Selalu ada kesempatan
Mungkin
Anda bertanya kenapa saya membahas tentang kesempatan atau peluang ini
pada bab tentang bakat? Ya, saya perlu membahas mengenai kesempatan ini
sekarang karena sangat berpengaruh terhadap perhatian seseorang dengan
proses mengembangkan bakatnya.
Ternyata banyak orang dalam memutuskan
pilihan hidup selalu mempertimbangkan keuntungan yang diperolehnya di
masa depan. Namun tak jarang, ketika terlalu jauh melihat dunia luar ia
malah melupakan akan kemampuan dalam dirinya sendiri. Mereka secara tak
sadar tergiring dalam tren yang berkembang dan mereka terjebak menjadi
orang yang ikut-ikutan belaka.
Nah disinilah yang membuat orang
melakukan kesalahan melakukan sesuatu yang bukan menjadi bakat
terbaiknya. Mereka tidak lagi memperhatikan apakah kondisi terbaik yang
dimilikinya sesuai dengan bidang yang ditekuninya.
1. Mengabaikan bakat karena tidak bisa melihat peluang.
Lapangan kerja semakin sempit dan
ekonomi pun semakin terpuruk, begitulah yang sering kita dengar di media
massa, orang tua, masyarakat awam bahkan para guru pun sependapat
dengan opini itu. Dampaknya adalah kita melihat masa depan dengan sangat
suram sekali. Padahal masalah yang sebenarnya ialah kita kesulitan
melihat peluang karena pada kenyataannya ada saja orang yang
memanfaatkan keadaan sulit dan melihat ada peluang di dalamnya.
Dampaknya adalah kita mengabaikan bakat
dan lebih terpengaruh dunia luar. Dalam memilih pendidikan atau sekolah
tertentu misalnya, banyak orang tua yang lebih condong berpikir
pekerjaan apa yang banyak dibutuhkan di masa depan sebelum memutuskan
kemana anaknya akan disekolahkan. Orientasinya adalah pada pekerjaan apa
yang menjanjikan di masa depan ketimbang berpikir apakah sudah sesuai
dengan bakat anaknya.
Kesempatan selalu ada dimana-dimana,
namun sering tidak terlihat karena kita tidak benar-benar
menginginkannya.Hanya mereka yang benar-benar mengerti dan mengetahui
apa yang mereka inginkanlah yang dapat mengambil dan memanfaatkan
kesempatan yang ada. Untuk menemukan kesempatan, Anda haruslah membuka
diri terhadap kemugkinan-kemungkinan kesempatan yang ada di sekeiling
Anda.
Sebagai contoh selama perjalanan ke
rumah, berapa banyak sepeda motor yang lewat? Saya yakin mungkin Anda
kesulitan untuk memberi jawaban yang pasti karena memang nyatanya Anda
tidak menghitungnya. Kenapa tidak mengitungnya? Saya kira jawaban Anda
adalah karena Anda tidak punya kepentingan dengan sepeda motor yang
lewat alias tidak menginginkannya. Jika diibaratkan sepeda motor itu
adalah sebuah kesempatan, bukankah Anda telah melewatkan kesempatan yang
berseliweran di hadapan Anda karena Anda tidak menginginkannya.
Faktanya ada begitu banyak orang
kesulitan menemukan kesempatan karena sesungguhnya mereka sendiri tidak
begitu memahami apa yang sebenarnya mereka inginkan. .Barangkali inilah
alasan banyak orang mengerjakan sesuatu yang sebenarnya tidak disukainya
lantaran mereka kurang yakin bahwa apa yang mereka senangi dapat
memberikan hasil atau materi seperti pekerjaan lain.
Kesempatan emas ada di sekitar kita. Yang perlu
kita lakukan adalah fokus pada apa yang paling kita inginkan dan
menyediakan waktu memikirkannya. Ketika itu berhasil Anda lakukan maka
Anda akan memiliki kemampuan melihat emas di saat orang lain melihatnya
sebagai batu.
b. Rejeki sudah ditanggung Allah.
Sesungguhnya Allah telah menyiapkan
rejeki bagi semua makhluk ciptaan-Nya termasuk manusia. Bicara rejeki
adalah bicara soal keyakinan kita kepada Sang Pemberi Rejeki Allah Swt.
Allah pulalah yang melapangkan dan menyempitkan rejeki itu.
“ Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rejekinya, dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam
kitab yang nyata ( Lauh Mahfuzh).”
QS. Hud [11] : 6
“ Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rejeki kepada
siapa yang di kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya” (QS Al-Israa’ [17]:
30)
Ya, begitulah tentang rejeki. Rejeki
kita telah ditanggung Allah Swt dan yang perlu kita lakukan hanyalah
menjemputnya saja. Kita pun telah diberikan jatah kita masing-masing dan
seyogyanyalah kita tidak iri terhadap rejeki yang dimiliki orang lain.
Tentunya semua orang mendapatkan sesuai dengan yang diusahakannnya.
“ dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang Allah karuniakan kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena)
bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan
bagi para wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari Karunia-Nya.Sesungguhnya Allah Maha
Mengetah segala sesuatu”, (QS An-nisa [4]: 32)
Dengan memahami konsep rejeki ini,
diharapkan setiap orang tidak ragu untuk mengembangkan kemampuan atau
bakat yang dimilikinya tanpa terlalu mengkhawatirkan rejekinya karena
memang Allah telah menjaminnya. Janganlah kita terjebak dengan tren
sesaat atau melakukan sesuatu atas dasar ikut-ikutan semata.
Apa pun profesi yang akan kita tekuni
pasti akan ada persaingan. Hanya orang-orang yang benar-benar ahli dan
sesuai dengan kemampuannyalah yang akan mampu bertahan. Akan terjadi
seleksi alam di mana pun bidang yang ditekuni.
Lebih penting lagi untuk kita ingat
bahwa profesi itu bukanlah sumber rejeki. Maksudnya bagaimana? Maksudnya
begini, jika Anda bekerja sebagai guru, yakinlah bukanlah sekolah yang
memberi Anda rejeki tapi sekolah hanya sebagai perantara sebagian
rejeki itu. Atau jika Anda menjadi pengusaha yakinlah bukan bisnis Anda
yang memberi rejeki tetapi bisnis itu hanya sebagai sarana memperoleh
sebagian rejeki itu.
Apa pun profesi kita, sebenarnya sumber
rejeki itu ya cuma dari Allah semata. Tidak dari yang lain. Allah yang
melimpahkan rejeki itu lewat profesi yang kita tekuni. Justru yang perlu
kita perhatikan adalah bagaimana kita bisa memaksimalkan segala
kemampuan yang kita miliki dan pada akhirnya menghasilkan karya terbaik.
c. Besarnya potensi otak manusia dan luasnya ilmu yang tak terhingga.
Seperti yang sudag dijelaskan sebelumnya
bahwa setiap orang terlahir dengan potensi otak yang sungguh
mengagumkan. Setidaknya ia terlahir dengan otak yang memiliki 1 triliyun
sel dan memiliki kapasitas sekitar 10 pangkat 21 kilobyte.
Jika potensi ini bisa dimanfaatkan
secara optimal tentu akan membawa kita kepada keberhasilan yang besar.
Ini juga menunjukkan bahwa dalam perkembangan jaman penuh dengan
persaingan ini, setiap orang memiliki peluang untuk berkembang dan
berhasil karena setiap orang diberi potensi yang sama besar pula.
Bagaimana mengembangkan potensi itulah yang membedakan pencapaian hidup
satu orang dengan yang lainnya.
Seharusnyalah kita mensyukuri karunia
yang begitu besar ini dengan memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang
kita miliki sehingga keberhasilan pun kita raih. Setiap orang memiliki
kemampuan dan keunikannya masing-masing sehingga setiap orang bisa
menciptakan kreasi yang berbeda-beda. Ini membuka peluang yang sangat
besar bagi setiap orang untuk berkembang karena karyanya pasti memiliki
keunikan dan memiliki kelebihan dibanding dengan yang lainnya.
Selain itu, ilmu pengetahuan itu begitu
luasnya dalam segala bidang kehidupan. Ingin mendalami ilmu agama, ilmu
ekonomi, teknologi, seni atau ilmu apa saja, semuanya bisa kita pelajari
dan kita kembangkan. Semakin dalam menekuni bidang tertentu, semakin
luas dan semakin berkembanglah ilmu itu sehingga seakan tidak ada
ujungnya untuk kita gali.
Ini memberi kita pemahaman bahwa jika
setiap orang mendalami bidang tertentu, ia tidak akan habis bahan untuk
dipelajari dan dikembangkan. Sekaligus menunjukkan bahwa setiap orang
dengan potensi yang dimiliki tak akan kehabisan ide untuk dikembangkan
dan membuka peluang berkreasi sebesar-besarnya. Apa pun bidang yang kita
tekuni, selalu ada celah yang bisa kita kembangkan dengan keunikan dan
kelebihan nya dibanding dengan karya orang lain.
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena
dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi)
sesudah (keringnya), niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan)
kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
QS. Luqman 31 : 27
Mungkin inilah cara Allah memenuhi
rejeki setiap orang yaitu dengan membuka peluang sebesar-besarnyak
kepada setiap orang untuk berkarya. Dengan karya itulah setiap orang
akhirnya memperoleh penghidupan yang layak sesuai seberapa baik karya
yang dihasilkan. Kepuasan dalam berkarya biasanya selalu diikuti dengan
kepuasan materi yang didapatkannya.
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
QS. An-Nahl 16 :97
Tidak ada komentar:
Posting Komentar