link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Sabtu, 30 April 2011

Uang Saku Belajar ke Amerika

Belajar ke Amerika, Butuh Uang Saku Berapa?

money merge Belajar ke Amerika, Butuh Uang Saku Berapa?Seperti sudah ditulis disini, beasiswa ke Amerika bisa dibedakan menjadi 2, beasiswa yang diberikan melalui lembaga kerja sama Indonesia-Amerika dan beasiswa universitas.
Jika mendapat beasiswa jenis pertama, bisa dikata tidak perlu ada uang yang keluar karena semua biaya sudah termasuk dalam skema beasiswa. Artinya, mulai dari tes, biaya perjalanan, biaya hidup, dan biaya kuliah sudah ada yang mengurus.

Berbeda dengan beasiswa dari universitas, mesti ada “modal awal” yang harus dikeluarkan. Disebut modal awal karena biaya itu dimungkinkan kembali di tahun awal perkuliahan, meski ini juga bergantung dari gaya hidup masing-masing individu dan biaya hidup di kota bersangkutan.
Biaya awal yang dibutuhkan oleh penerima beasiswa universitas antara lain dipergunakan untuk tes TOEFL dan GRE, pengajuan visa, transportasi ke AS, dan biaya hidup bulan pertama. Besaran pasti biaya TOEFL dan GRE bisa dilihat di website ets, sedang untuk pengajuan visa bisa di cek disini.
Biaya signifikan lain yang perlu dikeluarkan termasuk ongkos transportasi dan biaya hidup bulan pertama. Ongkos pesawat ke Amerika bervariasi. Jika uang saku mepet beli saja tempat duduk ekonomi dari maskapai yang menawarkan tarif paling kompetitif. Jika belum berpengalaman memilih, disarankan untuk berkonsultasi dengan agen perjalanan. Berdasar pengalaman, per pertengahan 2008 saya mendapat tiket seharga kurang lebih US$ 950 untuk perjalanan sampai kota tujuan.
Biaya untuk hidup bulan pertama juga perlu disiapkan. Beasiswa dari universitas umumnya baru keluar 2 minggu hingga 1 bulan setelah tiba disana (kasus saya 2 minggu). Besar biaya hidup awal ini bervariasi, tapi dari pengalaman membawa US$ 1000 sudah lebih dari cukup (sekali lagi, ini juga bergantung dari biaya hidup di kota itu).
Ada beberapa cara menekan pengeluaran di awal kedatangan. Cara yang paling jitu yaitu dengan mencari informasi mengenai teman, kenalan, atau orang Indonesia yang juga sekolah di tempat yang sama. Jajaki kemungkinan untuk bisa sekedar menumpang beberapa hari sampai kita menemukan tempat tinggal sendiri. Ada 2 keuntungan menggunakan cara ini, pertama, kita bisa mendapatkan informasi mengenai situasi kota itu dari orang yang terpercaya, dan kedua, bisa ngirit ongkos sebelum kita menemukan tempat tinggal sendiri. Sebagai gambaran, ongkos menginap sehari di guest house kampus bisa mencapai US$ 85 dan biaya ini mesti terus dibayar sebelum kita menemukan tempat sewa.
Cara lain untuk mengirit ongkos adalah dengan mulai mendaftar untuk tinggal di apartemen kampus sebelum kita berangkat. Setiap universitas umumnya mempunyai kompleks apartemen yang diperuntukkan bagi mahasiswanya. Setelah dinyatakan diterima segera saja mendaftar. Syukur-syukur antrian tidak terlalu panjang sehingga ketika datang langsung bisa tinggal di apartemen itu.
Setelah beasiswa turun, napas bisa ditarik lebih lega. Dari pengalaman, saya masih bisa menabung sebagian uang beasiswa ini asal mau hidup bersahaja dan tidak banyak foya-foya. Ini yang saya maksud kalo biaya awal yang dikeluarkan sebenarnya bisa balik setelah beberapa bulan.
Memang akhirnya ada pengorbanan, tapi tidak ada harga yang terlalu mahal untuk membuat diri lebih maju. Saya denger cerita, mahasiswa Cina atau India ada yang sampai ‘kamikaze’ menjual rumah, atau menggadaikan barang untuk bisa sekolah ke Amerika. Barangkali karena mereka punya keyakinan kelak semuanya akan terbayarkan. Jadi kenapa kita tidak punya keyakinan yang sama?

Tidak ada komentar: