Perubahan perkembangan yang terjadi pada remaja,
sering mengakibatkan remaja mengalami keadaan tertekan (stress).
Komunikasi yang efektif dan harmonis, sehingga dapat membantu proses perkembangan pribadinya
menuju kedewasaan. Kemampuan
remaja mengatasi berbagai problem, sehingga tidak stres sangat ditentukan oleh
seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang tuanya.
Makin besar
dukungan yang diperoleh remaja dalam mengatasi berbagai problemnya, makin
rendah kemungkinannya remaja mengalami stres sehingga terhindar dari gangguan
dalam perilakunya.
be well,
Dwika
Kiat sukses
berkomunikasi dengan remaja
by: Sofia Retnowati
Permasalahan remaja.
Banyak orang tua yang
mengeluh, mengalami kesulitan
berkomunikasi dengan anak remajanya, mengapa ? Padahal sebelumnya, semuanya
lancar-lancar saja. Tetapi begitu anak menginjak usia remaja, konflik, “breng” atau ketidak cocokan sering muncul diantara
anak remaja dan orang tua. Orang tua tidak
habis pikir, mengapa hal ini bisa terjadi, siapa yang salah ?.
Mengapa perilaku
remaja menjadi menyulitkan?. Masa remaja adalah masa transisi atau periode
dalam kehidupan manusia yang mengalami beberapa perubahan yang terjadi secara
bersamaan. Ketidak mampuan
remaja mengatasi kondisi menekan karena perubahan tersebut, sering
mengakibatkan munculnya gangguan dalam perilakunya. Perubahan yang terjadi pada
anak remaja, mencakup perubahan: fisik, kognitif, sosial, dan emosional.
Perubahan fisik
terjadi sebagai akibat masaknya hormon testosteron pada laki-laki dan estrogen
pada perempuan. Remaja perempuan ditandai dengan menstruasi pertama kalinya (menarche)
dan remaja laki-laki dengan mimpi basah (pollutio) Kemasakan hormon ini berpengaruh pada
kematangan organ-organ reproduksi dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder.
Perkembangan kognisi
remaja mencapai tahap formal operational yang memungkinkan remaja berpikir
secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu mengambil keputusan untuk
dirinya.
Perkembangan sosial,
ditunjukkan adanya keinginan yang kuat pada remaja untuk melepaskan diri dari
ikatan dengan keluarga dan lebih melibatkan diri dengan teman sebayanya. Hal
ini dilakukan remaja dalam usahanya untuk menemukan identitas dirinya,
mendapatkan peran sosial sebagai pribadi
dewasa yang mandiri.
Perkembangan emosi,
ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak. Perubahan emosi ini
erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang terjadi pada remaja.
Dari sedikit uraian
diatas dapat dipahami bahwa perubahan perkembangan yang terjadi pada remaja,
sering mengakibatkan remaja mengalami keadaan tertekan (stress). Kemampuan
remaja mengatasi berbagai problem, sehingga tidak stres sangat ditentukan oleh
seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang tuanya. Makin besar
dukungan yang diperoelh remaja dalam mengatasi berbagai problemnya, makin
rendah kemungkinannya remaja mengalami stres sehingga terhindar dari gangguan
dalam perilakunya. Komunikasi yang bagaimanakah dengan remaja, agar bisa
efektif dan harmonis, sehingga dapat membantu proses perkembangan pribadinya
menuju kedewasaan.
Komunikasi dengan remaja
Komunikasi, baik verbal maupun
nonverbal pada dasarnya merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses
pendidikan anak, juga merupakan sumber-sumber rangsangan untuk membentuk
kepribadian anak. Apabila komunikasi antara orang tua dan anak dapat berlangsung
dengan baik, maka masing-masing pihak dapat saling memberi dan menerima
informasi, perasaan dan pendapat sehingga dapat diketahui apa yang diinginkan,
dan konflikpun dapat dihindari. Keterbukaan melalui komunikasi ini akan
menumbuh kembangkan bahwa anak dapat
diterima dan dihargai sebagai manusia. Sebaliknya bila tidak ada komunikasi
yang baik maka besar kemungkinan kondisi kesehatan mentalnya mengalami
hambatan. Dari penelitian diperoleh bukti adanya kecenderungan psikopatologi
pada anak, disebabkan karena adanya hambatan dalam proses komunikasi antara
anak orang tua, terutama ibunya.
Dalam proses perkembangan kepribadian
anak, orang tua juga berperan sebagai pendidik yaitu bertugas untuk menanamkan
nilai-nilai moral dan kehidupan yang akan menjadi landasan yang kuat bagi bagi
tumbuhnya jiwa dan pribadi anak. Keluarga merupakan wahana bagi anak untuk
menimba berbagai ilmu pengetahuan. Melalui pola asuh orang tua anak mengenal
nilai-nilai moral, mengenal tindakan yang baik dan yang buruk sebelum ia mengembangkan
interaksi sosial di luar lingkungan keluarganya. Keberhasilan orang tua dalam
mengembangkan nilai-nilai moral bukan disebabkan karena otoritasnya tetapi
lebih pada bagaimana mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut yang disesuaikan
dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Kenyataannya
banyak orang tua yang kurang dapat berkomunikasi dengan anaknya, terutama
dengan remaja. Mengapa ?. Banyak orang tua kurang menyadari bahwa respon
(verbal maupun nonverbal) dalam menanggapi anaknya, menyebabkan hambatan dalam
berkomunikasi.
Respon yang sering diutarakan orang tua pada anaknya
yang menyebabkan terputusnya komunikasi, antara lain adalah: memerintah;
mengancam-memperingatkan; mendesak-memberi kotbah; menasehati-menyelesaikan
masalah; memberi kuliah-mengajari; menilai-mengkritik-tidak
setuju-menyalahkan; mencemooh-membuat malu; menyelidiki-mengusut;
menghindar-mengalihkan perhatian-menertawakan; dan memuji-menyetujui;
Ungkapan-ungkapan tersebut diatas membuat anak: menghentikan
pembicaraaan; mempertahankan diri; menyerang-berdebat; merasa
rendah diri; benci dan marah; merasa bersalah; merasa
diperlakukan seperti anak kecil; merasa tidak dimengerti; merasa
perasaan-perasaannya tidak dibenarkan;
merasa sedang diinterogasi. Rasanya semua kriteria tersebut
sering dilakukan orang tua dalam otoritasnya sebagai orang yang harus dipatuhi.
Bagaimanakah sebaiknya ? Agar komunikasi dengan anak
tidak terputus perlu kiranya orang tua memahami cara berkomunikasi yang
efektif, antara lain:
1.
Membuka pintu, yaitu ungkapan orang tua yang
memungkinkan anak untuk membicarakan lebih banyak, mendorong anak untuk
mendekat dan mencurahkan isi hatinya. Dan yang penting menumbuhkan pada anak
rasa diterima dan dihargai. Beberapa pernyataan yang bersifat membuka antara
lain: “Saya mengerti.. “ Ya..hm.. “Oh ya..” Coba ceritakan lebih banyak..”ibu
koq tertarik ya..”Kelihatannya kamu seneng ya..
2.
Mendengar Aktif, kemampuan orang tua untuk menguraikan
perasaan anak dengan tepat, jadi orang tua mengerti perasaan anak, yang dikirim
anak lewat bahasa verbal maupun nonverbalnya. Keuntungan dari mendengar aktif,
anatara lain: mendorong terjadinya katarasis; menolong anak tidak takut
terhadap perasaan (positif-negatif); mengembangkan hubungan yang sangat dengan orang tua; memudahkan anak
memecahkan masalahnya; meningkatkan kemampuan anak untuk mendengar pendapat
orang tua; meningkatkan tanggung jawab anak
3. Komunikasi dengan
empatik, prinsip Komunikasi Empatik: “Berusaha mengerti lebih dahulu, baru
dimengerti” . Dalam mendengarkan empatik, kita sebagai orang tua berusaha masuk
ke dalam kerangka pikiran, perasaan anak remaja kita. Kita sebagai orang tua, tidak hanya
mendengar dengan telinga, tapi dengan mata dan hati. Hati kita merasakan,
memahami, menyelami dan berintuisi dengan permasalahan yang sedang dialami oleh
anak remaja kita. Mata kita mengamati pesan-pesan nonverbal yang diekspresikan
oleh anak kita. Kita menggunakan otak kanan sekaligus otak kiri. Mendengar
Empatik adalah mendengar untuk mengerti baik
secara emosional sekaligus intelektual, bukan dengan maksud untuk menjawab,
mengendalikan atau memanipulasi orang lain.
Memang tidak mudah untuk dapat menjalin komunikasi yang positif
dengan anak remaja kita yang sedang mengalami berbagai gejolak dalam dirinya.
Tetapi tidak berarti tidak bisa. Pemahaman dan pengertian kita sebagai orang
tua atas kesulitan-kesulitan yang sedang dialami anak remaja kita, merupakan
hal sangat penting. Anak remaja kita membutuhkan pengertian dari orangtuanya
bahwa ia sedang mengalami proses perubahan.Sikap ini akan mendukung terjalinnya
komunikasi yang positif dengan anak remaja kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar