link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Minggu, 03 April 2011

Budapest. 1

The Last Sunday in Budapest. Part 1
Arita - CH

Bau kelembapan pagi menyelinap dalam benakku, membentuk sosok kehidupan yang berjalan tanpa henti, didorong angin waktu yang berdetak, tik tak tik tak. Jam tidurku terlihat mengkerut dipojok sudut, tekuk lutut dengan adrenalin yang memompa darah penuh semangat, membangunkan terus menerus setiap sendi dalam kesadaranku, membuka erat-erat mata yang kelaparan akan pemandangan demi pemandangan.
Akhir pekan di Budapest benar-benar menguras habis waktu tidurku yang tersisa hanya sedikit. Setiap jengkal kota diwarnai oleh kehidupan yang bergolak, mengandung makna dan cerita yang mampu mengocek tangis bersamaan dengan pembunuhan kesedihan. Kota Budapest kaya dengan masa-masa peperangan, penjajahan, pembebasan, yang akhirnya malah diduduki untuk kembali terjajah. Namun, kota ini tak pernah menyerah, kota tangguh yang dijajah dan terajam tapi tetap bertahan dan bangkit hidup dari kematian berkali-kali
Penyatuan berbagai rasa dan asal muasal sejarah seolah menjadi tapak-tapak awal dari penyatuan tiga kota Óbuda, Buda, dan Pest menjadi kota Budapest pada tahun 1873.
Buda & Pest
 

Dulu, di abad ke 3 dan ke 4 SM, orang Eravisci dari suku Celtik yang sangat berbudaya “memeriahkan” kehidupan di bukit Gellért, diatas sungai Danube. Kepandaian dalam dunia besi dan keramik hingga pembuatan uang koin membalut kehidupan mereka dengan kemakmuran. Hingga abad 35 SM, datanglah bangsa Romawi menambah hingar bingar bukit dengan membangun pemukiman koloni Pannonia, dan mengeksploitasi mata air panas di daerah tersebut dengan membangun pemandian umum pertama. Pemandian dan spa menjalar subur di kanan kiri kota tersebut, membuatnya menjadi terkenal dengan nama Aquincum (kini dikenal dengan nama Óbuda), kota yang berlimpah dengan “air”. Kota yang membuatku tak mampu tertidur, setelah menikmati “ketenangan” dalam spa yang buka hingga pukul 04:00 pagi!
Sungai Danube
 
 
Sisa-sisa bukit Gellért
 
Di abad ke 9, datanglah bangsa Magyars dari pegunungan Ural yang kemudian menetap di sekitar Danube di Carpathian Basin, bangsa yang kemudian menjadi nenek moyang orang Hungaria di masa kini. Dengan Raja István sebagai raja Hungaria yang pertama, ia memerintah dengan keberanian dan kepandaian hingga berhasil mempersatukan bangsa. Setelah kematiannya,  pada tanggal 20 Agustus 1083 Raja István disantofikasi menjadi santo dan pelindung bagi bangsa Hungaria. Hingga kini, mumi Santo István (Szen István) dapat dilihat di bangunan Szen István-bazilika atau dikenal dengan nama St. Stephen's Basilica dan setiap tanggal 20 Agustus dirayakan sebagai hari raya Santo István (St. Stephen's day).
Szen István-bazilika
 
 Setelah kematian Raja István, Hungaria kembali menghadapi ancaman baru dari Mongol pada sekitar tahun 1241-1242. Bangsa Mongol menghancurkan kota Pest dan Buda serta menduduki area Trandanubian. Dimana-mana ditemukan kelaparan dan kematian. Bangsa Hungaria kembali merana terajam, namun keajaiban seolah enggan meninggalkan mereka. Tanpa hujan dan angin, "The Khan of Mongol" meninggal dunia dan seluruh pasukannya kembali ke Asia.
Raja Béla ke IV kembali membangun Hungaria, pada tahun 1347 pemukiman kerajaan berpindah kebagian bawah di bukit Buda dan kota Pest mulai pulih dan berkembang hingga menyeberangi sungai Danube.
Pemukiman pertama Aquincum yang berada di sebelah utara atas menjadi Óbuda (kota tua Buda).

Óbuda
Aku berjalan perlahan menapaki Buda menanjak menuju Óbuda yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan bergaya Renaissance, Gothic, Baroque -peninggalan koloni Romawi-  dan Arabique -peninggalan koloni Turki yang hadir pada tahun 1541-1686, periode "The Ottoman"-. Kekayaan gaya bangunan di kota Óbuda membuatku bertenaga 10 kali lipat dari sebelumnya. Entah bagaimana caranya kedua kaki ini melangkah tapak demi tapak mengitari jalan yang menanjak, yang pasti kedua mataku menjadi komandan panglima tertinggi bagi seluruh anggota badan.
 
 
Town hall Óbuda , dibangun pada abad ke 17 & 18
 
Rumah-rumah kaum borjuis bergaya Baroque
 
Bentuk genteng keramik yang berwana-warni dari Gereja Matthias Corvinus
Mátyás-templom (Matthias Church) - 1255
 
Jejak arsitektur Turki di Buda (1541-1686)
 
Király Fürd?, pemandian umum yang dibangun pada pemerintahan Ottoman tahun 1565.
Sumber foto: http://www.budapest-tourist-guide.com/
Setelah sang panglima tertinggi  -kedua mataku- puas dan kenyang dengan "sajian mewah" bercita rasa ala oriental & occidental, maka aku memejamkan "sang panglima tertinggi", duduk diam menikmati angin musim semi yang menyelinap dari jendela kereta metro yang tertutup tidak rapat. Mempersiapkan sang Panglima untuk kembali menyantap pemandangan di seberang sungai Danube, di kota Pest.
Tunggu kehadiranku, kota Pest...
 
. . .

Tidak ada komentar: