To Me
Today at 9:02 AM
Tks Dwika…good article
From: Dwika Sudrajat [mailto:dwikasudrajat@yahoo.com]
Sent: 05 Juni 2014 19:30
To: John Sihar
Subject: Create your life
Sent: 05 Juni 2014 19:30
To: John Sihar
Subject: Create your life
Orang kaya pikirkan adalah apa yang mereka inginkan (wants).
Emosi yang muncul adalah emosi positif.
Akibatnya? Mereka menjadi semakin kaya.
Yang selalu di-broadcast oleh pikiran orang miskin adalah kondisi mereka yang serba minim, kekurangan, dan menderita.
Dengan demikian gambar mental ini mengaktifkan emosi negatif yang semakin memperkuat mental, mereka dapatkan apa yang mereka ”minta”.
I Deliver Happiness,
Dwika
Emosi yang muncul adalah emosi positif.
Akibatnya? Mereka menjadi semakin kaya.
Yang selalu di-broadcast oleh pikiran orang miskin adalah kondisi mereka yang serba minim, kekurangan, dan menderita.
Dengan demikian gambar mental ini mengaktifkan emosi negatif yang semakin memperkuat mental, mereka dapatkan apa yang mereka ”minta”.
I Deliver Happiness,
Dwika
The Law of Attraction (2)
Your thoughts and your feelings create your life.
It will always be that way. Guaranteed!
~Lisa Nichols
It will always be that way. Guaranteed!
~Lisa Nichols
Pada
akhir artikel sebelumnya saya mengatakan bahwa kunci untuk memanfaatkan
LOA demi kemajuan kita adalah dengan kesadaran diri. Kita
harus selalu sadar untuk senantiasa mengarahkan pikiran kita untuk
memikirkan hal-hal yang kita inginkan.
Apakah
ini mudah? Oh, sudah tentu tidak mudah. Deepak Chopra pernah berkata
bahwa dalam satu hari kita melakukan self-talk sebanyak
55.000 – 65.000 kali. Nah, self-talk ini termasuk bentuk pikiran.
Pertanyaannya sekarang, ”Bagaimana caranya kita bisa menggunakan
kesadaran untuk mengendalikan buah pikir sebanyak ini?” Jawabannya,
”Tidak mungkin bisa”.
Jawaban
ini berlaku bagi orang awam. Ada segelintir orang yang mampu
mengendalikan pikiran mereka sepenuhnya. Namun untuk bisa mencapai
kemampuan ini dibutuhkan latihan dengan disiplin diri yang tinggi
selama bertahun-tahun.
Sekarang
kita hidup di jaman serba instan. Saya yakin tidak ada satupun di
antara kita yang mau melakukan latihan mental semacam itu.
Apakah ada cara yang lebih mudah dan nggak usah kerja keras? Ada. Mau
tahu? Gunakan perasaan atau emosi sebagai Guiding System.
Beberapa
waktu lalu saya sempat menulis artikel dengan judul ”Emosi: Kunci
Rahasia Kebijaksanaan”. Saya sangat menyarankan anda untuk
membaca artikel ini agar bisa lebih memahami apa yang saya uraikan di
artikel ini.
Kembali
ke laptop... eh salah... ke perasaan. Karena kita tidak mungkin
mengawasi satu per satu pikiran yang muncul maka cara paling
mudah adalah dengan selalu mengawasi perasaan kita. Bagaimana caranya?
Mudah saja. Jika kita merasa senang, bahagia, gembira, atau gampangnya
merasa ”enak” maka ini artinya baik. Jika perasaan yang kita rasakan
bersifat negatif (tidak ”enak”) maka ini sebenarnya
merupakan warning signal dari Guiding System kita bahwa ada bagian, di
pikiran bawah sadar, yang kerjanya tidak in-line.
Saat
emosi kita muncul terhadap sesuatu objek, objek apapun termasuk objek
pikiran, maka pada saat itu kita mengaktifkan dan memberikan
”perintah” pada LOA untuk mulai bekerja dan menarik hal-hal yang
membuat munculnya perasaan kita.
Contohnya
begini. Ada seorang wanita yang baru putus cinta. Hatinya sakit bak
disayat sembilu. Emosinya bergejolak. Saat itu ia memutuskan
bahwa ia ingin mendapat pasangan yang jauh lebih baik daripada mantan
kekasihnya yang brengsek, kurang ajar, nggak tahu diri, dan egois.
Selang beberapa bulan apa yang terjadi?
Benar.
Wanita ini mendapatkan pasangan yang kurang lebih sama dengan mantan
kekasihnya. Lha, kok bisa begitu? Bukankah ia ingin mendapatkan
pasangan yang lebih baik? Bukankah ia ingin bahagia?
Sekali
lagi, anda benar. Namun wanita ini secara tidak sadar telah
mengaktifkan LOA untuk menarik pria yang justru tidak ia inginkan.
Mengapa bisa terjadi? Saat ia memutuskan bahwa ia ingin mendapatkan
pasangan yang ”tidak seperti” mantan kekasihnya maka yang muncul di
layar mentalnya justru gambar mantan kekasihnya. Begitu gambarnya muncul
maka semua emosi yang berhubungan dengan pengalaman
negatifnya juga ikut muncul. Akibatnya? LOA bekerja mewujudkan apa yang
menjadi fokus perhatian dengan muatan emosi terkuat.
Beberapa
waktu lalu saya mendapat telpon dari seorang pembaca buku Becoming a
Money Magnet (BMM). Ibu ini, sebut saja Yuni, tinggal
di Surabaya dan kebetulan seorang dokter. Ibu Yuni bercerita mengenai
anaknya yang berusia 2 tahun yang sangat susah makan. Sudah sangat
banyak cara ia coba agar bisa membuat anaknya mau makan. Namun selalu
gagal.
Nah,
setelah Ibu Yuni membaca buku BMM ia mencoba melakukan pendekatan yang
berbeda. Selama ini yang ada dipikiran Ibu Yuni adalah,
”Anak saya susah makan”. Dan sesuai dengan prinsip kerja LOA itulah
yang ia dapatkan.
Perubahan
terjadi saat Ibu Yuni, di pagi hari, mengubah pola pikirnya. Pagi ini
Ibu Yuni mulai berpikir bahwa, “Anak saya suka makan
dan pintar makan”. Dengan mindset seperti ini Ibu Yuni mulai menyiapkan
sarapan pagi putranya. Hasilnya? Ibu Yuni bingung dan bengong. Anaknya,
padahal nggak di-apa-apain, pagi itu langsung makan sarapannya dengan
lahap.
Satu
contoh lagi. Mengapa orang kaya makin kaya dan orang miskin makin
miskin? Orang miskin, pada umumnya, hanya memikirkan needs (kebutuhan).
Orang kaya memikirkan wants (keinginan). Ada perbedaan yang signifikan
antara needs dan wants.
Needs
mencerminkan kondisi kita saat ini, what-it-is. Sedangkan wants
mewakili kondisi what-it-shall-be. Karena dasar pikirannya berbeda
maka bisa anda bayangkan bagaimana gambar yang muncul di monitor
pikiran? Yang selalu di-broadcast oleh pikiran orang miskin adalah
kondisi mereka yang serba minim, kekurangan, dan menderita. Dengan
demikian gambar mental ini mengaktifkan emosi negatif yang
semakin memperkuat kerja LOA. Mereka dapatkan apa yang mereka ”minta”
Berbeda
dengan orang kaya. Yang mereka pikirkan adalah apa yang mereka inginkan
(wants). Emosi yang muncul adalah emosi positif. Akibatnya?
Mereka menjadi semakin kaya.
Anda
mungkin berkata, ”Lho, Pak, saya kenal ada orang miskin yang juga
senantiasa memikirkan wants, lho. Tapi kenapa hidupnya kok ya
tetap susah?”
Ingat,
LOA memberikan respon pada vibrasi pikiran yang mendasari setiap ucapan
dan tindakan. Bisa saja orang miskin ini memikirkan
wants. Tapi dasar pemikiran mereka bukan demi kebahagiaan namun lebih
agar mereka bisa ”terbebas” dari himpitan kemiskinan. Nah, yang dominan
sebenarnya apakah wants atau needs? Yang ada di pikiran orang miskin
ini adalah scarcity (kekurangan) bukan abundance
(keberlimpahan).
Lalu
bagaimana dengan nasib sial yang beruntun? Wah, kalau ini jawabannya
agak susah. Bagi yang sering mengalami sial atau ketidakberuntungan,
misalnya musibah, sakit, masalah, dan yang lainnya, maka saran saya
adalah anda harus segera cari orang pintar untuk di-ciswak atau
di-ruwat. He..he...kalau yang ini jangan ditanggapi serius. Ini hanya
bercanda.
Nah, kembali ke masalah nasib sial yang beruntun. Apa yang sebenarnya terjadi?
Sebelum saya jelaskan, saya akan berikan contoh kasus nyata yang pernah saya tangani.
Seorang
pengusaha besar, Pak Agung, datang ke tempat saya, diantar oleh
rekannya yang kebetulan juga kawan saya. Pak Agung mengeluh
bahwa sudah dua tahun lebih ia mengalami depresi. Usahanya merosot
hanya tinggal 30% dari biasanya. Orang terbaiknya keluar dan ia
mendapatkan banyak hambatan/musibah dalam usahanya.
Melalui
in-depth interview saya akhirnya menemukan akar masalahnya. Ceritanya
begini. Dua tahun lalu Pak Agung pergi ke salon di sebuah
hotel bintang lima. Pak Agung berniat memotong rambutnya. Saat itu ada
beberapa orang yang juga sedang dipotong rambutnya. Tiba-tiba salah satu
dari tamu itu terbatuk-batuk, gemetar, napasnya sesak, dan jatuh dari
kursi. Semua yang ada di salon itu panik dan
tidak ada yang berani mendekat. Pak Agung duduk persis di samping tamu
ini.
Dengan
terpaksa Pak Agung berusaha membantu tamu yang sakit ini. Lima belas
menit kemudian tamu ini tubuhnya membiru dan meninggal.
Ternyata ia kena serangan jantung. Nah, celakanya Pak Agung mempunyai
belief bahwa bila ia berada di samping orang yang meninggal maka ini
merupakan pertanda sangat buruk. Ini benar-benar apes yang sangat berat.
Ia meyakini hal ini. Emosinya bergejolak.
Sejak
saat itu Pak Agung mulai mengalami banyak ”kesialan” dalam hidupnya.
Dan ”kesialan” ini semakin lama semakin banyak dan beruntun.
Seakan-akan seperti sebuah downward spiral yang semakin lama semakin
cepat menarik Pak Agung turun.
Apa
yang saya lakukan untuk membantu Pak Agung. Sederhana saja. Saya tidak
menggunakan hipnosis/hipnoterapi karena beberapa alasan.
Salah satunya adalah karena Pak Agung belum bersedia diterapi dengan
hipnoterapi. Salah dua adalah karena Pak Agung masih minum obat penenang
sehingga kesadarannya tidak bekerja optimal.
Saya
hanya menyarankan Pak Agung untuk mulai memikirkan hal-hal yang ia
inginkan. Bukan hal-hal yang justru tidak ia inginkan. Tujuannya
untuk menghentikan suplai energi ke pikiran ”sial” dan mulai
mengarahkan energi pikirannya ke ”keberuntungan”.
Pak
Agung mengakui bahwa sulit baginya untuk melakukan hal ini. Saya bisa
menyadari kesulitannya karena daya kerja LOA telah begitu
kuat mencengkram pikirannya. Selanjutnya yang bisa saya sarankan adalah
untuk mengalihkan pikirannya ke hal-hal yang, bila ia lakukan, akan
menimbulkan perasaan senang, tenang, damai, atau bahagia. Pokoknya
hal-hal apa saja yang bisa membuatnya feel good.
Teknik ini dikenal dengan nama distraction.
Apa
itu? Misalnya karaoke, bermain dengan anak, memelihara ikan, merawat
bunga/tanaman, liburan, nonton film, jalan ke mall, berdoa,
meditasi, atau apa saja.
Setelah
membaca uraian di atas saya yakin anda kini pasti mengerti mengapa
”nasib” seseorang bisa berubah setelah di-ciswak atau diruwat.
Prosesi ciswak atau ruwatan ini sebenarnya hanyalah tool untuk
meyakinkan pikiran seseorang sehingga fokusnya berubah dari yang
sebelumnya berpikiran negatif ke pikiran yang positif. Dengan demikian,
sesuai dengan prinsip kerja LOA, orang ini mulai menarik
hal-hal positif ke dalam hidupnya. Dengan demikian nasibnya berubah.
Misalnya
anda pengusaha dan anda merasa nasib anda sial terus. Lalu anda
memutuskan menjalani ruwatan. Eh... ternyata usaha anda masih
rugi , katakanlah, Rp. 1 miliar. Pikiran anda akan berkata, ”Untung
sudah diruwat. Coba kalau nggak. Wah saya bisa rugi Rp. 10 miliar.
Karena sudah mengalami kerugian maka sialnya sudah lewat. Setelah ini
pasti yang datang hanyalah keberuntungan”. Dengan
mindset seperti ini sudah tentu anda akan mengalami keberuntungan.
Sebagai
penutup saya ingin berbagi cerita mengenai kawan saya. Sebut saja
namanya Pak Hari. Pak Hari adalah kepala kantor wilayah salah
satu bank plat merah terbesar di Indonesia. Beliau mencapai posisi ini
dengan mudah dan lancar. Bahkan beliau adalah kakanwil termuda dalam
sejarah bank ini. Pak Hari ini memang sangat luar biasa kepribadiannya.
Low profile tapi high profit.
Karena
penasaran mendengar perjalanan karirnya saya lalu bertanya hal apa saja
yang ia lakukan untuk bisa mencapai posisinya sekarang.
Beliau memang tipe orang yang suka kerja keras. Namun ada satu hal yang
berbeda yang akhirnya saya temukan. Apa itu? Beliau adalah seorang
muslim yang taat. Selalu melakukan sholat lima waktu. Yang istimewanya,
setiap selesai menyelesaikan sholat, beliau selalu
memanjatkan doa, yang saya simpulkan sebagai afirmasi yang sangat
dahsyat yang membuat LOA bekerja mendukung dirinya.
Apa
doanya? Sederhana dan singkat. Beliau tidak minta macam-macam. Doa atau
afirmasi yang selalu beliau panjatkan kepada Sang Hidup
adalah, ”Ya, Allah, saya mohon agar dimudahkan jalanku”.
Pada artikel berikutnya saya akan menjelaskan cara untuk mendapatkan hasil spektakular tanpa harus mengubah belief.
The Law of Attraction (3)
Giving thought, on the one hand, and expecting or believing, on the other hand, is the balance that brings to you that which you
receive
Pada
artikel pertama mengenai LOA saya telah menyinggung sekilas mengenai
prinsip sukses yang saya tulis di buku Becoming a Money Magnet
(BMM) dan yang menjadi intisari dari materi yang diajarkan di Supercamp
(SC) Becoming a Money Magnet. Pada kesempatan ini saya akan menguraikan
sedikit lebih mendalam mengenai prinsip sukses BMM, mengapa kami
menyusunnya sedemikian rupa, dan hubungannya dengan
LOA.
Rumus sukses yang kami ajarkan adalah 1) Tahu apa yang diinginkan/dream, 2) Yakin, 3) Syukur, 4) Pasrah, dan 5) Doa.
Langkah
pertama “Tahu apa yang diinginkan”, atau mudahnya kita sebut saja
dream, merupakan kunci untuk bisa merealisasikan hal-hal
yang ingin dicapai dalam hidup. Bagaimana kita bisa mendapatkan apa
yang kita inginkan kalau kita tidak jelas apa yang kita inginkan?
Kejelasan (clarity) merupakan kunci dan tidak bisa ditawar. Dream
merupakan buah pikir (thought) yang akan tampil di layar
mental dan selanjutnya di-broadcast. Apakah hanya dream saja cukup?
Tentu tidak. Dream yang kami maksudkan adalah dream yang mempunyai
muatan emosi positif yang tinggi. Semakin tinggi akan semakin kuat
efeknya.
Mengapa
perlu dream? Alasan lainnya adalah dream merupakan wants bukan needs.
Jika kita ditanya apa impian kita maka kita pasti akan
menjawab sesuatu yang sangat kita inginkan di masa depan. Jika kita
sudah punya mobil Kijang Inova maka dream kita bisa jadi Toyota
Fortuner. Pasti sesuatu yang lebih tinggi. Nah, dengan pemahaman ini
maka sudah jelas dream sangat penting.
Langkah
kedua adalah yakin. Nah, ini yang susah. Yakin atau belief adalah
urusan pikiran bawah sadar. Tidak mudah untuk bisa mengubah
belief atau keyakinan kita. Itulah sebabnya mengapa banyak orang tahu
apa yang mereka inginkan namun sangat sulit untuk mendapatkan impian
mereka. Syarat pertama sudah terpenuhi. Mereka tahu apa yang mereka
inginkan. Namun mereka tidak yakin. Terjadi konflik
antara pikiran sadar dan bawah sadar. Pikiran sadar mau tapi pikiran
sadar nggak yakin. Dan yang selalu menang adalah pikiran bawah sadar.
Saya
mendapat banyak sekali respon positif dari para alumnus SC yang
mengatakan bahwa, ”Miracle happens in my life” , ”Mengapa sekarang
sukses kok sangat mudah dicapai?”, ”Saya bingung melihat perkembangan
bisnis saya yang sedemikian pesat?”, ”Dulu saya susah payah mencari
order, sekarang saya kepayahan dikejar-kejar order”. Dan masih banyak
lagi komentar positif senada yang dikirim baik via
sms maupun email ke saya.
Di
SC di Trawas baru-baru ini kami melihat begitu banyak peserta yang
mengalami transformasi diri. Kami menangis tangis bahagia bersama-sama.
Sungguh satu kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata
saat melihat para naga bangun dari mimpi yang selama ini membuat mereka
bertindak hanya seperti layaknya cacing atau ular.
Apa
yang kami lakukan di SC sebenarnya sederhana. Kami membantu para
peserta untuk bisa keluar dari penjara mental yang telah sekian
tahun membatasi mereka. Hanya itu. Setelah terbebas dari penjara mental
(limiting belief) maka mereka bisa yakin. Dengan demikian dua langkah
pertama telah berhasil dicapai.
Sebenarnya
hanya dengan dua langkah ini saja, dream dan yakin, kita sudah bisa
berhasil. Dua langkah ini sudah memenuhi syarat untuk
bisa membuat LOA bekerja keras untuk kita.
Sebelum melanjutkan saya ingin membahas sedikit lebih dalam mengenai dream dan yakin/belief.
Dalam
kondisi normal perkembangan diri kita bersifat gradual, perlahan-lahan,
step by step. Demikian juga dengan belief. Itulah sebabnya
goal setting ... eh.. salah... outcome setting harus dilakukan dengan
hati-hati. Idealnya kita menset outcome paling tinggi 20% lebih tinggi
dari pencapaian sebelumnya. Mengapa demikian? Karena ini adalah lompatan
yang masih dianggap wajar/masuk akal oleh
pikiran kita. Dengan demikian tidak akan ditolak.
Dalam
kondisi normal, bila kita ingin mencapai hasil yang spektakuler, jauh
di atas pencapaian yang selama ini kita capai, suatu quantum
leap, maka yang perlu diotak-atik bukan belief kita. Mengapa? Karena
dalam kondisi normal belief kita tidak bisa berubah drastis.
Nah,
karena belief tidak bisa berubah drastis maka yang direkayasa adalah
”keinginan” kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Bingung? Ini saya beri satu contoh.
Anda
mungkin pernah mendengar cerita mengenai seorang wanita yang mampu
mengangkat mobil demi membebaskan anaknya yang terjepit di
bawah mobil itu? Secara logika atau belief wanita ini tidak mungkin ia
mampu mengangkat mobil yang berat. Namun ia sangat ingin menyelamatkan
nyawa anaknya. Satu-satunya cara adalah dengan mengangkat mobil dan
membebaskan si anak dari himpitan mobil. Hasilnya?
Ia sukses mengangkat mobil itu. Jika ia diminta mengulangi lagi, apakah
bisa? Tidak bisa.
Dengan
kata lain, bila ”keinginan” benar-benar kuat maka pengaruh belief dapat
di-by-pass sehingga kita bisa mendapatkan apa yang kita
inginkan.
Di
SC kita mengajarkan peserta untuk berani menetapkan outcome 2 X lipat
(200%) dari pencapaian sebelumnya. Edukasi ini dilakukan langsung
ke pikiran bawah sadar.
Mengapa
kami melakukan hal ini? Jawabannya sederhana. Untuk bisa mencapai hasil
yang spekatuler atau quantum leap maka kita harus melepas
belief lama dan mengadopsi belief baru yang mendukung pencapaian
tujuan. Hanya ini caranya. Tidak ada cara lain. Ini hanya bisa dilakukan
dengan melakukan rekonstruksi atau restrukturisasi berbagai program
pikiran yang ada di pikiran bawah sadar.
Nah,
setelah langkah pertama, dream, dan langkah kedua, yakin/belief, saya
jelaskan maka kini saya akan menjelaskan langkah ketiga
yaitu syukur.
Pertanyaannya, ”Mengapa syukur? Mengapa bukan yang lain?”
Syukur mempuyai makna: 1) rasa terima kasih kepada Tuhan, dan 2) pernyataan lega, senang, dan sebagainya.
Setelah
melewati langkah pertama dan kedua sebenarnya kemampuan peserta SC
untuk menarik hal-hal yang mereka inginkan sudah sangat
kuat. Kemampuan ini semakin diperkuat dengan level energi yang sangat
tinggi dari perasaan syukur. Jika kita punya dream dan kita yakin bahwa
kita pasti akan mendapatkan apa yang kita inginkan, atas ijin Tuhan,
maka yang perlu kita lakukan tinggal bersyukur
dan bersyukur. Bersyukur berarti kita senantiasa berterima kasih atas
kemurahan Tuhan. Bersyukur berarti kita merasa lega, senang, gembira,
bahagia, dan damai karena kita tahu bahwa kita akan mendapatkan apa yang
kita inginkan. Level energinya sangat tinggi,
bisa mencapai 600. Bagi pembaca yang bingung mengenai level energi,
anda bisa membaca artikel saya yang terdahulu yang berjudul ”Energi
Psikis Sebagai Akselerator Keberhasilan”.
Setelah
bersyukur maka selanjutnya kita pasrah. Kapan kita mendapatkan apa yang
kita inginkan ini sepenuhnya bergantung pada Yang Kuasa,
melalui kerja LOA. Dengan pasrah, kita justru semakin memperkuat kerja
LOA.
Langkah
terakhir adalah doa. Mengapa saya tidak menempatkan doa sebagai langkah
awal? Karena sudah terlalu banyak orang yang berdoa
namun tidak mendapatkan jawaban untuk doa mereka. Mungkin anda juga
pernah mengalaminya. Mengapa bisa begitu? Karena kebanyakan orang tidak
tahu apa yang mereka inginkan (dream). Kalaupun mereka tahu, mereka
tidak yakin bisa mendapatkan dream mereka. Akibatnya
mereka tidak bisa bersyukur karena tidak pernah mendapatkan apa yang
mereka inginkan. Dan selanjutnya mereka juga nggak pasrah. Banyak orang
yang mengaku pasrah namun sebenarnya tidak. Hal ini tercermin dari sikap
mereka yang cenderung negatif dan suka mengeluh.
Dengan
menempatkan doa pada bagian akhir justru saya ingin mengatakan bahwa
doa inilah yang paling penting. Mengapa? Karena definisi
doa yang saya tawarkan berbeda. Ini menurut saya pribadi lho. Anda
boleh setuju boleh juga tidak. Doa kita kepada Sang Hidup sebenarnya
berupa pola pikir, ucapan, tindakan, sikap, perilaku, harapan, dan hidup
keseharian kita.
Setelah
membaca sejauh ini pasti anda bingung dan bertanya, “Lho, Pak Adi kok
sama sekali tidak bicara mengenai action atau kerja?”.
He..he...
sudah tentu kita perlu kerja. Namun jika telah menggunakan bantuan LOA
untuk mencapai keberhasilan hidup maka kerjanya kita
bisa sangat minim. Nggak usahlah melakukan massive action. Capek ah..
kalau terus-terusan massive action. Cukup action-action seperlunya saja
lah. Inilah yang saya jelaskan panjang lebar di buku BMM. Anda akan
mengalami berbagai kebetulan yang tidak kebetulan
yang kebetulan mempermudah pencapaian tujuan anda dengan cara yang
sangat kebetulan.
Lha, kalau bisa dibuat mudah mengapa harus dipersulit? Gitu aja kok repot?
Oh
ya... mengakhiri seri tulisan ini, The Law of Attraction, saya sangat
menyarankan anda untuk bisa segera membeli dan membaca buku
The Secret yang ditulis oleh Rhonda Byrne. Buku ini sudah diterbitkan
oleh Gramedia. Selain itu anda juga perlu menonton video The Secret yang
merupakan satu video sangat dahsyat yang akan membuka wawasan berpikir
anda mengenai LOA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar