By ton6312
Jadi business traveller itu sepertinya keren. Pulang pergi ke luar negeri, paspor ganti berkali-kali karena habis distempel. Top marktob pokoknya. Sebagian bener, tapi mungkin banyak yang gak tahu kalau travel itu perlu pengorbanan juga. Minimal lebih banyak menghabiskan waktu di jalan dibanding keluarga sendiri plus berbagai pengalaman yang amit2. Ini daftar yang tidak enak-nya :
Kalau penerbangan jam 7 pagi, berangkat dari rumah minimal jam setengah lima pagi, bangunnya tebak sendiri.
Antrian chek-in di airport panjang bisa seperti ular
Bawa uang, minimal 2-3 juta, maklum uang kita gak ada harganya di luar sana.
Bahu pegel karena bawa2 laptop
Nunggu boarding, mending kalau gak delay atau pesawatnya cancel
Pesawat sudah di runway, eh balik lagi karena ada kerusakan mesin, nunggu lagi berjam-jam.
Kalau harus transit minimal 1 jam, bisa 6 jam lebih. Bengong di airport karena mau jalan2 juga sudah capek. Pernah tidur di kursi airport Changi karena pesawat ke Jakarta baru ada jam 7 pagi.
Kalau ke Amerika paling sengsara, duduk di kursi pesawat hampir 18 jam.
Kalau kelasnya ekonomi lebih payah bila orang duduk di sebelah badannya gede dan menghabiskan tempat.
Yang menyebalkan lagi, penumpang di belakang kita menghalangi dengan kakinya agar kita tidak bisa memundurkan kursi. Aarrrgh.
Buat yang sering travel, makanan di pesawat adalah siksaan karena rasanya standard. Bawa sambal sachet, itu tip saya.
Karena tidak boleh bawa air mineral selama penerbangan, saya sering kehausan karena kebiasaan minum banyak.
Paling asyik kalau ada bayi yang nagis kenceng dan lama pas kita lagi ngantuk. Mau marah gimana ?
Pesawatnya goyang2 karena turbulence, naik turun gak keruan, rekor turbulen terlama : 20 menit !
Pas tiba di tujuan, badan sudah kayak robot, mata cekung karena kurang tidur, belum mandi. Wuuuiijh.
Ngantri lagi di imigrasi, panjaaaang banget.
Petugas imigarsi suka curiga sama orang Indonesia karena disangka teroris, apalagi di Amerika. Paspor dibolak balik cari kesalahan, matanya melototin kita. R u speak English ?Yes sir, of course. (plus bahasa Sunda tentunya)
Nunggu lagi di belt conveyor dalam lautan bagasi warna biru dan hitam (makanya pake koper warnanya pink supaya jelas kali ya)
Nyampe juga akhirnya. Jangan berharap ada yang jemput, pake taksi sendiri.
Sebagus-bagusnya hotel yang ditinggali hanyalah sebuah kotak persegi, terkurung seharian.
Jet lag musuh utama. Barusan tidur di pesawat, eh sudah waktunya tidur lagi, go figure! Semalaman bisa bangun berkali-kali. Saat jet lag bulan lagi masalah, harus balik ke Indonesia dan penderitaan baru dimulai lagi.
Ngantuk musuh lain karena penerbangan antar benua. Pas lagi meeting yang dipikiran adalah empuknya bantal dan kasur di kamar hotel. Swear, ngantuknya tidak tertahan apalagi dengerin orang pidato.
Tinggal di hotel berbintang, tapi dipake buat tidur doang karena seharian sudah dihabiskan dengan pekerjaan.
Pulang ke hotel pasti selalu di atas jam 10 kadang lewat tengah malam karena biasanya harus dinner dan ngobrol2.
Pernah dipelototin sama Secret Service di NY pas Al Gore tinggal di hotel yang sama karena salah masuk lift.
Pack & unpack koper kalau harus singgal di berbagai kota. Kadang kalau sudah males, barang bawaan boro2 di susun rapi. Jejalkan.
Kalau makan di restoran sering gagal pesan alias tidak sesuai dengan selera. Pesen yang paling mahal pas datang cuma secuil menu dengan piring gede, rasanya asem pahit pula. Lapaaar.
Pulang nya sama, pemeriksaan keamanan di Airport Amerika pasti menyebalkan. Kalau kena random chek, pasti dapat perlakuan khusus alias di interogasi dulu.
Istri mau melahirkan saya ada luar, istri baru melahirkan saya harus berangkat. Tuh gak enak kan?
Oleh2nya mana? Mana sempet, c’mon ini kan lagi tugas, boro2 jalan2. Itu juga sering mepet waktunya.
Mau nambahin daftarnya ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar