link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Minggu, 07 Oktober 2012

Kesempatan adalah Mutiara


http://profile.ak.fbcdn.net/profile6/488/47/q1502167460_5990.jpg


 Thursday, September 3, 2009 at 9:54am  
  

Peluang kecil memang bertebaran di mana-mana, kadang kita meremehkannya, bahkan, kita anggap keuntungannya sangat minim, padahal, jika diseriusi, untung yang kecil ini jika dikumpulkan bisa menjadi jauh berlipat ganda. 
wass, 

Dwika 


========================= 
Jangan Remehkan Peluang Sekecil Apapun 
Oleh : Agoeng Widyatmoko 

Dalam berbagai kesempatan, saya selalu bertemu dengan orang dari berbagai latar belakang. Suatu ketika, saya bertemu dengan seorang pengusaha pakaian muslimah. Ia berjualan di Tanah Abang. Konternya selalu ramai dipadati pembeli. Orang yang memesan untuk dijual lagi pun banyak yang berdatangan ke konternya. Selain dikenal mempunyai produk baju-baju muslim yang berkualitas bagus, harga yang ditawarkannya pun termasuk murah. 

Ibu ini, sebutlah namanya Bu Suci, sebelumya adalah seorang pegawai di sebuah bank swasta. Menurut penuturannya, ia sebenarnya punya jenjang karir yang lumayan bagus di kantornya. Jabatan terakhirnya adalah senior manager bidang keuangan. Suatu ketika, ia membeli sebuah baju muslim di Tanah Abang yang akan digunakan untuk mengikuti pengajian di kantornya. Singkat cerita, ternyata rekan sekantornya banyak yang berminat untuk mendapatkan baju sejenis miliknya. Satu dua orang kemudian memesan untuk dibelikan baju yang sama. 

Untuk satu pesanan baju, ia menetapkan harga dengan selisih keuntungan sekitar Rp20 ribu per baju. Jika dinilai dengan upaya belanja ke Tanah Abang, keuntungan itu hanya untuk menutupi ongkos transportasi saja. Meski begitu, Bu Suci sudah merasa senang. Karena, ia merasa bahwa ternyata baju yang dibeli di Tanah Abang bisa dijual dengan harga lebih mahal. Maka, meski kecil untungnya, ia pun kemudian rajin menawarkan baju-baju model lain yang juga diperolehnya dari Tanah Abang ke rekan kerja atau tetangganya. 

Tak disangka, sambutan pasar pun makin baik. Dari satu dua pesanan, akhirnya jumlah pemesan pun makin banyak. Bahkan, jika mendekati hari raya, pesanan pembelian sangat berlimpah. Tak terasa, keuntungan yang diraih pun makin berlipat. Melihat keuntungan yang makin naik, Bu Suci pun akhirnya memutuskan untuk menekuni penjualan baju lebih serius. Ia pun kemudian menjadi agen tunggal beberapa merek yang dijual di Tanah Abang. Hubungannya dengan supplier penyedia baju-baju muslim makin bagus. Pesanan yang mengalir kepadanya kemudian tak hanya menjelang hari raya, namun juga tetap banyak di hari-hari biasa. 

Kini, Bu Suci akhirnya memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya di bank dan kemudian menyeriusi usaha jual baju muslim. Ia menggunakan metode direct selling dengan menyebar brosur ke semua relasinya. Ia juga melayani pembelian online dari website yang dikembangkannya. Uniknya, sampai sekarang, ia tak pernah punya usaha penjahitan sendiri. Jadi, dari dulu, ia hanya menjualkan produknya orang lain. Namun, karena pasar yang sudah makin luas, ia bisa mengambil barang ke supplier-nya dengan mudah. Bahkan, fasilitas harus membayar cash seperti yang dulu harus dilakukan saat mengawali usaha ini, kini tak lagi dialaminya. Kepercayaan para supplier baju sudah sangat tinggi kepada Bu Suci. 

Saat ngobrol dengannya, saya pun bertanya kepadanya. Bagaimana Ibu bisa sampai memilih keluar kerja dan jadi pengusaha? Si Ibu enteng menjawab, "Karena saya merasa harus segera meraih peluang sekecil apapun yang ada di depan saya." 

Jawaban yang sepele. Namun, jika dilihat dari bukti nyata yang dialaminya, Bu Suci seolah menegaskan, kesempatan baginya adalah sebutir mutiara yang harus segera diambilnya. Lepas dari pertimbangan apapun yang dimiliki Bu Suci saat memilih keluar kerja, sebenarnya apa yang disebut Bu Suci sebagai peluang kecil itu memang bertebaran di mana-mana. Sayangnya, kadang kita meremehkannya. Atau, bahkan, kita takut untuk meraihnya karena dianggap keuntungannya sangat minim. Padahal, jika diseriusi, untung yang kecil ini jika dikumpulkan bisa menjadi jauh berlipat ganda. 

Maka, alangkah baik jika kita mulai saat ini tidak lagi meremehkan peluang, sekecil apapun, yang ada di depan kita. Bagi Anda yang punya bisnis percetakan misalnya. Jangan tolak pesanan kartu nama yang mungkin nilainya tak seberapa dari seseorang. Sebab, bisa jadi dari pesanan kecil itu, jika si pemesan puas, ia akan merekomendasikan usaha cetak Anda ke teman-temannya. Bagi Anda yang punya bisnis katering, jangan tolak pula pesanan-pesanan kecil yang masuk kepada Anda. Sebab, bisa jadi, dari pesanan yang sedikit, ia akan merekomendasikan katering Anda pada relasinya. Begitu seterusnya. Dari orderan kecil, dari peluang sekecil apapun, jika diseriusi, bisa jadi, akan terkumpul peluang-peluang lain yang jauh lebih besar, untuk memajukan usaha.
Updated about 4 months ago · Comment · LikeUnlike
Smile Eve likes this.
Qnoyz Bewizer
setuju banget dengan langkah mbok Suci, dan gw pernah mengalami ambience hikmah yg serupa di bisnis makanan :)
Masalahnya ketika sedang "menanjak" status bisnis makanan yg gw seriusin masih dalam scope internal dan itu sukses dalam 7 bulan!

Ketika gw mo menjajagi bisnis makanan tsb buat external scope diluar kantor BPPN, anak dan istri gw diserang cobaan sakit dan harus diopname 2 minggu berturut-turut, belum lagi masa istiraha intensif di rumah... , ditambah ketegangan di kantor karena menjelang asset disposal terakhir dan penyelesaian BPPN.
... See More
kondisi tsb menyisakan pelajaran, gw harus siap SDM pendukung dalam operasional secukupnya, shg gak idle ketika ada masalah... Pembelaan gw karena masih experimen ( 7 bulan yg menanjak ).... Ah rejeki dan musibah cuman Tuhan yg menentukan, dan sekarang gw jalani experimen usaha bidang konsultan integrasi konten/sistem bersama ex anak buah di SCTV, sudah hampir 1 tahun, gw jalanin metodologi yg ga awam, cukup sukses, tinggal kemasan politiknya ;)
September 4, 2009 at 3:39am ·
Dwika Sudrajat
Nice sharing knowledge, Qnoy.

Tidak ada komentar: