link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Senin, 27 Februari 2012

Amerika

Jangan teperdaya oleh peringkat hutang AS yang tinggi agar Anda tidak menderita kerugian yang fatal bagi portofolio Anda.

Apakah Amerika Serikat bangkrut? (Part 2)

**http://nicoomer.blog.kontan.co.i
Sampai tahun 1970an, Amerika Serikat adalah kreditur terbesar di dunia.  Kemudian pada pertengahan 1980an AS menjadi sebuah debitur dan … sejak akhir 1990an merupakan DEBITUR TERBESAR di dunia.
Artinya pemerintah AS berhutang lebih banyak uang daripada negara manapun di dunia.  Kecuali bila penambahan hutang pemerintah tersebut pada akhirnya diselesaikan dengan menaikkan pajak dan mengendalikan pengeluaran, hanya dua pilihan yang tersisa: default (ketidaksanggupan memenuhi kewajiban) atau inflasi yang tinggi.
Namun hampir mustahil AS melunasi hutangnya dengan pajak yang lebih tinggi karena itu pasti menyebabkan a second Great Depression atau Depresi Besar yang kedua.  Jadi satu-satunya cara untuk mengatasi kelebihan hutang ini adalah melalui suatu DEVALUASI dolar AS yang hebat.
Menurut economists Joshua Aizenman dan Nancy Marion, inflasi bantu mengurangi hutang pemerintah AS dari 122% ke 25% terhadap PDB dari 1945 hingga 1973.  Maka jangan heran apabila the Fed (bank sentral AS) memutuskan untuk melanjutkan pelonggaran moneternya agar pemerintah AS tetap dapat membiayai defisitnya.
Kesimpulan: rupanya QUANTITATIVE EASING to infinity atau PENCETAKAN UANG tanpa batas adalah pemecahan yang terbaik pada saat ini.  Namun investor tetap disarankan untuk mengingat bahwa pemerintah Amerika Serikat hanya dapat mencetak uang secara terus-menerus selama dolar AS tetap merupakan the world’s reserve currency.  Jika tidak, kita akan menyaksikan keruntuhan yang luar biasa dari mata uang utama di dunia.
Perang Dingin Cina lawan AS
“We are very concerned about the lack of stability in the US dollar.”
-Chinese Premier Wen Jaibao-
Untuk membiayai pengeluaran yang sangat besar, pemerintah AS terpaksa perlu menjual banyak surat hutang.  Berhubungan semua negara maju berada dalam kondisi yang serupa, mereka harus melaksanakan penjualan tersebut dalam lingkungan yang makin kompetitif.
Empat bulan yang lalu, the U.S. Treasury Department merilis data yang menunjukkan sebuah penurunan sebesar 11% dalam official Chinese holdings of U.S. government bonds dari US$938.1 billion ke US$843.7 billion antara September 2009 dan Juni 2010.  Itu suatu pengurangan senilai hampir US$95 billion selama 9 bulan (lihat grafik diatas ini).
Berarti pemerintah Cina tidak menambah obligasi AS, dan juga tidak memperpanjang pembelian yang sebelumnya.  Dengan kata lain, Cina mengurangi hutang AS maupun penyikapannya terhadap dolar AS, dan pada gilirannya kerawanannya terhadap perekonomian AS yang melambat.
Uang menjadi mahal
Amerika Serikat – negara yang berhutang paling banyak uang di dunia – tergantung pada kepercayaan investor untuk membiayai kebutuhan pinjaman yang sangat besar.  Maka jika kekhawatiran Cina makin meningkat, bersamaan dengan investor lainnya di dunia, kreditur akan meminta tingkat pengembalian yang lebih tinggi.  Dengan demikian bond yields akan naik, dan harga obligasi akan turun.
Teliti saja grafik diatas ini, yang memperlihatkan dengan jelas bahwa yields atau tingkat suku bunga telah naik sejak awal bulan Oktober tahun lalu.  Secara sederhana, kenaikan ini diperkirakan berlangsung terus sepanjang pencetakan uang, bailouts dan sosialisasi dari hutang privat di AS maupun negara Eropa tidak segera dihentikan.
Kesimpulan: apabila investor yang khawatir mengenai solvabilitas pemerintah dalam jangka panjang menyebabkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, nilai aset di neraca bank besar  dunia – yang memiliki banyak obligasi pemerintah – beresiko mengalami penurunan kembali.  Selain itu, kenaikan suku bunga tentunya juga akan menimbulkan biaya pinjaman yang lebih tinggi untuk perusahaan, konsumen maupun bank, dan memberikan pukulan yang besar kepada pemulihan ekonomi global.
Apakah dolar AS akan bertahan?
“There is no subtler, no surer means of overturning the existing basis of society than to debauch the currency.”
-Lord John Maynard Keynes (1883-1946)-
Sekarang Ben Bernanke – Kepala bank sentral AS – sedang mencetak uang untuk memulihkan perekonomian.  Tetapi tidak lama lagi, dia kemungkinan besar akan mencetak uang hanya untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang makin besar.
Ketika investor akhirnya menyadari apa yang terjadi, mereka langsung akan mengurangi kepemilikan dolar maupun obligasi AS mereka.  Sebagai akibatnya, makin lama the Fed malahan akan mencetak makin banyak uang untuk menutupi defisit AS sampai … nilai tukar dolar AS jatuh lebih cepat daripada kemampuan bank sentral AS untuk mencetak uang baru.
Pada dasarnya the Federal Reserve sedang melakukan permainan yang sungguh berbahaya, yang dapat mengancam kestabilan dari sistem keuangan dunia.  Sekali pasta gigi telah keluar dari tabung, memang sangat sulit untuk memasukinya kembali.
Namun hutang publik dan kewajiban lainnya pada kenyataan sudah tidak mampu dibayar.  Oleh karena itu, tanpa jalan keluar penurunan nilai tukar dolar AS akan diteruskan (lihat gambar diatas ini).
Kesimpulan: the Fed mampu untuk monetize (membeli obligasi AS dengan uang yang baru dicetak) hutang pemerintah, dan sama sekali tidak perlu meminta bantuan dari siapapun di masa yang akan datang.  Tetapi … mencetak uang yang begitu banyak kemungkinan akan mengakibatkan KEJATUHAN NILAI DOLAR AS terhadap mata uang utama dunia, seperti the Russian ruble pada tahun 1998, dan hyperinflation atau inflasi yang tinggi sekali.
Selalu ingat bahwa reserve currency status bukan sebuah birthright (hak azasi).  Sekali kepercayaan menghilang sepenuhnya, kedudukan tersebut bisa lenyap secara tiba-tiba.
Greenback versus redback
“The United States would be mistaken to take for granted the dollar’s place as the world’s predominant reserve currency.  Looking forward, there will increasingly be other options to the dollar.”
-Robert B. Zoellick, World Bank president-
Tidak puas dengan devaluasi tukar dolar AS maupun euro, Rusia dan Cina telah sepakat untuk melunasi perdagangan bilateral mereka senilai US$50 billion dalam mata uang masing-masing.  Disamping itu penerbitan dim-sum bonds, yaitu obligasi dari peminjam non-Chinese yang berdenominasi renminbi sudah berkembang dengan pesat.  Sebagai contohnya, Caterpillar dan McDonald’s telah meminjam dana dalam mata uang Cina.
Berkat kepopulerannya yang meningkat, beberapa orang kini menyebut yuan the “hongbi” atau “redback”.  Pelan tapi pasti, pelaku usaha akan berpindah hati dari greenbacks ke redbacks.  Akhirnya, mata uang Cina akan diperdagangkan secara bebas.  Dan ketika itu terjadi, jumlah cadangan devisa yang signifikan diprediksi akan ditanamkan kedalamnya.
Logam mulia adalah uang
“Clueless governments still don’t understand that it is their ruinous actions that have created a credit infested and bankrupt world.  They will continue to prescribe the same remedy that caused the problem in the first place, namely more credit and more printed money.  The consequences are clear; we will have hyperinflation, economic and human misery as well as social unrest.”
-Egon von Greyerz, Matterhorn Asset Management-
Pada saat ini dunia penuh dengan ekonomi maupun mata uang yang “sakit”.  Seperti dapat Anda lihat pada grafik dibawah ini emas telah mengalami kenaikan secara signifikan, yang disebabkan oleh hilangnya daya beli berbagai mata uang, terutama dolar AS.  Peredaran uang selama beberapa tahun terakhir nampaknya tidak terbatas, sedangkan persediaan emas tidak bisa ditingkatkan dengan mudah.
Sebagai akibat dari pencetakan uang yang makin dipercepatkan, semua uang kertas akan terkoreksi terhadap emas dalam 3 sampai 5 tahun kedepan.  Oleh karena itu, dolar AS, pound sterling dan euro sebaiknya dihindari.
Selain itu investor juga perlu mengingat bahwa ekspansi defisit yang cepat selama tahun 1970an disertai dengan tingkat inflasi yang kurang terkendali, sementara disiplin fiskal pada tahun 1990an menghasilkan suatu periode dengan tekanan inflasi yang rendah (lihat tabel dibawah ini).  Maka boleh disimpulkan bahwa dimanapun juga inflasi selalu merupakan a fiscal phenomenon!
Seperti Peter Bernholz mencatat dalam Monetary Regimes and Inflation, “there has never occurred a hyperinflation in history which was not caused by a huge deficit of the state.” (tidak pernah dalam sejarah terjadi suatu inflasi yang sangat tinggi yang tidak disebabkan oleh sebuah defisit pemerintah yang besar sekali)
Maka kita harus siap mengantisipasi kenaikan inflasi dalam beberapa tahun kedepan, dimana emas akan berfungsi sebagai INFLATION HEDGE yang menguntungkan.
Kesimpulan: saya tetap menyarankan investor  untuk mengalokasikan setidaknya 10% dari portofolio pada emas dan/atau perak.  Emas memang telah menguat lebih dari 400% selama dasawarsa terakhir, tetapi ketika dolar AS kehilangan statusnya sebagai mata uang cadangan dunia, harga emas baru akan meroket puluhan persen.
Saya sungguh akan terkejut apabila emas tidak berhasil mencapai US$5,000/toz dalam beberapa tahun kedepan.  Jadi apakah Anda akan membeli emas, atau malahan “apes” (oleh inflasi yang mengerikan)?
Semoga Anda bisa memanfaatkan pelemahan dolar AS di masa depan dan menempatkan dana pada aset yang menjanjikan!
Categories: Pasar Internasional Tags:

Apakah Amerika Serikat bangkrut?

February 7th, 2011 nico 15 comments
Saya tidak akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini, tetapi saya yakin Anda akan bisa menyimpulkannya sendiri berdasarkan fakta yang akan ditampilkan dalam artikel ini.  Pertama-tama, coba meneliti grafik dibawah ini, yang menunjukkan hutang Amerika Serikat dari tahun 1940 hingga sekarang.
Seperti dapat Anda lihat, hutang AS kini lebih dari US$14 trillion, dan sejak 2008 telah meningkat sebesar US$1 trillion setiap 7 bulan!  Sebagai perbandingan, dari 2002 sampai 2008, peningkatan hutang sebesar 1 trilyun dolar AS terjadi dalam 20 bulan.  Sementara di periode 1995-2000, peningkatan US$1 trillion tersebut terjadi dalam 5 tahun.
Selain itu, perlu dicatat bahwa pada awal abad ke-21, hutang Amerika Serikat tidak sampai setengah dari nilai hutangnya sekarang (lihat tabel diatas ini).  Dengan kata lain, pembuat kebijakan AS sudah meminjam lebih banyak uang selama dasawarsa terakhir dibandingkan seratus tahun sebelumnya!  Memang sulit untuk dipercaya, tetapi itulah kenyataan …
Produk Domestik Bruto atau GDP di AS kini hampir sama dengan jumlah hutang yang ditanggung oleh Amerika Serikat.  Lalu the Congressional Budget Office (CBO) telah menetapkan estimasi defisit untuk 2011 pada US$1.5 trillion.  Oleh karena itu, hutang AS diprediksi akan melebihi PDB-nya mulai tahun ini, seperti dapat Anda lihat pada grafik dibawah ini.
Defisit diprediksi sebesar 5% sampai 10% dari PDB selama beberapa tahun kedepan.  Bahkan mungkin untuk selamanya apabila kondisi perekonomian tidak segera pulih.  Apabila PDB misalnya bertumbuh antara 3% dan 4%, berarti jumlah hutang selalu lebih cepat membesar daripada pertumbuhan ekonomi.
Apakah suatu negara bisa menambah hutang lebih banyak dari PDB secara nominal untuk selamanya?  Tentu tidak, karena suatu saat pelaku pasar akan mulai meragukan kemampuannya untuk melunasi semua pinjamannya.  Ini sama sekali tidak berbeda dengan suatu rumah tangga yang juga tidak dapat menambah hutang lebih cepat daripada pendapatannya.
Ketika hutang sebuah rumah tangga ataupun negara semakin besar, beban bunga akan naik.  Dengan demikian biayanya akan lebih banyak menyedot anggaran dimana peningkatan hutang pada akhirnya akan menambahkan beban bunga yang diluar kemampuan.  Dan pada titik itulah, batasan akan tercapai …
Kondisi fiskal yang mengerikan
“When Franklin Roosevelt became president in 1933, the deficit was already running at 4.7% of GDP.  It rose to a peak of 5.6% in 1934.  The federal debt burden rose only slightly – from 40 to 45% prior to the outbreak of the second world war.  It was the war that saw the US embark on fiscal expansions of the sort we have seen since 2007.  So what we are witnessing today has less to do with the 1930s, than with the 1940s: it is world war finance without the war.”
-Niall Ferguson-
 
Hutang publik AS kini telah mencapai angka yang tidak pernah terjadi sebelumnya, yaitu sekitar US$14.1 trillion.  Namun ini pada dasarnya seperti peribahasa dimana kita hanya bisa memandang “ujungnya dari gunung es”.
Kenyataannya ternyata jauh lebih buruk dari yang dilaporkan oleh pemerintah karena jumlah tersebut tidak pernah memperhitungkan unfunded liabilities atau tanggungan pemerintah yang dananya belum tersedia (seperti Medicare, Social Security, Medicaid, maupun federal pension liabilities).
Jika semua tanggungan itu termasuk, hutang AS secara mengejutkan akan bernilai sebesar US$126.5 trillion.  Bahkan profesor Laurence Kotlikoff, seorang ekonomis dari Boston University, mengatakan hutang pemerintah AS sudah mencapai US$200 TRILLION! Ia berseru: “Let’s get real.  The U.S. is bankrupt.”
Maka dengan jumlah aset nasional yang hanya bernilai US$72 trillion, boleh disimpulkan bahwa Amerika Serikat telah “tenggelam” dalam seluruh kewajibannya.  Agar dapat mengikuti perkembangan posisi fiskal AS dengan baik, coba saja mengunjungi www.usdebtclock.org. Anda pasti akan merasa heran betapa cepat hutang naik secara terus-menerus.
Mengapa bisa begitu?
“History teaches us that such imprudent monetary and fiscal behavior has always led to economic disaster.”
-Jim Rogers-
Anda tidak perlu pemikiran yang cemerlang untuk memahami masalah ini.  Alasannya sangat sederhana; grafik dibawah ini dengan jelas menunjukkan mengapa hutang makin hari makin membengkak.
Saat pendapatan pajak turun dalam krisis ke level yang sama dengan 2004, pengeluaran malahan membubung tinggi. Sebagai catatan pendapatan pemerintah hanya bertumbuh rata-rata 0,9% selama dasawarsa terakhir, sedangkan pengeluarannya pada periode yang sama rata-rata meningkat 7,9%.  Jadi sulit sekali untuk mengurangi defisit negara.
Apa solusinya?
“America today looks like Russia in 1998.  Consumers, companies and the government are all highly indebted. America as a result is a bankrupt Mickey Mouse economy.”
-Jochen Wermuth, Chief Investment Officer at Wermuth Asset Management-
Anda tidak bisa menyelesaikan kelebihan hutang dengan meminjam makin banyak.  Anda juga tidak dapat meminjam jumlah uang yang melebihi pendapatan Anda terus, baik sebagai suatu rumah tangga maupun suatu pemerintahan, tanpa menjadi bangkrut pada akhirnya.
Maka hanya ada dua pilihan: Anda melunasi hutang Anda … atau Anda gagal membayarnya.  Apabila Anda menjadi bangkrut, tidak ada seorangpun yang akan meminjamkan uang kepada Anda lagi jadi Anda harus hidup sesuai dengan kemampuan Anda.  Namun jika Anda melunasi hutang, Anda terpaksa akan menguras pendapatan Anda dan menyisakan lebih sedikit uang untuk dibelanjakan.
Berbagai pemerintahan di dunia, termasuk Amerika Serikat, sekarang bertingkah laku seperti pecandu stimulus/hutang.  Lalu mereka lupa bahwa krisis ini BUKAN suatu masalah yang TEMPORER, TETAPI masalah yang STRUKURAL.  Oleh karena itu, mereka seharusnya mengikuti program rehabilitasi agar mampu mengurangi pengeluarannya dan/atau menaikkan pendapatannya.
Apa bahayanya?
“Highly indebted governments, banks, or corporations can seem to be merrily rolling along for an extended period, when bang! – confidence collapses, lenders disappear, and a crisis hits.”
-Professors Carmen Reinhardt and Ken Rogoff in their book This Time is Different-
Amerika Serikat telah meluncurkan suatu kampanye yang sangat lihai untuk mengalihkan perhatian dari ekonomi maupun bank mereka yang bangkrut kepada negara kecil di Eropa seperti Yunani, Irlandia atau Portugal.  Meskipun negara tersebut memang mengalami kesulitan, kebutuhan pembiayaan mereka sebetulnya kecil dibandingkan masalah yang dihadapi oleh pemerintah pusat, negara bagian dan kota di AS (lihat grafik dibawah ini).
Peringkat hutang dari berbagai negara di Eropa sudah diturunkan oleh lembaga pemeringkat AS, sementara peringkat hutang AS tetap dipertahankan pada AAA.  Tanpa ragu saya berpendapat peringkat tersebut adalah sebuah PENIPUAN yang didorong oleh kepentingan politik.  Sama dengan subprime mortgages sebelumnya, lembaga pemeringkat hutang hanya akan menurunkan peringkat AS setelah hutangnya sudah menjadi junk atau “sampah”.  Maka saran saya adalah: Jangan teperdaya oleh peringkat hutang AS yang tinggi agar Anda tidak menderita kerugian yang fatal bagi portofolio Anda.
Kesimpulan
“The U.S. has no way of avoiding a financial Armageddon.”
-John Williams, shadowstats.com-
The solution to a hangover is not more alcohol atau pemecahan untuk orang mabuk bukan lebih banyak alkohol.  Coba memikirkan hal berikut ini dengan seksama: Jika sebuah bank kecil menjadi bangkrut, masalahnya selesai ketika bank itu diambil alih oleh bank lebih besar yang menyuntikkan modal baru kedalamnya.
Apabila sebuah bank yang lebih besar berada diambang kebangkrutan, persoalannya terpecahkan ketika bank tersebut diambil alih oleh pemerintah, yang menyuntikkan modal tambahan kedalamnya. Tetapi … seandainya sebuah negara dengan perekonomian terbesar di dunia menjadi bangkrut … kita akan mengalami goncangan yang dahsyat!  Dari mana dana baru akan datang untuk menyelamatkannya?
 
Kenyataan yang menyakitkan adalah bahwa kita sebenarnya sudah melewati the point of no return atau telah memasuki jalan buntu.  Secara sederhana pemerintah AS sama sekali tidak mempunyai cara apapun untuk melunasi semua kewajibannya tanpa gagal bayar ATAU menghancurkan dolar AS (yang pada dasarnya sama saja).  Dan itu tentu juga berlaku untuk berbagai pemerintahan yang lain.
Dalam artikel berikutnya akan saya bahas bagaimana Anda bisa memanfaatkan peluang investasi yang berhubungan dengan sovereign debt di negara maju, terutama di AS.  Yang penting adalah bahwa Anda sebagai seorang investor sadar akan soal ini, dan siap untuk menghadapi krisis yang jauh lebih buruk daripada tahun 2008-2009.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda dan sukses selalu dalam berinvestasi!

Tidak ada komentar: