be well,
Dwika
Keiko…putri
kecilku, sejak masih diperut, luar biasa aktifnya.Ketika dia lahir juga
tidak seperti bayi lain, yang sangat manis tertidur, dia terlalu aktif,
sampai saya terkadang bertanya, apakah ada yang salah dengan anak saya?
Tapi menurut pemantauan dokter anak, dia terlihat sehat dan baik baik
saja ( terima kasih Tuhan ). Baiklah jika kondisi fisik nya baik,
berarti…ada sedikit PR buat saya, untuk bisa mengerti karakter anak
saya, walaupun saya tahu, masa anak anak = perubahan,
saya tetap, gelisah melihat bagaimana ngototnya , lasaknya, serta
tenaganya yang besar , sampai terkadang, Keiko, terlihat sedikit kasar,
dalam memperlakukan apa apa yang ada di dalam tangannya.
Hampir setiap hari, rumah kami tak pernah sepi dari jeritannya, saya
bersyukur jika jeritan yang dia keluarkan adalah jeritan karena gemas,
ataupun karena gembira, tapi jeritan Keiko, acap kali ada lah jeritan
marah, frustasi dan kekesalan, yang selalu dipakainya untuk dia bisa
dapat memenuhi keinginannya, dan sering kali juga saya lepas kendali,
untuk balik berteriak kepadanya . Beberapa minggu ini bisa dibilang,
adalah minggu terberat saya. Bukan hanya lelah secara fisik, tapi lebih
kepada lelah pada perasaan saya, karena saya terkadang tidak tahu lagi
harus berbuat apa. Saya mengamini, tentang sikap dan sifat anak anak
yang memang terkadang sangat demanding ataupun reaktif yang terkenal
dengan istilah tantrum, dan saya setuju jika tidak akan selamanya Keiko
seperti ini, istilah Papanya ini adalah masanya dia sedang sulit,
karena banyak perubahan disekelilingnya, dan di dalam dirinya ,
sementara bagi orang dewasa juga kalau menghadapi perubahan belum tentu
lancar seratus persen.Ya..saya setuju akan hal itu, tapi terkadang jika
saya sedang sendirian dirumah , dan Keiko, sedang bertingkah, saya
seperti hendak kabur saja…, yang paling membuat saya sering marah
adalah kalau dia mulai menggeret geret kursi meja makan kami ( yang
terbuat dari kayu, yang relative berat), ke lemari dapur, atau pun rak
piring, dia senang sekali mengambil barang barang yang memang dilarang,
yang nota bene memang berbahaya, dan kalau tidak diberikan dia akan
menangis dan menjerit jerit.Acap kali untuk menghentikan tangisannya,
saya langsung memberikan apa yang dia mau, dan kemudian dia langsung
diam, dan tersenyum… Rasanya , saya mau menghantam kepala saya sendiri
ketembok, supaya saya bisa pingsan sesaat, supaya saya bisa terbebas
dari rasa frustasi yang luar biasa, buat sekejap saja….makanya saya
berharap weekend cepat datang supaya tiba bala bantuan dari Papanya,
atau kunjungan dari mama saya, sehingga saya bisa sedikit bernafas. Saya mencoba untuk bertahan pada nasehat orang orang…bahwa, itu akan segera berlalu…tapi saya membatin, kapan?
Saya perhatikan Keiko suka sekali bereksperimen, mainan anak anak
tidak terlalu berpengaruh sama dia, justru dia mencari sesuatu yang
bukan mainan, untuk dijadikan mainan. Celakanya barang yang paling
berbahaya, paling dia suka…, seperti barang pecah belah, blender,
parutan kelapa, gunting, pisau, bahkan dia hapal, dimana barang barang
itu diletakkan, padahal kami telah menaruhnya dilemari tersembunyi.
Kalau dia hanya tertarik pada panci panci, sendok dan garpu, mungkin
jeritan ataupun larangan dari saya jarang terdengar.Disatu sisi saya
senang, anak saya pandai sekali dalam bereksplorasi dan bereksperimen,
namun disatu sisi, saya seperti budak ataupun seorang pemarah yang tiap
hari harus mengikuti kemauannya, walaupun itu berbahaya.Bahkan putri,
kecil saya tahu bahwa itu berbahaya…dia , selalu bilang…minta gunting
mama, gunting tajam….keiko darah, sakit, mama kasih obat. Keiko sejak
sangat kecil, sudah pintar berkata kata dan mendeskripsikan sesuatu
dengan cermat, dia tahu apa itu sakit, karena tiap kali dia sakit,
entah itu jatuh ataupun sakit penyakit, mamanya akan selalu siap dengan
obat. Putri kecilku memang pandai. Namun saya membatin terus
dalam hati, bagaimana caranya agar dia tetap bereksplorasi, namun
dengan batasan yang wajar, dan mudah dialihkan jika dia mulai merengek
pada suatu benda yang berbahaya.Dan bisa lebih tenang dalam bersikap.
Saya yakin serta percaya, bukan hanya pendidikan formal ataupun
akademis yang baik dan anak dengan prestasi tinggi, yang menentukan
seorang anak itu dapat sukses kelak dalam hidupnya , namun juga sikap
dan karakternya. Untuk itu lah saya berusaha untuk mendapatkan solusi
yang terbaik. Rasanya agak sulit, untuk tetap tenang dan menunggu jam
berdetik, sambil berharap ada perubahan dalam diri anak saya, saya
harus melakukan sesuatu, dan berusaha serta belajar untuk meletakkan
dasar dasar perkembangan karakter anak saya . Lebih dari apapun saya
juga harus tetap dengar dengaran orang lain, bahwa masa anak anak =
masa perubahan , jadi…memang nanti ada saat nya dia akan berubah,tapi
saya juga sadar bahwa ketika anak anak telah beranjak dewasa, saya pun
akan dikejutkan oleh banyaknya perubahan sikap dalam dirinya lagi….yang
dikarenakan pengaruh lingkungan, dan juga kebiasaan atau didikan yang
si anak tadi dapatkan ketika dia kecil .
Seorang teman telah membuktikannya, dia pusing dan cape hati katanya
melihat sikap anaknya, dengan sikap anak laki lakinya, dia berujar
jika saya ketatkan dia melawan, jika saya longgarkan dia kurang ajar.. ternyata apa yang dirasakan seorang Ibu dengan anak berumur 2 tahun 6 bulan, dengan anak umur 18 tahun, tidak jauh beda.
Saya pernah mendapatkan kiriman email, dari seorang teman tentang
parenting, judulnya buku terbaik no 1 di dunia, didalam tulisan itu di
jelaskan, bahwa orang tua lah yang menjadi buku tersebut, anak anak
kita yang akan membacanya. Jadi…kalau perilaku ataupun teladan yang
diberikan oleh orang tua minus..ya minuslah buku itu…dan anak anak yang
baca buku itu sudah pasti akan meniru, apa yang tertulis dalam buku
tersebut. Saya mengamininya…karena kita lah yang menjadi teladan bagi
anak anak, seharusnya kita menjadi contoh yang baik buat anak anak
kita. Itu baru teladan di rumah, belum lagi soal pergaulan di luar
rumah, yang juga banyak kali berpengaruh besar dalam kehidupan sang
anak.
Karena saya sadar, cara didikan saya dan contoh hidup saya,akan
sangat berpengaruh besar dalam diri anak saya, kini dan kelak maka
saya mencoba untuk belajar menghandle tingkah laku anak saya, dari
browsing di internet, sampai tekun di lorong lorong buku, khusus di
bagian parenting dan psikologi…untuk menghentikan tingkah laku extreme
Keiko…ataupun, mungkin menghentikan sikap konyol dari seorang anak
remaja yang sering berteriak kepada orang tuanya, dan membanting pintu
karena ingin melampiaskan kekesalannya. Saya ingat bagaimana tayangan
super Nanny ataupun Nanny 911, yang tayang di salah satu stasiun Tv
swasta. Anak anak yang sedikit “out of control” karena lebih kepada
kebiasaan yang sering diberlakukan oleh orang tuanya, biasanya karena
orang tuanya sudah tidak sanggup lagi menghandle anak anak, maka…mereka
menelfon Nanny 911 ataupun si super nanny tadi…, dan dengan berlinang
air mata, ataupun bicara yang tersendat sendat karena menahan emosi,
mereka membicarakan rasa frustasi mereka, untuk bagaimana menghadapi
anak anak tersebut, itulah yang saya rasakan, dan juga teman saya
rasakan. Sayangnya kami berdua , tidak bisa memanggil Nanny 911. Namun
jika di lihat penyelesaian yang dilakukan oleh sang Nanny tadi tidak
terlalu kompleks , biasanya orang tua diwajibkan untuk memberikan
perhatian penuh pada anak, dan juga bertindak tegas dan konsisten pada
anak. Tidak means No, Ya mean yes…tidak ada yang in between .
Hal itu juga lah yang ditegaskan oleh buku yang ditulis oeh Dr.
Kevin Leman, Have a new kid by Friday, cara mengubah Attitude ( sikap
), Behavior ( Perilaku ) dan Character ( Karakter ). Buku tersebut
mengajak para orang tua untuk bertindak seperti orang tua, ini adalah
kutipan dari bukunya yang saya pikir “agak keras” tapi…paling tidak
membuka pikiran saya untuk bisa bertindak layaknya seperyi orang tua
“Orang Tua
sekarang sering bertindak tidak seperti orang tua. Mereka terlalu
memikirkan menjadi teman bagi anak anaknya, tentang tidak menyakiti
anak secara psikis, tentang memastikan anak anak mereka bahagia dan
sukses sehingga gagal dalam peran pentingnya menjadi orang tua.Mereka
membersihkan jalan hidup anak anaknya , menghilangkan semua halangan
agar anaknya tidak perlu merasa tidak nyaman. Anak anak terbiasa
mendapatkannya serba beres. Ibu dan Ayahnya sudah menjadi pelayan,
melakukan segalanya untuk anak anak, bukan sebagai orang tua. Begitulah
yang tertanam dalam pikiran anak, akibatnya anak anak
sekarang semakin berpikir semua tentang “saya , saya , dan saya..dan
beri saya”. Mereka kurang bertanggung jawab, dan kurang dapat
diandalkan dalam keluarga. Bagi mereka, keluarga bukanlah hal yang
perlu mereka beri melainkan yang bisa mereka dapatkan . Hanya sedikit
anak anak sekarang yang memikirkan orang lain sebelum dirinya sendiri,
karena mereka tidak penah diajarkan untuk berpikir demikian.”
Well.. saya seperti sedang di tegur…terus terang, saya memang kerap
kali, berpikir untuk membuat anak saya nyaman, membuatnya tersenyum dan
bahagia…walaupun saya tahu, apa yang membuatnya nyaman dan bahagia itu,
tidak sepatutnya dia lakukan. Jadi , saya melanjutkan untuk membaca
terus buku ini, dan saya mendapatkan beberapa tips yang bisa kita semua
coba dalam menghadapi anak anak dari batita sampai seorang anak remaja
sekalipun. Memang…akan lebih mudah “memperbaiki” yang masih kecil,
dibanding kan yang sudah remaja, namun…tidak ada salahnya bukan , jika
dicoba
- Ketika anak anak mulai merajuk, meminta sesuatu dengan cara memaksa sampai pada berkata kata kasar pada orang tuanya yang perlu dilakukan adalah:
- Katakan 1kali
- Berbalik
- Tinggalkan
Namun yang perlu dicatat adalah, tindakan kita jangan seperti
marah, bertindak sewajarnya nya saja, Contoh kasus..adalah seorang anak
yang berkata buruk pada orang tuanya , maka tindakan sang ibu adalah…
- Tidak memberikan uang jajan ( yang biasanya selalu ia berikan )
- Ketika sang anak bertanya kenapa, sang Ibu bilang bahwa karena dia telah berkata kasar padanya, dia akan memberikan uang jajan jika si anak tidak berkata kasar pada orang tuanya, dan kemudian dia pergi mengerjakan tugas yang lain
- Dan dapat dipastikan , bahwa sang anak akan bertanya terus, dan mungkin meminta maaf, jadi..yang perlu dilakukan adalah, terima maafnya, dan tetap tinggalkan dia tanpa uang jajan, jadi next time jika dia ingin meminta sesuatu, pasti dia akan belajar dari peristiwa ini, dan ingat kita harus konsisten…
Saya..sudah mencoba tips ini untuk anak saya, dan puji TUhan
berhasil…!dia mulai jarang untuk menyeret kursinya, dan juga berteriak
teriak ( yang perlu saya , lakukan hanyalah konsisten, dan tanpa balik
berteriak kepadanya )
- Seperti saya kemukakan diatas, anak saya terlihat cerdas, seperi yang dipaparkan buku buku pendidikan usia anak dini , dan saya rasa saya tak perlu kuatir kelak ,akan masalah akademisnya, jika progressnya akan berlangsung seperti sekarang. Tapi…seseorang tidak hanya di lihat dari kualitas akademisnya saja, seseorang lebih membutuhkan kualitas pribadi mereka yang justru lebih menjamin kesuksesan dirinya kelak, yaitu :
Attitude ( Sikap ) Sikap adalah segala sesuatu yang
ada dalam otak, dan hati seseorang.Apa yang anak pikirkan tentang
dirinya, Bagaimana dia melihat dirinya sendiri, terlihat jelas oleh
perilakunya.Dari mana sikap anak berasal? Kita sudah tahu jawabannya,
dari kita, orang tuanya , jadi kunci mengubah sikap anak kita adalah mengubah sikap kita dulu
Behaviour ( perilaku ) Anak anak membangun perilaku
tersebut ,setelah mereka melihat apa yang kita lakukan dan apa yang
kita ucapkan.jadi cara kita bersikap harus benar benar konsisten…bukan
sekarang A, besok B. selain itu, siapa sih yang sempurna?, jadi
jika anak kita melakukan kesalahan, sortir dengan pertanyaan berikut :
apa tujuan anak saya berperilaku seperti itu? Bagaimana perasaan kita
sebagai orang tua dalam menghadapi situasi tersebut? Apakah ini masalah
kecil atau masalah besar?jadi kita tidak terlalu reaktif dalam
menanggapi, sikap mereka.
Character ( Karakter ) Karakter adalah hal yang
benar benar diperhitungkan. Itulah diri anda ketika tidak ada seorang
pun yang melihatnya.Karakter adalah satu satunya hal yang dalam jangka
panjang akan menjadi dasar, dari sikap dan perilaku kita.
Dan untuk mengubah sikap, perilaku dan karakter anak kita, buku tersebut memberikan sedikit tips :
- Biarkan kenyataan menjadi guru
Orang tua cenderung ikut membantu menyelesaikan kesalahan yang anak
lakukan. Dalam banyak kasus, membiarkan kenyataan menjadi guru yang
cukup memberi pelajaran yang baik bagi anak. Seperti contoh, jika anak
kita tidak menyelesaikan PRnya, karena dia terus menerus main, beri
kata pringatan sekali, sehabis itu jangan coba untuk menyelesaikannya
untuk mereka, konsekuensi yang ada, karena tidak mengerjakan PR,
membuat anak akan belajar.
- Belajar memberikan respons dari pada reaktif
Sering kali kita bersikap negative, terhadap perkataan dan sikap
anak kita ( reaktif ) , kita tidak berespons ( bersikap positive )
terhadap apa yang mereka lontarkan. Jika anak kita menginginkan laptop
baru, atau tablet atau i- pad…terkadang kita bereaktif..dengan..apa??!
itu kan mahal? Mama aja gak pake itu..! dari pada ngomong seperti itu
lebih baik bertanya kenapa? Dia sangat membutuhkan itu..intinya
menjalin komunikasi yg lebih positif, ketimbang berteriak.
- B tidak akan terjadi sebelum A selesai
Strategi ini berlaku pada anak, disegala waktu dan umur anak.Jika
kita meminta anak melakukan sesuatu dan anak tidak mengerjakannya,kita
jangan lanjut ke hal lain, apapun itu. Tidak mau bersih bersih…berarti
tidak ada, uang jajan, Tidak mau bersihkan kamar weekend tidak pergi
jalan jalan. Harus konsisten, dan ingat apa yang kita lakukan tanpa
emosi ataupun kata kata yang membentak.
- Memandang jauh kedepan , kita ingin , anak kita seperti apa? Jika kita ingin anak kita kelak baik, berbudi pekerti luhur, dan juga pengasih untuk sesamanya, bertanggung jawab maka yang harus kita lakukan adalah mengajarkannya sedini mungkin, sekarang juga…!
Ada sedikit pertanyaan untuk kita, ( Pedoman sebagai orang Tua ),
untuk kita bisa lebih mengajar anak anak menjadi seseorang yang lebih
baik, dan sebagai konsekuensi , kita juga mau diajar untuk menjadi
orang tua yang lebih baik .Dalam gaya apa pengasuhan yang kita pakai
buat anak kita? Permisif
= Seperti seorang budak untuk anaknya? Melakukan banyak hal untuk
anak?supaya dia tetap nyaman, walaupun kita tahu itu tidak baik? Otoriter
=membuat semua keputusan buat anak anak? Menjalankan rumah tangga
dengan tangan besi dan hanya memberi sedikit kebebasan pada anak?, atau
otoritatif =
Memberikan pilihan pada anak dan memformulasikan panduan dengannya?
memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan?Menjadikan
realita sebagai guru? Menjadi orang tua Permisif dan otoriter akan
menimbulkan pemberontakan pada anak.
Jadi…tentukan gaya pengasuhan yang ingin kita lakukan ( saya harap
otoritatif adalah pilihan yang bijaksana), dan kemudian perhatikan
bagaimana respons anak terhadap cara kita bertindak, dan sekali
lagi..kita harus konsisten…………..
- Saya baru mengerti sekarang antara perbedaan pujian ( yang focus pada orang ) dengan dorongan semangat ( yag focus pada tindakan )Sekarang saya mengerti kenapa ada buku buku pendidikan anak yang mengatakan untuk tidak terlalu memuji anak, awalnya saya pusing tujuh keliling, saya pikir, aneh…sekali mereka, masakan kita tidak boleh memuji anak kita? Namun ternyata, pujian itu itu menghubungkan harga seorang anak dengan apa yang dilakukannya, lalu, bagaimana jika ia tidak melakukannya? Apakah ia tidak akan berarti? Sehingga lebih baik untuk membesarkan hati anak dengan member dorongan semangat. Pendorong semangat menekankan tindakan dan bukan orangnya.
Contoh : Pujian :Wah..kamu anak yang hebat! Nilai
matematiknya 10, bagus banget, gak sabar rasanya untuk kasih tahu Papa,
pasti dia akan langsung traktir kamu.
Pendorong semangat :Wah…kamu dapat nilai matematik
A ya…Pasti kamu dah kerja keras dan belajar sampai larut malam, gak sia
sia ya…kamu harus beritahu Papa, Papa juga pasti senang.
Jika kita mendorong semangat untuk bertindak, anak akan lebih
kompeten dan ingin mencoba hal yang lain.Sedikit demi sedikit dorongan
semangat dari kita membentuk landasan utama harga diri yang utuh dan
kokoh dalam situasi apapun dalam hidupnya, bahkan dalam tekanan
negative dari teman pergaulan sebayanya.
Ini semua menyangkut kepada tiga pilar harga diri dari setiap orang
- Acceptance ( Penerimaan ), Penerimaan tanpa syarat yang kita lakukan pada anak anak kita, jika anak anak tidak mendapatkan penerimaan tanpa syarat dirumah, mereka juga tidak perduli akan orang orang yang ada didalam rumah, mereka akan lebih suka tenggelam dalam dunianya sendiri, lebih suka mengurung diri dalam kamar, dibandingkan berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain.
- Belonging ( Rasa memiliki )Berikan hak untuk berpendapat dalam pengambilan keputusan bagi anggota keluarga, dengarkan pendapat dan kata katanya.
- Competence ( Kompetensi )Berikan anak anak tanggung jawab,karena anak anak tidak akan berkembang dengan baik jika kita selalu, segalanya untuk dia.
- Strategi diatas akan sukses jika kita konsisten dalam melakukannya, dan sang pengarang selalu mengingatkan untuk konsisten didalam kita melakukannya. Jadi kita pun sebagai orang tua harus belajar untuk konsisten…, tidak tergantung pada hari apa, suasana apa, ataupun hormone apa yang sedang mempengaruhi para mama seperti kita, kita dituntut untuk konsisten, dan lakukan semuanya tanpa kemarahan yang meledak ledak, dan kita harus memantau respons dari anak kita, kalau perlu siapkan buku catatan sebagai pengingat, progress yang mereka lakukan, dan di evaluasi.
Rangkuman dari pengarang untuk kita bisa lebih focus lagi dalam mengubah perilaku anak adalah :
- Jadilah kita selalu konsisten 100 % dalam berperilaku
- Selalu lakukan apa yang kita katakan
- Merespon bukan bereaksi
- Hitung sampai 10 dan tanyakan diri sendiri, apa yang dulu kita lakukan dalam situasi seperti ini? Sekarang..apa yang seharusnya kita lakukan?
- Jangan pernah mengancam anak anak
- Jangan pernah memperlihatkan amarah kita
- Jangan beri peringatan apapun
- Tanyakan diri sendiri, masalah siapakah ini? Jangan kerjakan sesuatu yang menjadi bagian dan tanggung jawab anak anak kita
- Jangan berpikir perilaku buruk bisa hilang begitu saja, kita harus menjadi perantara yang member kasih sayamg, panduan dan kedisiplinan yang konsisten
- Pasang wajah yang bahagia..didepan anak, ( walaupun kita seperti ingin menghantam kepala kita ke tembok )
Wow…Hebat! Pikir saya, sekarang saya punya strategi dalam saya bisa
memerangi sifat anak saya yang terkadang “out of control”. Karena bagi
saya Sikap, Perilaku dan karakter adalah hal yang sangat penting dalam
diri seseorang , saya percaya jika ia memiliki karakter yang
baik dalam hidupnya ia akan tetap dapat melengkung dengan indah , dan
tidak menjadi mudah patah, kesulitan ataupun kejatuhan tidak membuat ia
lari ketakutan tapi…menjadi batu loncatan untuk bisa menjadi better person.
Lebih dari pada apapun saya membawa strategi ini dalam doa, supaya
lebih disempurnakan oleh SANG EMPUNYA HIKMAT Dan KEBIJAKSANAAN. Dan
membuat saya dimampukan dan dikuatkan untuk bisa mendidik anak saya
dengan baik.
Saya rasa kita semua menginginkan anak yang berbudi pekerti baik,
jadi…tak ada salahnya jika kita mengikuti cara ini, coba lihat
perubahannya..terus terang, saya pun sedang mencoba untuk konsisten
dalam memberikan aturan aturan pada anak saya.
Jadi mari belajar sama sama…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar