Lebih dari itu, ajaklah orang lain menemukan punya mereka.
Ini juga bisa membuat Anda tersenyum dan sekaligus bersyukur."
I care About You,
Dwika
Rahasia Sang Raksasa
(Sesuai permintaan, tips ini sedikit melenceng dari soal bicara, tapi tak sepenuhnya.)
Anda mungkin ingat langkah-langkah raksasanya Tung Desem Waringin. Pada intinya, setiap Kita adalah raksasa.
Bukanlah Kita hanya memiliki raksasa di dalam diri, lebih dari itu, setiap Kita adalah raksasa-raksasa yang berdiri. Sayangnya, masih berkacamata kuda dengan hati yang terkantuk atau terkunci.
Itu semua relatif saja sifatnya. Bandingkanlah diri Kita dengan alam semesta, apalah artinya diri ini. Tapi bandingkan dengan kuman dan bakteri, Kita adalah raksasa-raksasa di sini.
Berikut ini adalah terjemahan bebas dari tips motivasinya Chuck Gallozzi.
'Keraksasaan' Kita bukanlah sesuatu yang Kita capai, sebab Ia sudah ada dari sononya. Kata orang Melayu, Kita adalah raksasa sejak semula jadi. Raksasa itu adalah apa yang dibangkitkan dari dalam dan kemudian menjadi jati diri.
SENYUM
Untuk membangkitkannya, ada langkah awal yang mungkin terlalu mudah dilakukan. Tapi janganlah pernah, Kita menganggapnya terlalu remeh. Mulailah hidup ini dengan tersenyum.
Kekayaan dan kesejahteraan duniawi, adalah subjek yang paling sering berseliweran di dalam kepala dan pikiran Kita. Ada masanya Kita bisa tertawa, dan ada waktunya Kita tak mampu menahan tangis. Di dalam keduanya, tetaplah tersenyum dengan manis.
Silahkan tersenyum sambil menangis, merenungkan refleksi dari seorang kartunis:
"Dulu, Saya sering berpikir tentang 'kemiskinan' Saya. Saya memanglah 'miskin'. Teramat 'miskin'. Kemudian, orang-orang mengatakan bahwa Saya tidaklah 'miskin', Saya hanya 'punya banyak kebutuhan'. Mereka juga mengatakan, bahwa berpikir demikian hanyalah membuat diri 'kalah'. Mendengar itu, Saya merasa 'diasingkan'. (Oh, maaf bukan 'diasingkan', melainkan 'tidak menjadi yang diutamakan'.) Kemudian, mereka mengatakan bahwa merasa 'diasingkan' adalah berlebihan. Saya jadi 'kecewa'. Ya. Sampai sekarang, satu senpun tetap saja Saya 'tak punya'. Akan tetapi, kini Saya 'punya' banyak pilihan kata untuk bisa
menceritakannya."
--Jules Feiffer--
Ya. Jules Feiffer punya banyak kosa kata. Dan Ia juga punya rasa humor. Dan orang-orang yang punya keduanya, adalah orang yang cocok tetap hidup di bumi ini. Mereka waspada dan mereka terbangkitkan. Mereka bisa melihat apa yang tak dilihat orang lain. Mereka ceria, karena mereka selalu merasa hidup di sebuah dunia yang serba cukup.
Lihatlah betapa kayanya Kita: buku yang Kita baca, musik yang Kita dengar, seni dan budaya yang Kita nikmati, keindahan alam yang Kita tatap dan resapi, orang-orang yang Kita cintai, hal-hal berharga yang bisa Kita lakukan, dan ketidakterbatasan berbagai kesempatan.
Kita berbagi dunia yang sama. Beberapa dari Kita masih terkantuk dan hampir jatuh tertidur. Beberapa lagi, segar dan bugar menjadi raksasa. Bagi yang belum bangkit, ketidaksadaran mereka membuat mereka tak lagi memahami, bahwa dunia ini adalah lebih dari cukup buat siapa saja.
Oleh karenanya, 'seseorang' atau 'sesuatu' harus dibangkitkan. Berikut ini adalah "puisi pembangKitan" dari seorang ibu rumah tangga di Richmond sana. Ayolah menangis lagi, dan jangan lupa tersenyum.
Aku tersesat
Hilang di tengah gurun hidup yang tak lagi memikat
Sepertinya matahari membakar kulitku
Lucunya, Aku tak bisa melihat cahaya
Kurasakan remah dan butir pasir kotor dalam sepatuku
Kok rasanya datar-datar saja ya?
Aku tak merasakan apa-apa
Aku bergerak, tapi tak tahu mau kemana
Aku tersesat
Aku merasa sendiri dan terasingkan
Kucari-cari jauh sekali ke dalam diri
Tak ada apa-apa
Cuma melompong dan kosong yang bikin bengong
Di mana itu keceriaan?
Mana sih yang katanya semangat?
Ada di mana semua harapan?
Aku haus sekali
Haus air
Dan haus cahaya
Tunggu...! Aku tahu kenapa tak bisa melihat
Mataku tertutup
AKu tahu kenapa tak bisa merasa apa-apa
Telah Kutekan off tombol di hatiku
Aku juga tahu kenapa tak jelas mau kemana
Sebab kutolak semua yang mungkin
Lagi, kucari-cari jauh di dalam diri
Lebih dalam dari yang biasa setiap hari
Rupanya bisa juga kulihat cahaya
Tempatnya memang di sana
Berpendar tapi masih dengan lemah
Kini Aku berkonsentrasi pada cahaya itu
Makin terang Ia makin terang
Pendar jarinya mulai memeluk hangat hati ini
Aku ingat perjalananku
Aku juga masih ingat gembira dan semangatnya
Kayaknya, harapan memang masih ada
Tahu-tahu
Rasa panas membakar kulitku
Jempol dan telunjuk kakiku meronta-ronta dalam sepatu
Mereka tak lagi mau terpisah oleh butir dan bulir pasir di antara
Aku mulai merasakannya
Oh oh oh
Sakit dan gelisah itu membuatku gembira
Karena kutahu aku masih hidup dan nyata
Sudahlah
Biar kupeluk apa saja yang mungkin dan bisa
Tak usah pusing dan Kulanjutkan saja perjalanan ini
Yakin kucapai arah dan akhirnya
--Hedy F. Andrews--
BERSYUKUR
Kita semua juga bisa bangun dan bangkit. Apa yang diperlukan adalah mengingat semua derita yang Kita coba hindari.
Apakah Anda putus asa pada cita-cita?
Adakah yang hilang dari anggota tubuh Anda?
Anda tuli atau bisu?
Anda menderita karena sakit jiwa?
Punya kanker, epilepsi atau Parkinson?
Anda merasa terpenjara?
Jika Anda menjawab "tidak", Anda sudah kaya. Apa bagusnya semua harta di dunia, jika Anda tak sehat atau terpenjara?
Jika Anda menjawab "ya", untuk salah satunyaaa... saja, bukannya ada yang lebih parah dari Anda? Bandingkan saja, dan percayalah; Anda memang kaya-raya!
Bersyukurlah. Anda punya teman dan keluarga? Anda bekerja dan punya tempat tinggal walau bukan milik Anda? Anda masih bisa makan nasi dengan cukup? Masih punya waktu untuk rileks dan menikmati semua ini?
Anda kaya dan memiliki. Anda juga memiliki semua perpustakaan yang ada, taman-taman bermain, sekolah, dan semua perkumpulan yang menyenangkan seperti milis ini.
Betapa kayanya Anda dibanding mereka yang kesepian, menganggur atau menggelandang di pinggir jalan.
Pintu untuk menghargai segala kelebihan, adalah hati yang lapang. Dan jendelanya, adalah sikap dan kemampuan untuk melihat segala kemungkinan. Banyak hal bagus bisa dilakukan dengan menjadi kaya dan memiliki. Tapi harta terbaik Anda adalah hati. Dan jiwa Anda, takkan bisa menanti terus menanti.
Baginda Rasulullah Muhammad SAW mengekspresikannya begini, "Riches are not from abundance of worldly goods, but from a contented mind."
Jadi, Anda kaya atau miskin? Relatif.
Akan ada selalu orang yang lebih kaya dari Anda. Di atas langit ada langit. Jadi, Anda adalah tergantung pikiran Anda. Itu sebabnya, Ralph Waldo Emerson berkata, "Poverty consist in feeling poor."
Jika Anda merasa ceria, senang, bersemangat, antusias, merasa menemukan, mengerti, berharap, tertawa, dan mencintai, siapa yang berani bilang Anda tidak kaya?
Kaya yang sesungguhnya bersumur di dalam jiwa. Lalu meluap mengalir, mengisi hidup Kita. Berhati-hatilah dengan pikiran dan kepercayaan negatif. Mereka itu penyakit, karatnya mesin jiwa yang mestinya setia memompa darah semangat Kita.
Berkebunlah dan bercocok tanam pikiran positif. Bersihkan gulma dan penyakitnya. Supaya air kehidupan yang jernih segar mengalir dengan bebas, dan membasahi jiwa yang kerontang ini.
Kita hanya bisa berfokus pada satu hal di suatu saat. Maka jika Kita hanya menengok melihat apa-apa yang bisa disyukuri, tak lagi Kita akan terkernyit menampak kemiskinan, kelangkaan atau ketiadaan.
Jika Kita menyadari selalu ada yang bisa dihargai dan disyukuri, selalulah cepat Kita menemui kemungkinan dan kemungkinan lagi. Yang datang, atau menghadap.
Rasa syukur juga bermanfaat untuk setiap hubungan Kita. Cobalah renungi, orang mau memberi pada siapa yang mau menghargai. Dan mereka akan berhenti pada siapa yang tidak lagi.
Menarik bukan, ironi tentang memberi segala apa yang justru Kita cari?
Bagaimana Kita mencari teman? Bukannya dengan menjadi teman? Bagaimana Kita memenangi penghargaan? Dengan menjadi yang lebih dulu menghargai.
Prinsip itu, berlaku juga untuk mensyukuri keberadaan segala kelebihan. Makin Kita coba menebarnya, kembalinya akan berlipatganda. Jadilah yang baik-baik. Jadilah dermawan. Jadilah penolong. Dan jika Anda bisa, maka hiduplah dalam dunia yang baik, dermawan, penuh pertolongan.
Di peta perjalanan Anda, memang banyak lubang dan jebakan. Keberanian Anda adalah buldozer dan mesin giling yang akan memuluskannya.
Suze Orman bilang begini, "Keberanian adalah visi, ia menolak halang dan rintang hari ini di jejak-jejak ke masa depan. Keberanian adalah keyakinan, ia menjadi pengarah dan sutradara."
Puas dengan apa yang ada, tentunya bukan tentang pemanis buatan yang palsu. Sesungguhnyalah, ia adalah pembangkit kekayaan di hati dan pikiran. Dalam kalbu dan jiwa.
Johann Wolfgang Von Goethe bilang, "Siapa yang terpenuhi dari dalam, hanya perlu sedikit dari luar." Namun begitu, Epicurus juga berkata, "Tidak ada yang cukup, bagi yang menganggap cukup adalah sedikit." Relatif dan terserah Anda.
Mau lebih kaya?
Benjamin Disraeli bilang, "Hal terbaik yang bisa Kamu lakukan, tidak hanya berbagi kekayaan. Lebih dari itu, ajaklah orang lain menemukan punya mereka.
Ini juga bisa membuat Anda tersenyum dan sekaligus bersyukur:
http://www.indodigest.com/indonesia-special-article-50.html
(Sesuai permintaan, tips ini sedikit melenceng dari soal bicara, tapi tak sepenuhnya.)
Anda mungkin ingat langkah-langkah raksasanya Tung Desem Waringin. Pada intinya, setiap Kita adalah raksasa.
Bukanlah Kita hanya memiliki raksasa di dalam diri, lebih dari itu, setiap Kita adalah raksasa-raksasa yang berdiri. Sayangnya, masih berkacamata kuda dengan hati yang terkantuk atau terkunci.
Itu semua relatif saja sifatnya. Bandingkanlah diri Kita dengan alam semesta, apalah artinya diri ini. Tapi bandingkan dengan kuman dan bakteri, Kita adalah raksasa-raksasa di sini.
Berikut ini adalah terjemahan bebas dari tips motivasinya Chuck Gallozzi.
'Keraksasaan' Kita bukanlah sesuatu yang Kita capai, sebab Ia sudah ada dari sononya. Kata orang Melayu, Kita adalah raksasa sejak semula jadi. Raksasa itu adalah apa yang dibangkitkan dari dalam dan kemudian menjadi jati diri.
SENYUM
Untuk membangkitkannya, ada langkah awal yang mungkin terlalu mudah dilakukan. Tapi janganlah pernah, Kita menganggapnya terlalu remeh. Mulailah hidup ini dengan tersenyum.
Kekayaan dan kesejahteraan duniawi, adalah subjek yang paling sering berseliweran di dalam kepala dan pikiran Kita. Ada masanya Kita bisa tertawa, dan ada waktunya Kita tak mampu menahan tangis. Di dalam keduanya, tetaplah tersenyum dengan manis.
Silahkan tersenyum sambil menangis, merenungkan refleksi dari seorang kartunis:
"Dulu, Saya sering berpikir tentang 'kemiskinan' Saya. Saya memanglah 'miskin'. Teramat 'miskin'. Kemudian, orang-orang mengatakan bahwa Saya tidaklah 'miskin', Saya hanya 'punya banyak kebutuhan'. Mereka juga mengatakan, bahwa berpikir demikian hanyalah membuat diri 'kalah'. Mendengar itu, Saya merasa 'diasingkan'. (Oh, maaf bukan 'diasingkan', melainkan 'tidak menjadi yang diutamakan'.) Kemudian, mereka mengatakan bahwa merasa 'diasingkan' adalah berlebihan. Saya jadi 'kecewa'. Ya. Sampai sekarang, satu senpun tetap saja Saya 'tak punya'. Akan tetapi, kini Saya 'punya' banyak pilihan kata untuk bisa
menceritakannya."
--Jules Feiffer--
Ya. Jules Feiffer punya banyak kosa kata. Dan Ia juga punya rasa humor. Dan orang-orang yang punya keduanya, adalah orang yang cocok tetap hidup di bumi ini. Mereka waspada dan mereka terbangkitkan. Mereka bisa melihat apa yang tak dilihat orang lain. Mereka ceria, karena mereka selalu merasa hidup di sebuah dunia yang serba cukup.
Lihatlah betapa kayanya Kita: buku yang Kita baca, musik yang Kita dengar, seni dan budaya yang Kita nikmati, keindahan alam yang Kita tatap dan resapi, orang-orang yang Kita cintai, hal-hal berharga yang bisa Kita lakukan, dan ketidakterbatasan berbagai kesempatan.
Kita berbagi dunia yang sama. Beberapa dari Kita masih terkantuk dan hampir jatuh tertidur. Beberapa lagi, segar dan bugar menjadi raksasa. Bagi yang belum bangkit, ketidaksadaran mereka membuat mereka tak lagi memahami, bahwa dunia ini adalah lebih dari cukup buat siapa saja.
Oleh karenanya, 'seseorang' atau 'sesuatu' harus dibangkitkan. Berikut ini adalah "puisi pembangKitan" dari seorang ibu rumah tangga di Richmond sana. Ayolah menangis lagi, dan jangan lupa tersenyum.
Aku tersesat
Hilang di tengah gurun hidup yang tak lagi memikat
Sepertinya matahari membakar kulitku
Lucunya, Aku tak bisa melihat cahaya
Kurasakan remah dan butir pasir kotor dalam sepatuku
Kok rasanya datar-datar saja ya?
Aku tak merasakan apa-apa
Aku bergerak, tapi tak tahu mau kemana
Aku tersesat
Aku merasa sendiri dan terasingkan
Kucari-cari jauh sekali ke dalam diri
Tak ada apa-apa
Cuma melompong dan kosong yang bikin bengong
Di mana itu keceriaan?
Mana sih yang katanya semangat?
Ada di mana semua harapan?
Aku haus sekali
Haus air
Dan haus cahaya
Tunggu...! Aku tahu kenapa tak bisa melihat
Mataku tertutup
AKu tahu kenapa tak bisa merasa apa-apa
Telah Kutekan off tombol di hatiku
Aku juga tahu kenapa tak jelas mau kemana
Sebab kutolak semua yang mungkin
Lagi, kucari-cari jauh di dalam diri
Lebih dalam dari yang biasa setiap hari
Rupanya bisa juga kulihat cahaya
Tempatnya memang di sana
Berpendar tapi masih dengan lemah
Kini Aku berkonsentrasi pada cahaya itu
Makin terang Ia makin terang
Pendar jarinya mulai memeluk hangat hati ini
Aku ingat perjalananku
Aku juga masih ingat gembira dan semangatnya
Kayaknya, harapan memang masih ada
Tahu-tahu
Rasa panas membakar kulitku
Jempol dan telunjuk kakiku meronta-ronta dalam sepatu
Mereka tak lagi mau terpisah oleh butir dan bulir pasir di antara
Aku mulai merasakannya
Oh oh oh
Sakit dan gelisah itu membuatku gembira
Karena kutahu aku masih hidup dan nyata
Sudahlah
Biar kupeluk apa saja yang mungkin dan bisa
Tak usah pusing dan Kulanjutkan saja perjalanan ini
Yakin kucapai arah dan akhirnya
--Hedy F. Andrews--
BERSYUKUR
Kita semua juga bisa bangun dan bangkit. Apa yang diperlukan adalah mengingat semua derita yang Kita coba hindari.
Apakah Anda putus asa pada cita-cita?
Adakah yang hilang dari anggota tubuh Anda?
Anda tuli atau bisu?
Anda menderita karena sakit jiwa?
Punya kanker, epilepsi atau Parkinson?
Anda merasa terpenjara?
Jika Anda menjawab "tidak", Anda sudah kaya. Apa bagusnya semua harta di dunia, jika Anda tak sehat atau terpenjara?
Jika Anda menjawab "ya", untuk salah satunyaaa... saja, bukannya ada yang lebih parah dari Anda? Bandingkan saja, dan percayalah; Anda memang kaya-raya!
Bersyukurlah. Anda punya teman dan keluarga? Anda bekerja dan punya tempat tinggal walau bukan milik Anda? Anda masih bisa makan nasi dengan cukup? Masih punya waktu untuk rileks dan menikmati semua ini?
Anda kaya dan memiliki. Anda juga memiliki semua perpustakaan yang ada, taman-taman bermain, sekolah, dan semua perkumpulan yang menyenangkan seperti milis ini.
Betapa kayanya Anda dibanding mereka yang kesepian, menganggur atau menggelandang di pinggir jalan.
Pintu untuk menghargai segala kelebihan, adalah hati yang lapang. Dan jendelanya, adalah sikap dan kemampuan untuk melihat segala kemungkinan. Banyak hal bagus bisa dilakukan dengan menjadi kaya dan memiliki. Tapi harta terbaik Anda adalah hati. Dan jiwa Anda, takkan bisa menanti terus menanti.
Baginda Rasulullah Muhammad SAW mengekspresikannya begini, "Riches are not from abundance of worldly goods, but from a contented mind."
Jadi, Anda kaya atau miskin? Relatif.
Akan ada selalu orang yang lebih kaya dari Anda. Di atas langit ada langit. Jadi, Anda adalah tergantung pikiran Anda. Itu sebabnya, Ralph Waldo Emerson berkata, "Poverty consist in feeling poor."
Jika Anda merasa ceria, senang, bersemangat, antusias, merasa menemukan, mengerti, berharap, tertawa, dan mencintai, siapa yang berani bilang Anda tidak kaya?
Kaya yang sesungguhnya bersumur di dalam jiwa. Lalu meluap mengalir, mengisi hidup Kita. Berhati-hatilah dengan pikiran dan kepercayaan negatif. Mereka itu penyakit, karatnya mesin jiwa yang mestinya setia memompa darah semangat Kita.
Berkebunlah dan bercocok tanam pikiran positif. Bersihkan gulma dan penyakitnya. Supaya air kehidupan yang jernih segar mengalir dengan bebas, dan membasahi jiwa yang kerontang ini.
Kita hanya bisa berfokus pada satu hal di suatu saat. Maka jika Kita hanya menengok melihat apa-apa yang bisa disyukuri, tak lagi Kita akan terkernyit menampak kemiskinan, kelangkaan atau ketiadaan.
Jika Kita menyadari selalu ada yang bisa dihargai dan disyukuri, selalulah cepat Kita menemui kemungkinan dan kemungkinan lagi. Yang datang, atau menghadap.
Rasa syukur juga bermanfaat untuk setiap hubungan Kita. Cobalah renungi, orang mau memberi pada siapa yang mau menghargai. Dan mereka akan berhenti pada siapa yang tidak lagi.
Menarik bukan, ironi tentang memberi segala apa yang justru Kita cari?
Bagaimana Kita mencari teman? Bukannya dengan menjadi teman? Bagaimana Kita memenangi penghargaan? Dengan menjadi yang lebih dulu menghargai.
Prinsip itu, berlaku juga untuk mensyukuri keberadaan segala kelebihan. Makin Kita coba menebarnya, kembalinya akan berlipatganda. Jadilah yang baik-baik. Jadilah dermawan. Jadilah penolong. Dan jika Anda bisa, maka hiduplah dalam dunia yang baik, dermawan, penuh pertolongan.
Di peta perjalanan Anda, memang banyak lubang dan jebakan. Keberanian Anda adalah buldozer dan mesin giling yang akan memuluskannya.
Suze Orman bilang begini, "Keberanian adalah visi, ia menolak halang dan rintang hari ini di jejak-jejak ke masa depan. Keberanian adalah keyakinan, ia menjadi pengarah dan sutradara."
Puas dengan apa yang ada, tentunya bukan tentang pemanis buatan yang palsu. Sesungguhnyalah, ia adalah pembangkit kekayaan di hati dan pikiran. Dalam kalbu dan jiwa.
Johann Wolfgang Von Goethe bilang, "Siapa yang terpenuhi dari dalam, hanya perlu sedikit dari luar." Namun begitu, Epicurus juga berkata, "Tidak ada yang cukup, bagi yang menganggap cukup adalah sedikit." Relatif dan terserah Anda.
Mau lebih kaya?
Benjamin Disraeli bilang, "Hal terbaik yang bisa Kamu lakukan, tidak hanya berbagi kekayaan. Lebih dari itu, ajaklah orang lain menemukan punya mereka.
Ini juga bisa membuat Anda tersenyum dan sekaligus bersyukur:
http://www.indodigest.com/indonesia-special-article-50.html
QA-Communication
Tidak ada komentar:
Posting Komentar