link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Selasa, 07 April 2015

Good article : Hal yang Tak Kalah Penting Dari IPK

[Elektro85 UI] Hal yang Tak Kalah Penting Dari IPK


Palansa palansa  [elektro85]  

Mar 30 (8 days ago)
to elektro85

Ada teman kita di foto per tama ya, Anas suseno jaket biru paling kiri berdiri. Yang duduk paling kiri juga teman kita itu.
:-)


Pembentukan karakter diri justru bisa lebih kamu dapatkan lewat organisasi. 
BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) atau 
HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) 
misalnya, ibarat tempat pelatihan gratis dimana kamu bisa memaksimalkan soft skill-mu; 
belajar tentang kepemimpinan, kemampuan komunikasi, menjalin koneksi, hingga skill managerial.
I deliver happiness,
Dwika

Karena Sukses Tak Hanya Diukur Dengan Angka, Inilah Hal-Hal yang Tak Kalah Penting Dari IPK!

Kamu: “Eh, IPK lo berapa sih?”
Temen: “Ah, nggak nyampek 3,5. Sedih banget gue!”
Kamu: “Lah, ngapain sedih? Gue aja 2,7 udah bahagia banget. Hahaha.”
IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) umumnya dijadikan standar kesuksesan mahasiswa. IPK menjadi lebih penting lagi karena ia juga dijadikan patokan berbagai perusahaan dalam mencari karyawan. Tak heran jika kamu dan banyak mahasiswa lainnya akan berusaha mati-matian demi mendapatkan IPK memuaskan. Ketika IPK yang didapat nyatanya tak sesuai harapan, kamu pun mulai pesimis menatap masa depan.
Tapi, tunggu! Apakah IPK memang bisa sebegitu mempengaruhi hidupmu? Apakah kesuksesan hanya bisa diukur dengan IPK-mu? Bertahun-tahun menjalani kuliah, tidakkah kamu punya prestasi dan pencapaian lain yang bisa membanggakan dirimu?
Yup, prestasi dan pencapaian lain itu pasti ada, kamu hanya tidak menyadarinya. Lepas dari tinggi-rendahnya IPK yang kamu punya, ini lho hal-hal lain yang bisa jadi penentu kesuksesanmu selain sekadar angka!

1. Tak ada salahnya mati-matian belajar demi IPK yang memuaskan. Tapi jangan lupa, jaringan pergaulan yang luas jugalah kualitas yang patut dibanggakan.

punya teman dari berbagai jurusan
punya teman dari berbagai jurusan via imabsii.wordpress.com
Salah satu prestasi atau pencapaian yang bisa kamu banggakan selama jadi mahasiswa adalah banyaknya teman yang kamu punya. Bukan hanya teman-teman seangkatan atau satu jurusan. Berteman dengan adik angkatan, kakak angkatan, bahkan teman-teman dari jurusan lain atau kampus lain pun boleh dibilang sebagai prestasi.
Pasalnya, banyaknya teman yang kamu punya jadi penanda kesuksesanmu sebagai seorang individu. Punya teman dengan berbagai latar belakang membuktikan bahwa kamu adalah pribadi yang mudah menyesuaikan diri. Karakter dan sifat yang kamu punya pastilah menyenangkan sehingga banyak orang yang bisa menerima kehadiranmu. Tanpa kamu sadari, jaringan koneksi yang kamu punya justru bisa melancarkan jalan karir dan kehidupanmu.
“Buku yang kamu cari bakal referensi skripsi tak tersedia di perpustakaan kampusmu? Gampang! Cukup SMS teman dari kampus lain dan minta tolong agar mencari di perpustakaan kampusnya.
Lulus dan belum juga dapat pekerjaan? Ada teman-teman yang sudah lebih dulu bekerja di berbagai perusahaan dan bisa kamu mintai informasi lowongan kerja.”

2. Silakan kalau mau belajar setiap hari demi IPK tinggi. Tapi, kamu sah masuk golongan orang-orang merugi jika tak pernah ikut organisasi.


pengalaman ikut organisasi via km.itb.ac.id
Kamu boleh berambisi punya IPK tinggi, tapi pengembangan sikap dan pembentukan karakter diri justru bisa lebih kamu dapatkan lewat organisasi. BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) atau HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) misalnya, ibarat tempat pelatihan gratis dimana kamu bisa memaksimalkan soft skill-mu; belajar tentang kepemimpinan, kemampuan komunikasi, menjalin koneksi, hingga skill managerial.
Keterlibatanmu dalam organisasi yang kaitannya dengan hobi maupun organisasi sosial dan kemasyarakatan di luar kampus pun tak kalah membawa manfaat. Kamu bisa menumpuk pengalaman berharga lewat kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak orang. Karakter dan pola pikir yang terus tertempa adalah modal yang tak kalah pentingnya dari IPK. Segala yang kamu dapat lewat organisasi adalah bekal ketika kamu menjejak dunai profesional nantinya.

3. Pengabdianmu di UKM juga menjadikanmu “kaya” dalam berbagai sisi, karena keahlian dan talenta yang kamu punya semakin terasah lagi


Sekadar pintar dan punya IPK tinggi belum tentu menjamin masa depan. Maka, saat masih punya banyak waktu dan kesempatan, tak ada ruginya membebaskan diri untuk berkembang dalam berbagai bidang. Keterlibatanmu dalam UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) adalah salah satu contoh nyatanya. Kamu bisa dengan leluasa mengembangkan minat dan bakatmu di sana. Selain itu, pengalaman di UKM juga menambah panjang daftar pengalaman berorganisasi yang tertulis dalam CV-mu.
UKM bidang olahraga, seni, atau yang mendukung kepentingan akademis maupun jalan karir bisa kamu pilih dengan leluasa. Cita-cita menjadi jurnalis setelah lulus kuliah tentu akan semakin mudah diwujudkan jika kamu sudah punya bekal pengalaman terlibat di UKM Pers Mahasiswa. Keinginan membuka usaha di bidang jasa fotografi ibarat diamini jika kamu sudah terlatih lantaran aktif di UKM Fotografi.
Yang pasti, apa yang akan terjadi di masa depan tak bisa sepenuhnya diprediksi dari sekarang. Membekali diri dengan berbagai skill dan kemampuan adalah solusi paling ampuh yang bisa kamu usahakan. Jika kelak ilmu yang kamu dapat di bangku kuliah tak bisa membawamu pada kesuksesan, ada skill dan kemampuan lain yang memungkinkanmu untuk bertahan.

4. Mahasiswa pintar tak akan puas dengan sekadar angka. Mereka juga gigih membangun koneksi dengan orang-orang hebat di lingkungannya.


kenal dosen-dosen ahli via psikologi.ugm.ac.id
Kesempatan duduk di bangku kuliah terasa sia-sia jika pikiranmu hanya terfokus pada angka IPK. Sebabnya, kamu punya kesempatan untuk mengenal orang-orang hebat yang ada di sana. Yup, kampus adalah tempat dimana para akademisi dari berbagai bidang berkumpul. Sebagai mahasiswa, kamu termasuk beruntung karena punya kesempatan untuk mengenal dan berinteraksi dengan mereka.
Kenal dan punya hubungan baik dengan dosen-dosen di kampus adalah salah satu yang bisa jadi mengantarkanmu pada kesuksesan. Sekadar mengobrol atau berdiskusi dengan mereka menjadikan wawasanmu semakin kaya. Ketika bisa menjalin kedekatan, segala urusan perkuliahan hingga skripsimu pun bisa lebih dilancarkan. Prestasi yang kamu punya dan kemampuanmu menjaga hubungan baik dengan mereka bisa jadi menguntungkanmu. Bukan mustahil kamu akan ditawari jadi asisten dosen, diajak terlibat dalam proyek penelitian, hingga dipromosikan untuk mendapat beasiswa.

5. Mengejar nilai atau angka saja adalah sama dengan menjalani kuliah dengan buta. Dengan begitu, setelah lulus pun kamu belum tahu kelak karirmu akan mengarah kemana.

bisa menentukan arah karir
bisa menentukan arah karir via joglodaily.blogspot.com
Kuliah jelas bukan perkara sederhana dan mustahil bisa berhasil jika hanya dijalani dengan “seadanya”. Segala sesuatunya harus dilakoni dengan penuh kesadaran dan keyakinan, baik sejak mendaftar dan memilih jurusan hingga menjalani kegiatan perkuliahan. Kamu harus baik-baik memahami materi apa saja yang dipelajari dan bagaimana aplikasinya di dunia kerja nanti. Perkara rencana karir dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan juga harus masak-masak dipikirkan.
IPK bukan satu-satunya yang membuat mahasiswa berhasil setelah lulus. Ada kok sarjana-sarjana yang bisa sukses di dunia kerja meskipun IPK mereka tidak tinggi. Tentu banyak faktor yang mempengaruhi kesuksesan seseorang ‘kan? Meski IPK-mu tak bisa dibanggakan, kemauan belajar dan kepiawaian bekerja sama dalam tim terbukti mengantarkanmu meraih predikat karyawan berprestasi. Sekalipun IPK-mu jeblok, kegigihan dan keberanian mencari peruntungan di dunia usaha bisa menjadikanmu seorang entrepreneur sukses.

6. Mengejar IPK bukan berarti harus mengabaikan hal penting lainnya. Kamu punya bekal yang cukup saat menjejak dunia kerja jika kegiatan magang-mu dijalani sebaik-baiknya

kegiatan magang
kegiatan magang via bumn.go.id
Saking fokusnya mengejar IPK, bukan tidak mungkin kamu justru menyepelekan hal-hal lain yang sebenarnya tak kalah penting. Salah satu contohnya adalah kegiatan magang yang seringkali disepelekan. Banyak mahasiswa yang menganggap bahwa kegiatan magang hanyalah sekadar formalitas demi memenuhi kewajiban dan mendapatkan nilai. Pilihan tempat magang tak dipikirkan dengan serius. Tugas-tugas saat magang pun tak dikerjakan dengan maksimal.
Padahal, berbagai kegiatan yang kaitannya dengan perkuliahan tentu tak boleh dikerjakan dengan sembarangan. Terlebih, kegiatan magang yang diberlakukan oleh kampus bukannya tanpa alasan. Kegiatan magang memang sengaja diterapkan agar mahasiswa punya kesempatan untuk menjajal dunia kerja yang sesungguhnya. Kesempatan ini justru seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Pilih kantor atau perusahaan yang memang kamu impikan atau sebidang dengan karir yang ingin kamu tekuni. Kerjakan tugas-tugas harian dengan maksimal agar kamu terlatih bekerja secara profesional. Manfaatkan pendampingan dari senior atau pembimbing magang agar kamu bisa menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Ketika bisa memberikan performa yang maksimal, bukan tidak mungkin kamu bisa direkrut jadi pegawai sekalipun belum lulus dan jadi sarjana.

7. Meskipun punya IPK tinggi, ketekunanmu baru terbukti setelah tuntas menyelesaikan skripsi


gigih menuntaskan skripsi via ridjam.files.wordpress.com
Menganggap segala sesuatunya akan berjalan lancar asalkan punya IPK tinggi jelas pemikiran yang keliru. Kadang, bukan nilai yang jadi penentu kesuksesan, tapi justru kesabaran dan kegigihan dalam menuntaskan kewajiban. Yup, skripsi adalah salah satu contoh nyatanya. Kenapa temanmu yang gak terlalu pintar justru bisa lulus cepat? Kenapa teman yang setiap semester dapat IP tinggi justru lulus lebih lama? Kenapa ada pula teman yang memilih menghilang dari kampus saat skripsi padahal di semester-semester sebelumnya dia selalu rajin masuk kuliah?
Skripsi memang tak sekadar mengandalkan kepintaran atau kemampuan penguasaan materi. Pemahaman topik yang diteliti adalah hal utama, tapi banyak hal lain yang juga tak kalah pentingnya. Bisakah kamu menerima saran dan kritik dari dosen pembimbing? Apakah kamu cukup berlapang hati ketika hasil kerjamu harus direvisi habis-habisan? Ketika waktu kelulusan jauh meleset dari target yang ditetapkan, apakah kamu masih bersemangat melanjutkan perjuangan?

8. Ada yang bisa disyukuri saat IPK-mu tak sesuai ekspektasi. Di titik ini kamu akan belajar mengoreksi diri sendiri dan mengakui kesalahan dengan gagah berani


gagal adalah sebuah pelajaran via kolegiumfkhub.wordpress.com
Pernah gagal dalam ujian, tak lulus salah satu mata kuliah atau dapat nilai C, IPK jeblok; berbagai momen kegagalan yang sebenarnya tak melulu harus ditangisi, tapi perlu juga disyukuri. Bagaimana pun, kegagalan akan selalu datang sepaket dengan pelajaran yang bisa diambil setelahnya.
Saat nilai ujianmu bahkan tak mencapai batas tuntas, kamu akan belajar untuk mengoreksi diri sendiri. Apakah gagalmu lantaran malas belajar, atau sering bolos di mata kuliah ini sehingga tak menguasai materi? Sama halnya ketika mendapati IPK yang tak sesuai ekspektasi, kamu justru bisa mengakui kealpaanmu dengan gagah berani.
“IPK-ku jelek karena aku tak bisa membagi waktu dan terlalu fokus di organisasi.”
atau
“IPK-ku jelek karena aku malas belajar lantaran jurusan yang aku ambil tak sesuai keinginan.”
Justru di titik inilah kamu berhasil mencapai fase kedewasaan. Kamu bisa menyadari bahwa segala hal yang terjadi dalam hidupmu pastilah ada sebab dan akibat yang menyertainya. Kamu belajar untuk menerima dan berhenti menyalahkan keadaan atau orang lain atas kegagalan yang kamu alami.

9. Apa gunanya mengejar IPK jika kamu tak bisa mengaplikasikan ilmu yang kamu punya. Inilah alasannya kenapa universitas mewajibkan program KKN bagi mahasiswa


KKN = pengabdian masyarakat via desatunjungmuli.blogspot.com
Sama halnya dengan magang, KKN (Kuliah Kerja Nyata) adalah contoh kegiatan yang sering disepelekan. Bahkan, ada pula mahasiswa yang merasa terpaksa atau terbebani ketika mengikuti kegiatan ini. Pasalnya, kampus bisa jadi menjadikan KKN sebagai salah satu syarat kelulusan sehingga mau tak mau harus diikuti. Mungkin, pernah terlintas dalam pikiranmu tentang apa manfaat KKN bagi karir dan kesuksesanmu di masa depan.
Lebih dari yang kamu bayangkan. Pengalaman ikut KKN sama berharganya dengan IPK 3,5 yang mati-matian kamu perjuangkan. Lewat program KKN kamu punya kesempatan mengembangkan dan mengaplikasikan pemikiran berdasarkan keilmuanmu. Kamu pun bisa berlatih menemukan dan memecahkan masalah. Selain itu, wawasan dan pengalaman hidup bermasyarakat pastilah kelak akan sangat bermanfaat ketika kamu sudah menanggalkan status sebagai mahasiswa.

10. Mahasiswa adalah golongan manusia unggul yang terus ditempa agar jadi sebaik-baiknya manusia. Dengan atau tanpa IPK yang kamu punya, sudahkah kamu memberi manfaat bagi sekitarmu?


memberi manfaat bagi sekitar via amertabhuana.wordpress.com
Kuliah tak melulu tentang memenuhi kebutuhanmu sendiri; masuk kuliah, jadi mahasiswa berprestasi, dapat IPK tinggi, lulus tepat waktu, lalu diterima bekerja di perusahaan impian dan hidup mapan. Lebih daripada itu, menyandang predikat sebagai mahasiswa justru secara tidak langsung “membebanimu” dengan tanggung jawab pada sekitarmu. Sebagai golongan manusia unggul yang punya intelektualitas tinggi, mahasiswa diharapkan bisa ikut berkontribusi dalam pembangunan.
Coba tanyakan pada diri sendiri, seberapa banyak yang bisa kamu lakukan untuk bangsamu? Mulai dari lingkup terkecil, apakah keberadaanmu sudah bisa memberi manfaat bagi keluarga maupun lingkungan tempat tinggalmu? Setidaknya, sudahkah status sebagai mahasiswa mendorongmu untuk bertumbuh jadi pribadi yang lebih baik setiap harinya?
Gimana? Apakah kamu termasuk mahasiswa yang hanya menghamba pada IPK tinggi, ataukah masa-masa kuliah justru bisa kamu manfaatkan untuk meraih hal-hal dalam artikel ini?
Yang pasti IPK bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan. 10 hal dalam artikel ini mewakili sedikit dari banyak hal baik yang bisa kamu dapatkan di bangku kuliah dan mengantarmu meraih sukses di masa depan.

__._,_.___



Posted by: Dwika Sudrajat <dwikasudrajat@yahoo.com>

Tidak ada komentar: