
Mau berkendara dengan bis? Bis model mikrolet atau bis tingkat dua pun ada. Naik taksi? No problem. Naik ferry? Star ferry cukup indah dinikmati. Tram? Jalannya pelan tapi mengasyikkan.
Dengan transportasi yang begitu gampang, ada satu lagi sarana yang membuat berkendaraan umum di Hongkong mengasyikan. Itulah kartu debit Octopus.
Jauh sebelum BCA mengenal BCA Flash, dan sepuluh tahun sebelum Singapur mengenal EZ Link Card, Hongkong telah menggunakan kartu seperti itu, sebuah kartu yang bisa kita isi dengan duit kita – tentunya HK dolar, dengan nominasi yang kita inginkan. Setiap memasuki stasiun kereta atau fery, atau di pintu masuk dalam bis atau tram, kita tinggal menempelkan kartu itu – atau dompet jika kartu dimasukkan ke dompet, ke alat yang ada. Dengan otomatis kartu debit tersebut akan berkurang nominalnya.
Dengan adanya kartu Octopus itu, pergerakan orang lebih mudah, tidak akan terjadi kemacetan di pintu keluar stasiun dan tidak mungkin orang yang tidak bayar – bonek – bisa menaikinya. Kemudahan juga didapatkan pada saat mengisi ulang kartu tersebut, yang bisa diisi pada mesin otomatis yang banyak tersedia di Stasiun Kereta, sehingga tidak akan banyak antrian di loket.
Yang lebih menarik dari kartu ini adalah dapat digunakannya kartu ini tidak hanya untuk berkendaraan umum. Mau beli air minum kemasan di kantin 711? Pakai Octopus. Mau belanja bulanan di supermarket Park and Shop? Pakai Octopus. Mau beli perangko atau SIM card? Pakai Octopus. Tentunya semuanya jika kita mempunyai dana di kartu itu. Karena penggunaannya yang luas dan menjangkau segala hal, itulah mungkin kartu itu dinamakan Octopus: menggurita. Hanya pedagang kaki lima dan pengemis saja mungkin yang tidak menerima Octopus.
Ternyata orang Hongkong mempunyai solusi efisiensi yang begitu canggih. Masuk akal jika transportasi publik di sana menjadi vital, dan setidaknya mengatasi kemacetan parah di jalanan.
Soon, positif saja lah. Insya Allah kita akan memiliki sarana yang efisien seperti itu, jika – dan hanya jika – pemerintah berpikir jernih, lurus, profesional yang tidak terkontaminasi kepentingan sesaat, kepentingan politik dan golongan. Insya Allah.
Cag, 22 Feb 2011
http://rifkiferiandi.wordpress.com
Artikel seri Catatan Perjalanan ini sekedar merangkum pengalaman saya terutama berkaitan dengan beberapa hal istimewa yang tidak atau belum saya temui di negara kita.
—-****—-
Jika saya mendengar nama Hongkong disebut orang, satu hal yang ada di benak saya langsung adalah public transportasinya yang bagus, dengan networknya yang menjangkau segala daerah dan rambu-rambu dan penjelasannya yang informatif.
Berjenis-jenis moda tranportasi ada. Sebut saja kereta listrik AC nyaman dengan frekuensi yang cepat dan tepat waktu serta dengan network yang lengkap: utara, selatan, barat, timur, bahkan tenggara, daya dan laut. Ada yang di atas bumi dan ada yang dibawah permukaan, baik darat dan laut, pusat kota maupun pesisian. Rambu-rambu serta informasi visual dan verbal sangat mudah didapat, lengkap dengan tiga bahasa – Cina, Kanton dan Inggris.
Bus normal dan double decker
Dengan transportasi yang begitu gampang, ada satu lagi sarana yang membuat berkendaraan umum di Hongkong mengasyikan. Itulah kartu debit Octopus.
Jauh sebelum BCA mengenal BCA Flash, dan sepuluh tahun sebelum Singapur mengenal EZ Link Card, Hongkong telah menggunakan kartu seperti itu, sebuah kartu yang bisa kita isi dengan duit kita – tentunya HK dolar, dengan nominasi yang kita inginkan. Setiap memasuki stasiun kereta atau fery, atau di pintu masuk dalam bis atau tram, kita tinggal menempelkan kartu itu – atau dompet jika kartu dimasukkan ke dompet, ke alat yang ada. Dengan otomatis kartu debit tersebut akan berkurang nominalnya.
Dengan adanya kartu Octopus itu, pergerakan orang lebih mudah, tidak akan terjadi kemacetan di pintu keluar stasiun dan tidak mungkin orang yang tidak bayar – bonek – bisa menaikinya. Kemudahan juga didapatkan pada saat mengisi ulang kartu tersebut, yang bisa diisi pada mesin otomatis yang banyak tersedia di Stasiun Kereta, sehingga tidak akan banyak antrian di loket.
Yang lebih menarik dari kartu ini adalah dapat digunakannya kartu ini tidak hanya untuk berkendaraan umum. Mau beli air minum kemasan di kantin 711? Pakai Octopus. Mau belanja bulanan di supermarket Park and Shop? Pakai Octopus. Mau beli perangko atau SIM card? Pakai Octopus. Tentunya semuanya jika kita mempunyai dana di kartu itu. Karena penggunaannya yang luas dan menjangkau segala hal, itulah mungkin kartu itu dinamakan Octopus: menggurita. Hanya pedagang kaki lima dan pengemis saja mungkin yang tidak menerima Octopus.
Ternyata orang Hongkong mempunyai solusi efisiensi yang begitu canggih. Masuk akal jika transportasi publik di sana menjadi vital, dan setidaknya mengatasi kemacetan parah di jalanan.
Soon, positif saja lah. Insya Allah kita akan memiliki sarana yang efisien seperti itu, jika – dan hanya jika – pemerintah berpikir jernih, lurus, profesional yang tidak terkontaminasi kepentingan sesaat, kepentingan politik dan golongan. Insya Allah.
Cag, 22 Feb 2011
http://rifkiferiandi.wordpress.com