Re: Mimpi, dengan Aksi
Tue Jan 21, 2014 6:14 pm (PST) . Posted by:
riri95
Brgds,
Riri M'95
From: Dwika SudrajatSent:
Selasa, 21 Januari 2014 21:31
To: IME
Reply To: alumni_ftui@ yahoogroups. com
Subject: [alumni_ftui]
Mimpi, dengan Aksi
Me
To IME
alumni_bppn@yahoogroups.com
alumni_ftui@yahoogroups.com
e89
Jan 21 at 9:31 PM
Keberhasilan itu dibangun dari sekarang.
Dengan mimpi dengan aksi.
Maka merugilah orang-orang yang tak punya mimpi…
I Deliver Happiness,
Dwika
Dengan mimpi dengan aksi.
Maka merugilah orang-orang yang tak punya mimpi…
I Deliver Happiness,
Dwika
Sang Pemimpi..dengan Mimpi, dengan Aksi
by oki-setiana-dewi
Sang Pemimpi..dengan Mimpi, dengan Aksi
Aku sang Pemimpi. Dari dulu hingga kini bahkan nanti, aku tetap seorang pemimpi. Mimpi-mimpi selalu membuatku bersemangat menjalankan hari-hariku. Mimpi itu tak hanya sekedar di otak lalu berlalu begitu saja. Tapi aku memiliki sebuah buku mimpi. Ya, dreambook yang aku tulis sejak aku duduk di kelas 6 SD hingga kini. Bahkan tumpukan buku yang sudah berjumlah sebelas ini masih tersampul dan tersimpan rapi dalam keranjangku.
Semula diawali dengan betapa menyenangkannya merancang masa depan dengan mimpi-mimpi yang dahsyat yang bisa kukarang sesuka hati. Kususun mimpi itu dengan membaginya secara garis besar: jangka panjang dan jangka pendek. Untuk mimpi jangka pendek kutulis ia dengan lebih rasional dengan melihat kondisiku pada saat itu. Sementara untuk mimpi jangka panjang kutulis apa saja mimpi-mimpiku. Sebanyak-banyaknya. Panjang. Berderet-deret. Berbaris-baris. Sambil menulis mimpiku, seringkali aku tersenyum sendiri-sendiri karena kubuat film di otakku tentang masa depanku itu.
Tak cukup sampai disitu. Kegemaranku dalam bermimpi membuatku lebih kreatif menulisnya dalam dreambook-ku. Kubagi lagi mimpi-mimpi itu dalam beberapa aspek. Agama, pendidikan, pekerjaan, keluarga, masyarakat dan hiburan. Tak hanya mimpi, tapi di lembar berikutnya kutulis, “How to get it”. Bukan mimpi tanpa menifestasi. Tapi mimpi yang butuh action agar bisa terealisasi. Kutulis langkah-langkah apa saja yang harus kulakukan untuk mencapainya. Hal-hal apa saja yang wajib kupelajari untuk bisa menuju ke sana. Tak lupa kutulis waktunya. Tahun segini harus begini, tahun berikutnya harus begitu. Begitu seterusnya.
“Barangsiapa pada hari ini (amalnya) lebih baik dari hari kemarin, maka berarti ia beruntung. Barangsiapa pada hari ini keadaannya sama dengan hari kemarin, maka berarti ia merugi. Dan barangsiapa pada hari ini keadaannya lebih buruk dari hari kemarin, maka sesungguhnya ia termasuk orang yang terkutuk atau tersesat.” (HR Al-Hakim)”
Aku tak berpikir untuk menjadi yang terbaik,tapi aku selalu ingin berusaha melakukan yang terbaik dalam segala kesempatan untuk mewujudkan mimpi-mimpiku..karena musuh terbesar bukan orang lain tapi diri sendiri. Musuh melawan rasa malas dan tentu saja hawa nasfu yang mendarah daging dalam fitrah sebagai manusia. Tentu saja berusaha agar dari waktu ke waktu ada peningkatan dan perbaikan.
Ternyata apa yang kulakukan sejak hampir 9 tahun itu begitu populer kini. Seminar-seminar motivasi begitu pula berbagai macam buku-buku ternyata mewajibkan kita untuk bermimpi. Namanya macam-macam. Mulai dari menyusun proposal hidup (bukan hanya menikah saja yang butuh proposal, tapi hidup membutuhkan itu, walau pernikahan termasuk di dalamnya hehe ), rencana hidup, jalan menjadi orang sukses dll.Memang benar. Hidup harus seperti itu. Hidup harus punya mimpi dan punya aksi. Itu menjadikan hidup kita memiliki tujuan dan tak terbuang sia-sia. Bagiku hidup bukan seperti air yang mengalir kemanapun arus membawanya. Ia bukan Let it flow yang kebanyakan anak muda katakan. Kehidupan yang tak memiliki mimpi dan tak dirancang membuat kita santai menjalani waktu.Waktu yang sejatinya digunakan untuk bisa berkarya dan berproduktif berlalu begitu saja. Mereka tak menyadari bahwa karyalah yang membuat kita ada dan bahwa di luaran sana orang tengah berlomba-lomba menuju kesuksesannya. Bukankah gagal mempersiapkan berarti tengah bersiap-siap untuk gagal? Maka memang, keberhasilan itu dibangun dari sekarang. Dengan mimpi dengan aksi. Maka merugilah orang-orang yang tak punya mimpi…
Setiap mimpi yang berhasil terwujud kuceklis dengan rasa syukur yang tak henti-hentinya. Terwujud lagi, kuceklis lagi, terus seperti itu. Dreambook-ku penuh dengan tanda ceklis sebagai bukti bahwa aku bekerja keras untuk mewujudkannya. Sementara ada bagian lain yang tak diberi tanda. Itu adalah mimpi yang tak terwujud.. Memang, tak semua mimpi bisa menjadi nyata. Pernah mendengar istilah keberhasilan yang tertunda kan? Tak ada kata gagal ketika mimpi itu tidak terwujud tapi keberhasilan yang tertunda. Bisa saja di waktu yang tepat kita bisa meraihnya dan bisa pula kegagalan itu yang membuat kita belajar banyak dan batu loncatan untuk mendapatkan keberhasilan di tempat lain. Maka buatlah plan B dan mimpi-mimpi baru. Jangan pernah menjadi orang yang pasrah. Karena pasrah berarti menyerah pada keadaan lantas tak mau lagi untuk bangkit. Tapi berlapangdadalah. Karena lapang dada berarti membuka hati seluas-luasnya menerima dengan ikhlas apapun yang diperoleh. Tak lupa pula ikhtiar itu seiring dengan tawakal. Berusaha sekeras mungkin tapi juga siap dengan segala kemungkinan yang terjadi..
Bermimpilah! Mimpi membantu kita menyiapkan keberhasilan. Ikrarkan saja, “Saya pasti menjadi orang yang berhasil!” Itu bukan ungkapan sombong tapi ungkapan positif yang penuh dengan keoptimisan
Maka teman, bermimpilah! Jadilah seorang pemimpi dengan aksi agar tak menjadi tong kosong nyaring dalam berbunyi atau NATO? Not action talk only? Hehe..susunlah masa depan dari sekarang, bermimpi sebanyak-banyaknya, gali potensi, belajar tak pernah henti dan terus cetak prestasi! Tentu saja doa sebagai senjata yang ampuh untuk semuanya. Biarkan Allah yang menentukan SETELAH kita BERUSAHA KERAS sampai titik darah penghabisan.
Untuk menjadi seorang yang luar biasa kita harus melakukan hal-hal yang luar biasa…dimulai dari 3M sebuah ungkapan populer dari Aa Gym: Mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang dan mulai dari hal kecil. Atau ingin menjadi orang biasa? Mudah. Bermalas-malaslah, biarkan waktu berlalu begitu saja.. tanpa mimpi tanpa aksi..
Pilihan!
by: OSD
25 Desember 09
Ps: sebuah keprihatinan ketika melihat para anak muda yang begitu santai, nongkrong tak kenal waktu, bersenang-senang tak henti-henti dan ogah menjadi sang pemimpi.
Aku sang Pemimpi. Dari dulu hingga kini bahkan nanti, aku tetap seorang pemimpi. Mimpi-mimpi selalu membuatku bersemangat menjalankan hari-hariku. Mimpi itu tak hanya sekedar di otak lalu berlalu begitu saja. Tapi aku memiliki sebuah buku mimpi. Ya, dreambook yang aku tulis sejak aku duduk di kelas 6 SD hingga kini. Bahkan tumpukan buku yang sudah berjumlah sebelas ini masih tersampul dan tersimpan rapi dalam keranjangku.
Semula diawali dengan betapa menyenangkannya merancang masa depan dengan mimpi-mimpi yang dahsyat yang bisa kukarang sesuka hati. Kususun mimpi itu dengan membaginya secara garis besar: jangka panjang dan jangka pendek. Untuk mimpi jangka pendek kutulis ia dengan lebih rasional dengan melihat kondisiku pada saat itu. Sementara untuk mimpi jangka panjang kutulis apa saja mimpi-mimpiku. Sebanyak-banyaknya. Panjang. Berderet-deret. Berbaris-baris. Sambil menulis mimpiku, seringkali aku tersenyum sendiri-sendiri karena kubuat film di otakku tentang masa depanku itu.
Tak cukup sampai disitu. Kegemaranku dalam bermimpi membuatku lebih kreatif menulisnya dalam dreambook-ku. Kubagi lagi mimpi-mimpi itu dalam beberapa aspek. Agama, pendidikan, pekerjaan, keluarga, masyarakat dan hiburan. Tak hanya mimpi, tapi di lembar berikutnya kutulis, “How to get it”. Bukan mimpi tanpa menifestasi. Tapi mimpi yang butuh action agar bisa terealisasi. Kutulis langkah-langkah apa saja yang harus kulakukan untuk mencapainya. Hal-hal apa saja yang wajib kupelajari untuk bisa menuju ke sana. Tak lupa kutulis waktunya. Tahun segini harus begini, tahun berikutnya harus begitu. Begitu seterusnya.
“Barangsiapa pada hari ini (amalnya) lebih baik dari hari kemarin, maka berarti ia beruntung. Barangsiapa pada hari ini keadaannya sama dengan hari kemarin, maka berarti ia merugi. Dan barangsiapa pada hari ini keadaannya lebih buruk dari hari kemarin, maka sesungguhnya ia termasuk orang yang terkutuk atau tersesat.” (HR Al-Hakim)”
Aku tak berpikir untuk menjadi yang terbaik,tapi aku selalu ingin berusaha melakukan yang terbaik dalam segala kesempatan untuk mewujudkan mimpi-mimpiku..karena musuh terbesar bukan orang lain tapi diri sendiri. Musuh melawan rasa malas dan tentu saja hawa nasfu yang mendarah daging dalam fitrah sebagai manusia. Tentu saja berusaha agar dari waktu ke waktu ada peningkatan dan perbaikan.
Ternyata apa yang kulakukan sejak hampir 9 tahun itu begitu populer kini. Seminar-seminar motivasi begitu pula berbagai macam buku-buku ternyata mewajibkan kita untuk bermimpi. Namanya macam-macam. Mulai dari menyusun proposal hidup (bukan hanya menikah saja yang butuh proposal, tapi hidup membutuhkan itu, walau pernikahan termasuk di dalamnya hehe ), rencana hidup, jalan menjadi orang sukses dll.Memang benar. Hidup harus seperti itu. Hidup harus punya mimpi dan punya aksi. Itu menjadikan hidup kita memiliki tujuan dan tak terbuang sia-sia. Bagiku hidup bukan seperti air yang mengalir kemanapun arus membawanya. Ia bukan Let it flow yang kebanyakan anak muda katakan. Kehidupan yang tak memiliki mimpi dan tak dirancang membuat kita santai menjalani waktu.Waktu yang sejatinya digunakan untuk bisa berkarya dan berproduktif berlalu begitu saja. Mereka tak menyadari bahwa karyalah yang membuat kita ada dan bahwa di luaran sana orang tengah berlomba-lomba menuju kesuksesannya. Bukankah gagal mempersiapkan berarti tengah bersiap-siap untuk gagal? Maka memang, keberhasilan itu dibangun dari sekarang. Dengan mimpi dengan aksi. Maka merugilah orang-orang yang tak punya mimpi…
Setiap mimpi yang berhasil terwujud kuceklis dengan rasa syukur yang tak henti-hentinya. Terwujud lagi, kuceklis lagi, terus seperti itu. Dreambook-ku penuh dengan tanda ceklis sebagai bukti bahwa aku bekerja keras untuk mewujudkannya. Sementara ada bagian lain yang tak diberi tanda. Itu adalah mimpi yang tak terwujud.. Memang, tak semua mimpi bisa menjadi nyata. Pernah mendengar istilah keberhasilan yang tertunda kan? Tak ada kata gagal ketika mimpi itu tidak terwujud tapi keberhasilan yang tertunda. Bisa saja di waktu yang tepat kita bisa meraihnya dan bisa pula kegagalan itu yang membuat kita belajar banyak dan batu loncatan untuk mendapatkan keberhasilan di tempat lain. Maka buatlah plan B dan mimpi-mimpi baru. Jangan pernah menjadi orang yang pasrah. Karena pasrah berarti menyerah pada keadaan lantas tak mau lagi untuk bangkit. Tapi berlapangdadalah. Karena lapang dada berarti membuka hati seluas-luasnya menerima dengan ikhlas apapun yang diperoleh. Tak lupa pula ikhtiar itu seiring dengan tawakal. Berusaha sekeras mungkin tapi juga siap dengan segala kemungkinan yang terjadi..
Bermimpilah! Mimpi membantu kita menyiapkan keberhasilan. Ikrarkan saja, “Saya pasti menjadi orang yang berhasil!” Itu bukan ungkapan sombong tapi ungkapan positif yang penuh dengan keoptimisan
Maka teman, bermimpilah! Jadilah seorang pemimpi dengan aksi agar tak menjadi tong kosong nyaring dalam berbunyi atau NATO? Not action talk only? Hehe..susunlah masa depan dari sekarang, bermimpi sebanyak-banyaknya, gali potensi, belajar tak pernah henti dan terus cetak prestasi! Tentu saja doa sebagai senjata yang ampuh untuk semuanya. Biarkan Allah yang menentukan SETELAH kita BERUSAHA KERAS sampai titik darah penghabisan.
Untuk menjadi seorang yang luar biasa kita harus melakukan hal-hal yang luar biasa…dimulai dari 3M sebuah ungkapan populer dari Aa Gym: Mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang dan mulai dari hal kecil. Atau ingin menjadi orang biasa? Mudah. Bermalas-malaslah, biarkan waktu berlalu begitu saja.. tanpa mimpi tanpa aksi..
Pilihan!
by: OSD
25 Desember 09
Ps: sebuah keprihatinan ketika melihat para anak muda yang begitu santai, nongkrong tak kenal waktu, bersenang-senang tak henti-henti dan ogah menjadi sang pemimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar