Pendapat saya tentang produk UNILEVER PURE IT
by: MSirod
Akhirnya, ada juga topik marketing-club yang dari sisi ilmu
marketing dan teknologi kena dua-duanya dengan bisnis yang kami geluti.
Saya sendiri bekerja di perusahaan water treatment sehingga turut
mengamati bagaimana Aqua “Fight back” karena kampanye Unilever PureIT.
Tentu saja disini banyak praktisi yang lebih mengerti tentang strategi
keduanya, untuk itu saya akan menulis dari sudut pandang yang berbeda.
Unilever PureIt dapat kita lihat penjelasan produknya di http://www.pureitwater.com/dari web tersebut dapat disimpulkan bahwa PureIT adalah water treatment sederhana yang menerapkan filtrasi tanpa pressure, dimana air (keran) yang akan dipurefied melewati beberapa tahapan:
Mikron filter > Carbon Filter > Sterilisator dan Polisher Carbon. Artinya secara teknologi tidak ada yang baru dan canggih. Unilever membuat produk ini yang sebelumnya dilaunch di India dengan harapan setiap rumah tangga dengan budget 500.000 sudah dapat menikmati air langsung minum tanpa beban energy (gas atau listrik) setiap bulannya. Walaupun tidak dijelaskan bahwa disitu ada sterilisator yang harus diganti secara berkala (mereka menyebutnya germkil processor) seharga Rp 150.000. Lagi-lagi disebutkan bisa diganti 6 bulan sekali (ini mungkin angka maksimal, bisa saja penggantian kurang dari jangka waktu tersebut).
Produk PureIT ini jelas menohok Aqua yang dalam setiap kampanyenya bahwa kualitas air itu tidak sama dan tidak bisa disamaratakan. Sehingga Aqua mengkampanyekan pentingnya kita mengkonsumsi air yang bersumber dari air pegunungan. Tak kurang beberapa pakar diajak serta untuk kampanye ini.
Sebelumnya kita tahu bahwa pemain air dalam kemasan diramaikan oleh Coca Cola dengan Ades-nya dan Nestle dengan Nestle PureLife. Unilever justru membuat kategori bisnis air yang baru dan belum disentuh raksasa-raksasa fast moving consumer good tersebut. Produk-produk water treatment portable seperti ini biasanya dijalankan oleh perusahaan-perusahaan kecil dengan market yang sangat segmented. Tetapi dengan harga yang murah meriah apalagi dengan jargon “tanpa listrik, tanpa ribet dan air keran” maka jelas-jelas ini “mengganggu” pasar AMDK yang dikuasai Aqua.
Lalu pertanyaannya:
- Teknologi apa yang dipakai Aqua?
- Apakah PureIT bisa untuk semua air keran?
- Seberapa efektifkah Germkill processor dalam PureIT?
Kalau melihat dari presentasi mereka teknologi ini “hanya” :
- Carbon filter
- Sterilisasi (bahasa mereka keren, tapi dugaan saya ini chlorin pakai baterai, jadi tetep aja kita keluarin uang untuk ganti baterai.. memang gak pake listrik AC, tapi listrik DC
- Polisher filter (ini pakai karbon juga, buat menghilangkan chlorinnya itu)
- Sebaiknya analisa air keran di rumah kita dulu, murah kok untuk parameter fisika kimia based on permenkes 492 kira2 200-300 ribuan per sample air. Nanti dicocokkan dengan standardnya. nah, bakal ketauan itu air cocok atau tidak memakai water treatment portable seperti itu..
- Pengalaman saya untuk air di jakarta : kawasan yg masih bagus di sekitar Lenteng Agung dan sekitarnya, yg buruk itu di kawasan kedoya dan jakarta barat. Saya sangat tidak menyarankan pakai alat Unilever PureIT ini
Ada teknologi sederhana yg dikembangkan BPLH DKI yaitu filter air dari keramik plered. Sepertinya teknologi ini sudah jadi milik publik dan cukup efektif menyaring e coli, prinsip kerjanya seperti membrane hanya tanpa pressure. kalau saja ada teknologi untuk mengecek sebaran pori2 membrannya bakal keren banget nih keramik plered…
Yang jelas, kalau di iklan itu dibilang technology, itu mah teknologi awam, masih kalah lah dengan air isi ulang deket rumahku, yang analisanya oleh Lab.-nya Prof. Suprihatin Jurusan Teknologi Industri Pertanian IPB itu. (belakangan saya baru tahu bahwa PureIT juga lolos uji Lab TIN-IPB). Soalnya sterilisasinya memakai germicidal lamp (UV) dan itu efektif tanpa chemical seperti chlorin.. cmiiw…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar