link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Sabtu, 15 September 2012

Paratifus



Tifus dan Paratifus

 
 
 
 
 
 
Rate This

Gejala Awal
Gejala awalnya perlu dikenali sebelum terlambat diobati. Selain itu, tifus kasus infeksi perut yang banyak di sini. Diawali demam lebih dari seminggu. Mulanya seperti orang mau flu. Bedanya, demam tifus umumnya muncul sore dan malam hari. Tidak disertai gejala batuk pilek. Demamnya sukar turun walau minum obat dan disertai nyeri kepala hebat. Perut terasa tidak enak, dan tidak bisa buang air beberapa hari, Demam naik teratur, bila naiknya menjelang malam, selama seminggu, akan terus seperti itu, bisa juga naiknya selalu disiang hari, malamnya agak mereda.
Pada paratifus – jenis tifus yang lebih ringan – mungkin sesekali mengalami buang-buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tifus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis.
Pada tifus limpa juga membengkak.
Kuman tifus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tifus. Kuman bersarang di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak tifus bisa jebol, dan usus jadi bolong.
Ini komplikasi tifus yang paling ditakuti. Komplikasi tifus umumnya muncul pada minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakitnya sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkan pertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tifus harus periksa darah. Setelah minggu pertama demam tanda positif tifus baru muncul di darah (Uji Widal) atau dapat juga dengan test serologi tifus pada hari kelima.
Jika tes Widal negatif padahal pasien menunjukkan gejala tifus, tes perlu diulang sambil menunggu tes Gaal atau biakan kuman. Tanpa tes laboratorium diagnosis tifus tidak bisa ditegakkan hanya dari pemeriksaan fisik dan melihat gejalanya semata. Penyakit tifus mudah disembuhkan. Jika tak mempan obat konvensional golongan chloramphenicol, kini sudah ada beberapa generasi obat baru.
Haruskah Rawat Inap?Jika kondisi pasien tidak berat, dan penyakitnya masih awal, yaitu sudah didiagnosis sebelum demam lebih dari 3 minggu, umumnya masih bisa dirawat di rumah. Namun mesti diawasi jika mendadak suhu turun, nadi meninggi, dan perut mulas melilit. Waspadai jika buang air ada darahnya, tanda awal usus jebol, dan demamnya muncul lagi, dan kondisi pasien cepat menurun setelah sebelumnya tampak menyembuh.
Haruskah makanan lunak?“Ketika seseorang mendengar penyakit demam tifus (demam tifoid, typhus abdominalis), maka yang terbayang adalah makan bubur. Itupun masih diperinci melalui tahapan, mulai bubur saring, bubur halus, bubur kasar lalu nasi lunak dan nasiâ€.
Menilik ilustrasi di atas, terbayanglah seorang penderita tifus yang lemah, tak berdaya, sakitnya lama. Mungkin informasi tersebut didapatkan dari para dokter atau paramedis (perawat, bidan dll) atau bahkan dari mulut ke mulut sehingga menjadi semacam keyakinan yang mengakar.
Sampai kini masih terjadi kontroversi tentang makanan pada penderita tifus, terutama di kalangan dokter. Pada masa lalu, para ahli berpendapat bahwa penderita tifus diharuskan makan bubur dengan alasan untuk meng-istirahat-kan usus dan kekhawatiran terjadi perdarahan usus. Sehingga penderita tifus yang diharuskan makan bubur, kondisinya makin lemah dan masa penyembuhannya makin lama.
Pada perkembangannya, pendapat di atas berhadapan dengan kenyataan bahwa pemberian makanan padat secara dini (nasi) mempercepat pemulihan penderita tifus. Jadi, pemberian makanan padat dini (nasi) dengan lauk pauk rendah selulosa, aman diberikan pada penderita tifus.
Bagaimana bila penderita tifus tidak bisa makan nasi karena perutnya terasa tidak enak atau sakit? Kondisi demikian adalah perkecualian, penderita bebas memilih, apakah mau makan lunak atau padat.
Pendapat terakhir (makan padat dini) sudah menjadi semacam standar, seperti termahtub dalam “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”, jilid I oleh Persatuan Ahli Penyakit dalam Indonesia (PAPDI), terbitan Balai Penerbit FKUI edisi III tahun 1996, cetakan ke 7 tahun 2004, halaman 439.
Silahkan simak penggalannya di bawah ini:
Di masa lampau, pasien demam difoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus; karena ada pendapat, bahwa usus perlu diistirahatkan. Banyak pasien tidak menyukai bubur saring, karena tidak sesuai dengan selera mereka. Karena mereka hanya makan sedikit keadaan umum dan gizi pasien semakin mundur dan masa penyembuhan semakin lama.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid. Karena ada juga pasien demam tifoid yang takut makan nasi, maka selain macam/bentuk makanan yang diinginkan, terserah pada pasien sendiri apakah mau makan bubur saring, bubur kasar atau nasi dengan lauk pauk rendah selulosa. (Prof. dr. Rachmat Juwono)
Bisa KambuhTifus bisa kambuh. Tandanya, demam yang sama muncul lagi setelah mereda. Kemungkinan kuman tifusnya tersasar ke kandung empedu. Tifus begini biasanya lebih sukar disembuhkan. Sebagian dari kasus tifus menjadi pembawa kuman tifus.
Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang kerjanya menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang tifus bisa dicegah dengan imunitas tifus. Penyakit tifus di Indonesia masih banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak salahnya ikut vaksinasi.
Artikel di atas diambil dari web Rumah Sakit Dirgahayu Kasih Samarinda :http://www.rsdirgahayu.com/index.phpoption=com_content&view=article&id=58&Itemid=50

Tidak ada komentar: