Sabtu, 30 April 2011

Rekor harga saham

Perusahaan yang mempunyai produk baru, manajemen baru, atau mencapai rekor harga saham tertinggi dibanding harga historisnya.
be well,
Dwika



Metode CANSLIM untuk Saham

012907 bull bear glass Metode CANSLIM untuk Saham
CANSLIM adalah metode pemilihan saham yang dirumuskan dari hasil penelitian William O´Neil and Company´s di Amerika.
CANSLIM merupakan singkatan dari pokok-pokok metode ini: Current quarterly earning per share, Annual earning increase, New products or new management or new highs, Supply and demand, Leader vs laggard, Institusional sponsorships, dan Market Direction.

Bila menggunakan value investing rumusan Buffet, saham yang masuk kriteria CANSLIM tidak akan menarik. Pasalnya, saham yang masuk kriteria CANSLIM umumnya memiliki PER yang tinggi sehingga tidak akan masuk kriteria saham murah.
Berikut uraian ringkas CANSLIM
Current quarterly earning per share
Cari saham yang menunjukkan lonjakan besar (sekitar 70% atau lebih) dalam pendapatan per saham (earning per share=EPS) pada periode triwulan sekarang dibanding periode triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Annual earning increase
Pilih saham dengan pertumbuhan pendapatan tahunan (annual earning) antara 25% sampai 50% selama beberapa tahun terakhir.
New product or new management or new highs
Perhatikan perusahaan yang mempunyai produk baru, manajemen baru, atau mencapai rekor harga saham tertinggi dibanding harga historisnya.
Supply and demand
Perusahaan besar bermula dari perusahaan kecil yang berkembang pesat. Jadi saham dengan kapitalisasi pasar (hasil kali harga dan jumlah saham outstanding) relatif kecil namun dengan permintaan pasar besar merupakan saham yang berpotensi untuk tinggal landas.
Leader vs laggard
Perusahaan yang berkualitas berada diantara 2 atau 3 besar market leader dalam industrinya.
Institusional sponsorships
Saham perusahaan berkualitas biasanya didukung beberapa investor institusional (tentu bukan hanya jumlah tapi juga kualitas institusi tersebut).
Market direction
Arah pergerakan pasar secara keseluruhan merupakan faktor penting untuk keputusan investasi (saat bullish pasar akan bergairah, kala bearish pasar akan lesu).

Paper Based TOEFL

Jurus Menaklukkan Paper Based TOEFL

kungfu Jurus Menaklukkan Paper Based TOEFLBuku pelajaran TOEFL yang paling luas pemakaiannya di Indonesia adalah dari Barron: How to Prepare for TOEFL. Seorang rekan dari lulusan sebuah sekolah di Bandung yang bekerja di Bappenas mampu mencapai nilai 620 dengan memakai  buku ini.
Bagaimana cara dia belajar? Ia menghafal mati pola-pola structure yang terdapat pada buku ini!

Buku itu sebetulnya disusun untuk orang yang sudah rada canggih Bahasa Inggris nya. Untuk jelasnya, silahkan Anda baca sendiri kata pengantarnya.
Buku Barron mengajar para pembacanya dengan memberikan puluhan pola-pola structure yang harus diketahui para pembaca. Dilanjutkan dengan contoh kalimat yang benar serta contoh kalimat yang salah tanpa penjelasan yang mendalam. Seandainya Anda sudah mempunyai dasar bahasa Inggris yang cukup bagus, buku dari Barron (dan juga beberapa buku TOEFL lainnya yang menggunakan pola pengajaran yang sama) cukup baik Anda pelajari karena pola-pola ini akan mengingatkan kembali pada hal-hal “remeh” yang Anda lupakan.
Sebaliknya, jika Anda tidak mempunyai dasar bahasa Inggris yang baik, ketika Anda membaca buku ini, kepala Anda akan terangguk -angguk: betapa mudahnya balajar TOEFL, kita hanya disuguhi pola-pola structure belaka. Akan tetapi, ketika Anda menginjak pola yang ke 30, kemungkinan besar Anda sudah melupakan pola 1 sampai dengan 10! Buku ini menurut saya, bersifat mengingatkan tapi kurang memberikan pengertian pada para pembacanya.
Jika Anda mempunyai TOEFL awal (tanpa belajar) sekitar 500, sebaiknya Anda memakai buku dari Cliffs: TOEFL Preparation Guide. Saya sendiri memakai  buku Cliffs. Seorang karyawati BDN tamatan sebuah perguruan tinggi Bandung, mampu mencapai nilai 643 dengan buku  Cliffs ini. Ketika saya tanya apa rahasianya, jawabnya: “Saya suka dan terbiasa membaca novel berbahasa Inggris sejak lama!”
Seorang lulusan STAN mampu mendapatkan nilai 667 (!) … karena ketika ia masih kecil ia sudah dibiasakan berbahasa Inggris. Hal yang sama juga terjadi pada seorang mahasiswa undergraduate bidang political science di University of Houston.
Jika dasar pengetahuan bahasa Inggris Anda kurang bagus (nilai TOEFL sekitar 400-an), sebaiknya Anda memakai buku berjudul Building Skill for TOEFL terbitan  Nelson atau Bina Rupa Aksara (khusus hak edar Indonesia). Di Indonesia, belilah sekaligus dengan kaset dan kunci bahasannya. Jika Anda membeli bukunya terlebih dahulu, belum tentu Anda dapat membeli kasetnya secara terpisah di kemudian hari.
Buku Preparation Course for the TOEFL terbitan Longman dengan pengarang Deborah Phillips cukup bagus juga untuk dipertimbangkan membelinya. Susunan buku ini mirip sekali dengan buku terbitan Binarupa Aksara. Sayangnya, buku Longman ini cukup sulit Anda temui di Indonesia.
Omong-omong,  kenapa sih saya menulis kitab pusaka ini? Saya melihat beberapa orang yang sudah belajar keras menghadapi TOEFL, akan tetapi TOEFL nya nggak bisa naik. Hal yang sama pernah terjadi pada saya! Saya pernah kursus TOEFL dan saya tidak mendapatkan hasil dari tempat kursus tersebut.
Tempat kursus tersebut, seperti lazimnya tempat kursus di Indonesia,  memakai buku Barron sebagai buku pegangan utamanya. Bukannya nilai saya naik, tapi nilai saya turun. Padahal, menurut saya, sayalah peserta kursus yang paling rajin sedunia! Kalau murid sudah rajin, tapi tidak bisa juga, satu atau beberapa kemungkinan dibawah ini dapat terjadi:
1. Muridnya bloon.
2. Gurunya kurang cerdas.
3. Metoda pengajaran sang guru tidak tepat.
4. Metoda belajar sang murid nggak benar.
Untuk kasus saya, saya menganggap no. 1 dan 2 tidak mungkin terjadi. Kemungkinannya adalah 3 & 4. Saya nggak mungkin mengubah no. 3 secara revolusioner demi kepentingan saya … siapa sih saya ini? He, he, he …  Karena itulah, saya berusaha menemukan sendiri no. 4: metoda belajar yang cepat dan cocok untuk saya.
Seorang guru pernah menjadi seorang murid. Akan tetapi, ketika ia menjadi guru, ia lupa melupakan cara berpikir seorang murid. Jadi, jangan heran jika banyak guru pintar yang tidak bisa mengajar.
Saya mempunyai banyak buku TOEFL. Setelah membandingkan isinya, akhirnya saya memutuskan untuk memakai buku Cliffs. Saya memakai buku Cliffs karena buku inilah yang memberikan pelajaran mengenai structure secara mendetail.
Saya tidak memakai buku dari Nelson/Binarupa Aksara karena, menurut saya, kita harus mengerjakan latihan bagian per bagian jika kita ingin menguasai structure melalui buku ini. Di lain pihak, kita tidak perlu mengerjakan latihan bagian per bagian jika kita ingin menguasai structure melalui buku Cliffs.
Walaupun demikian, bukan berarti latihan soal tidak penting… seorang pemain basket yang mahir, tidak cukup hanya dengan membaca buku teori saja. Metoda latihan saya akan Anda jumpai juga dalam kitab pusaka ini. Cara saya belajar dengan memakai buku Cliffs mudah-mudahan pas pula buat Anda.
Di halaman muka dari buku Cliffs, Anda dapat menemukan petunjuk pemakaian / cara belajar dengan memakai buku Cliffs. Akan tetapi, saya tidak memakainya karena metodanya nggak pas buat saya, … kurang cepat. Metoda belajar saya didasari atas tiga pemikiran: 1. Bagaimana menguasai structure/grammar secara cepat. 2. Bagaimana kita belajar dari kesalahan yang kita buat. 3. Berusaha mengerti daripada sekedar menghafal.
Nomer 3 penting buat saya karena:
1. Saya percaya, kita mempunyai daya ingat yang terbatas. Misalnya saat ini otak kita menyimpan 1.000 data (baca: 1.000 hafalan). Kita masukkan lagi 500 data. Belum tentu otak kita kemudian menyimpan 1.500 data.
Kenapa? Ada kemungkinan 200 atau 300 data yang sebelumnya kita simpan akan hilang. Jadi total data yang baru adalah 1.300 atau 1.200 saja.
2. Kalau kita berusaha mengerti, jika kita terlupa, dengan mudah kita akan dapat menggali pengertian/informasi yang sudah kita pelajari sebelumnya hanya dengan melihat kembali informasi tersebut sekilas saja. Lebih lanjut lagi, kita dapat menggali informasi yang kita lupakan dengan melihat dan mengorelasikannya dengan informasi lain.
Ada satu hal lagi yang perlu Anda catat : janganlah Anda minder ketika menghadapi seseorang yang mempunyai oral ability yang tinggi. Belum tentu ia mampu mencapai nilai  TOEFL yang tinggi.
Kenapa demikian? Karena ia belum tentu mempergunakan kaidah bahasa Inggris yang baku. Sebaliknya, orang yang memiliki writing ability yang baik, kemungkinan  besar ia mampu mendapatkan nilai TOEFL yang tinggi.
I.A. STRUCTURE AND WRITTEN EXPRESSION
Saya menekankan struktur (Section II  dari  TOEFL)  sebagai bagian yang paling penting dari dua bagian lainnya.  Section I, II, dan III berturut-turut terdiri dari 50, 40, dan 60 soal untuk short version.  Karena nilai maksimum per section hampir sama (berturut- turut: 68, 67, dan 67 menurut Cliffs), mudah dimengerti bahwa kesalahan pada satu soal pada Section II akan lebih besar pengaruhnya terhadap total nilai dibandingkan kesalahan pada section yang lain.
Mengenai pentingnya penguasaan grammar / structure, dapat juga diilustrasikan sbb: Jika  Anda tidak mengerti  macam-macam  bentuk conditional (if), Anda tidak akan dapat memberikan interpretasi yang benar ketika soal jenis ini muncul pada Section I atau Section III.
Bagaimana cara belajar struktur? Pertama, pelajari teori  struktur  bagian perbagian secara berurutan hingga mengerti. Tandai seluruh kata yang tidak Anda ketahui artinya. Terjemahkanlah setelah selesai per bab, jangan menerjemahkan per kata setiap saat Anda menjumpai kata yang sulit. Mohon dibedakan antara membaca untuk sekedar tahu dan membaca untuk belajar. Jika Anda membaca hanya sekedar untuk tahu, tentunya Anda tidak perlu tahu arti seluruh kata yang tidak Anda ketahui. Manfaat kerajinan Anda dalam menerjemahkan juga akan Anda rasakan ketika menghadapi Section III.
Exercise perbagian bisa ditinggalkan terlebih dahulu. Misalkan saja sekarang  Anda  sudah belajar mengenai noun sampai mengerti, kemudian melanjutkan ke  bab  selanjutnya, misalnya mengenai  pronoun. Waktu  Anda belajar  pronoun, ternyata pelajaran mengenai noun Anda lupa lagi: Cuek saja. Yang penting, sewaktu membaca bagian noun tersebut,  Anda sudah mengerti. Dengan cara ini, Anda hanya membutuhkan waktu 5 hari untuk mempelajari stuktur. Kalau lebih ngebut lagi, barangkali hanya butuh waktu 3 hari.
Selanjutnya, kerjakan TOEFL Model Test I Section II  saja. Setelah  selesai,  janganlah melihat explanatory answer terlebih dahulu.  Tapi, ceklah hanya dengan kunci jawabannya saja. Tandai jawaban mana yang benar dan mana yang salah.  Periksa  kembali pekerjaan Anda. Usahakan mengerti sendiri kenapa  jawaban  tersebut salah.
Jika belum mengerti juga, cobalah membuka kembali teori struktur  yang telah Anda pelajari  di muka. Disinilah enaknya kita memakai buku Cliffs: Pada setiap kunci jawabannya, terdapat juga angka yang merujuk pada nomer halaman dimana kita dapat menemukan teori untuk mengatasi soal yang bersangkutan. Jika Anda membaca ulang teori dari problem yang bersangkutan, tapi Anda belum mengerti juga, barulah  Anda dengan  terpaksa mempelajari bagian explanatory  answer.
Kalau sudah menyelesaikan Model Test I Section II, janganlah tergesa-gesa untuk berpindah ke bagian Listening (Section I) atau Vocabulary and Reading Comprehension (Section III), akan tetapi kerjakan segera TOEFL Model Test II Section II. Rasakan kemudahan dalam menjawabnya dibandingkan ketika pertama kali berlatih.
I.B. LISTENING
Biasanya,  orang  yang  nilainya  jatuh  pada   bagian   ini (Section I) memberikan alasan sebagai berikut: ” Saya tidak mengetahui arti kata yang diucapkan “.
Menurut saya, alasan ini adalah tidak tepat. Yang terjadi adalah: “Saya tidak tahu bunyi kata yang diucapkan”. Dengan kata lain: ” Saya gagal mengidentifikasi kata  apa  yang diucapkan. ”
Kenapa demikian? Jika Anda membaca (bukan mendengar) listening script dari Section I, maka saya yakin Anda akan mengetahui arti kata atau kalimat tersebut sekitar 95 – 100%. Masalahnya adalah: Anda tidak terbiasa mendengarkan orang bercakap-cakap dalam bahasa Inggris.
Buku yang paling baik untuk mempelajari  bagian  ini  adalah Building Skill for TOEFL terbitan Nelson/Bina Rupa Aksara ataupun Preparation Course for TOEFL dari Longman.  Pada dua buah buku tersebut,  Anda dilatih setahap demi setahap,  khususnya  mengenai identifikasi suara.  Buku  dari  Barron  cukup  jelas  pula  dalam memberikan kemungkinan tipe soal yang muncul pada section ini, walaupun hanya secara  tertulis. Pada  akhirnya, buku apapun asalkan disertai kaset,  tidak akan menjadi masalah asalkan Anda mengetahui cara belajarnya.
Kalau Anda sudah di USA, bermanfaatkah televisi berbahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan listening kita? Ya! Akan tetapi, berlatih dengan kaset TOEFL akan jauh terasa manfaatnya. Kemampuan Anda dalam mengidentifikasi kalimat di televisi sebetulnya dibantu oleh gambar di televisi ataupun gerakan mulut pembicara. Dengan kata lain, “tidak murni” listening.
Tambahan lagi, kaset TOEFL selalu memberikan rangsangan berupa pertanyaan yang harus dijawab. Tidak demikian halnya dengan televisi. Usahakan mendapatkan nilai yang setinggi-tingginya dari bagian A dan B karena bagian C cukup panjang dan cukup sulit untuk dimengerti. Sewaktu Anda mendengarkan cerita di bagian C, usahakan untuk memikirkan struktur cerita. Hal ini sangat membantu Anda untuk mengerti cerita secara keseluruhan.
Selain itu juga, saya sama sekali tidak menyarankan Anda mempergunakan head phone dalam belajar. Kenapa demikian ? Di Indonesia, sewaktu ujian Anda tidak akan menemukan head phone barang satu biji pun!
Beginilah cara mempelajari Section I. Pertama, putar kaset berisi TOEFL Model Test I Section I. Kerjakan soal-soal pada Section I seperti lazimnya kita ujian TOEFL biasa. Setelah selesai, cocokkan dengan  kuncinya.  Jika  salah,  tandai jawaban mana yang benar. Kemudian, dengar kembali kaset tadi  dari awal  per  nomer soal tanpa melihat bagian Listening  Script terlebih dahulu. Ulangi kembali mendengarkannya jika  Anda belum dapat mengidentifikasi suara-suara  yang  diucapkan  dan belum mengetahui jawaban mana yang benar.
Pada tahap awal, di soal yang sulit, barangkali Anda perlu mengulanginya hingga 6 kali per  nomer soal sebelum dapat mengidentifikasikannya secara tepat. Jadi, Anda tidak mengulanginya sekaligus, tapi pernomer soal. Tentunya, lebih baik jika Anda memiliki tape player yang memungkinkan Anda untuk me rewind tanpa harus menyetop kasetnya terlebih dahulu.
Kemudian, jawablah pertanyaan yang diajukan. Setelah itu, ceklah kalimat yang Anda anggap tepat berdasarkan “pendengaran” Anda tadi dengan kalimat pada Listening Script. Jika sudah  mendengarkan  berulang-ulang tetapi Anda belum  juga mampu mengidentifikasi suara-suara  yang  diucapkan ataupun  belum mengetahui jawaban mana yang  benar,  barulah Anda dengan terpaksa membuka Listening Script dan memperhatikan hanya pada nomer soal itu saja. Buka  kamus  jika perlu.
Lakukan  hal ini hingga seluruh soal selesai. Waktu pertama  kali melakukannya,  Anda bisa menghabiskan waktu tidak kurang dari 3 jam untuk mengulang-ulang satu sisi kaset saja. Setelah itu akan berkurang drastis hingga 1 jam saja karena kemampuan Anda sudah meningkat.
Kalau Anda sudah melakukannya petunjuk  diatas  untuk TOEFL  Model Test I Section I, lanjutkan segera dengan mengerjakan TOEFL Model Test  II Section I. Rasakan kemudahannya dibanding ketika mengerjakan Test I dan  nikmatilah subscore yang lebih tinggi !
I.C. VOCABULARY AND READING COMPREHENSION
Jika saya menekankan Section II (Structure and Written Expression) sebagai konsentrasi belajar saya, maka saya menekankan Section III (Vocabulary and Reading Comprehension) sebagai tempat saya mencari nilai. Untuk bagian ini, terus terang saya tidak menemui kesulitan  sama sekali. Dua kali berturut-turut, nilai TOEFL saya untuk section ini adalah 67.
Cara belajarnya nggak aneh-aneh. Sering seringlah membuka kamus ketika membaca bacaan berbahasa Inggris. Kalau Anda mengetahui arti dari seluruh kata yang terdapat pada buku Barron atau Cliffs, Hal itu sudah Lebih dari pada cukup.
Akan tetapi, ada juga orang yang lebih suka menghafal sederet atau sekumpulan kata-kata yang tidak ketahuan ujung pangkalnya. Menurut saya, cara ini tidak efektif. Dengan cepat kita akan melupakannya lagi karena kita tidak mengetahui konteks pemakaian kalimat ini.
Lagipula, saya merasa kasihan pada diri saya jika saya harus banyak menghafal. Bagi saya, tulisan dalam artikel majalah, apalagi novel, lebih sulit untuk mengartikan kosa katanya jika dibandingkan dengan text book. Beberapa orang malahan berpendapat sebaliknya. Bagaimana menurut Anda sendiri?
Seorang teman menambah perbendaharaan kata dengan menulis kata- kata yang tidak diketahuinya dalam sepucuk kertas. Satu kertas untuk satu kata yang tidak diketahui. Selain menulis padanan kata, ia juga menulis turunan kata tersebut, misalnya bentuk adjective- nya. Ia menghafal kata-kata tersebut diwaktu senggang. Setiap orang memiliki metodanya sendiri-sendiri. Kalau Anda ingin meningkatkan vocabulary Anda secara sistimatis, buku yang terbaik adalah buku yang berjudul Word Smart dari Princeton Review.
I.D. BEBERAPA KIAT DALAM BELAJAR TOEFL
I.D.1. Kaset TOEFL yang sudah pernah Anda jawab soal-soalnya, jangan lupa untuk sering memutarnya; misalnya waktu Anda lagi membereskan kamar,  menjelang  tidur, ngelamunin pacar, dsb. Cara belajar ini adalah cara belajar paling malas yang pernah saya temukan!
Pokoknya, Anda hanya mendengar untuk membiasakan saraf telinga Anda saja. Terserah Anda hendak berpikir atau tidak. Kalau Anda ingin bepikir sedikit, coba pulalah untuk mengulang kalimat tersebut atau menjawab dalam hati.  Jadi,  yang namanya belajar itu nggak cuma di meja belajar saja.
Cukup menyedihkan melihat kenyataan bahwa teman-teman yang meminta kitab pusaka ini jarang sekali yang berniat untuk mempraktekkan cara belajar termalas ini. Padahal cara belajar ini sama sekali tidak memerlukan waktu khusus.
Jadi, masalahnya bukan gurunya yang salah, tetapi muridnya yang salah.
I.D.2. Usahakanlah untuk sering  mengarang  dalam  bahasa  Inggris. Cukup yang sederhana saja, misalnya: kegiatan Anda sehari-hari,  cita-cita, riwayat hidup, dsb.  Hal  ini sangat  membantu untuk  menguasai TOEFL, apalagi jika ada TWE (Test of Written English).
I.D.3. Walaupun Anda memiliki banyak buku TOEFL, untuk menghadapi Section II sebaiknya Anda hanya mempelajari 1 buah buku sebagai buku pegangan utama. Buku lain boleh Anda pakai, tapi hanya sebagai buku pendamping saja.
Kenapa demikian? Dalam kasus ini, bagi saya pribadi, mendalami seluruh isi suatu buku secara tidak sadar berarti juga mendalami: urutan penyajian buku itu, hal apa saja yang yang menjadi penekanan dari penulis, cara berpikir sang penulis, dan sebagainya. Jika saya mempelajari seluruh isi buku lainnya secara bersamaan, dapat dibayangkan betapa berat beban untuk meramunya.
I.D.4. Jangan pula dilupakan, buku Cliffs ataupun  buku  TOEFL lain  edisi terbaru sudah ada bagian TWE -nya. Di Shopping Centre kota Yogya, harga buku Cliffs hanya Rp 11.000 saja termasuk kaset – kasetnya. Di Toko Buku Gramedia Bandung harganya mencapai Rp. 23.000. Di TB Gunung Agung di Jln. Kwitang (dekat Proyek Senen), harganya mencapai Rp.28.000. Di perpustakaan yang besar, buku ini juga tersedia.
I.D.5. Saya juga punya buku + kaset TOEFL dari ETS. Cukup bermanfaat sebagai latihan, tapi tidak  bermanfaat sebagai buku  pedoman,  karena teori-teori nggak diberikan disini, langsung soal dan  penjelasan  jawaban. Dari jawaban dan penjelasan tersebut, khususnya pada bagian Understanding TOEFL kita bisa tahu filosofi para pembuat soal TOEFL. Cek,cek, cek, … (Filosofi itu apa sih ?!)
I.E. KIAT MEMILIH TEMPAT UJIAN TOEFL.
Selain letak dan jarak, satu faktor mutlak yang harus Anda pertimbangkan, dalam memilih tempat ujian TOEFL adalah: seberapa baik sound system tempat itu. Tempat test terbaik di Jakarta yang pernah saya ketahui dari seorang teman  adalah Jakarta International School dekat Pondok Indah. Sound system yang apik dan ruangan yang cukup kecil (ukuran satu  ruang kelas sekolah), membuat suara cukup jelas di dengar.
Saya sendiri pernah tes di Gedung Manggala Wana Bakti (Departemen Kehutanan), Slipi, Jakarta. Ruangan sangat besar (muat untuk 400 orang), demikian pula dengan speaker yang sebesar gajah; hasilnya membuat suara bergema. Jika Anda terlanjur mendapat tempat tes ini, janganlah kuatir ! Agar Anda terbiasa dengan kondisi sound system disana, ketika Anda belajar Section I, keraskan nada bas tape Anda !
Jika Anda tes di Uninus Bandung, konon kabarnya, supaya terbiasa, Anda harus belajar TOEFL dalam suasana yang ribut ! Jika Anda tes di PPIA Jakarta, siapkanlah pakaian hangat. AC  – nya nggak bisa dikecilkan ! Karena itu, jika Anda ingin mendapatkan tempat tes yang baik, bergegaslah mendaftar!

Surat rekomendasi Dosen

Membuat Surat Rekomendasi

cover letter Membuat Surat RekomendasiSurat rekomendasi adalah surat yang dikeluarkan dosen, dekan, atasan, pimpinan proyek, dan lainnya, yang isinya menerangkan kesan atau evaluasi selama kita bekerja dengan mereka.
Untuk mendaftar beasiswa, surat ini adalah hal yang wajib. Untuk kasus Amerika, mereka akan meminta 2-3 (biasanya 3) buah dari dosen atau atasan bagi yang sudah bekerja.

Surat rekomendasi bisa dibuat dalam format bebas, atau menurut format yang sudah ditetapkan oleh universitas yang akan didaftar.  Surat yang dibuat dengan format dari universitas bisa langsung dikirim on line. Dosen atau bos tinggal mengisi form yang sudah disediakan dan langsung klik kirim via internet.
Namun untuk fleksibilitas, surat rekomendasi format bebas akan lebih disukai. Apalagi kalo berencana mendaftar lebih dari satu sekolah. Daripada pak dosen bolak-balik ngisi form, mending bikin surat sendiri kemudian diperbanyak sesuai kebutuhan.
Isi surat rekomendasi format bebas setidaknya harus mencakup:
1. Posisi dari pemberi rekomendasi (dosen, pembimbing skripsi, atasan, manajer)
2. Lama pemberi rekomendasi mengenal kita
3. Kualifikasi/kelebihan-kelebihan kita, terutama yang menonjol
4. Garansi bahwa kita bisa menyelesaikan kuliah dengan baik
5. Manfaat kita bersekolah untuk masyarakat atau perusahaan
6. Pastikan tercantum kata “Highly Recomended to..”
7. Tanda tangan, kontak, dan posisi/jabatan
Karena dosen atau bos orang sibuk, tanyakan apa perlu kita membuat draft terlebih dahulu. Ini akan meringankan sekaligus menghemat waktu daripada menunggu mereka meluangkan waktu untuk membuatnya. Setelah draft dikembalikan kita tinggal mengganti poin-poin yang perlu diubah.
Jangan lupa bertanya ke kantor TU siapa tahu mereka sudah punya format baku. Ini akan semakin mempermudah semua proses.
Terakhir, jangan lupa mengirim ucapan terima kasih kepada pemberi rekomendasi setelah berhasil.
Berikut adalah contoh-contoh surat rekomendasi:
Contoh 1
Recommending (YOUR NAME), a student of mine for the past two years is a great pleasure for me. I have taught him (NAME OF SUBJECTS) during his third and fourth year. He is one of the sincere, versatile, and brilliant students.
His meticulous, thought provoking nature and ability to do hardwork make him an excellent candidate for research work. His proficiency and dedicated work during lectures and practicals impressed me. He is punctual and perfectionist about his studies and assignments which place him above all.
His dependable and trustworthy nature, modesty and tactfulness came forward when he was crewmember in our intercollege festival (NAME OF FESTIVAL). As I tried to know more of him, I found that he was selected in (NAME OF SOME EXAM IN SCHOOL DAYS) during his school days.
He has good aptitude and curious mind to be successful in graduate studies. From my heart, I feel he is a worthy candidate for admission to your university. I recommend him with great confidence.
Sincerely,
NAME OF PROF.
Contoh 2
I know (YOUR NAME) for the past two years. He is a sincere and brilliant student. I have taught him subjects of ‘(SUBJECT)’ and ‘(SUBJECT2)’ in which his performance has been superlative. He scored (GOOD %) in ‘(SUBJECT)’ during his semester examination. He is a promising young student with good academic skills and innate talents.
While answering his queries and doubts during lectures, I found that he has penchant for research work. The diligence and intellectual ability, which he displays during practicals, are a clear indication of his research potential. His untiring industry and his scientific methodology make him unique form the rest. He is doing his final year project (‘NAME’), under my guidance. I have seen his dedicated work and inquisitive nature, which he portrayed during this project work.
Apart from his academic career, he is actively involved in extracurricular activities. He was a member in the inter-college festival (NAME OF FESTIVAL). He has also participated in many college functions and seminars.
I am sure, he is a deserving candidate for research work and I sincerely feel, if given a chance (YOUR FIRST NAME) will definitely attain success in his further studies. It gives me great pleasure to recommend him to you.
Sincerely,
NAME OF PROF.
Contoh 3
(YOUR NAME) has been my student for the last two years. I have taught him subjects like (NAME OF SUBJECT1), (NAME OF SUBJECT2′) and (NAME OF SUBJECT3). He is brilliant student who shows spark in his undergraduate studies.
Because of his ability to learn subject from grassroots, I rate him as sincere student. I am confident that his concentration, systematic work and great skills in performing practicals will help him to achieve great success. He is a promising young student with a penchant for learning.
He is zestful and a versatile student. He takes part in many college functions. His courteous and reliable nature shines in intercollege festival (NAME OF FESTIVAL) I appreciate his work during his undergraduate years and with full confidence I recommend him to you.
Sincerely,
NAME OF PROF.

Uang Saku Belajar ke Amerika

Belajar ke Amerika, Butuh Uang Saku Berapa?

money merge Belajar ke Amerika, Butuh Uang Saku Berapa?Seperti sudah ditulis disini, beasiswa ke Amerika bisa dibedakan menjadi 2, beasiswa yang diberikan melalui lembaga kerja sama Indonesia-Amerika dan beasiswa universitas.
Jika mendapat beasiswa jenis pertama, bisa dikata tidak perlu ada uang yang keluar karena semua biaya sudah termasuk dalam skema beasiswa. Artinya, mulai dari tes, biaya perjalanan, biaya hidup, dan biaya kuliah sudah ada yang mengurus.

Berbeda dengan beasiswa dari universitas, mesti ada “modal awal” yang harus dikeluarkan. Disebut modal awal karena biaya itu dimungkinkan kembali di tahun awal perkuliahan, meski ini juga bergantung dari gaya hidup masing-masing individu dan biaya hidup di kota bersangkutan.
Biaya awal yang dibutuhkan oleh penerima beasiswa universitas antara lain dipergunakan untuk tes TOEFL dan GRE, pengajuan visa, transportasi ke AS, dan biaya hidup bulan pertama. Besaran pasti biaya TOEFL dan GRE bisa dilihat di website ets, sedang untuk pengajuan visa bisa di cek disini.
Biaya signifikan lain yang perlu dikeluarkan termasuk ongkos transportasi dan biaya hidup bulan pertama. Ongkos pesawat ke Amerika bervariasi. Jika uang saku mepet beli saja tempat duduk ekonomi dari maskapai yang menawarkan tarif paling kompetitif. Jika belum berpengalaman memilih, disarankan untuk berkonsultasi dengan agen perjalanan. Berdasar pengalaman, per pertengahan 2008 saya mendapat tiket seharga kurang lebih US$ 950 untuk perjalanan sampai kota tujuan.
Biaya untuk hidup bulan pertama juga perlu disiapkan. Beasiswa dari universitas umumnya baru keluar 2 minggu hingga 1 bulan setelah tiba disana (kasus saya 2 minggu). Besar biaya hidup awal ini bervariasi, tapi dari pengalaman membawa US$ 1000 sudah lebih dari cukup (sekali lagi, ini juga bergantung dari biaya hidup di kota itu).
Ada beberapa cara menekan pengeluaran di awal kedatangan. Cara yang paling jitu yaitu dengan mencari informasi mengenai teman, kenalan, atau orang Indonesia yang juga sekolah di tempat yang sama. Jajaki kemungkinan untuk bisa sekedar menumpang beberapa hari sampai kita menemukan tempat tinggal sendiri. Ada 2 keuntungan menggunakan cara ini, pertama, kita bisa mendapatkan informasi mengenai situasi kota itu dari orang yang terpercaya, dan kedua, bisa ngirit ongkos sebelum kita menemukan tempat tinggal sendiri. Sebagai gambaran, ongkos menginap sehari di guest house kampus bisa mencapai US$ 85 dan biaya ini mesti terus dibayar sebelum kita menemukan tempat sewa.
Cara lain untuk mengirit ongkos adalah dengan mulai mendaftar untuk tinggal di apartemen kampus sebelum kita berangkat. Setiap universitas umumnya mempunyai kompleks apartemen yang diperuntukkan bagi mahasiswanya. Setelah dinyatakan diterima segera saja mendaftar. Syukur-syukur antrian tidak terlalu panjang sehingga ketika datang langsung bisa tinggal di apartemen itu.
Setelah beasiswa turun, napas bisa ditarik lebih lega. Dari pengalaman, saya masih bisa menabung sebagian uang beasiswa ini asal mau hidup bersahaja dan tidak banyak foya-foya. Ini yang saya maksud kalo biaya awal yang dikeluarkan sebenarnya bisa balik setelah beberapa bulan.
Memang akhirnya ada pengorbanan, tapi tidak ada harga yang terlalu mahal untuk membuat diri lebih maju. Saya denger cerita, mahasiswa Cina atau India ada yang sampai ‘kamikaze’ menjual rumah, atau menggadaikan barang untuk bisa sekolah ke Amerika. Barangkali karena mereka punya keyakinan kelak semuanya akan terbayarkan. Jadi kenapa kita tidak punya keyakinan yang sama?

Visa ke Amerika

Kiat Membuat Visa ke Amerika

sample usa visa Kiat Membuat Visa ke AmerikaKalo sudah sampai membuat visa, berarti kita sudah mendekati tahap akhir. Membuat visa berarti hampir semua sudah ada dalam genggaman. Sekolah yang diinginkan sudah menerima, beasiswa sudah ditangan, pokoknya hampir semuanya.
Hanya saja, perhatian memadai juga mesti diberikan pada tahap ini. Jangan sampai semua sudah siap tapi akhirnya harus gagal berangkat gara-gara kedubes menolak pengajuan visa kita.
Berikut ada beberapa item yang berguna saat pengajuan visa:

1. Mendaftar on line
Beberapa kedubes (termasuk Amerika) sudah menggunakan cara pendaftaran pengajuan visa secara on line. Saat mendaftar kita akan diminta memilih hari dan jam perjanjian untuk datang ke kedubes. Pastikan untuk mendaftar on line dan datang tepat seperti waktu yang telah dijanjikan.
2. Mengisi formulir
Ketika mendaftar on line, tersedia beberapa formulir yang perlu diisi. Formulir harus diisi dengan lengkap. Periksa kembali isian, jangan sampai ada kesalahan penulisan nama atau hal tak sinkron lainnya. Formulir ini kemudian mesti dibawa saat datang ke kedubes.
3. Lengkapi semua persyaratan
Selain formulir ada beberapa persyaratan lain yang mesti dibawa seperti foto, identitas diri, biaya pengajuan visa, dan kelengkapan lain. Khusus mengenai foto, mereka meminta spesifikasi yang agak tidak umum, mulai dari ukuran sampai lay out foto. Pastikan untuk memenuhi format foto yang diminta. Karena pernah ada kasus, seorang pelamar tidak bisa meneruskan proses pengajuan sampai dia membawa foto yang sesuai.
Begitu juga soal biaya pengajuan. Di website meski besaran yang dicantumkan dalam dollar, tapi kita diminta membawa uang dalam rupiah. Jadi perlu disiapkan jumlah rupiah sesuai dengan jumlah dollar yang diminta.
Siapkan pula dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan. Lebih baik membawa dokumen lebih daripada kurang. Saat wawancara, satu yang ingin mereka pastikan adalah bahwa setelah selesai sekolah kita bakal balik ke Indonesia. Hal lain yang juga akan dipastikan berkaitan dengan apa yang akan kita lakukan disana. Mereka tidak ingin setelah sampai di Amerika ternyata pendatang ini kemudian jadi gelandangan atau pengemis. Asal sudah mendapat surat keterangan dari universitas, semestinya ini bukan lagi masalah besar.
4. Saat wawancara
Wawancara adalah tahap paling penting. Usahakan untuk menjawab semua pertanyaan dengan tenang, jelas, dan jujur. Jika belum yakin dengan kemampuan bahasa Inggris, kalau diperlukan bisa juga menggunakan bahasa Indonesia. Pewawancaranya memang bule, tapi mereka juga mampu berbahasa Indonesia. Tunjukkan semua dokumen yang diminta dan beargumentasi jika situasi mengharuskan karena ada tipe pewawancara yang suka tanya sampai detail.
Untuk beberapa kasus, pelamar diminta balik lagi karena ada dokumen yang belum lengkap atau sebab lain. Tidak mengapa, datang saja kembali dihari yang telah dijanjikan dengan dokumen yang diperlukan. Kalau tidak ada masalah visa tentu akan keluar.
5. Mengambil visa
Setelah visa disetujui, hati pasti jadi lega. Impian untuk sekolah ke luar negeri semakin dekat jadi nyata. Sehabis wawancara petugas akan memberi kita kartu pengambilan visa beserta paspor. Untuk pengambilan, pemohon tidak perlu datang sendiri. Kita bisa mewakilkan pengambilan asal orang yang mewakili dapat menunjukkan kartu pengambilan.

TOEFL PBT atau iBT

Pilih mana,  iBT atau PBT, kembali ke tiap individu. Dengan melihat kemampuan sekarang plus ketersediaan waktu, mana diantara kedua tes itu yang dirasa mampu dikerjakan dengan lebih percaya diri.
be well,
Dwika

Milih TOEFL PBT atau iBT?

Mau cari beasiswa apapun, TOEFL jelas diperlukan. Ada beberapa negara yang lebih mengutamakan IELTS, tapi sepertinya TOEFL tetap lebih umum.
Tes ini dibedakan menjadi 2 format: Paper Based TOEFL (PBT) dan Internet Based TOEFL (iBT). iBT merupakan tes bentuk terbaru. Peserta harus membaca dan mengerjakan soal langsung di depan komputer.

Beberapa orang merasa kalau iBT relatif lebih sulit dibanding PBT. Tantangan terbesar iBT karena tes ini lebih menguji kemampuan Inggris aktif, semua bagian tes langsung menguji kemampuan praktis peserta dalam berbahasa Inggris.
Ini bisa dilihat dari pembagian di iBT yang terdiri atas: Reading, Listening, Speaking, dan Writing dengan total maksimal skor 120. Bagian reading dengan listening tentu bukan hal baru, soalnya di PBT juga ada. Bagian speaking sama writing ini yang jadi inovasi baru. Dari namanya sudah jelas, kemampuan menulis dan berbicara ikut diteskan di iBT. Untuk kita yang sebelumnya tidak biasa nulis apalagi ngomong pake bahasa Inggris, ini akan jadi tantangan tersendiri.
Sedang PBT adalah jenis tes TOEFL model lama. Pasti banyak diantara kita yang pernah mencoba ikut tes ini. PBT dibagi menjadi 3 bagian: Listening Comprehension, Structure and Written Expression, dan Vocabulary and Reading Comprehension. Skor tertinggi yang dapat diraih adalah 677.
Kalau sudah mengikuti TOEFL yang internasional, akan ditambahkan bagian keempat yaitu Test of Written English (TWE) dimana peserta diminta menulis karangan dalam bahasa Inggris yang nantinya akan dinilai dari skala 1 hingga 6. Tapi kabar baiknya, umumnya nilai TWE tidak dipersyaratkan langsung oleh universitas. Seringnya mereka hanya mematok skor minimum untuk 3 bagian tes tanpa menyertakan TWE.
Karena tidak ada praktik ngomong dan nulis, untuk banyak peserta ini akan lebih memudahkan. Asal paham dan hafal bentuk-bentuk struktur kalimat untuk menjawab bagian structure and written expression ditambah punya kemampuan listening yang memadai skor tinggi bisa diraih.
Satu lagi kelebihan PBT, sebelum ikut tes sungguhan kita bisa try out dulu dengan ikut tes sejenis yang diselenggarakan lembaga-lembaga kursus bahasa Inggris. Selain biaya yang jauh lebih murah, dengan ikut try out peserta akhirnya bisa merasakan suasana tes sungguhan sekaligus mengukur sejauh mana kemampuan yang sudah dicapai. Sedang untuk iBT, saya belum pernah dengar ada lembaga yang memberikan try out untuk jenis tes ini.
Cuma kekurangan PBT, tes ini hanya ditawarkan 5-6 kali setahun. Kota yang menyelenggarakan tes pun lebih terbatas. Sedang iBT diadakan lebih sering dengan hampir semua kota besar di Indonesia menyelenggarakannya. Hasil PBT pun akan keluar lebih lama dibanding iBT. Lebih jelasnya, silahkan cek disini. Bagi yang sedang terburu-buru karena mengejar deadline, iBT akan jadi lebih masuk akal.
Jadi  mending pilih mana,  iBT atau PBT? Jawaban paling pas akhirnya kembali ke tiap individu. Dengan melihat kemampuan sekarang plus ketersediaan waktu, mana diantara kedua tes itu yang dirasa mampu dikerjakan dengan lebih percaya diri

Mendapatkan beasiswa

Karena langsung melamar ke universitas, jumlah saingan tentu tidak sebanyak di Fulbright. Biar jumlah saingan lebih sedikit, tapi kita mesti bersaing dengan pelamar dari negara lain termasuk dari Amerika sendiri yang juga berminat mendapatkan beasiswa tipe ini.
be well,
Dwika


Sekolah ke Amerika, Beasiswa Apa yang Tersedia?

Money%20stacks Sekolah ke Amerika, Beasiswa Apa yang Tersedia?Biaya kuliah ditambah biaya hidup yang amat tinggi membuat impian kuliah ke luar negeri seakan jadi mimpi tak terjangkau. Satu cara paling masuk akal untuk mewujudkan keinginan ini adalah dengan berburu beasiswa.
Seperti juga di negara lain seperti Australia, Jerman, atau Belanda, beasiswa juga tersedia bagi siapa saja yang ingin melanjutkan pendidikan ke Amerika Serikat. Secara umum ada dua jalur untuk mendapatkan dana belajar ke negeri Paman Sam ini.

Pertama, beasiswa yang diberikan lembaga kerja sama Indonesia-Amerika. Di Indonesia, lembaga ini bernama The American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF), yang didirikan tahun 1992. AMINEF inilah yang kemudian mengkoordinasi program beasiswa Fulbright. Melalui Fulbright mereka memberikan sekitar 120 beasiswa/tahun kepada pelajar Indonesia untuk belajar atau mengadakan riset di berbagai disiplin ilmu. Informasi lebih lengkap mengenai AMINEF bisa dibuka pada situs mereka dengan alamat  http://www.aminef.or.id/
Seseorang yang mendapatkan beasiswa Fulbright bisa ongkang-ongkang kaki, karena semua biaya mulai keberangkatan sampai biaya hidup dan biaya kuliah akan ditanggung. Jadi istilahnya bisa modal dengkul. Bahkan untuk tes awal seperti TOEFL dan GRE termasuk biaya yang ditanggung. Lumayan kan? Karena untuk mengikuti tes ini seseorang mesti membayar US$ 100 lebih untuk tiap tes.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, penerima Fulbright harus segera kembali ke Indonesia. Mereka tidak diperkenankan untuk tinggal sementara di Amerika buat bekerja dulu, misalnya, apalagi pindah warga negara.
Karena bisa modal dengkul, pendaftarnya pasti akan mencapai ribuan. Jadi saingan yang perlu disingkirkan juga lebih banyak. Tapi ini jangan dijadikan penghambat. Sebisanya tambahkan unsur-unsur penguat lain selain dari unsur akademik. Pernah terlibat dalam organisasi kampus, misalnya, diyakini akan memperberat nilai pelamar.
Kedua, beasiswa yang diberikan universitas bersangkutan. Berbeda dengan jenis pertama, pihak pemberi beasiswa adalah universitas. Untuk mendapatkan beasiswa ini, pelamar langsung mendaftar ke sekolah yang diminatinya, tanpa perlu perantara AMINEF atau lembaga lain.
Universitas biasanya memberikan beasiswa dalam beberapa bentuk:  Teaching Assistanships (TA), Research Assistanships (RA), dan Fellowships.
TA dan RA bisa dikatakan beasiswa kerja. Karena penerima TA dan RA mesti bekerja di kampus 12-20 jam seminggu. Lama waktu bekerja ini tidak fix tergantung dari profesor. Penerima TA, RA, dan Fellowships akan mendapatkan uang bulanan plus biaya kuliah yang juga sudah dibayarkan universitas, meskipun tidak selalu demikian. Jenis-jenis biaya apa yang ditanggung perlu ditanyakan langsung ke universitasnya.
Sesuai namanya, penerima TA mesti membantu dosen mengerjakan tugas yang berkaitan dengan perkuliahan. Semisal, mengoreksi PR atau ujian mahasiswa S1, menyiapkan ruang kuliah atau lab, dan lainnya. Karena saat libur Summer (sekitar April-Agustus) umumnya hanya sedikit kelas yang masih dibuka, penerima TA jadinya juga ikut libur. Di saat liburan ini dia mesti mencari pekerjaan lain, atau malah pulang kampung, karena semasa libur dia tidak dibayar.
Kalo jenis pekerjaan penerima RA akan lebih berhubungan dengan riset atau proyek yang dikerjakan profesor. Tugas RA apalagi kalo bukan membantu profesor mengerjakan riset atau proyeknya. Tipe pekerjaannya akan lebih bervariasi mulai dari kerja lab, analisis data, bikin laporan, jalan-jalan ke lapangan, pokoknya macem-macem. Karena proyek ini biasanya berjalan sepanjang tahun, biar libur Summer gaji bulanan akan tetap diberikan. Hingga para penerima RA tidak perlu mencari pekerjaan lain. Satu lagi kelebihan RA, pengalaman bantu dosen ini bisa dimasukkan sebagai pengalaman kerja di CV.
Sedangkan Fellowships adalah bentuk beasiswa yang paling santai. Penerima Fellowships umumnya tidak diwajibkan bekerja sekian jam per minggu. Mirip dengan beasiswa-beasiswa yang pernah kita terima waktu kuliah dulu. Asal sudah tanggalnya tinggal nunggu cek duit datang.
Karena langsung melamar ke universitas, jumlah saingan tentu tidak sebanyak di Fulbright. Biar jumlah saingan lebih sedikit, tapi kita mesti bersaing dengan pelamar dari negara lain termasuk dari Amerika sendiri yang juga berminat mendapatkan beasiswa tipe ini.
Penerima beasiswa dari universitas juga lebih fleksibel. Sehabis lulus jika tidak ingin langsung balik ke Indonesia, semisal ingin bekerja dulu merasakan dollar sangat dimungkinkan. Ingin langsung mendaftar ke S3 juga tidak mustahil.
Untuk lebih jelas bagaimana mendapatkan TA, RA, dan Fellowships satu tulisan khusus akan dibuat untuk membahasnya.

Tips Beasiswa

Daftar lebih dari satu universitas  untuk memperbesar peluang. Daftar 3-4 universitas yang berbeda adalah jumlah yang masuk akal. Meski nantinya diterima di lebih dari 1 tempat, kita tetap bisa menolak universitas yang tidak diinginkan.

be well,

Dwika

 

 

Sekolah ke Amerika: Tips Mendapat Beasiswa Universitas

Syafril Hernendi | January 19, 2009 | 25 Komentar
mit Sekolah ke Amerika: Tips Mendapat Beasiswa UniversitasSeperti telah ditulis sebelumnya, Teaching Assistanships (TA), Research Assistanships (RA), dan Fellowships adalah bentuk umum beasiswa yang diberikan langsung oleh universitas.
Untuk mendapatkan salah satu dari ketiga jenis beasiswa itu, pelamar cukup mendaftar langsung ke universitas yang dipilih. Berikut ada beberapa poin yang mesti diperhatikan untuk memperbesar peluang mendapatkan beasiswa tersebut.

Pertama, pastikan universitas yang dipilih memberikan financial assistant pada mahasiswanya. Informasi ini bisa ditemukan di bagian admission dari web universitas. Universitas-universitas besar biasanya memberikan financial assistant, tapi tidak selalu. Itu sebab, ini perlu dipastikan dulu sebelum mendaftar. Karena tujuan kita mencari beasiswa, sekolah yang tidak menyediakannya berarti bisa di skip.
Kedua, setelah dipastikan universitas itu memberikan beasiswa, selanjutnya adalah mencari informasi biaya-biaya apa saja yang ditanggung. Beberapa sekolah menanggung semua biaya termasuk biaya hidup dan biaya kuliah, tapi sebagian mungkin cuma menanggung separohnya. Jika tidak dijelaskan di web, cara lain mencari informasi yaitu bertanya langsung ke bagian admission dengan berkirim email.
Ketiga, lihat syarat-syarat pendaftaran yang mesti dipersiapkan. Secara garis besar, syarat pendaftaran ini hampir sama: ijazah, transkrip, surat rekomendasi (2-3 buah), TOEFL, GRE, statement of purpose, dan membayar biaya pendaftaran. Tapi ini tetap perlu dipastikan.
Keempat, hubungi professor yang memiliki bidang riset yang sama dengan kita. Jika tidak tahu profesor mana yang perlu dihubungi, tulis saja email ke ketua jurusan. Asal sabar menunggu beberapa hari, biasanya mereka akan membalas email kita. Korespondesi awal akan berisi perkenalan dengan menyebutkan singkat latar belakang, kemudian niat kita untuk bekerja di bawah bimbingannya. Korespondesi selanjutnya mengalir saja, seiring perkembangan pembicaraan.
Tanpa menghubungi profesor, pelamar sebenarnya bisa langsung mendaftar. Cuma dengan sudah ada omong-omongan sebelumnya, ini akan jadi bahan komite profesor buat nanti memutuskan mana pelamar yang akan diterima. Berbicara dengan profesor juga akan memberikan sinyal mengenai peluang kita. Kalo nyata-nyata dia tidak tertarik, maka proses pendaftaran tidak perlu diteruskan.
Kelima, bagi lulusan sarjana, pertimbangkan untuk langsung mendaftar S3 atau program doktoral. Di Amerika hal ini dimungkinkan. Dalam prosesnya, si mahasiswa ini nantinya juga akan melalui tahap master secara tidak langsung. Untuk beberapa universitas mereka lebih suka memberikan beasiswa kepada mahasiswa program doktor. Ini dapat dimengerti, suatu riset biasanya berjangka lumayan panjang sekaligus mendalam. Masa tinggal mahasiswa doktor di kampus tentu lebih panjang dibanding yang master. Mahasiswa program doktor juga akan belajar lebih mendalam mengenai suatu topik. Faktor-faktor ini yang lebih disukai para profesor.
Keenam, saat mendaftar, secara otomatis kita langsung dipertimbangkan sebagai calon penerima beasiswa. Tapi ini tidak selalu. Kadang-kadang kita mesti mengisi form permohonan beasiswa secara terpisah. Hal ini perlu dipastikan. Jangan sampai sudah mendaftar tapi ada form permohonan yang kemudian lupa diserahkan.
Ketujuh, mendaftar lebih dari satu universitas. Ini tak lain untuk memperbesar peluang. Meskipun profesor yang dihubungi sudah menunjukkan tanda-tanda positif, tapi posisi kita dibandingkan dengan pelamar-pelamar lain tetap tidak diketahui. Mendaftar 3-4 universitas yang berbeda adalah jumlah yang masuk akal. Meski nantinya diterima di lebih dari 1 tempat, kita tetap bisa menolak universitas yang tidak diinginkan.

Pendidikan di Amerika

Sistem Pendidikan di Amerika

Liberty Statue Sistem Pendidikan di AmerikaNegara serikat atau federal yang dipilih Amerika Serikat (AS) juga tercermin dari sistem pendidikannya yang menganut desentralisasi melalui negara-negara bagian (states).
Penanggung jawab utama semua urusan pendidikan adalah departemen pendidikan yang berkedudukan di Washington. Sedang urusan sehari-hari diserahkan penuh pada tiap negara bagian.

Mirip dengan di Indonesia, selain pemerintah, swasta dan organisasi keagamaan juga diperkenankan mendirikan sekolah-sekolah. Jenjang sekolah yang mereka dirikan bervariasi dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Sekolah-sekolah swasta ini juga diperbolehkan menggunakan sistem pendidikan yang berbeda dengan yang digunakan negara bagian bersangkutan. Boarding school (sekolah asrama) adalah contoh jenis sekolah yang dibuka oleh swasta atau organisasi keagamaan.
Khusus mengenai pendidikan tinggi, pendidikan tinggi di AS dapat dibedakan menjadi College dan University. College umumnya –dengan beberapa perkecualian- lebih berfokus menyelenggarakan pendidikan program sarjana (undergraduate), sedangkan university menyelenggarakan baik sarjana (undergraduate) dan pasca sarjana (graduate). Di university istilah college menjadi mirip dengan fakultas. Sebagai contoh, di university akan kita temukan College of Engineering (Fakultas Teknik) atau College of Economics (Fakultas Ekonomi).
Meskipun demikian, seperti telah disebutkan sebelumnya, college di university ini hanya mengurusi program sarjana (undergraduate). Jadi jika ada calon mahasiswa asal Indonesia ingin mendaftar program Master Teknik Pertambangan, dia mesti berhubungan dengan Graduate College (Program Pasca Sarjana). Graduate college ini kemudian akan meneruskan lamaran ke Department of Mining Engineering yang selanjutnya akan dikembalikan lagi ke Graduate College untuk diputuskan apakah calon mahasiswa itu diterima atau tidak.  Jika akhirnya diterima, mahasiswa tersebut akan terdaftar secara administratif di Graduate College dan secara akademis di Department of Mining Engineering.
Untuk program pasca sarjana, tidak semua universitas menawarkan program doktor. Beberapa diantaranya hanya menawarkan hingga jenjang master, terutama jika program itu ditujukan untuk mendidik lulusannya sebagai praktisi yang siap di dunia kerja. Program master ini juga ada 2 macam. Master terminal dan master berkelanjutan.
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, master terminal adalah program untuk menyiapkan lulusannya sebagai praktisi. Setelah selesai pendidikan, dia diharapkan langsung balik ke dunia kerja. Sedang lulusan master berkelanjutan diperuntukkan bagi yang berkeinginan meneruskan pendidikannya ke jenjang doktor.
Jadi jangan sampai salah memilih. Rencana masa depan sangat berpengaruh dalam pemilihan jenis jenjang master ini.

Belajar ke Amerika

Biaya Belajar ke Amerika

harvard Biaya Belajar ke AmerikaAmerika Serikat tentu masih jadi impian sebagian orang sebagai salah satu negara tujuan untuk melanjutkan sekolah. Hanya saja karena biaya kuliah yang tinggi ditambah biaya hidup sehari-hari yang juga tinggi membuat tidak banyak orang yang mampu secara finansial melanjutkan studi kesana.

Sebagai ilustrasi per Januari 2009, biaya hidup per bulan untuk mahasiswa single di daerah Midwest kurang lebih US$ 800. Sebagai catatan, besar biaya hidup akan bergantung pula dari gaya hidup orang bersangkutan. Asumsi jumlah ini adalah pengeluaran yang digunakan untuk ukuran hidup bersahaja (masak sendiri, tidak terlalu sering makan diluar) ditambah menyewa apartemen standar harga apartemen kampus.
Selain biaya hidup, biaya signifikan yang juga mesti diperhitungkan adalah biaya kuliah. Di Amerika, besar biaya kuliah dibedakan antara untuk resident dan non-resident. Resident bisa diartikan mahasiswa yang berasal dari negara bagian yang sama dengan universitas bersangkutan. Sedang non-resident adalah mahasiswa yang bertempat tinggal diluar negara bagian. Biasanya mahasiswa asing akan dianggap sebagai mahasiswa non-resident. Perbedaan besar biaya kuliah antara resident dengan non-resident bisa 3-4 kali lipat.
Besar biaya kuliah ini juga disesuaikan dengan jumlah SKS yang diambil. Semakin besar SKS yang diambil, biaya kuliah yang perlu dibayar juga semakin besar.
Jadi jika ada mahasiswa S2 resident mengambil 12 SKS dan katakanlah dia perlu membayar US$ 2600, maka mahasiswa non-resident dan asing harus menyiapkan uang kuliah paling tidak sampai US$ 8400. Ini disebabkan pembedaan besar uang kuliah antara resident dan non-resident tadi.
Dari contoh sebelumnya, menjadi bisa diperhitungkan berapa jumlah dana per bulan/per tahun yang perlu disiapkan jika ingin sekolah ke Amerika dengan biaya sendiri.
Biaya-biaya ini biasanya akan semakin besar terutama di awal semester. Awal semester adalah saat untuk membeli buku baru. Memang biasanya tersedia juga buku bekas tahun lalu di toko buku kampus, cuma harganya masih tetep lumayan tinggi jika dikonversikan dalam rupiah.
Bagi mahasiswa yang sudah berkeluarga, pengeluaran tentu akan lebih besar lagi. Meskipun jumlah pengeluaran tidak mesti dikalikan dengan jumlah orang. Sebagai contoh kalau satu orang butuh US$ 500 tidak berarti kalau dua orang bersama istri jadi butuh US$ 1000. Cuma penambahan pengeluaran ini tetap menjadi satu poin yang perlu juga diperhitungkan.
Kok mahal banget ya? Terus ada tidak “cara murah” untuk bisa belajar ke Amerika Serikat? Tentu saja ada. Ini akan dibahas di artikel yang berlainan

Nonimmigrant Visa

How to Apply for a Nonimmigrant Visa (NIV)

All NIVs are for temporary stays in the U.S. NIVs are not for a traveler to enter the U.S. quickly, then seek a longer term or permanent stay. All NIV applicants are seen by prior arrangement only, either appointment made online, a special program for Business (BVP), Crew (CVP) or Students (SVP). Most eligible NIV applicants normally receive their NIV within 4 working days after their interview. But some cases may take much longer to process. NIV appointments fill up early and we usually issue multiple entry NIVs so apply well in advance of anticipated travel. Do not delay making an appointment. Failure to plan is not an emergency and we usually cannot accommodate last minute appointment requests. For information on NIV classifications please see http://travel.state.gov/visa/temp/types/types_1286.html.

Use of the Online Nonimmigrant Visa Electronic Application (DS-160) is mandatory. Once completed, the information in the DS-160 will be electronically transmitted to us. The DS-160 is not your appointment and we have no access to its data until you make an appointment online, see below. The applicant must print the DS-160 Confirmation that includes some biographical information and a bar code confirmation number from a high resolution printer so the bar code can be scanned.  Applicants must bring the printed DS-160 Confirmation to their NIV appointment. While you are working on your DS-160, often “save” a copy on your hard drive. Fill out all required information completely and correctly, including selecting the appropriate visa type. Your online DS-160 will be checked by our staff when you check-in for your appointment. If your DS-160 is incomplete, or if it contains more than two errors, your appointment will be cancelled. There is no way to correct or add data to an incomplete DS-160 here.

Frequently asked questions for the Online Nonimmigrant Visa Electronic Application (DS-160).

Please go online to fill out the Online Nonimmigrant Visa Electronic Application (DS-160) and print out the confirmation page to carry to your appointment.
  1. Please complete the DS-160 with care. Please remember that an applicant whose DS-160 contains more than two errors will not be admitted to an appointment. Follow these suggestions to avoid common errors:

    • Do NOT enter a space between the letter and digits of your Indonesian passport number. Passport numbers must be entered as R000000, NOT R 000000 (note the incorrect space in the latter).
    • Use the dropdown menu for the full/correct name of the city where your passport was issued as it is listed exactly in your passport, e.g. Jakarta Pusat or Soekarno Hatta, NOT Jakarta.
    • Choose the correct visa class, i.e. if you are a student you are likely an F1 visa applicant. See our Visa Types page.
    • Please note if you have been refused a U.S. visa previously.
    • If requested, please fill out your complete education history. Submit all of your education information, starting from junior and senior high school and including any college or university studies.
  2. Pay the NONREFUNDABLE NIV application fee, currently set at USD$140 per applicant, in Indonesian Rupiah at STANDARD CHARTERED OR PERMATA BANK UP TO SIX MONTHS BEFORE YOUR APPOINTMENT. The current Embassy exchange rate is 9,000 rupiah to the dollar. Click here for Step By Step Procedure of US Embassy Visa Fee Payment in  English (PDF, size 307KB) or in Bahasa Indonesia (PDF, size 308KB). Pay each fee individually and do not combine payments for a family onto one receipt. Pay no other U.S. consular or visa-related fee at Standard Chartered or Permata Bank. Pay at no other bank. Bearers of diplomatic passports applying for any visa, and applicants for A, G, C-3, NATO and J visas (only participating in official U.S. Government sponsored exchanges) do not pay an application fee.

    Always check here for most up to date fee information: http://travel.state.gov/visa/fees/fees_1341.html.

    The basic visa application fee increased on June 4, 2010 to USD$140 for most visas, including B, F, and J visas. Fees for H, L, O, P, Q, and R visas increased to USD$150, fees for K visas increased to USD$350, and fees for E visas increased to USD$390. The difference between basic fees and H, L, O, P, Q, R, K, and E visa fees must be paid at the Embassy.
  3. Log on to our online appointment system to schedule an appointment by clicking http://www.ustraveldocs.com/id/. Go to Schedule Appointment and follow instructions from the website.

    Applicants may only schedule 1 appointment.  Appointment times are staggered; applicants should arrive no earlier than 30 minutes before their appointment. You will waste your time if you come early. NIV applicants younger than 14 years old or 80 years old or older do not need to interview in person. An immediate relative (parent, spouse or child) may submit the complete NIV application and passport on their behalf. Others who are not applying themselves and will not be representing immediate family members will be denied entry for space and security reasons, unless specifically invited.

    Appointments are popular at certain times of the year and we are limited by our capacity to see applicants. If no appointments are available that means we have no more resources and have reached our capacity. Most NIVs are valid for multiple entries within a 5-year period so there is no need to wait until you have a firm travel date. Apply early if you may have a need to visit the U.S.

    Print your appointment confirmation and bring it with all your applications to your appointment.
  4. Report to U.S. Embassy Jakarta on the date of, and no earlier than 30 minutes prior to, your visa appointment. All NIV applicants must appear in person at their NIV appointment and be fingerprinted (except A1, A2, G1, G2, G3, G4, NATO and C3, those under age 14, and those 80 years of age or older). If you do not have an appointment that is scheduled online with us, or if you do not have an invitation from us, then please do not come to the Embassy. We have intercepted a number of applicants with false appointments. The applicant alone is responsible for the appointment and application. If you rely on someone else’s word you may not have a true appointment and you will not receive a visa.

    Documents. Each NIV Applicant, Regardless of Age/Gender/Nationality must bring separately:

    • Appointment letter printed from our website or a specific, emailed invitation from us.
    • Passport or travel document valid for 6 months beyond your U.S. stay.
    • Receipt of Standard Chartered or Permata Bank payment for each visa applicant’s fee.
    • Fully completed DS-160 and printed confirmation page.
    • Must bring one recent front view 2”x2” passport photo on white background. See Photo Specifications.
    • Students or exchange visitors (F, M, J):
      • I-20, I-20M or DS-2019,
      • SEVIS fee receipt, paid at Student and Exchange Visitor Program: SEVIS I-901 Fee,
      • Proof of funds to pay at least the first year of study and living costs.
      • Temporary workers or transfers (H, L, O, P, Q): notice of action (I-797).
      • For any scientific or high-technology related travel or study above undergraduate level: a letter explaining what you do outside of the U.S., your intentions in the U.S, your current resume and list of your publications.
    • If you were previously in the U.S., any documents attesting to your immigration or visa status.
    • Criminal/court records pertaining to any arrest or conviction anywhere, even if you completed your sentence or were later pardoned.
    • Spouse and children must provide birth or marriage certificate, and copy of spouse or parents' valid U.S. visa.
    • Your clear understanding of, and ability to quickly explain, your purpose in going to the U.S.
    The following documents are suggestions only, are not required by regulation, but may assist us to evaluate your application more quickly. Do not procure documents solely for the purpose of qualifying for a visa. If you choose to bring documents, please bring originals and not special letters or extracts.

    • Current proof of income, tax payments, property or business ownership, or assets ;
    • Letter from employer detailing your position, salary, how long you have been employed ; any authorized vacation; and the business purpose, if any, of your U.S. trip;
    • Travel itinerary and/or other explanation about your planned trip;
  5. Your visa interview with an American consul is the last step in your appointment. Please remember that the consul assumes legal liability for his or her visa decision, therefore we may ask for a lot of information. When you leave the embassy you will have one of these 5 pieces of paper in your hand:

    • White ticket, stating that you, or your representative with a permission letter from you, can generally return after 2-4 days to pick your visaed passport or;
    • Green, stating that you are invited to return with more information or;
    • Yellow, stating that we will do additional processing and tell you when it is complete or;
    • Pink, stating that you are currently ineligible for your desired NIV.
    • Blue, if you come unprepared, without a prepaid fee or photo or confirmation page, or if your DS-160 contains more than two errors, given by our intake staff, before your interview, to return later when you are prepared.
    There is no same day visa processing, even for expedited appointments. Some applications must undergo additional processing, by electronic means elsewhere, over which we have no control.
WHAT YOU DON’T NEED TO BRING:
  • Your nervousness. Our goal is to politely and efficiently process your NIV. Most Indonesian applicants qualify for NIVs.
  • Impatience. Because of the many steps in NIV processing, you will be here for 2-3 hours. Your appointment time is the time for you to appear at our gate for processing, your interview will follow. Some applicants require additional processing that requires us to electronically send your application to the U.S. We have no control over the pace or scope of this additional processing. It always best to apply well before your intended travel to the U.S.
  • A letter of guarantee. Under U.S. law, no one in Indonesia, the U.S. or elsewhere, regardless of their relationship to the applicant or their rank, can guarantee you to us for a visa. Each applicant is considered on his or her own situation.
  • False documents or statements. Each applicant is personally responsible for the entire NIV application, documents or statements, even if another person helps prepare your application. Making false statements to a U.S. government official is a felony and leads to blacklisting from ever getting a U.S. visa. We turn over to the Indonesian police any NIV applicant who gives us false documents.
  • An intention to use a visa for an unlawful purpose. A visitor (B) visa is only for a short, temporary stay in the U.S. It does not give the applicant the right to work, study, reside or change to some other status. There are specific visas for other purposes, and U.S. law requires that you enter the U.S. with the correct visa in your hand.
  • A fixer or facilitator. We have found some unscrupulous persons pass themselves off as agents to unsuspecting applicants to get an appointment, which turns out to be false. If so, the applicant is ineligible for a visa.
Security at the Consular Section: Security regulations do not permit you to carry the following into the U.S. Embassy:
  1. All battery operated or electronic gadgets such as mobile phones, digital diaries, digital watches, pagers, cameras, audio/video cassettes, compact discs, MP3's, floppies, laptops, palmtops or portable music players.
  2. All ladies hand bags/purses. Only a small ladies pouch in hand will be permitted.
  3. All bags such as travel bags, back packs, briefcases, suitcases, leather, jute or cloth bags and zip folders. Only a plastic bag containing your application related papers would be permitted.
  4. Any food item.
  5. Sealed envelopes or packages.
  6. Cigarettes / cigars / match boxes / lighters.
  7. Any sharp objects such as scissors, pen knives or nail filers.
  8. Weapons or explosive material of any kind.
The list provided above is not finite. Other items may be prohibited based on security staff discretion. There is no facility at the Embassy to store prohibited items. You will have to make alternate arrangements to store these items before you enter the Embassy. Due to security considerations, there is no information window for walk-in visitors at the Embassy. Only those with scheduled interviews will be admitted to the consular section.

To inquire about the status of your NIV application, please email support-indonesia@ustraveldocs.com. If you have further question regarding your application or appointment, please call our call center: 007-803-601-5235, hours of operations 7a.m.-7p.m. Monday through Friday, excluding US holidays and Indonesian holidays.

Belajar di Amerika

Tradisi akademis di Amerika memang beda dengan di negeri kita. Di sini, jika ada seorang mahasiswa yang cemerlang, pihak profesorlah yang aktif ingin menarik yang bersangkutan untuk menjadi mahasiswa dia. 
be well,
Dwika


Quantcast


Ulil Absar AbdallaOleh Ulil Abshar Abdalla
Pernah nyantri di asuh KH. M. Ahmad Sahal Mahfudz (wakil Rois Am PBNU periode 1994-1999), nyantri Pesantren Mansajul ‘Ulum, Cebolek, Kajen, Pati, serta Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang. Kini Studi di Department of Near Eastern Languages and Civilizations Harvard University
Saya akan selesai dari program Master saya di Boston University bulan Mei mendatang. Saya menulis tesis tentang “Islamic Theory of Prophecy Revisited“. Saya mencoba menelaah kembali konsep kenabian dalam Islam, kemudian saya bandingkan dengan konsep serupa dalam agama Yahudi. Saya mengkaji teori kenabian dari sejumlah teolog Muslim Sunni, seperti Al-Syahrastani, Al-Ghazali, dan Fakhr al-Din al-Razi, kemudian saya bandingkan dengan seorang filosof dan ahli fikih Yahudi, Musa ibn Maimun, atau lebih dikenal sebagai Maimonides.
Saya dibimbing oleh dua profesor ahli Islam di Boston University, yaitu Prof. Diana Lobel yang ahli tentang perbandingan mistik Yahudi dan Islam, dan Prof. Merlin Swartz, murid seorang ahli Islam yang sangat kesohor, Prof. George Makdisi. Prof. Lobel baru-baru ini menerbitkan sebuah buku tentang pengaruh gagasan mistik Islam dalam perkembangan mistik Yahudi, “A Sufi-Jewish Dialogue: Philosophy and Mysticism in Bahya ibn Paquda’s Duties of the Heart“.
Sementara Prof. Swartz dikenal lewat studinya tentang Ibn al-Jauzi, “A Medieval Critique of Anthropomorphism: Ibn Al-Jawzi’s Kitab Akhbar As-Sifat“. Prof. Swartz baru-baru ini pensiun dari jabatannya sebagai profesor ahli Islam di Boston University, digantikan oleh profesor baru, seorang perempuan yang cantik, lulusan Duke University, yaitu Prof. Kecia Ali yang ahli dalam bidang fikih.
Teori kenabian memang tema yang sangat “antic” dan jarang disentuh oleh sarjana Muslim saat ini. Sarjana Muslim terakhir yang menulis mengenai tema ini adalah Prof. Fazlur Rahman, guru Cak Nur dan Buya Syafii Maarif, dalam bukunya yang berjudul “Prophecy in Islam: Philosphy and Orthodoxy” yang terbit pada 1958. Setelah itu, setahu saya, tak ada seorang sarjana Muslim yang menulis tentang tema ini. Setelah kekosongan dalam waktu yang lama, seorang sarjana Yahudi yang mengajar di Hebrew Univrsity, Jerusalem, Prof. Yohanan Friedman, menulis sebuah buku tentang tema ini, “Prophecy Continuous” yang terbit pada 1989.
Kajian tentang tema ini, menurut saya, menarik sekali, sebab di sanalah kita bisa menjumpai sejumlah teori menarik yang dikemukakan oleh para teolog dan filosof Muslim tentang akal, intelek, jiwa, dsb. Tema tentang hubungan antara akal dan wahyu menempati kedudukan yang penting dalam sejarah intelektual Islam, tetapi jarang yang mengkaji bagaimana konstruksi akal dalam pandangan sarjana Muslim.
Saya sengaja membandingkan antara teori kenabian dalam Islam dan Yahudi, terutama melalui filsafat Maimonides. Maimonides adalah filsuf Yahudi yang hidup pada abad ke-13, kelahiran Spanyol, tetapi kemudian menghabiskan karirnya di Kairo, Mesir. Saya mengkaji teori kenabian Maimonides seperti tertuang dalam bukunya yang terkenal, “Dalalat al-Hairin” (Petunjuk Bagi Orang Bingung). Saya melihat ada suatu pengaruh yang menarik dari teori kenabian Islam dalam lingkungan Yahudi. Hal ini tentu tak mengherankan sebab Maimonides hidup dalam lingkungan kebudayaan yang secara mendalam dibentuk oleh gagasan Islam. Tentu, Maimonides tidak sekedar mengkopi teori-teori kenabian dari lingkungan Islam. Dia menyerap teori itu kemudian dimodifikasi sesuai dengan kerangka ajaran Torah.
Melalui perbandingan itu, saya ingin melihat bagaimana fenomena kenabian dijelaskan oleh dua agama yang sama-sama mempunyai kecenderungan yang kurang lebih serupa, yaitu kecenderungan legalistik, yakni Islam dan Yahudi.
Saya beruntung sekali bisa melanjutkan studi saya untuk tingkat doktoral di Universitas Harvard mulai September mendatang. Lingkungan akademik di kota Boston ini sangat menyenangkan sekali. Di kota ini terdapat sejumlah universitas terkemuka, seperti Universitas Harvard, MIT, Universitas Boston, Boston College, Universitas Tuft, dan Universitas Brandeis. Di kawasan ini bertebaran sejumlah ahli Islam. Di Harvard sendiri ada sejumlah ahli Islam, antara lain
Ali M. Asani, William Graham, Roy Muttahedeh, dan Muhammad Shahab Ahmad. Di Universitas Boston ada Merlin Swartz, Kecia Ali dan Robert Hefner yang tentu sangat dikenal oleh publik Indonesia. Di Universitas Tuft ada Mohamed A. Mahmoud yang baru-baru ini menerbitkan sebuah buku tentang pemikiran Mahmud Muhammad Taha, “Quest for Divinity“. Di MIT, ada ahli Iran, Michael MJ Fischer, yang menulis buku cukup terkenal, “Debating Muslims“. Di Boston College ada James Morris yang ahli tentang Ibn Arabi.
Hal lain yang menyenangkan buat saya adalah adanya sejumlah perpustakaan besar yang mempunyai koleksi yang amat kaya tentang Islam. Perpustakaan yang mengagumkan buat saya tentu adalah Widener Library di Universitas Harvard. Perpustakaan ini mempunyai koleksi sekitar 3 juta judul dalam bidang ilmu-ilmu kemanusiaan, termasuk koleksi mengenai tema Islam. Hampir semua buku yang dahulu hanya saya dengar namanya saja di pesantren dapat saya jumpai di sini. Hampir semua kitab berbahasa Arab dalam semua bidang ada di perpustakaan ini. Selain mengkoleksi buku dan kitab, Widener Library juga menyimpan manuskrip kuno yang langka. Setiap saya masuk kedalam gedung perpustakaan ini, saya seperti merasa berada dalam sebuah “sorga”. Saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca dan “mengobrak-abrik” koleksi perpustakaan ini. Saya merasa sedikit berjasa pada perpustakaan ini, sebab usulan saya agar pihak perpustakaan membeli sebuah tafsir berbahasa Jawa berjudul “Al-Ibriz” karya KH. Bisyri Mustofa, ayahanda Gus Mus, dikabulkan.
Kota Boston sangat enak dan menyenangkan sebagai tempat belajar. Kota ini sangat indah, tidak terlalu besar dan ramai seperti New York, tetapi juga tak terlalu kecil dan sepi seperti Cornell atau Princeton. Hanya ada satu hal dari kota ini yang memberatkan bagi mahasiswa, yaitu biaya hidup yang mahal. Apartemen di kawasan Boston terkenal sangat mahal, sedikit di bawah Manhattan, New York. Harga sewa bulanan apartemen dengan dua kamar bisa mencapai US $ 1000-1300, setara dengan 9-12 juta rupiah. Dengan harga itu, saya mungkin bisa menyewa sebuah rumah utuh selama setahun di kawasan UIN Ciputat.
Kuliah di Amerika sangat unik, berbeda dengan system yang berlaku di negeri-negeri Barat yang lain. Di sini, kuliah menuntut kerja keras, sebab bahan bacaan kelas sangat banyak. Untuk satu mata kuliah, kita diharuskan untuk membaca bahan bacaan sekitar 150 hingga 300 halaman per minggu. Kadang bisa lebih dari itu. Jika kita mengambil empat mata kuliah, kita bisa “pingsan” karena harus membaca tak kurang dari 1000-1200 halaman per minggu. Tugas yang paling berat adalah menulis paper pada akhir semester. Rata-rata, paper akhir berjumlah 20-25 halaman. Tentu, yang dituntut bukan sekedar paper asal-asalan, tetapi paper yang membawa gagasan yang orisinal. Menulis paper adalah momok bagi semua mahasiswa paskasarjana di sini. Saya kadang tidak tidur selama berhari-hari hanya untuk menyelesaikan satu paper. Dengan sistem yang ketat dan beban bacaan yang berat seperti ini, kadang saya berpikir bahwa saya kekurangan waktu untuk menyerap bahan kuliah dengan baik.
Aspek positif dari kuliah model Amerika ini adalah kita dipaksa membaca banyak hal, dan ini sangat berguna untuk pendasaran teoritis bagi kerja akademis dalam kangka panjang. Mahasiswa doktoral di sini dituntut untuk kuliah kelas (istilahnya “course work”) selama minimal dua tahun. Setelah tahap ini dilalui, baru seorang mahasiswa dapat mulai menulis disertasi. Ini berbeda dengan sistem di sejumlah universitas Eropa di mana mahasiswa PhD bisa datang langsung dengan rencana disertasi tanpa melalui kuliah kelas yang panjang.
Mendaftar sebagai mahasiswa PhD di Amerika bukan perkara mudah. Kompetisinya sangat ketat, terutama untuk masuk ke universitas utama yang disebut dengan Ivy League seperti Harvard. Keunggulan mendaftar ke propgram PhD di universitas besar dan kaya di Amerika adalah bahwa begitu anda masuk, kemungkinan besar seluruh biaya kuliah dan kebutuhan hidup bulanan (disebut dengan “stipend“) ditanggung penuh oleh pihak universitas. Ini tidak terjadi pada universitas kecil yang tak mempunyai dana besar. Hanya saja, jika anda ingin masuk ke universitas besar tentu anda harus menghadapi persaingan yang ketat sekali.
Sistem pendaftaran untuk program PhD di sini agak unik. Di sini, faktor “hubungan” dengan professor memainkan peran yang sangat penting. Anda akan sulit diterima sebagai mahasiswa doktoral jika tak ada seorang profesor yang mengenal dengan baik kemampuan akademis anda. Ini bukan berarti unsur “nepotisme” berlaku di sini. Faktor kenalan ini sangat ditekankan karena pihak universitas tidak hendak menerima mahasiswa yang tidak mereka ketahui benar kemampuannya. Dokumen tertulis dan hasil nilai ujian dalam ijazah tidak sepenuhnya mereka percayai.
Faktor berikutnya yang sangat penting juga rekomendasi. Surat rekomendasi dari seorang professor yang mengenal secara baik kemampuan akademis seorang pendaftar sangat menentukan. Umumnya, universitas membutuhkan empat rekomendasi. Dua dari profesor yang pernah mengajar anda secara langsung. Dua lagi profesor yang mengenal kehidupan non-akademik anda dalam masyarakat. Tidak seperti di Indonesia, di sini seorang profesor tidak bisa dengan mudah memberikan rekomendasi kepada seseorang yang tidak mereka kenal dengan baik. Sebab, saat menulis rekomendasi, mereka mempertanggungjawabkan reputasi mereka sebagai seorang profesor. Oleh karena itu, membangun hubungan yang baik dan berdiskusi dengan profesor tertentu sangat penting bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke tingkat doktoral.
Aspek lain yang juga sangat penting adalah menyangkut statemen pribadi. Setiap anda mendaftar ke program paskasarjana di sini, anda akan diharuskan menuliskan apa yang disebut sebagai “statement of purpose” yang berisi, kira-kira, rencana apa yang anda akan lakukan jika sudah diterima. Dalam statemen itu, anda diminta untuk menuliskan rencana disertasi, temanya, dan kenapa tema itu dipilih. Dalam statemen itu, aspek yang paling menentukan adalah bagaimana anda merumuskan pertanyaan dengan benar untuk suatu masalah yang akan anda tulis. Anda hanya mempunyai ruang yang sempit sekali. Sebab statemen itu kira-kira hanya sepanjang 900 kata. Dalam tulisan sependek itu anda diharuskan untuk merumuskan masalah dengan tepat dan baik, sehingga profesor yang duduk di komite penerimaan mahasiswa baru yakin betul bahwa anda layak diterima. Saya sendiri membutuhkan waktu tak kurang dari dua bulan hanya untuk menyiapkan esei pendek itu. Sebab, esei inilah yang dipakai oleh pihak komite untuk menilai siapa anda sebetulnya.
Tentu syarat-syarat administratif juga sangat penting. Anda harus mempunyai skor TOEFL minimal 600, atau jika memakai tes TOEFL yang sudah memakai sistem on-line sekarang (dikenal dengan iBT, “internet Based Test“), anda harus mencapai skor antara 100-110. Saat ini, tes TOEFL mencakup aspek kecakapan berbicara, jadi agak sedikit susah dibanding dengan tes sebelumnya. Skor TOEFL ini sangat mutlak, dan tidak bisa ditawar-tawar.
Selain itu, anda juga harus melalui tes GRE atau tes kemampuan akademik secara umum. Kebanyakan universitas Amerika menuntut skor GRE (Graduate Record Examination) antara 600-700 untuk semua aspek: kuantitaif, verbal, dan kemampuan analisis. Umumnya skor anak-anak Indonesia yang datang dari latar belakang humaniora sangat jauh di bawah standar itu. Tetapi ini tak usah membuat kita khawatir. Beberapa departemen di universitas Amerika tidak terlalu ambil pusing dengan skor yang anda peroleh. Mereka tahu, skor GRE yang rendah tidak langsung berarti bahwa mahasiswa bersangkutan tidak mempunyai kemampuan akademik yang memadai. Yang penting anda mengikuti tes GRE untuk memenuhi syarat administrasi. Meskipun demikian, ada beberapa universitas yang menerapkan syarat yang ketat untuk skor GRE, seperti Duke University, tempat Prof. Bruce Lawrence mengajar (Prof. Lawrence pasti dikenal oleh publik Jakarta, sebab beberapa waktu lalu pernah berkunjung ke Jakarta dan memberikan cermah di sejumlah tempat).
Taktik mendaftar di perguruan tinggi di Amerika juga penting dikuasai. Karena kompetisi untuk masuk universitas sangat tinggi di sini, anda harus mendaftar sekurang-kurangnya di lima universitas. Kalau tak diterima di universitas yang satu anda masih punya harapan lain. Anda bisa membuat ranking sendiri, dimulai dari universitas yang paling top hingga ke yang menengah. Tetapi di antara kelima universitas itu, anda harus mempunyai satu universitas yang anda berharap besar bisa diterima, entah karena mempunyai hubungan yang baik dengan seorang profesor di universitas itu atau karena faktor lain. Saya, misalnya, kemaren mendaftar di lima departemen di empat universitas. Saya mendaftar di dua departemen di Universitas Harvard, dan masing-masing satu departemen di Universitas Princeton, Universitas Chicago dan Universitas Boston. Saya tetap mendaftar di Universitas Boston, meskipun ranking-nya di bawah tiga universitas yang lain, sebab saya kenal banyak profesor di sana dan dengan itu saya berharap besar saya bisa diterima.
Sebagaimana kata teman saya Rizal Mallarangeng, universitas terbaik di dunia saat ini umumnya ada di Amerika Serikat. Oleh karena itu, jika anda ingin mendapatkan pendidikan terbaik dalam segala bidang, sudah selayaknya anda mendaftar di Amerika. Yang sangat khas pada universitas Amerika adalah kedermawanan universitas Amerika dalam memberikan beasiswa. Dalam aspek ini, saya kira, universitas Amerika tak ada tandingannya di manapun. Ini dimungkinkan karena universitas Amerika umumnya kaya dan memiliki dana besar. Sebagai gambaran, Universitas Harvard memiliki dana wakaf atau “endowment” kira-kira 26 milyar dollar. Jumlah itu nyaris sama dengan cadangan devisa Indonesia sebagai sebuah negara. Oleh karena itu, tak heran jika sebagian besar mahasiswa PhD yang diterima di Harvard akan ditanggung seluruh pembiayaannya oleh universitas.
Selama ini, ada kesalahpahaman tentang seluk-beluk beasiswa untuk sekolah di Amerika. Umumnya orang mengira bahwa biaya untuk sekolah di Amerika hanya bisa diperoleh melalui Fulbright. Untuk sebagian memang benar. Fulbright adalah dana beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Amerika untuk para mahasiswa luar negeri yang ingin sekolah di negeri Paman Sam itu. Tetapi jarang yang tahu bahwa masing-masing kampus juga memberikan beasiswa dalam jumlah yang tak kalah besar dengan yang diberikan oleh pihak Fulbright. Ribuan beasiswa berkeliaran di Amerika. Yang dibutuhkan adalah ketekunan anda untuk “memancing” beasiswa itu dengan cara tekun mencari informasi sebanyak-banyaknya.
Dan…yang sangat penting anda lakukan adalah rajin berhubungan dengan profesor di Amerika. Tidak seperti profesor di Indonesia yang suka “jaim” atau “jaga imej”, profesor di Amerika sangat senang membalas email, walaupun mereka ini sudah profesor besar. Pengalaman yang dialami oleh teman saya Sukidi, kader Muhammadiyah yang sangat cerdas itu dan sudah masuk ke Harvard setahun lebih dulu daripada saya, sangat mengesankan. Saat dia hendak mendaftar ke Harvard Divinity School (HDS) tiga tahun yang lalu, dia mengirim email ke Prof. William Graham, seorang profesor ahli kajian Islam yang cukup terpandang di Harvard dan sekaligus Dekan HDS. Sukidi berkirim email untuk memperkenalkan diri dan menyampaikan keinginannya untuk mendaftar ke Harvard. Prof. Graham menjawab dengan simpatik, dan bahkan bersedia ikut mengoreksi “statement of purpose” yang telah disiapkan oleh Sukidi. Padahal Sukidi bukanlah seseorang yang dikenal oleh Prof. Graham. Apakah mungkin hal seperti ini terjadi pada profesor di Indonesia?
Tradisi akademis di Amerika memang beda dengan di negeri kita. Di sini, jika ada seorang mahasiswa yang cemerlang, pihak profesorlah yang aktif ingin menarik yang bersangkutan untuk menjadi mahasiswa dia. Di Indonesia yang terjadi kadang-kadang aneh: jika ada mahasiswa yang menonjol dan cemerlang, si dosen malah merasa tersaingi. Karena itu, kalau anda merasa diri anda mempunyai kecapakan akademis yang memadai dan mempunyai keunggulan di bidang tertentu, tulislah email ke profesor-profesor di Amerika, perkenalkan diri, dan bangunlah hubungan yang baik. Itulah modal awal untuk sekolah di Amerika. Saat ini, dengan adanya internet, anda akan dengan mudah mencari informasi seluruh universitas di Amerika. Setiap universitas akan menampilkan seluruh profesor yang mengajar di masing-masing departemen, lengkap dengan latar-belakangnya, keahliannya, dan emailnya, sehingga siapa saja bisa mengubungi.
Sekarang ini, nyaris tidak ada yang tidak bisa sekolah pada tingkat doktoral di luar negeri, asal anda berusaha dengan sungguh-sungguh. Soal dana bukanlah masalah besar, sebab sebagian besar universitas di Amerika meneyediakan dana untuk itu. Memang keuntungan seperti ini hanya untuk mahasiswa PhD. Untuk level magister, memang lain keadannya.
Sekian, semoga informasi ini bermanfaat.Boston, 25 Februari 2007