Europe: Amsterdam
Belanda, Netherlands, negeri sempit yang cuma dihuni 16 juta orang,bandingkan dengan populasi Jabotabek yang 23 juta, tidak bisa dianggap enteng. Meskipun kontroversial dalam hal etika sosial (mengizinkan prostitusi, perkawinan sejenis, bahkan mengisap ganja), Belanda juga termasuk 10 negara terkaya di dunia, dengan ekspor hasil pertanian terbesar ketiga di dunia. Fakta paling mengiris hati, tentu saja penjajahan Belanda di Indonesia yang berlangsung ratusan tahun. Kayak apa sih, orang-orang ini?
Day 6
Dengan kereta cepat yang dioperasikan Thalys, perjalanan Paris-Amsterdam hanya memakan waktu 4 jam. From the heart of Paris to the heart of Amsterdam- tanpa pengecekan gila-gilaan seperti naik pesawat-tanpa harus check in 2 jam sebelumnya di airport yang selalu di luar kota.. oh, oh, I love trains!
Amsterdam Centraal station menyambut saya dengan suara hiruk pikuk dan desakan manusia. Keluar dari stasiun, suasana hiruk-pikuk makin terasa. Di jalan raya yang tidak bisa dibilang lebar, mobil, sepeda, trem, dan pejalan kaki tumpah ruah tanpa jalur yang jelas. Belum lagi kanal-kanal yang membelah kota, dilewati oleh kapal-kapal beraneka rupa. Wow, saya langsung punya crush pada kota ini!
Saat makan siang tiba, benar saja kata orang kalau Amsterdam adalah tempat paling oke buat orang Indonesia. Di sini banyak sekali restauran Indonesia, mulai dari kelas warung sampai kelas fine dining. Di belakang hotel yang saya tinggali, ada warung bubur ayam Bandung. Di sebelah hotel juga ada restauran mewah yang menyajikan 'rijsttafel' (aneka makanan Indonesia disajikan dalam piring-piring kecil seperti masakan padang). Mmm...
Sore dan malam itu saya habiskan dengan berjalan kaki mengelilingi Amsterdam, lalu menyusuri kanal-kanalnya dengan kapal. Amsterdam memiliki bangunan bersejarah terbanyak di Eropa di pusat kotanya, yaitu melebihi jumlah 7000 bangunan bersejarah. Meskipun demikian, hanya bangunannya yang kuno, infrastruktur pendukungnya semua serba canggih. Benar-benar kota kuno yang super modern.
Day 7
Esok paginya, saya menaiki bis menuju ke Keukenhof, taman bunga terbesar di dunia, yang terletak di Lisse. Konon sekitar tujuh juta bunga ditanam di taman ini.
Saya beruntung bisa mengunjungi Keukenhof di hari terakhir taman ini dibuka. Karena Belanda adalah negeri empat musim, Keukenhof hanya dibuka hingga akhir musim semi, karena di musim yang lain taman bunga ini pastilah lebih mirip taman daun!
Sesampainya di Keukenhof, saya benar-benar terpana. Taman ini luar biasa indahnya, dengan bunga warna-warni (yang didominasi tulip) membentuk karpet-karpet menutupi seluruh permukaan taman. Bahkan salah satu anggota rombongan, seorang laki-laki dengan gaya agak preman, terlihat sangat terpana, hingga saya ingin tertawa terbahak-bahak melihat reaksinya.
Saya menghabiskan waktu hingga hampir sore di taman ini, berjalan mengitari taman dengan ratusan bunga mekar di setiap sudut dan harum samar yang menggantung di udara, termenung melihat angsa-angsa yang berenang di sungai jernih dengan latar belakang pepohonan dan bunga beraneka warna. Oh, benar-benar secuil surga...
Malam itu saya kembali ke Amsterdam dan berniat belanja oleh-oleh. Di toko souvenir, bolak-balik saya melihat "Amsterdam survival kit" yang ternyata sekantong kecil ganja. Nggak saya beli, sih. Mau diapain? Diseduh kayak teh? Akhirnya saya cuma membeli oleh-oleh default, kaos dan keramik Delft kecil. No survival kit was bought, hehehe.
Day 8
Hari terakhir di Belanda, saya menuju ke Madurodam, kota miniatur yang terletak Scheveningen, Den Haag. Meskipun tergolong baru, didirikan pertengahan abad ke-20, kota miniatur ini termasuk salah satu atraksi favorit di Belanda dan konon sudah menarik 10 juta pengunjung.
Madurodam didesain sebagai miniatur dengan skala 1:25, benar-benar imut-imut dan menggemaskan. Selain bangunan-bangunan yang umum ditemukan di kota-kota Belanda, ada juga miniatur pabrik, pelabuhan, oil-rig dan airport Schiphol. Anak-anak berlarian dengan gembira di sela-sela bangunan kecil ini, berlagak seolah-olah raksasa...
Sore itu saya sudah mengepak barang dan terbang ke Itali. Buat saya, surprisingly, Amsterdam adalah kota yang lebih menarik ketimbang London dan Paris. I'll definitely be back someday.
Day 6
Dengan kereta cepat yang dioperasikan Thalys, perjalanan Paris-Amsterdam hanya memakan waktu 4 jam. From the heart of Paris to the heart of Amsterdam- tanpa pengecekan gila-gilaan seperti naik pesawat-tanpa harus check in 2 jam sebelumnya di airport yang selalu di luar kota.. oh, oh, I love trains!
Amsterdam Centraal station menyambut saya dengan suara hiruk pikuk dan desakan manusia. Keluar dari stasiun, suasana hiruk-pikuk makin terasa. Di jalan raya yang tidak bisa dibilang lebar, mobil, sepeda, trem, dan pejalan kaki tumpah ruah tanpa jalur yang jelas. Belum lagi kanal-kanal yang membelah kota, dilewati oleh kapal-kapal beraneka rupa. Wow, saya langsung punya crush pada kota ini!
Saat makan siang tiba, benar saja kata orang kalau Amsterdam adalah tempat paling oke buat orang Indonesia. Di sini banyak sekali restauran Indonesia, mulai dari kelas warung sampai kelas fine dining. Di belakang hotel yang saya tinggali, ada warung bubur ayam Bandung. Di sebelah hotel juga ada restauran mewah yang menyajikan 'rijsttafel' (aneka makanan Indonesia disajikan dalam piring-piring kecil seperti masakan padang). Mmm...
Sore dan malam itu saya habiskan dengan berjalan kaki mengelilingi Amsterdam, lalu menyusuri kanal-kanalnya dengan kapal. Amsterdam memiliki bangunan bersejarah terbanyak di Eropa di pusat kotanya, yaitu melebihi jumlah 7000 bangunan bersejarah. Meskipun demikian, hanya bangunannya yang kuno, infrastruktur pendukungnya semua serba canggih. Benar-benar kota kuno yang super modern.
Day 7
Esok paginya, saya menaiki bis menuju ke Keukenhof, taman bunga terbesar di dunia, yang terletak di Lisse. Konon sekitar tujuh juta bunga ditanam di taman ini.
Saya beruntung bisa mengunjungi Keukenhof di hari terakhir taman ini dibuka. Karena Belanda adalah negeri empat musim, Keukenhof hanya dibuka hingga akhir musim semi, karena di musim yang lain taman bunga ini pastilah lebih mirip taman daun!
Sesampainya di Keukenhof, saya benar-benar terpana. Taman ini luar biasa indahnya, dengan bunga warna-warni (yang didominasi tulip) membentuk karpet-karpet menutupi seluruh permukaan taman. Bahkan salah satu anggota rombongan, seorang laki-laki dengan gaya agak preman, terlihat sangat terpana, hingga saya ingin tertawa terbahak-bahak melihat reaksinya.
Saya menghabiskan waktu hingga hampir sore di taman ini, berjalan mengitari taman dengan ratusan bunga mekar di setiap sudut dan harum samar yang menggantung di udara, termenung melihat angsa-angsa yang berenang di sungai jernih dengan latar belakang pepohonan dan bunga beraneka warna. Oh, benar-benar secuil surga...
Malam itu saya kembali ke Amsterdam dan berniat belanja oleh-oleh. Di toko souvenir, bolak-balik saya melihat "Amsterdam survival kit" yang ternyata sekantong kecil ganja. Nggak saya beli, sih. Mau diapain? Diseduh kayak teh? Akhirnya saya cuma membeli oleh-oleh default, kaos dan keramik Delft kecil. No survival kit was bought, hehehe.
Day 8
Hari terakhir di Belanda, saya menuju ke Madurodam, kota miniatur yang terletak Scheveningen, Den Haag. Meskipun tergolong baru, didirikan pertengahan abad ke-20, kota miniatur ini termasuk salah satu atraksi favorit di Belanda dan konon sudah menarik 10 juta pengunjung.
Madurodam didesain sebagai miniatur dengan skala 1:25, benar-benar imut-imut dan menggemaskan. Selain bangunan-bangunan yang umum ditemukan di kota-kota Belanda, ada juga miniatur pabrik, pelabuhan, oil-rig dan airport Schiphol. Anak-anak berlarian dengan gembira di sela-sela bangunan kecil ini, berlagak seolah-olah raksasa...
Sore itu saya sudah mengepak barang dan terbang ke Itali. Buat saya, surprisingly, Amsterdam adalah kota yang lebih menarik ketimbang London dan Paris. I'll definitely be back someday.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar