Cotrimoxazole
adalah antibiotik kombinasi trimethoprim dan sulfamethoxazole yang
digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri. Kombinasi ini
dengan perbandingan satu bagian trimethoprim dan lima bagian
sulfamethoxazole. Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat enzim
metabolisme asam folat pada bakteri yang peka.
Trimethoprim sendiri adalah bakterisida
sedangkan sulfamethoxazole adalah bakteriostatik.
Dalam bentuk
kombinasi, antibiotik ini berfungsi sebagai bakterisida.
Cotrimoxazole
bermanfaat untuk mengobati infeksi-infeksi oleh bakteri yang resisten
sulfamethoxazole tapi masih peka terhadap trimethoprim.
kemasan
cotrimoxazole tablet
Antibiotik ini umumnya dipasarkan dengan kemasan berikut :
Tersedia juga sediaan-sediaan berikut :
kandungan
Setiap tablet Cotrimoxazole mengandung zat aktif (nama generik) sebagai berikut :
- trimethoprim 80 mg
- sulfamethoxazole 400 mg
Indikasi
Kegunaan cotrimoxazole adalah untuk pengobatan infeksi- infeksi berikut :
- Infeksi saluran pernafasan : otitis media akut yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae atau Haemophilus influenzae. Eksaserbasi akut bronchitis kronis yang disebabkan oleh pneumoniae atau H. influenzae, sebagai obat alternatif jika obat golongan penicillin tidak dapat digunakan.
- Infeksi saluran pencernaan : sebagai pencegahan traveller diare yang disebabkan oleh bakteri E. coli, sebagai alternatif antibiotik golongan quinolon.
- Infeksi saluran kemih : obat ini juga bermanfaat untuk pengobatan infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri coli, Klebsiella, Enterobacter, Morganella morganii, Proteus mirabilis, atau P. vulgaris.
- Brucellosis dan kolera : obat ini adalah antibiotik alternatif untuk
pengobatan brucellosis untuk pasien yang tidak bisa menggunakan tetracycline (misalnya anak-anak).
- Infeksi mikobakteri : infeksi kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium marinum juga bisa menggunakan antibiotik ini.
- Pertusis : sebagai alternatif erythromycin.
- Demam tifus dan infeksi Salmonella lain : umumnya demam
tifus diobati dengan antibiotik golongan quinolon atau cephalosporin
generasi ketiga seperti ceftriaxone dan cefotaxime, namun cotrimoxazole
sering digunakan sebagai alternatifnya.
- Selengkapnya lihat dosis.
Kontra indikasi
- jangan menggunakan antibiotik ini untuk pasien yang memiliki riwayat
alergi terhadap trimethoprim dan sulfamethoxazole, obat-obat golongan
sulfonamide lainnya.
- Penggunaan obat ini untuk pasien dengan gangguan hati dan ginjal yang berat sebaiknya dihindari.
- Jangan digunakan untuk wanita hamil terutama menjelang kelahiran, anak < 2 tahun (kecuali untuk pengobatan atau pencegahan pneumocytosis jiroveci (P. carinii) pada bayi dari usia empat minggu atau lebih).
- Obat ini diketahui ikut keluar bersama air susu ibu, oleh karena itu
pemakaian selama menyusui sebaiknya dikonsultasikan pada dokter.
Efek Samping cotrimoxazole
Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin terjadi saat menggunakan antibiotik ini :
- Efek samping cotrimoxazole yang umum seperti mual, muntah, ruam, diare , demam, gatal nyeri otot dan sendi.
- Reaksi alergi yang parah bisa terjadi bagi orang-orang yang sensitif
terhadap obat-obat golongan sulfonamide termasuk cotrimoxazole, seperti
sindrom stevens-johnson, nekrolisis epidermal toksik, nekrosis hati
fulminan, agranulositosis, anemia aplastik, dan diskrasia darah lainnya.
- Hati-hati terhadap kemungkinan super infeksi pada saluran pencernaan
yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan jamur atau bakteri pada
pencernaan.
- Obat ini bisa menyebabkan hemolisis pada pasien yang kekurangan
enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (enzim yang berperan dalam
produksi sel darah merah), terutama jika diberikan pada dosis yang
tinggi.
- Pada pasien lanjut usia, efek samping lebih rentan terjadi misalnya
penekanan sumsum tulang dan penurunan trombosit (terutama jika obat ini
diberikan bersamaan dengan diuretik jenis tiazid).
Perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan obat ini adalah sebagai berikut :
- Penggunaan antibiotik ini harus
dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi seperti ruam, gatal,
sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya
muncul, karena jika terjadi bisa berakibat fatal.
- Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang mempunyai penyakit asma bronkial.
- Orang-orang yang kekurangan folat seperti pasien lanjut usia,
pecandu alkohol, sedang menggunakan obat anti konvulsan, atau oang-orang
yng mengalami malnutrisi, jika menggunakan cotrimoxazole harus
mendapatkan perhatian serius.
- seperti antibiotik lainnya obat ini harus digunakan sampai dosis
yang disarankan habis. Jangan menghentikan pemakaian sebelum waktunya
untuk menghindari terjadinya resistensi.
- Pasien yang menggunakan antibiotik ini harus mengkonsumsi cukup cairan untuk mencegah kristaluria.
Penggunaan cotrimoxazole oleh wanita hamil
FDA (badan pengawas obat
dan makanan amerika serikat) mengkategorikan cotrimoxazole kedalam
kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :
Penelitian pada
reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada
studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, namun jika
potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat
dilakukan meskipun potensi resiko sangat besar.
Hasil studi pada hewan
tidak selalu bisa dijadikan ukuran keamanan penggunaan obat pada
manusia. Oleh karena penelitian secara klinis yang terkendali dengan
baik belum dilakukan, penggunaan obat-obat yang mengandung cotrimoxazole
oleh ibu hamil harus dikonsultasikan dengan dokter.
interaksi obat
Berikut adalah interaksi cotrimoxazole dengan obat-obat lain :
- ACE inhibitor seperti captopril, enalapril, lisinopril, dan ace inhibitor lainnya jika diberikan bersamaan cotrimoxazole, berpotensi terjadi hiperkalemia.
- Obat-obat antiaritmia : cotrimoxazole meningkatkan resiko aritmia
ventrikel pada pasien yang menggunakan amiodarone. Sedangkan pemberian
bersamaan dengan obat dofetilide terjadi peningkatan resiko perpanjangan
Interval QT.
- Kalium aminobenzoate menghambat efek obat-obat golongan sulfonamide (seperti sulfamethoxazole).
- Obat-obat golongan sulfonilurea meningkatkan efek farmakologi cotrimoxazole.
- Cotrimoxazole menghambat metabolisme phenytoin sehingga meningkatkan waktu paruhnya.
- Diuretik : obat-obat diuretik terutama golongan tiazide meningkatkan
potensi terjadinya penurunan kadar trombosit, terutama untuk pasien
usia lanjut.
- Cotrimoxazole menghambat klirens obat-obat antikoagulan dan
meningkatkan protrombin time (PT) sehingga meningkatkan efek obat-obat
ini.
- Jika diberikan bersamaan dengan siklosporin dapat meningkatkan resiko kerusakan ginjal pada pasien penerima transplantasi ginjal
- Cotrimoxazole meningkatkan kadar digoxin dalam plasma terutama pada pasien usia lanjut.
- Antibiotik ini juga meningkatkan konsentrasi plasma obat-obat antivirus seperti lamivudine dan zalcitabine.
- Indomethacin meningkatkan konsentrasi sulfamethoxazole dalam plasma.
- Berpotensi meningkatkan efek samping berupa hipoglikemia pada pemakaian anti dibetes oral, seperti glibenclamide.
- Efek samping anemia megaloblastik terjadi ketika pemberian bersamaan cotrimoxazole dan pyrimethamine.
- Pemberian bersamaan rifampisin dan cotrimoxazole menyebabkan kadar
rifampisin dalam plasma meningkat di sisi lain terjadi penurunan kadar
trimethoprim.
- Antibiotik ini menyebabkan peningkatan konsentrasi plasma procainamide dan amantadine sehingga meningkatkan toksisitasnya.
- Jika diberikan bersamaan dengan clozapine dan antipsikotik lainnya, resiko efek samping hematologis meningkat.
Dosis Cotrimoxazole
Cotrimoxazole diberikan dengan dosis berikut :
- Dosis dewasa : 2 x sehari 2 tablet.
- Dosis anak usia 5-12 tahun : 2 x sehari 1 tablet.
- Dosis anak usia 1-5 tahun : 2 x sehari ½ tablet.
- pada kondisi infeksi yang lebih berat, dosis dapat ditingkatkan.
Dosis Lazim yang sering digunakan
Dosis antibiotik ini sangat tergantung pada
masing-masing penyakit, kondisi pasien meliputi usia, keparahan, dan
lain-lain. Berikut dosis untuk tiap penyakit :
-
Dosis lazim dewasa untuk pneumocystis pneumonia :
15 – 20 mg / kg /
hari (trimethoprim ) secara oral atau intravena dibagi dalam 3 – 4
dosis setiap 6 – 8 jam, selama 14 – 21 hari
-
Dosis lazim dewasa untuk pneumocystis pneumonia profilaksis :
Cotrimoxazole (trimethoprim / sulfamethoxazole 160 mg/800 mg) secara oral 1 x sehari.
-
Dosis lazim dewasa untuk infeksi saluran kemih :
- Cotrimoxazole (trimethoprim / sulfamethoxazole 160 mg/800 mg) secara oral setiap 12 jam selama 10 – 14 hari.
- Infeksi berat: 8 – 10 mg / kg / hari (trimethoprim ) intravena
dibagi dalam 2 – 4 dosis setiap 6, 8, atau 12 jam selama 14 hari. Dosis
maksimum (trimethoprim ) adalah 960 mg / hari
-
Dosis lazim dewasa untuk pielonefritis (infeksi saluran ginjal) :
Tanpa komplikasi : Cotrimoxazole (trimethoprim / sulfamethoxazole 160 mg/800 mg) secara oral setiap 12 jam selama 7 – 14 hari.
-
Dosis lazim dewasa untuk eksaserbasi akut bronchitis kronis :
Cotrimoxazole (trimethoprim / sulfamethoxazole 160 mg/800 mg) secara oral setiap 12 jam selama 14 hari.
-
Dosis lazim dewasa untuk traveller diare :
Cotrimoxazole (trimethoprim / sulfamethoxazole 160 mg/800 mg) secara oral setiap 12 jam selama 5 hari.
-
Dosis lazim dewasa untuk otitis media :
Cotrimoxazole (trimethoprim / sulfamethoxazole 160 mg/800 mg) secara oral setiap 12 jam selama 10 – 14 hari.
-
Dosis lazim dewasa untuk cystitis profilaksis :
Cotrimoxazole (trimethoprim / sulfamethoxazole 80 mg / 400 mg secara oral 1x sehari menjelang tidur.
-
Dosis lazim dewasa untuk meningitis :
5 mg / kg (trimethoprim) intravena setiap 6, 8, atau 12 jam selama 21 hari – 6 minggu. Bisa dikombinasikan dengan
chloramphenicol jika pasiem alergi dengan antibiotik golongan betalaktam.
-
Dosis lazim dewasa untuk pneumonia :
2,5 mg – 5 mg / kg (trimethoprim) secara oral atau intravena setiap 6, 8 atau 12 jam. Lama pengobatan selama 21 hari.
-
Dosis lazim dewasa untuk prostatitis :
Cotrimoxazole
(trimethoprim / sulfamethoxazole 160 mg/800 mg) secara oral setiap 12
jam. Jangka waktu pengobatan, akut : 10 – 14 hari; kronis :1 – 3 bulan.
-
Dosis lazim dewasa untuk sinusitis :
Cotrimoxazole (trimethoprim / sulfamethoxazole 160 mg/800 mg) secara oral setiap 12 jam. Selama 10-14 hari.
-
Dosis lazim dewasa untuk infeksi saluran pernapasan atas :
Cotrimoxazole (trimethoprim / sulfamethoxazole 160 mg/800 mg) secara oral setiap 12 jam.
-
Dosis lazim pediatric untuk otitis media :
Usia ≥ 2 bulan : 4 mg / kg (trimethoprim) secara oral setiap 12 jam selama 10 hari.
-
Dosis lazim pediatric untuk infeksi saluran kemih :
- Usia ≥ 2 bulan : 4 mg / kg (trimethoprim) secara oral setiap 12 jam selama 10 – 14 hari.
- Infeksi berat : 8 – 10 mg / kg / hari
(trimetoprim) injeksi intravena dibagi dalam 2 – 4 setiap 6, 8, atau 12
jam selama 14 hari. Dosis maksimum trimethoprim adalah 960 mg/ hari.
-
Dosis lazim pediatric untuk pneumocystis pneumonia :
Usia ≥2 bulan : 15 –
20 mg / kg / hari (trimethoprim) secara oral atau injeksi intravena
dibagi dalam 3 – 4 dosis, setiap 6 – 8 jam selama 14 – 21 hari.
-
Dosis lazim pediatric untuk pneumocystis pneumonia profilaksis :
Usia ≥2 bulan : 75 mg / m2 (trimethoprim) secara oral 2x sehari. Dosis harian total (trimethoprim) tidak melebihi 320 mg.
ii.
Infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh Shigella flexneri,
Shigella sonnei termasuk diare akibat infeksi E. coli. Sehingga obat ini
termasuk sebagai obat disentri.
Infeksi saluran pernapasan atas
Bersumber dari:
Cotrimoxazole : Kegunaan, Dosis, Efek Samping | Mediskus
Cotrimoxazole :
Kegunaan, Dosis, Efek Samping
Cotrimoxazole adalah obat antibiotik yang memiliki spektrum luas yang
efektif terhadap kuman gram positif dan gram negatif. Obat ini biasa
diresepkan oleh dokter untuk mengatasi penyakit infeksi baik infeksi
saluran napas atas, infeksi saluran kemih dan infeksi saluran cerna
seperti diare. Di sini akan dijelaskan mengenai cotrimoxazole itu obat
apa secara lebih rinci.
Mengenal Cotrimoxazole
Cotrimoxazole adalah antibiotik dengan kombinasi dua macam komponen obat
yaitu sulfamethoxazole 400 mg trimethoprim 80 mg. Maka banyak kemasan
obat yang mencantumkan sebagai cotrimoxazole 480 mg. Kombinasi kedua
komponen obat tersebut menciptakan efek bakterisidal dan bakteriostatik.
Efek bakterisidal berarti membunuh bakteri, hal ini diperantarai oleh
Trimethoprim yang bekerja pada dua tahap pembentukan asam nukleat dan
protein yang penting bagi bakteri. Sedangkan efek bakteriostatik berarti
menghentikan perkembang biakan bakteri, hal ini diperentarai
sulfamethoxazole.
Dengan mekanisme kerja tersebut maka cotrimoxazole memiliki aktivitas
antibakterial yang luas terhadap bermacam – macam kuman seperti
Streptococcus sp, Staphylococcus so, Pneumococcus sp, Klebsiella,
Neisseria, Bordetella. Shigella sp dan Vibrio cholerae serta terhadap
beberapa bakteri yang diketahui resisten terhadap antibiotik jenis lain
seperti Haemophillus influenzae, Escherichia. coli. Proteus mirabilis,
Proteus vulgaris dan bebeberapa strain Staphylococcus.
cotrimoxazole
Indikasi
Obat cotrimoxazole dapat digunakan untuk mengobati penyakit – penyakit
berikut :
Infeksi pada saluran kemih dan saluran kelamin yang disebabkan oleh
Esherichia coli. Klebsiella sp, Enterobacter sp, Proteus mirabilis,
Proteus vulgaris, dan Morganella morganii.
Infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh Shigella flexneri,
Shigella sonnei termasuk diare akibat infeksi E. coli. Sehingga obat ini
termasuk sebagai obat disentri.
Infeksi saluran pernapasan atas dan bronkitis kronik yang disebabkan
oleh Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae.
Infeksi saluran telinga bagian tengah yang disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae, dan Haemophilus influenzae. Misalnya pada
Otitis media
Infeksi saluran napas bawah atau pneumonia yang disebabkan
Pneumocystis carinii.
Bersumber dari:
Cotrimoxazole : Kegunaan, Dosis, Efek Samping | Mediskus