Kekayaan Warisan Portugis
Macau yang terletak 70 km sebelah barat daya Hongkong, dahulunya merupakan wilayah jajahan Portugis di Daratan Cina sejak abad ke 16. Pada tahun 1999 Pemerintahan Portugal menyerahkan kedaulatan terhadap Macau, dan berubah menjadi Daerah Administratif Khusus Republik Rakyat Cina.
Banyak wisatawan yang yang datang ke Macau ingin berjudi, karena disini merupakan surganya kasino. Para penjudi itu datang dari berbagai wilayah, terutama Hongkong dan wilayah Cina lainnya. Namun ternyata, macau tidak hanya kasino, tapi juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah.
Tertarik dengan Iklan Viva Macau Program Promo di media cetak, kami ingin berkunjung kesana. Bagaimana tidak? Dengan harga kurang dari 300USD kita bisa jalan-jalan ke Macau dan menginap 3 hari 2 malam, untuk menikmati indahnya Venetian yang megah, juga bangunan kunonya yang cantik.. Lalu kami mendaftar program ini sejak beberapa bulan yang lalu, kalau tidak salah Bulan Desember 2009. Namun ternyata pihak Viva Macau mengubah jadwal perjalanan kami beberapa hari sebelum keberangkatan, hari terakhir yang seharusnya jadwal kepulangan menjelang sore, diubah menjadi pukul 8 pagi. Karuan saja.. kami rugi waktu. Akhirnya jadwal diperpanjang menjadi 4 malam dari tanggal 3 Maret hingga 7 Maret 2010. (waktu itu maunya 3 malam, tapi pesawatnya tidak ada). Dan kami harus tambah sekitar 100 USD++ Namun harga segitupun berkat negosiasi Mbak Tuti, kalau tidak, bisa lebih mahal lagi.
Singkat kata, tibalah kami di Macao dan menginap di Grand View Hotel yang letaknya dekat Venetian. Hari pertama, kami mengunjungi The Venetian Macau yang merupakan sebuah hotel mewah, lengkap dengan Casino Resort dan pertokoan mewah. Bangunan seluas 980.000 meter persegi ini sangat megah dan menawan, merupakan ‘sister building’ dari The Venetian di Las Vegas, yang konsepnya meniru Venesia di Eropa, sebuah wilayah yang terdiri bangunan cantik yang dilewati banyak kanal. Dan apabila ingin menyusurinya bisa menggunakan perahu kecil atau Gondola. The Venetian Macao, resmi dibuka Agustus 2007. Sejak itu menjadi salah satu obyek wisata di Asia.
Rombongan kami 15 orang, terdiri dari teman satu kampus lintas angkatan. Ketika memasuki The Venetian, kami segera berpencar.. menyebar kesegala penjuru.. ada yang langsung naik Gondola, ada yang belanja, ada yang ke Food Court, bahkan ada yang lihat-lihat kasino sekedar ingin tahu.. tapi ternyata ada yang ditolak masuk.. mungkin karena penampilan kurang meyakinkan sebagai pemain judi..he..he.. setelah diselidiki ternyata Mas Ikrar yang datang bersama anak-anaknya dilarang masuk, karena usia puterinya belum 21 tahun. Ya udah, ngapain juga lagee.. Selain menikmati cantiknya arsitektur Venetian dengan segala kemegahannya, pengalaman yang menyenangkan adalah naik Gondola. Satu perahu dengan Hetty, Mbak Lucy dan Bang Thalib, si pengayuh perahu yang asli Filipina rupanya naksir Hetty, karena banyak bertanya tentang dirinya, bahkan berani-beraninya bertanya “are you married?” he..he.. Lalu dia bernyanyi sambil mengayuh dayungnya.
Setelah keliling naik Gondola, lalu kami cari info tentang Zaia. Tertarik untuk nonton Cirque du Soleil, yang akan membawakan tarian akrobatik berjudul “Zaia”. Beberapa teman yang sudah pernah kesana mengatakan jangan sampai melewatkan pertunjukan tersebut, karena group mereka sangat terkenal, terutama di Amerika dan Eropa. Untuk wilayah Asia, mereka hanya tampil di Macau. Bondan Winarno yang ahli kuliner, ketika berkunjung ke Macau untuk mempelajari masakannya, dalam kisahnya di harian ibu kota, juga mengatakan ketertarikannya dengan Cirque du Soleil sehingga tak melewatkan untuk menontonnya. Segera kami mencari Box Office untuk pesan tiket seharga 338 MOP per-orang utnuk pertunjukan pada Hari Sabtu, 6 Maret 2010. Setelah itu kami putar-putar lagi cari souvenir dan lain-lain. Seharian berkeliling sampai pegaal, akhirnya menjelang sore, aku bersama Hetty dan Mbak Lucy kembali ke hotel, Lalu malam hari kami bersama-sama santap malam di Malaysia Kopitian.
Oh ya kami bersyukur dalam perjalanan ini berkenalan dengan Fiona. Pemilik kedai makanan “Malaysia Kopitian” sebuah restoran kecil yang tidak jauh dari hotel. Menyediakan makanan sesuai pesanan, Halal Food. Selain itu dia ramah dan ‘helpfull’. Jadi, kebutuhan makan kami, “dipasok” dari Fiona. Mulai dari take away untuk sarapan, bawa nasi box untuk makan siang dijalan, atau menyiapkan makan malam. Dia juga tidak segan-segan mengantarkan kami makanan ke bandara, ketika pesawat delay. Menunya beragam, mulai dari Nasi Goreng, Nasi Rendang, Mie Mamak, Roti Cane, Kari Ayam, Bubur Ayam, Spaghetti dll. Selain soal makanan, dia membantu kami mengurus “visa on arrival” untuk berkunjung ke daerah perbatasan, Zhuhai. Satu lagi, dia mengurus “city tour” kami, lengkap dengan tour guide dan bus yang leluasa untuk kami ber-15.
Hari kedua kami diisi dengan City Tour, yakni mengunjungi Macau Tower dan Senado Square, dimana terdapat Museum dan Bangunan Ruins of St Paul’s yang merupakan Landmark Wilayah Macau. Macau adalah bagian wilayah Cina yang terdiri dari dua buah pulau kecil. Hotel tempat kami menginap, Bandara Macau dan The Venetian terletak di Pulau Taipa. Sedangkan Macau Tower dan pusat pemerintahan terdapat di Pulau Macau. Jadi, ketika ingin berkunjung ke Macau Tower, kami harus menyeberang melalui Jembatan “Macau-Taipa Bridge” seperti Jembatan “Suramadu” di Jawa Timur. Sungguh indah pemandangan di kiri dan kanan jalan.. tampak bangunan tinggi menjulang dengan berbagai bentuk di kejauhan..
Macau Tower atau Macau Sky Tower memiliki ketingginan 338 meter. Terdapat anjungan untuk melihat panorama indahnya kota dari ketinggian. Terdapat pula restoran. teater dan shopping mall disekitarnya. Disamping itu tersedia pula “Bungee Jump” bagi yang berminat terjun dari ketinggian 233 meter. Jangankan Bungge Jumping. Melihat kebawah saja rasanya ngeri. Beberapa bagian anjungan, lantainya terbuat dari kaca tembus pandang, jadi ketika melangkah dan melihat kebawah.. rasanya takuut, ih seram ! Tapi tetap saja ada yang berminat untuk terjun.. Kata Mbak Taty, “kita foto di tempat yang ada tulisan ‘Macau Taower’ aja.. sebagai tanda bukti bahwa kita pernah kesini’. Oh iya, benar juga sih.. hayuk..!
Sebagai wilayah jajahan Portugis, yang banyak tampak adalah Bangungan Gereja. Mungkin ketika Orang Portugis datang, mereka membawa misi agama, sehingga banyak membangun gereja. Menurut Tour Guide, dengan kawasan seluas 6 mil persegi dan berpenduduk setengah juta jiwa Macau mempunyai gereja lebih banyak dari Vatikan, tempat Sri Paus yang sekaligus Uskup Roma, bertahta. Di masa lalu, kekuasaan Uskup Macau sangat luas. Mulai dari Goa di Pantai Barat India sampai Maluku di Indonesia bagian timur hingga Nagasaki, Jepang. Salah satu gereja terletak di Penha Hill, sebuah wilayah yang merupakan kawasan elit tempat tinggal para pejabat dan orang-orang terpadang. Dari ketinggian Gereja di Penha Hill, dengan leluasa dapat memandang Macau Tower dikejauhan, pelabuhan dan Jembatan Macau-Taipa. Pemandangan yang luar biasa indahnya dengan cuaca sejuk di ketinggian bukit membuat suasana terasa damai. Tampak pasangan pengantin ikut berfoto pra-wed. Tak mau ketinggalan, kamipun foto bersama dengan juru foto Su-Su, tour guide kami.
Dari Penha Hill lalu menju Senado Square. Dimana terdapat bangunan bersejarah, salah satunya Ruins of St Paul’s yang terkenal dan menjadi Landmark Macau. Bangunan ini awalnya adalah sebuah gereja yang dibangun pada tahun 1580, lalu terbakar pada tahun 1595, kemudian dibangun kembali dan terbakar (lagi) tahun 1601. Yang tersisa hanyalah pintu gerbang atau tembok depan gereja yang merupakan cagar budaya antik, perpaduan antara gaya timur dan barat. Tidak jauh dari tempat tersebut terdapat benteng “Mount Fortrees” yang dibangun tahun 1617 dan 1626 yang digunakan selama lebih 300 tahun untuk melindungi Portugis. lalu menjadi kantor Gubernur Macau, asrama tentara, penjara dan observatorium. Dan kini beberapa bagiannya menjadi Museum Macau atau Museu de Macau yang berisi sejarah peradaban Bangsa Macau, mulai dari jaman pra sejarah hingga masa kini. Berisi diorama dan pemandangan Macau dimasa lampau, sangat informatif. Disisi bagian lain, ditampilkan pameran foto karya Zheng Jingkang, yang memotret berbagai tokoh Cina dan kegiatan penduduknya, salah satunya adalah Foto Mao Zedong (soalnya yang lain gak kenal .. he..he..).
Mengenai kekayaan bangunan antik di Macau, membuat kita “iri” karena bangunannya tampak megah, sangat terawat dan cantik. Masih disekitar Senado, ada Santa Casa da Misericordia, The Cahtedral, St Dominque, St Joseph’s Seminary dll. Mungkin ada puluhan bangunan lainnya yang terawat dan indah membuat tempat ini merupakan tempat favorit untuk dikunjungi.. cat yang berwarna warni membuat tampak semarak namun tak mengurangi keanggunannya. Kata Yayak, “Dulu Timor-Timur juga dijajah Portugis, tapi koq tidak menyisakan bangunan-bangunan yang indah ya? Kenapa Portugis seakan pilih kasih?” Begitu pertanyaannya. Tapi ya sudahlah.. dan lagi Timor-timur sudah jadi masa lalu negara kita..
Dari balik megahnya bangunan bersejarah yang cantik, ternyata kawasan Senado merupakan tempat yang paling diburu untuk berbelanja. Dari toko kelas butik, toko souvenir hinga cafe menyebar sepanjang daerah tersebut. Lampion berwarna kuning dan hiasan khas Cina menambah semarak suasana di Senado. Kawasan ini memang keren. Senado diambil dari kata-kata Leal Senado (tanda kesetiaan), Istilah kesetiaan disahkan pada 13 Mei 1809 oleh Raja Portugal John VI. Sebutan tersebut lahir karena warga setempat tetap setia dan masih terus mengibarkan bendera Portugal ketika Spanyol merebut (sementara) tahta Portugal. Wow..!
Keesokan harinya kami mengunjungi Zhuhai, yang merupakan sebuah kota setingkat kabupaten yang terletak di Propinsi Guangdong, RRC. Kota ini memiliki luas wilayah 1653 km persegi. Dengan jumlah penduduk sekitar 1,5 juta. Merupakan pusat ekonomi, politik, budaya dan sosial di Cina setelah Guangzhou. Kami mampir ke Zhuhai hanya disekitar Border atau wilayah perbatasannya. Memasuki Zhuhai harus punya visa dan mempersiapkan passport. Mata uangnya adalah Remembi alias Yuan. Mereka tidak mau menerima Hongkong Dollar atau Macau Dollar alias Mop. Tujuan kami kesana adalah untuk belanja dan belanja.. tas, koper, sepatu, arloji, pakaian, kaos, jaket, dll semuanya relatif murah-murah.. Hayo dipilih-dipilih.. borong. Sepertinya ada yang mau buka lapak di Jakarta tuh.. he..he..
Dari Zhuhai Border, bersama Hetty, Mbak Lucy dan Keluarga Mas Ikrar bersegera menuju TheVenetian untuk menonton Pertunjukan Zaia, yang dimainkan oleh Kelompok Cirque Du Soleil. Kami menonton di Venetian Thetre yang sangat megah, benar-benar membuat takjub. Bangunan ini menghabiskan dana sekitar 150 juta USD dengan kemajuan teknologi untuk backdrop, efek tampilan dan suara. Menggunakan 3000 fiber optic untuk menciptakan seakan-akan bintang berkilauan di langit malam Wilayah Macau. Pertunjukan ini menampilkan inofatif akrobatik, dance, music dan kostum yang spektakuler. Dalam setiap penampilan panggungnya, melibatkan lebih dari 115 teknisi, 75 performer dari 17 negara yakni Argentina, Canada China, Prancis, Jerman, Hungaria, Italia, Rusia, Ukraina, Filipina, dan Amerika.
Tepat pukul 6 sore, pertunjukan dimulai. Kisahnya menceritakan seorang gadis bernama Zaia yang bermimpi untuk menjadi Astronot. Pertunjukan yang sangat indah.. membuat mata seakan tak berkedip memandangi keindahan suasana. Diawalnya ditampilkan setting bangungan bertingkat khas kota metropolitan, dimana penarinya berada diatas gedung tersebut. Lalu beberapa penari bergelantungan menari dikeindahan langit malam dengan bintang gemerlapan.. Tampilan yang menawan, melompat dan bergelantungan serta meliuk seakan-akan menari tepat di depan kita. Dengan nuansa jagad raya, kita seperti berada di planet lain. Kita juga merasa seperti berada di kutub ketika ditampilkan beruang kutub dengan suasana disekitar daratan yang tertutup es. Pertunjukan ini benar-benar TOP BGT. Kata Mas Ikrar,” it’s worthed. The pleasure in the time of modern technology”.
Esok paginya, kami harus bersiap-siap untuk pulang. Berkemas-kemas.. dan atur koper bagasi. Ada koper yang beranak.. karena tambahan belanja. Kalau aku sih tetap aja satu koper.. tapi tetap saja berat. Koper untuk bagasi tidak boleh lebih dari 15 kg. Kelebihannya akan dikenakan 12 USD untuk setiap kilogram. Fiona sudah menyiapkan bekal makan siang untuk di bandara. Menunya nasi goreng. Pesawat Viva Macau take off pukul 14. Tapi ternyata kami dapat kabar, bahwa pesawat diundur menjadi Pk 10 malam. Mbak Tuti mengambil inisitatif untuk tetap ke bandara dengan menaruh koper di locker, lalu kami makan siang dengan bekal yang dibawa dari Fiona. acara bebas sampai Pk 6 sore. Sebagian balik jalan-jalan ke Venetian, dan sebagian lagi ke Senado. Kembali ke bandara, kami ingin chek-in. Tapi ternyata diumumkan bahwa pesawat delay lagi menjadi Pukul 01.20. Masya Allah !! Fiona mengirimkan kami makan malam, ada Bubur ayam, Mie Goreng, Nasi Hainan, Nasi Rendang dan lain-lain. Kami menikmati makan malam di bandara (lagi). Karena sudah letih kami memutuskan untuk tetap di bandara sampai waktunya, Pk 01.20. Melihat-lihat toko disekitar bandara yang sebagian sudah tutup. Ada yang main internet, ada yang ngobrol ada yang tiduran selonjoran.. mirip para pengungsi. Udara dingin.. diluar suhu mencapai 10 derajat Celsius. Ada yang latihan Salsa, ada yang nari Kuda Lumping.. he..he.. gokil banget, capek nunggu. Ketika waktunya tiba, ternyata ada pengumuman peesawat diundur menjadi Pk .02.30. Gubrak !! Kata Mbak Bunga, ini kebalikan dari peribahasa “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Good Bye Viva Macau. Sepertinya cukup sekali ini saja naik pewawatmu.
Terima kasih untuk Mbak Tuti Mashuri dan Mas Bambang Wahyudi yang sudah bersusah payah mengatur perjalanan ini. Kami tahu urusan "Viva Macau" bikin ribet, tapi kami sangat menikmati Macau. Dan perjalanan bersama teman-teman sungguh sangat menyenangkan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mbak dan mas sekeluarga.
Jakarta, 9 Maret 2010
-meita-
Macau yang terletak 70 km sebelah barat daya Hongkong, dahulunya merupakan wilayah jajahan Portugis di Daratan Cina sejak abad ke 16. Pada tahun 1999 Pemerintahan Portugal menyerahkan kedaulatan terhadap Macau, dan berubah menjadi Daerah Administratif Khusus Republik Rakyat Cina.
Banyak wisatawan yang yang datang ke Macau ingin berjudi, karena disini merupakan surganya kasino. Para penjudi itu datang dari berbagai wilayah, terutama Hongkong dan wilayah Cina lainnya. Namun ternyata, macau tidak hanya kasino, tapi juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah.
Tertarik dengan Iklan Viva Macau Program Promo di media cetak, kami ingin berkunjung kesana. Bagaimana tidak? Dengan harga kurang dari 300USD kita bisa jalan-jalan ke Macau dan menginap 3 hari 2 malam, untuk menikmati indahnya Venetian yang megah, juga bangunan kunonya yang cantik.. Lalu kami mendaftar program ini sejak beberapa bulan yang lalu, kalau tidak salah Bulan Desember 2009. Namun ternyata pihak Viva Macau mengubah jadwal perjalanan kami beberapa hari sebelum keberangkatan, hari terakhir yang seharusnya jadwal kepulangan menjelang sore, diubah menjadi pukul 8 pagi. Karuan saja.. kami rugi waktu. Akhirnya jadwal diperpanjang menjadi 4 malam dari tanggal 3 Maret hingga 7 Maret 2010. (waktu itu maunya 3 malam, tapi pesawatnya tidak ada). Dan kami harus tambah sekitar 100 USD++ Namun harga segitupun berkat negosiasi Mbak Tuti, kalau tidak, bisa lebih mahal lagi.
Singkat kata, tibalah kami di Macao dan menginap di Grand View Hotel yang letaknya dekat Venetian. Hari pertama, kami mengunjungi The Venetian Macau yang merupakan sebuah hotel mewah, lengkap dengan Casino Resort dan pertokoan mewah. Bangunan seluas 980.000 meter persegi ini sangat megah dan menawan, merupakan ‘sister building’ dari The Venetian di Las Vegas, yang konsepnya meniru Venesia di Eropa, sebuah wilayah yang terdiri bangunan cantik yang dilewati banyak kanal. Dan apabila ingin menyusurinya bisa menggunakan perahu kecil atau Gondola. The Venetian Macao, resmi dibuka Agustus 2007. Sejak itu menjadi salah satu obyek wisata di Asia.
Rombongan kami 15 orang, terdiri dari teman satu kampus lintas angkatan. Ketika memasuki The Venetian, kami segera berpencar.. menyebar kesegala penjuru.. ada yang langsung naik Gondola, ada yang belanja, ada yang ke Food Court, bahkan ada yang lihat-lihat kasino sekedar ingin tahu.. tapi ternyata ada yang ditolak masuk.. mungkin karena penampilan kurang meyakinkan sebagai pemain judi..he..he.. setelah diselidiki ternyata Mas Ikrar yang datang bersama anak-anaknya dilarang masuk, karena usia puterinya belum 21 tahun. Ya udah, ngapain juga lagee.. Selain menikmati cantiknya arsitektur Venetian dengan segala kemegahannya, pengalaman yang menyenangkan adalah naik Gondola. Satu perahu dengan Hetty, Mbak Lucy dan Bang Thalib, si pengayuh perahu yang asli Filipina rupanya naksir Hetty, karena banyak bertanya tentang dirinya, bahkan berani-beraninya bertanya “are you married?” he..he.. Lalu dia bernyanyi sambil mengayuh dayungnya.
Setelah keliling naik Gondola, lalu kami cari info tentang Zaia. Tertarik untuk nonton Cirque du Soleil, yang akan membawakan tarian akrobatik berjudul “Zaia”. Beberapa teman yang sudah pernah kesana mengatakan jangan sampai melewatkan pertunjukan tersebut, karena group mereka sangat terkenal, terutama di Amerika dan Eropa. Untuk wilayah Asia, mereka hanya tampil di Macau. Bondan Winarno yang ahli kuliner, ketika berkunjung ke Macau untuk mempelajari masakannya, dalam kisahnya di harian ibu kota, juga mengatakan ketertarikannya dengan Cirque du Soleil sehingga tak melewatkan untuk menontonnya. Segera kami mencari Box Office untuk pesan tiket seharga 338 MOP per-orang utnuk pertunjukan pada Hari Sabtu, 6 Maret 2010. Setelah itu kami putar-putar lagi cari souvenir dan lain-lain. Seharian berkeliling sampai pegaal, akhirnya menjelang sore, aku bersama Hetty dan Mbak Lucy kembali ke hotel, Lalu malam hari kami bersama-sama santap malam di Malaysia Kopitian.
Oh ya kami bersyukur dalam perjalanan ini berkenalan dengan Fiona. Pemilik kedai makanan “Malaysia Kopitian” sebuah restoran kecil yang tidak jauh dari hotel. Menyediakan makanan sesuai pesanan, Halal Food. Selain itu dia ramah dan ‘helpfull’. Jadi, kebutuhan makan kami, “dipasok” dari Fiona. Mulai dari take away untuk sarapan, bawa nasi box untuk makan siang dijalan, atau menyiapkan makan malam. Dia juga tidak segan-segan mengantarkan kami makanan ke bandara, ketika pesawat delay. Menunya beragam, mulai dari Nasi Goreng, Nasi Rendang, Mie Mamak, Roti Cane, Kari Ayam, Bubur Ayam, Spaghetti dll. Selain soal makanan, dia membantu kami mengurus “visa on arrival” untuk berkunjung ke daerah perbatasan, Zhuhai. Satu lagi, dia mengurus “city tour” kami, lengkap dengan tour guide dan bus yang leluasa untuk kami ber-15.
Hari kedua kami diisi dengan City Tour, yakni mengunjungi Macau Tower dan Senado Square, dimana terdapat Museum dan Bangunan Ruins of St Paul’s yang merupakan Landmark Wilayah Macau. Macau adalah bagian wilayah Cina yang terdiri dari dua buah pulau kecil. Hotel tempat kami menginap, Bandara Macau dan The Venetian terletak di Pulau Taipa. Sedangkan Macau Tower dan pusat pemerintahan terdapat di Pulau Macau. Jadi, ketika ingin berkunjung ke Macau Tower, kami harus menyeberang melalui Jembatan “Macau-Taipa Bridge” seperti Jembatan “Suramadu” di Jawa Timur. Sungguh indah pemandangan di kiri dan kanan jalan.. tampak bangunan tinggi menjulang dengan berbagai bentuk di kejauhan..
Macau Tower atau Macau Sky Tower memiliki ketingginan 338 meter. Terdapat anjungan untuk melihat panorama indahnya kota dari ketinggian. Terdapat pula restoran. teater dan shopping mall disekitarnya. Disamping itu tersedia pula “Bungee Jump” bagi yang berminat terjun dari ketinggian 233 meter. Jangankan Bungge Jumping. Melihat kebawah saja rasanya ngeri. Beberapa bagian anjungan, lantainya terbuat dari kaca tembus pandang, jadi ketika melangkah dan melihat kebawah.. rasanya takuut, ih seram ! Tapi tetap saja ada yang berminat untuk terjun.. Kata Mbak Taty, “kita foto di tempat yang ada tulisan ‘Macau Taower’ aja.. sebagai tanda bukti bahwa kita pernah kesini’. Oh iya, benar juga sih.. hayuk..!
Sebagai wilayah jajahan Portugis, yang banyak tampak adalah Bangungan Gereja. Mungkin ketika Orang Portugis datang, mereka membawa misi agama, sehingga banyak membangun gereja. Menurut Tour Guide, dengan kawasan seluas 6 mil persegi dan berpenduduk setengah juta jiwa Macau mempunyai gereja lebih banyak dari Vatikan, tempat Sri Paus yang sekaligus Uskup Roma, bertahta. Di masa lalu, kekuasaan Uskup Macau sangat luas. Mulai dari Goa di Pantai Barat India sampai Maluku di Indonesia bagian timur hingga Nagasaki, Jepang. Salah satu gereja terletak di Penha Hill, sebuah wilayah yang merupakan kawasan elit tempat tinggal para pejabat dan orang-orang terpadang. Dari ketinggian Gereja di Penha Hill, dengan leluasa dapat memandang Macau Tower dikejauhan, pelabuhan dan Jembatan Macau-Taipa. Pemandangan yang luar biasa indahnya dengan cuaca sejuk di ketinggian bukit membuat suasana terasa damai. Tampak pasangan pengantin ikut berfoto pra-wed. Tak mau ketinggalan, kamipun foto bersama dengan juru foto Su-Su, tour guide kami.
Dari Penha Hill lalu menju Senado Square. Dimana terdapat bangunan bersejarah, salah satunya Ruins of St Paul’s yang terkenal dan menjadi Landmark Macau. Bangunan ini awalnya adalah sebuah gereja yang dibangun pada tahun 1580, lalu terbakar pada tahun 1595, kemudian dibangun kembali dan terbakar (lagi) tahun 1601. Yang tersisa hanyalah pintu gerbang atau tembok depan gereja yang merupakan cagar budaya antik, perpaduan antara gaya timur dan barat. Tidak jauh dari tempat tersebut terdapat benteng “Mount Fortrees” yang dibangun tahun 1617 dan 1626 yang digunakan selama lebih 300 tahun untuk melindungi Portugis. lalu menjadi kantor Gubernur Macau, asrama tentara, penjara dan observatorium. Dan kini beberapa bagiannya menjadi Museum Macau atau Museu de Macau yang berisi sejarah peradaban Bangsa Macau, mulai dari jaman pra sejarah hingga masa kini. Berisi diorama dan pemandangan Macau dimasa lampau, sangat informatif. Disisi bagian lain, ditampilkan pameran foto karya Zheng Jingkang, yang memotret berbagai tokoh Cina dan kegiatan penduduknya, salah satunya adalah Foto Mao Zedong (soalnya yang lain gak kenal .. he..he..).
Mengenai kekayaan bangunan antik di Macau, membuat kita “iri” karena bangunannya tampak megah, sangat terawat dan cantik. Masih disekitar Senado, ada Santa Casa da Misericordia, The Cahtedral, St Dominque, St Joseph’s Seminary dll. Mungkin ada puluhan bangunan lainnya yang terawat dan indah membuat tempat ini merupakan tempat favorit untuk dikunjungi.. cat yang berwarna warni membuat tampak semarak namun tak mengurangi keanggunannya. Kata Yayak, “Dulu Timor-Timur juga dijajah Portugis, tapi koq tidak menyisakan bangunan-bangunan yang indah ya? Kenapa Portugis seakan pilih kasih?” Begitu pertanyaannya. Tapi ya sudahlah.. dan lagi Timor-timur sudah jadi masa lalu negara kita..
Dari balik megahnya bangunan bersejarah yang cantik, ternyata kawasan Senado merupakan tempat yang paling diburu untuk berbelanja. Dari toko kelas butik, toko souvenir hinga cafe menyebar sepanjang daerah tersebut. Lampion berwarna kuning dan hiasan khas Cina menambah semarak suasana di Senado. Kawasan ini memang keren. Senado diambil dari kata-kata Leal Senado (tanda kesetiaan), Istilah kesetiaan disahkan pada 13 Mei 1809 oleh Raja Portugal John VI. Sebutan tersebut lahir karena warga setempat tetap setia dan masih terus mengibarkan bendera Portugal ketika Spanyol merebut (sementara) tahta Portugal. Wow..!
Keesokan harinya kami mengunjungi Zhuhai, yang merupakan sebuah kota setingkat kabupaten yang terletak di Propinsi Guangdong, RRC. Kota ini memiliki luas wilayah 1653 km persegi. Dengan jumlah penduduk sekitar 1,5 juta. Merupakan pusat ekonomi, politik, budaya dan sosial di Cina setelah Guangzhou. Kami mampir ke Zhuhai hanya disekitar Border atau wilayah perbatasannya. Memasuki Zhuhai harus punya visa dan mempersiapkan passport. Mata uangnya adalah Remembi alias Yuan. Mereka tidak mau menerima Hongkong Dollar atau Macau Dollar alias Mop. Tujuan kami kesana adalah untuk belanja dan belanja.. tas, koper, sepatu, arloji, pakaian, kaos, jaket, dll semuanya relatif murah-murah.. Hayo dipilih-dipilih.. borong. Sepertinya ada yang mau buka lapak di Jakarta tuh.. he..he..
Dari Zhuhai Border, bersama Hetty, Mbak Lucy dan Keluarga Mas Ikrar bersegera menuju TheVenetian untuk menonton Pertunjukan Zaia, yang dimainkan oleh Kelompok Cirque Du Soleil. Kami menonton di Venetian Thetre yang sangat megah, benar-benar membuat takjub. Bangunan ini menghabiskan dana sekitar 150 juta USD dengan kemajuan teknologi untuk backdrop, efek tampilan dan suara. Menggunakan 3000 fiber optic untuk menciptakan seakan-akan bintang berkilauan di langit malam Wilayah Macau. Pertunjukan ini menampilkan inofatif akrobatik, dance, music dan kostum yang spektakuler. Dalam setiap penampilan panggungnya, melibatkan lebih dari 115 teknisi, 75 performer dari 17 negara yakni Argentina, Canada China, Prancis, Jerman, Hungaria, Italia, Rusia, Ukraina, Filipina, dan Amerika.
Tepat pukul 6 sore, pertunjukan dimulai. Kisahnya menceritakan seorang gadis bernama Zaia yang bermimpi untuk menjadi Astronot. Pertunjukan yang sangat indah.. membuat mata seakan tak berkedip memandangi keindahan suasana. Diawalnya ditampilkan setting bangungan bertingkat khas kota metropolitan, dimana penarinya berada diatas gedung tersebut. Lalu beberapa penari bergelantungan menari dikeindahan langit malam dengan bintang gemerlapan.. Tampilan yang menawan, melompat dan bergelantungan serta meliuk seakan-akan menari tepat di depan kita. Dengan nuansa jagad raya, kita seperti berada di planet lain. Kita juga merasa seperti berada di kutub ketika ditampilkan beruang kutub dengan suasana disekitar daratan yang tertutup es. Pertunjukan ini benar-benar TOP BGT. Kata Mas Ikrar,” it’s worthed. The pleasure in the time of modern technology”.
Esok paginya, kami harus bersiap-siap untuk pulang. Berkemas-kemas.. dan atur koper bagasi. Ada koper yang beranak.. karena tambahan belanja. Kalau aku sih tetap aja satu koper.. tapi tetap saja berat. Koper untuk bagasi tidak boleh lebih dari 15 kg. Kelebihannya akan dikenakan 12 USD untuk setiap kilogram. Fiona sudah menyiapkan bekal makan siang untuk di bandara. Menunya nasi goreng. Pesawat Viva Macau take off pukul 14. Tapi ternyata kami dapat kabar, bahwa pesawat diundur menjadi Pk 10 malam. Mbak Tuti mengambil inisitatif untuk tetap ke bandara dengan menaruh koper di locker, lalu kami makan siang dengan bekal yang dibawa dari Fiona. acara bebas sampai Pk 6 sore. Sebagian balik jalan-jalan ke Venetian, dan sebagian lagi ke Senado. Kembali ke bandara, kami ingin chek-in. Tapi ternyata diumumkan bahwa pesawat delay lagi menjadi Pukul 01.20. Masya Allah !! Fiona mengirimkan kami makan malam, ada Bubur ayam, Mie Goreng, Nasi Hainan, Nasi Rendang dan lain-lain. Kami menikmati makan malam di bandara (lagi). Karena sudah letih kami memutuskan untuk tetap di bandara sampai waktunya, Pk 01.20. Melihat-lihat toko disekitar bandara yang sebagian sudah tutup. Ada yang main internet, ada yang ngobrol ada yang tiduran selonjoran.. mirip para pengungsi. Udara dingin.. diluar suhu mencapai 10 derajat Celsius. Ada yang latihan Salsa, ada yang nari Kuda Lumping.. he..he.. gokil banget, capek nunggu. Ketika waktunya tiba, ternyata ada pengumuman peesawat diundur menjadi Pk .02.30. Gubrak !! Kata Mbak Bunga, ini kebalikan dari peribahasa “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Good Bye Viva Macau. Sepertinya cukup sekali ini saja naik pewawatmu.
Terima kasih untuk Mbak Tuti Mashuri dan Mas Bambang Wahyudi yang sudah bersusah payah mengatur perjalanan ini. Kami tahu urusan "Viva Macau" bikin ribet, tapi kami sangat menikmati Macau. Dan perjalanan bersama teman-teman sungguh sangat menyenangkan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mbak dan mas sekeluarga.
Jakarta, 9 Maret 2010
-meita-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar