Tk Dwika atas sharingnya.. . Insya Allah sangat bermanfaat.. .
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Fri Nov 22, 2013 4:49 pm (PST) . Posted by:
"Satrio Wibowo"
Terimakasih bung Dwika atas sharingnya. Mohon izin sharing ke anak saya.
Salam sukses,
Satrio Wibowo.
S77
Salam sukses,
Satrio Wibowo.
S77
To IMEalumni_ftui@yahoogroups.come89 and 2 More...
Nov 23 at 6:06 AM
Mereka yang sukses seperti Michael Jordan, George Clooney, Steve Jobs, Elon Musk, Lionel Messi, Tony Fernandes.
Mereka ini bukanlah orang-orang mencapai kesuksesannya dengan mudah.
Mereka mencapainya dengan sangat sulit.
Butuh kerja yang sangat keras untuk mencapai apa yang mereka capai.
I Deliver Happiness,
Dwika
Mengapa Pengusaha Sukses Rata-rata Punya IPK 2,7?
- Ada sebuah lelucon yang sering disampaikan saat seminar bisnis berkaitan dengan IPK (Indeks Prestasi Akademik). Bunyinya seperti ini :Kalau mereka yang IPK 4, mereka akan jadi engineer-engineer di perusahaan besar,mereka yang IPK-nya 3, mereka akan jadi general manager di perusahaan-perusahaan besar,mereka yang IPK-nya diantara 2,5 sampai 3, mereka akan jadi direktur di perusahaan-perusahaan besar,mereka yang IPK-nya diantara 2 sampai 2,5 mereka akan jadi pemilik-pemilik perusahaan besar tadi,kalau yang di DO, mereka akan jadi Bill Gates.Lelucon ini menjadi angin segar bagi para mahasiswa yang IPK-nya rendah dan juga menjadi pembenaran untuk tidak belajar lebih rajin. Bahkan tidak sedikit pula yang menjadikan lelucon ini alasan untuk men-DO-kan diri dari kampus. Thomas Stanley pengarang buku The Millionaire Mind, melakukan penelitian untuk mempelajari karakteristik orang-orang yang dimasa tuanya menjadi orang yang sangat makmur. Hasilnya adalah mereka yang mencapai kesuksesan financial adalah mereka yang secara rata-rata memiliki IPK 2,7. Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah mengapa tidak semua mahasiswa yang IPK-nya 4,0 menjadi kaya raya? Mungkin karena prestasi yang mereka capai terlalu mudah bagi mereka, sehingga mereka tidak pernah merasakan perlunya bekerja keras.Banyak mahasiswa yang mendapatkan IPK 4,0 memang tidak perlu belajar terlalu keras untuk mendapatkan nilai A. Kadang mereka baru belajar semalam sebelum ujian pun masih bisa dapat nilai A. Karena kesuksesan yang mereka capai tersebut terlalu mudah, sehingga tanpa disadari muncul sifat meremehkan dan tidak mau kerja keras. Dalam Bahasa Sunda sering disebut mental "Kumaha Engke" yang artinya "Gimana nanti". Mereka jadi tidak terbiasa mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik dan benar.Sedangkan bagi mereka yang IPK-nya biasa-biasa saja, terkadang sudah belajar dari jauh-jauh haripun masih juga hanya dapat B atau C. Tetapi hal ini tidak membuat mereka menyerah. Mereka tetap berusaha lebih keras lagi dan lebih keras lagi. Tanpa disadari mereka terbiasa untuk bekerja lebih keras dari orang lain. Jika kesuksesan itu sulit didapat, apakah anda akan begitu saja berhenti atau berusaha lebih keras lagi untuk mencapainya?Mungkin juga sebuah kesuksesan yang mudah didapat itu adalah sebuah jebakan. Kita banyak melihat di atlit olahraga, musisi, penulis, dan juga artis yang memiliki talenta yang luar biasa di usia muda tidak menjadi para bintang di usia tua. Mereka tidak terbiasa melatih dirinya untuk disiplin menghadapi masa-masa sulit. Mereka tidak terbiasa untuk bekerja lebih keras dan melakukan persiapan lebih matang. Akhirnya mereka yang jenius ini dikalahkan oleh mereka yang rajin.Untuk membuktikan teori diatas anda bisa baca banyak biografi mereka yang sukses seperti Michael Jordan, George Clooney, Steve Jobs, Elon Musk, Lionel Messi, Tony Fernandes. Mereka ini bukanlah orang-orang mencapai kesuksesannya dengan mudah. Mereka mencapainya dengan sangat sulit. Butuh kerja yang sangat keras untuk mencapai apa yang mereka capai.The Gifted are beaten by The Hard Worker. Jadi walaupun anda punya IPK rendah, tapi apakah anda seorang hard worker? Apakah diri anda seorang pejuang?Sumber :- Buku Wisdom Meet Passion, karangan Jared Angaza- Buku The Millionaire Mind, karangan Thomas J. Stanley
Tidak ada komentar:
Posting Komentar