Selasa, 05 April 2011

Spanyol

  1. Kemilau Merah Al Hambra, Spanyol (1)

    [Sabtu, 19 Desember 2009]. Meloncat-loncat, menepuk-nepuk tangan, dan bergerak-gerak tak karuan saya lakukan saat itu. Tak khawatir disangka aneh, kurang akal. Karena memang -28 derajat Celcius suhu saat itu membuat tubuh kami hampir membeku. Tengah malam di musim dingin, kami menunggu kereta di sebuah stasiun kecil di Jerman. Ah… masih 10 menit lagi! 10 menit yang sangat krusial, bisa-bisa mati kedinginan.
    Maksud hati ingin kabur dari dingin nya udara winter tahun ini dengan berlibur ke selatan Eropa. Ya, Italia dan Spanyol tujuan kami. Tahun ini, memang winter nya sangat dingin. Beberapa kali terdengar berita badai salju di televisi, kecelakaan demi kecelakaan pun terjadi. Bahkan, tidak sedikit jadwal perjalanan yang ditunda, atau dibatalkan. Untung saja, perjalanan kami masih berjalan sesuai rencana.
    Singkat cerita, sekitar pukul 10 malam kami tiba di kota tujuan wisata terakhir, Granada, Spanyol. [Sabtu, 26 Desember 2009]. Pesona nya langsung terlihat sesaat setelah mendarat di bandara. Awan kemerahan di atas langit kota Granada. Bak atraksi sinar lampu di kegelapan langit malam. Indah sekali! Tak henti-hentinya mata ini memandang takjub. Sayang, di atas laju bis di malam hari itu membuat saya tidak bisa mengabadikan momen itu dengan kamera yang sedang saya pegang. Hanya bisa saya tatap dengan takjub. Subhanallah….
    Tiba di pusat kota sekitar pukul 23.00. Tidak ada bis mini lagi yang mau membawa kami ke puncak bukit, tempat hostel kami berada. Sudah terlalu malam. “Time out..!” kira-kira begitu jawaban sopir-sopir yang tidak kami mengerti sama sekali apa yang mereka ucapkan. Sepertinya mereka tidak bisa berbahasa inggris sama sekali.
    Akhirnya terpaksa berjalan kaki, mendaki bukit yang cukup jauh dalam dinginnya malam. Bukannya tidak ada taksi, tapi lagi2 alasan ekonomis… hahah.. :)  Tetapi, ternyata memang sengsara membawa berkah.. rumah-rumah indah bernuansa khas sungguh menemani perjalanan langkah kami. Mungkin bercorak timur tengah, karena memang termasuk dalam wilayah kerajaan Islam Andalusia masa lalu. Pemandangan malam dari atas bukit pun tidak kami sia-siakan, kami berhenti sejenak menikmati pesona malam yang indah. Nuansanya sama, kemerah-merahan…
    Pemandangan malam Granada
    Pagi hari yang dingin. Namun tetap segera keluar hendak menikmati indahnya sunrise. Ah, ternyata langit sudah cukup terang. Cahaya merahnya sudah pudar. Rupanya, perjalanan tadi malam membuat kami lelah dan terlelap tidur. Ya sutralah… gpp.
    Tujuan wisata utama di kota ini adalah komplek istana dan benteng Al Hambra. ‘Al Hambra’ sendiri berasal dari bahasa arab yang berarti ‘merah’ dengan definite article ‘al‘. Ada dua jadwal kunjungan ke istana Al Hambra, yaitu kunjungan pagi-siang dan kunjungan siang-sore. Kami memilih jadwal siang-sore, berharap menangkap nuansa senja di foto2 kami. Sangat saya sarankan untuk membeli tiket kombinasi secara onlineunless you love to queue a lot^^. Sambil menunggu siang, berjalan-jalan ke daerah Al Bayzin yang merupakan primadona kedua setelah Al Hambra.
    Al Bayzin
    Al Bayzin merupakan sebuah kawasan pemukiman yang terletak di sekitar bukit tempat terletaknya Al Hambra. Rumah-rumah dikawasan ini sangat khas, berbeda dengan rumah-rumah khas eropa pada umumnya. Mungkin perpaduan spanyol dan timur tengah. Sesekali terlihat pohon palem, menambah nuansa arab nya.  Jalannya sempit, berkelok-kelok dan tersusun dari batu. Terdapat juga gang-gang yang bertangga cukup banyak.Al Bayzin Tempat yang sangat strategis untuk mengambil foto di kawasan Al Bayzin ini adalah Mirador de San Nicolas. Kita bisa melihat komplek Al Hambra dengan latar belakang pegunungan Sierra Nevada, yang waktu itu tertutup salju.
    Al Hambra (dari Mirador de San Nicolas)
    … . Siang hari, saatnya masuk ke komplek istana Al Hambra. Disini terdapat 3 area utama berbeda, yaitu Nasrid Palace, Generalife dan Al Cazaba. Nasrid Palace merupakan tempat yang paling sangat berharga untuk pengunjung. Hal ini karenakan, selain jumlah pengunjung dibatasi, untuk tempat ini kita juga hanya memiliki waktu 30 menit saja untuk menyusurinya dan juga terjadwal. Jadi sewaktu membeli tiket, kita sudah memilih slot waktu untuk mengunjungi Nasrid Palace ini. Jangan sampai lupa! otherwise, hangus deh…


[Minggu, 27 Desember 2009]. Siang hari, saatnya masuk ke komplek istana Al Hambra. Di istana yang dibangun pada abad ke-14 ini terdapat 3 area utama berbeda, yaitu Nasrid Palace, Al Cazaba dan Generalife. Nasrid Palace merupakan tempat yang paling sangat berharga untuk pengunjung. Hal ini karenakan, selain jumlah pengunjung dibatasi, untuk tempat ini kita juga hanya memiliki waktu 30 menit saja untuk menyusurinya dan juga terjadwal. Jadi sewaktu membeli tiket, kita sudah memilih slot waktu untuk mengunjungi Nasrid Palace ini. Jangan sampai lupa! otherwise, hangus deh kesempatannya…

Di Nasrid Palace inilah, kita bisa melihat karya arsitektur Islam yang rumit, detail namun sangat cantik. Ruangan demi ruangan memiliki daya tarik tersendiri dengan interior yang sangat menawan. Gambar disamping adalah interior atap yang berupa relief timbul, bukan hanya lukisan. Nuansanya pun lagi-lagi sesuai namanya, kemerah-merahan…. Sayangnya, pengunjung tidak diperkenankan menggunakan tripoddan blitch di istana ini. Sehingga harus bersiap-siap menyesuaikan kamera nya untuk keadaan ruangan yanglow light dengan temaram lampu kemerahan. Sayang, waktu itu saya tidak siap sehingga tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.


Al Cazaba
Al Cazaba berarti fortress, atau  ‘benteng’. Terletak disamping Nasrid Palace. Bagian inilah yang pertama kali dibangun, yakni pada abad ke-13 M. Bangunan ini berfungsi sebagai benteng pertahanan dan military quarter. Dari menara benteng ini, kita bisa melihat Granada ke segala penjuru arah. Akan sangat bagus sekali jika menangkap momen sunset di menara ini jika ingin berlatarkan kota Granada.


Generalife
Bagian utama lainnya adalah Generalife, Palacio de Generalife lebih tepatnya. Nama aslinya dalam bahasa arab adalah Jannat al-’Arif, taman pribadi sang Sultan. Memang untuk menuju ke istana ini, kita akan melalui taman yang cukup luas dan indah. Begitupun, setelah keluar dari istana tersebut. Letaknya relatif khusus, karena berada diluar komplek Nasrid Palace dan Al Cazaba yang saling berdekatan.


Palacio de Carlos V
Disamping tempat-tempat utama peninggalan masa kerajaan Islam, terdapat juga bangunan lainnya. Salah satunya adalah Palacio de Carlos V. Terlihat sekali perbedaaan karakteristik arsitekturnya, istana ini lebih mirip dengan istana-istana khas Eropa yang kerap kita temukan hampir di semua kota besar di Eropa.
Tepat setelah keluar dari Nasrid Palace, kita dapat melihat sebuah bangunan kecil yang cukup indah. Apalagi di depannya terdapat kolam dan juga taman. Santapan empuk buat kamera kami. Namun sayang, pesona latar belakang senja yang saya harapkan tak bisa saya dapatkan. Sepanjang hari itu, cuaca memang sangat cerah sekali.



Ekspedisi musim dingin kami pun berakhir disini, dibawah bayang-bayang kemilau merah Al Hambra….

Masih penasaran? silahkan ikuti virtual tour nya disini.***

Keliling Dunia dalam 23 Hari oleh Bambang Purwanto sumber, Kompasiana 

Pada tahun 1992 penulis dan rombongan mendapat kesempatan mengikuti “overseas training”  atau semacam pelatihan operasi dan pemeliharaan air minum di Perusahaan Air Minum Manheim Jerman  dan belajar mengenal “partisipasi swasta disektor air minum” di PAM Exeter Inggris.

Rombongan dibagi dua  penulis ditambah direksi salah satu PDAM di Jateng  dan seorang pejabat dari Propinsi Jateng masuk rombongan pertama yang mengikuti pelatihan secara penuh termasuk hal-hal yang teknis detail ceriteranya, sedangkan rombongan kedua (boss penulis dan pak walikota) nanti bergabung di Frankfurt untuk melakukan peninjauan lapangan dan  kunjungan resmi ke kantor pejabat disana dan acara seremonial lainnya.

Tanggal 24 Agustus 1992 dengan menggunakan Luftansa rombongan pertama berangkat menujuFrankfurt dan atas kebaikan petugas travel “BB” rombongan penulis dapat “di-upgrade”dari kelas ekonomi menjadi bisnis tanpa tambahan biaya apapun alias gratis. Sampai di Bandara Frankfurt masih pagi dan penulis langsung naik taksi menuju Manheim yang kami sempat kesengsem lha wong taksinya mersedes kinyis-kinyis baru ya wus wus lewat autobahn gak kerasa. Sampai di Manheim kami langsung menuju kantor sponsor penyelenggara yang langsung membuat mereka bingung lho kok sudah nyampe sampeyan gak kontak-kontak sebelumnya, kami hanya cengar-cengir saja (dalam hati berkata jagoan dilawan).

Kami menginap di City Hotel Manheim, hotelnya mungil pinggir jalan namun jangan ditanya kebersihannya yang prima. Kami sempat makan siang diajak salah satu petinggi disana dengan menu ati sapi goreng bumbu semur dan kentang goreng yang rasanya maknyus, cocok dengan lidah melayu kami. Dari Menhein setelah sempat menginap semalam kami selanjutnya menuju London lewat udara menghemat waktu  turun di bandara Heathrow langsung setelah urusan imigrasi selesai kami ke Victoria Stasiun untuk naik kereta api menuju Lends End tempat tinggal salah seorang teman baik kami dan memang kami rencananya nginap disana sebelum ke PAM Exeter.

Kalau anda melihat peta Inggris Raya (The Great Britain) kota kecil Lends End ini letaknya memang diujung pulau Inggris kebarat lagi hanya laut yang membatasi oleh karena itu disebut Lends End. Sampai di Easson Cottage (rumah teman kami) pagi hari kami langsung dipersilahkan masuk kamar dan langsung jos “guher” kecapaian, tahu-tahu tuan rumah membangunkan kami dan mengajak makan malam, yang membingungkan dan “surprise” bagi kami bahwa dikota kecil dan terpencil diujung dunia  terdapat “restoran cina” yang menghidangkan nasi, bakmi dan ayam goreng krispi dan langsung tanpa basa basi kami santap (maklum sudah beberapa hari gak ketemu nasi).

Hari berikutnya kami ke PAM Exeter untuk melihat bagaimana mereka sukses menjalin kerjasama dengan mitra swastanya, bagaimana proses awal kerjasama, perhitungan tarif, capex, opex, “water charging”nya (maaf jadi agak teknis nih), dan inilah hasil “debirokratisasinya yang diperkenalkan oleh PM Margret Tatcher, di Inggris sampai sekarang menganut paham siapa yang bisa melayani kebutuhan infrastruktur bagi rakyat Inggris dengan tarif murah dan pelayanan  prima dia boleh berusaha di Inggris, sekarangpun yang mengelola sampah di London adalah mitra Perancisnya, jadi masalah nasionalisme nomer dua yang nomer satu pelayanan masyarakatnya.

Yang bikin krasan kami semua sewaktu dalam perjalanan naik mobil di Inggris adalah kami disuguhi musik dangdut yang jadi musik kesukaan  paklik Fred tuan rumah kami yang kemana-mana menemani kami. Berlalu lintas di Ingrris bagi orang Indonesia tidak terlalu masalah soalnya menganut “sistim lalu lintas kiri” jadi dijamin kalaupun anda harus nyopir no  problemlah.

Sambil menyelam minum air ibaratnya kami sempat mengunjungi tempat2 wisata favorit disekitar Lands End Hayle, lihat Hotel pertama  yang dibangun disana dan juga angkutan bus pertama yang ditarik oleh kuda beban, kawasan ini hanya ramai pengunjung wisatawan pada saat liburan musim panas saja, selain waktu itu sepi.

Setelah kunjungan ke PAM Exeter kami menuju bandara Heathrow London ke Frankfurt, sampai di Frankfurt luchtahen  (bandara) cari stasiun KA yang tidak jauh dari situ  tujuan menuju Leuven Belgia, sekalian napak tilas tempat kuliah penulis ambil S2 yang sudah 10 tahun belum ditinggal sejak 1982. DiLeuven sudah larut malam kami bertiga nginap di hotel dekat stasiun KA di Centrum of Leuven, paginya setelah sarapan roti panggang dan rebus telur ditambah sayur kacang merah saus tomat kami langsung cabut jalan2 seputar kota, dari centrum ke Heverlee turun di Ter Bank (asrama mahasiswa di Katholieke Universiteit te Leuven disingkat KUL).

Tujuan selanjutnya adalah Wina (Viena) permasalah timbul salah satu rekan kami tidak sempat ambil visa Austria jadi dia nggak bisa ikut ke Wina (waktu itu belum ada fasilitas “schengen” jadi harus ambil visa satu persatu negara, demikian juga mata uang masing2 negara punya mata uang yang berbeda). Aneh tapi nyata rekan kami yang kami tinggal juga tidak mengusai bahsa Inggris maupun asing lainnya, jadi di stasiun perbatasan Jerman-Austria dia kami tinggal sambil membawa secarik kertas yang menerangkan bahwa dia lagi menunggu temannya yang sedang ke Wina he he he.

Sampai di Winapun kami jalan2 sambil was2 alias gak enjoy full habis mikirin temen kami kalau ada apa2, sorenya kami langsung kembali sambil menjemput teman kami dan turun di Stutgart. Keluar stasiun sambil jalan2 dipusat keramaian mau cari penginapan tiba2 terdengar ada dua orang bicara bahasa  Jawa, langsung kami sergap kami tanya dimana ada penginapan yang dekat, tahu2 mereka menawarkan  untuk menginap  diapartemen salah satu dari mereka, pucuk dicinta ulam tiba kata pepatah, mereka adalah dosen salah satu perguruan tinggi di Indo yang sedang kuliah S3, setelah mandi dan berpakaian rapi kita makan  malam bersama di Indonesian Resto walah eunaak tur wareg tenan, malamnya tidur nyenyak.

Pagi hari setelah sarapan dan ngobrol basa-basi kami mengucapkan terima kasih dan mohon pamit dan langsung naik kereta dari stasiun Stutgart menuju Manhein markas sementara kami sambil menunggu kedatangan rombongan kedua. Besoknya rombongan kedua datang kami sempat jalan2 di Frankfurt melakukan “kunjungan kehormatan ke kantor tuan rumah” dan kunjungan lapangan ke Instalasi Pengolahan Air Minum kota Maheim.

Besoknya rombongan dibagi dua rombongan 5 orang jalan2 di Eropa sedangkan penulis berdua ke New York, ini pengalaman pertama penulis ke Amerika dan mumpung waktu tempuhnya juga cukup pendek sekitar 7 jaman (lagi2 ini hasil reroute penerbangan penulis) masih naik Luftansa. Sampai di La Gardia Internasional Airport yang lumayan besar dimana setiap penerbangan punya counter masing dan lihat ada dua pesawat yang lagi take off bareng cukup bikin penasaran penulis. Kami langsung ke Hotel Radison istirahat masih jetleg, besoknya sudah sempat menjelajah New York dimulai dari naik ke puncaknya “Empire State Building” salah satu bangunan tertinggi didunia,  lihat markas PBB dan tak boleh ketinggalan pergi ke Liberty Statue naik ferry dari Manhattan, pulangnya ketinggalan bis terpaksa naik taksi habis hari sudah gelap menjelang malam.

Keesokan harinya sudah harus ke bandara Dulle Int Airport untuk terbang jarak pendek ke Washington,  yang saya perhatikan efisiensi penerbangan  United Airline dari mulai ngurus checkin sampai ngatur naik pesawat Cuma dilakukan oleh seorang bude setengah sepuh, waduh betapa efisiennya.

Di Washington kami menginap di Comfort Inn lokasinya ditengah kota jadi cukup jalan kaki keseluruh obyek turis disana mulai dari Museum2, Gedung Putih, Lincoln Memorial, National Monumen, Vietnam dan Korea Memorial dan dilanjutkan “tamasya” ke Arlington Cemetery lihat kuburan para pahlawan Amerika, sungguh waktu itu semua masih serba aman (belum ada americanoid terorist akibat serangan World Trade Center).

Perjalanan udara berikutnya adalah dari Washington ke Las Vegas via Chicago cukup lama dari pantai timur Amerika ke pantai barat, di Chicago pesawat kami mengalami keterlambatan dan kepada masing2 penumpang diberikan voucher seharga US @ 25 yang kami tukarkan makmin di resto  yang hasilnya cukup lumayan banyaknya lumayan buat cemilan.  Bandara-bandara di Amerika punya ciri sendiri-sendiri misalnya di Las Vegas dari tempat parkir ke terminal naik kereta semacam skyline di Changi Airport (Chicago dengan bus yang bisa naik turun mirip di Johanesburg).

Dari bandara naik taksi langsung ke Hilton Hotel tempat kami menginap dan yang buat kami kaget adalah di lantai dasar setiap hotel disana sudah langsung tersedia bermacam-macam perjudian dari mulai jackpot sampai judi kartu dan lain2nya, hotel dan makanan cukup murah (bahkan saya menemukan untuk buffet hanya US $1.9) dengan tujuan agar tamu betah berjudi sekalian menguras kantong mereka. Di Las Vegas banyak tempat2 yang cukup spektakuler misalnya Hotel MGM Grand dengan kamar 5.000 an lebih tempat pertarungan tinju klas berat sering diadakan disini, dalamnya lengkap dengan restoran dan berbagai atraksi hiburan, Hotel Luxor dengan kamar diatas 3 ribuan ditengahnya dibangun  sungai-sungai Nil yang dapat dilayari kapal seolah berwisata kesungai Nil, namun pada kunjungan tahun 2008 sudah tidak ada lagi hanya hotelnya yang berbentuk piramida sudah jadi dua.


Hari berikutnya kami sudah bersiap terbang dari Las Vegas ke San Fransisco, sekitar 1 jam penerbangan  kami menginap di Hotel Radison, San Fransisco terkenal paling banyak penduduk yang berasal dari Asia, termasuk petugas resepsion hotel dimana kami menginap berasal dari Korsel, jangan ditanya soal makanan asia cukup banyak tersedia. Tempat wisata yang terkenal cukup banyak untuk dikunjungi, kami sempat melihat Jembatan  “Golden Gate” yang fenomenal itu, Presidio lokasi film dengan judul yang sama yang dibintangi San Conery,  pada kunjungan berikut kami sempat naik Ferry dari Fisherman Wharf ke “mantan” penjara Alcatraz yang  terkenal pula di film “Escape from Alcatraz”. Pertama kali melihat anjing2 laut bebas dialam ya di Fisherman Wahrf San Franmsisco ini, di San Fransisco ini terdapat “the most crocest street in the world” alias jalan paling berkelok didunia, cukup curam jadi rutenya harus dari atas.

Dari San Fransisco kami terbang menuju Los Angeles dengan penerbangan pendek satu jam-an, di LA kami menginap di Holyday Hotel Anaheim, lokasinya gak jauh dari Disneyland, sehingga bisa jalan kaki mengunjungi Disneyland, acar selanjutnya adalah mengunjungi Universal Studio lihat bagaimana film dibuat; Kingkong, Benji, Night Rider dll, lalu berkeliling Holywood ngintip rumah para bintang film beken, dan sempat mampir ke Rodeo Drive tempat mahal belanjanya para orang kaya dunia. Di LA juga sempat ke Chines Theater sekalian lihat “hall of fame” nya para bintang ternama, dan tak ketinggal pasti ke “China Town” untuk cari makan nasi disana.

Syukur selama perjalanan gak pernah terganggu kesehatan penulis. badan masih kuat perjalanan dilanjutkan ke Honolulu, Hawai ini perjalanan cukup panjang dan iklim persis seperti di Indo, kami menginap di Hotel Miramar Waikiki Outdriger Str, letak hotel yang dipinggir pantai Waikiki memudahkan untuk jalan2, sorenya nonton tari hula-hula goyang pinggul penarinya membuat para penonton terpesona, disana tersedia mobil angkutan terbuka yang berhenti disetiap obyek turis cukup bayar sekali bisa turun dan naik sesuka kita, mau lihat monumen Pearl harbour yang di bom tentara Jepang atau sekedar belanja2 sovenir, yang hampir semua kiosnya dimiliki orang Jepang disana.

Dari Honolulu kami terbang jauh ke Hongkong via Tokyo, di Hongkong sudah malam lansung kami ke hotel karena rencanannya besoknya terus ke Beijing, besok paginya ngantri checkin rebutan ke Beijing sampai siang gak dapat, akhirnya tinggal penulis sendiri yang mau ke Beijing tapi sampai malam gak ada kepastian, akhirnya penulis nyerah langsung ke counter garuda dan Alhamdullilah dapat peberbangan langsung ke Jakarta. Perlu di ketahui bahwa pada saat ini wisata ke Beijing masih sulit dan terbatas sekali fasilitasnya, alhasil tiket Hongkong-Beijing pp berikut voucher hotelnya gak terpakai.

Secara tidak sadar apa yang penulis lakukan dalam perjalanan adalah betul-betul keliling dunia dimana rute berangkat berbeda dengan rute pulangnya yaitu; Jakarta-Frankurt-London-Frankfurt-New York-Washingtong-Las Vegas-San Fransisco-Las Vegas-Los Angeles-Honolulu-Tokyo-Hongkong-Jakarta, yang secara keseluruhan memakan waktu 23 hari, 56 jam terbang diudara, melewati 3 benua;  Asia, Eropa, Amerika dan menjelajah  lebih dari 21 kota kecil, besar dan metropolitan dan ini dilakukan 1 kali perjalanan lho (bp).
(*_*)

***

BANGUNAN EROPA SELALU ENAK DIPANDANG oleh Abun Sanda


JIKA sedang belibur ke sejumlah negara Eropa, agenda selalu tidak jauh dari menyaksikan pesona alam yang memukau. Atau datang menyaksikan peninggalan berusia ribuan tahun, gedung-gedung bersejarah, taman-taman, yang menakjubkan. Agenda lain, bisa berupa perjalanan menyaksikan atraksi seni, drama, musik anak muda, konser kolosal, pembuatan film dan berbelanja.Sepanjang Anda memiliki uang, silakan belanja sepuas-puasnya. Di sejumlah kota dan toko tertentu dijual barang bermerek tetapi dengan haraga miring.
Datang ke kota Wina, Austria misalnya, Anda akan puas menonton konser-konser bermutu. Dahaga menyaksikan gedung-gedung kesenian dan terater-teater kelas dunia akan teratasi. Alam di negara berpenduduk 8,4 juta jiwa dan luas 83.872 km persegi (lebih kurang luas NTT digabung dengan Jawa Barat), ini pun luar biasa eloknya.
Diluar aspek-aspek tersebut, ada hal lain yang tidak kalah menariknya, yakni bangunan-bangunan milik warga, organisasi atau pemerintah. Masing-masing negara mempunyai kekhasan sendiri dalam bangunarsitekturnya. Tetapi secara umum, napasnya hampir sama. Umumunya terdiri atas enam sampai delapan lantai, gedung-gedung tersebut kombinasi rumah, apartemen, toko dan kantor. Semua gedung di desaindengan tujuan yang sama: kokoh, tahan ratusan tahun, rapi, dan tidak bosan dipandang. Bahan-bahan gedung umumnya premium. Dinding granit dan marmer sehinga tidak perlu disentuh cat. Jendela dari bahan anti rayap. Reiling dari besi tebal dan tahan karat. Attic-nya terawat sangat baik.
Gedung-gedung ini layak jadi bahan inspirasi karena sungguh dikerjakan dengan selera tinggi. Tidak tampak dinding-dinding yang mengelupas, atap yang terbongkar, kusen yang menganga. Lihat misalnya lantai pertama, umumnya memiliki dua bolongan. Satu untuk jendela pencahayaan, kedua sebagi lubang angin dan jalur masuknya cahaya. Orang-orang Eropa agaknya tidak suka suasana gulita sehingga membuat lubang kecil di dinding bawah. Lubang itu ditutup dengan buram tebal. Tetapi, meski kecil, cahaya termaram itu cukuplah.
Beberap aspek ikhwal gedung di Eropa ini diungkapkan sekadar sebagai inspirasi dan pembahasan sesuatu yang menarik dikaji. Bagus-bagus saja kalau para pengembang tertarik mengambil spirit dari pembuatan bangunan tersebut.

(*_*)



Bisnis  Malam Makin Menyemut di Marina Bay


SINGAPURA, KOMPAS.com - Di perhelatan tahun ketiga balapan F1 di Marina Bay Street Circuit Singapura, antusiasme penggila balapan F1 tidak surut. Tiket seharga antara 128 dollar Singapura hingga 8000 dollar Singapura, ludes.
Penonton terus berdatangan ke arena sirkuit. Hingga lap 51, penonton terus menyemut di depan panggung yang nantinya mau digunakan untuk pentas penyanyi bersuara keriting, Mariah Carey.
Alvino Fajaro, seorang penonton dari Indonesia yang menonton dengan tiket dari stasiun televisi ESPN dan akomodasi dari televisi berlangganan First Media, merasa gembira menjadi bagian dari tontonan ini. "Beruntung saya menang kuis sehingga bisa menonton F1 secara gratis," katanya.
Banyak penonton memilih untuk tidak hanya duduk di dalam arena balapan yang berisik itu. Mereka sesekali keluar arena, menikmati bir, dan akhirnya justru menonton di luar arena melalui layar lebar yang dipasang di luar.
Asisten Direktur Marketing ESPN-Star Sport Asia, Paul Tan pun memilih nonton melalui televisi. "Tidak bisa menonton secara utuh kalau di dalam arena sirkuit. Kalau di luar, kita tahu di bagian mana ada pebalap yang menabrak dinding, misalnya," katanya seraya tertawa.
Meski demikian, nyatanya kursi di dalam arena sirkuit tetap terisi penuh. "F1 sudah menjadi tontonan olahraga sekaligus hiburan dan gaya hidup, begitulah," kata Paul.
Selain Alvino, Ronald dari Majalah Maxim Indonesia juga memenangi kuis dari First Media sehingga bisa menonton F1 secara gratis. "Saya tadi udah nonton di dalam, foto-foto, lalu keluar. Enak menonton di luar, sambil menunggu penampilan Mariah Carey," ujarnya.
Menurut Kepala Pemasaran Digital First Media, Wisnu Triatmojo, bagi-bagi tiket gratis nonton F1 merupakan satu "loyalty program" dari First Media. Ada empat pelanggan First Media yang tahun ini menang kuis. "Ada juga kuis dari kanal Disney berhadiah berwisata ke Disneyland," ujarnya.
Makin malam, sirkuit Marina Bay makin riuh. Para pengunjung nonton sambil tiduran, sesekali minum bir. Puluhan toilet diantre banyak orang. Tenda-tenda untuk berjualan merchandise dari tim F1 laris manis. Beginilah bisnis tontonan olahraga yang dipadu dengan gaya hidup kota besar
(*_*)

Laporan wartawan KOMPAS Susi Ivvaty




Moskow Kota Seribu Seni

Foto : Dokumen Pribadi ( Syaripudin Zuhri )
Ini pengalaman bersepeda tahun lalu saat musim panas, sedangkan saat ini baru menginjak musim semi di Moskow, namun untuk berbagi saya rasa tak ada salahnya menulis dan melengkapi yang sudah ada dan memang banyak sekali yang menarik dari ” Kota seribu seni ” yaitu Moskow. Moskow yang bila dilihat dari berbagai sudut sama indahnya, apa lagi Moskow adalah kota yang  didirikan di atas perbukitan, sehingga kemanapun kita melangkah atau bersepeda, bermobil dan sebagainya, akan menemukan gerak gelombang sebuah jalanan. Dan siap-siap untuk yang bersepeda untuk ” ngos-ngosan ” pada saat jalan mendaki, namun jangan ngeluh dulu, saat jalanan menurun bagi yang bersepeda akan menjadi ” turunan senang ” alias tidak perlu mengenjot, sambil melepas kaki… sepeda akan berselancar dibantu angin yang berhembus, aduh asyik banget !
Dan bila musim panas tiba, tepatnya bulan Juni - Agustus maka Moskow seperti Kota yang bangkit dari tidurnya, kemana-mana oarang sedang berjemur, terutama di pinggir “pantai” sungai, loh kok pantai sungai ? Iya, karena untuk ke laut … ada di timur sana di Vladivostok yang memerlukan perbedaan waktu 11 jam ! Ke Utara ? aih dingin ! Orang Rusia di musim panas nanti bila ada air, entah sungai danau, kolam, air mancur dan sebagainya mereka akn berkumpul di sana sambil menjemur diri atau mandi ! Kok mandi di taman air mancur ? Yakh tak aneh bagi orang Rusia, karena air yang mengalir begitu indah dan bisa dinikmati, ya musim panas ini ! Di musim gugur, apalagi musim dingin…jangan coba-coba, walaupun ada yang “nekat” berendam di kolam yang sudah menjadi es ! Esnya di bor, seperti orang yang hoby mancing, ketika mancing, esnya di bor dulu !
Alhamdulillah, berkat nikmat sehat walafiat yang telah dikaruniakan Allah SWT, kaki ini masih bisa melangkah dengan bersepeda, menikmati matahari di Moskow. Kenapa menikmati matahari? ya di Moskow dan di negara-negara yang mengenal empat musim, sangat menghargai dan menikmati adanya sinar matahari yang menyengat, maklum matahari ini di jumpai kehangatannya di Musim panas yang hanya tiga bulan.
Di musim semi dan musim gugur ada matahari, tapi sinar mataharinya tidak sehangat di musim panas, seringkali bahkan dingin dan angin yang berhembus kencang sangat mengigilkan dan bila musim dingin tiba, selamat tinggal cahaya matahari, yang ada gelap dan gelap. Malam lebih panjang dari siang, namun siangnya tetap saja gelap, langit di musim dingin selalu diselimuti awan yang tebal dan salju. Bila musim dingin tiba, jangankan di luar, di dalam rumahpun dingin.
Maka dengan datangnya musim panas di awal Juni ini adalah karunia Allah SWT yang diberikan bagi orang-orang yang berada di negara atau di daerah yang mengenal empat musim dibelahan bumi utara  (karena di belahan bumi selatan sedang terjadi sebaliknya,yaitu masuim dingin ) mereka sangat menikmati matahari di musim panas, mereka sengaja berjemur diri, menyerap energi matahari dan sangat senang dengan kulitnya yang bertambah hitam, kebalikan dengan masyarakat Indonesia di Rusia, saat musim panas bukan menantang matahari, tapi berlindung di pepohonan, menghindari matahari “takut tambah hitam”, katanya . Mungkin salah satu sebabnya mereka libur 3 bulan penuh ! Anak sekolah dan mahasiswa libur total 3 bulan dari bulan Juni sampai bulan Agustus, dan masuk lagi awal September.
Bahagialah Indonesiaku, yang berkah dengan sinar matahari dan berbagai sumber daya alam, buah-buhan dan sayuran yang melimpah dan tak mengenal musim, kapan saja ada dan tersedia. Matahari di Indonesia setiap hari bersinar rata-rata 12 jam, setiap hari tak mengenal musim yang gonta ganti, sangat berkah. Nah di Moskow yang hanya dapat hangatnya sinar matahari sekitar 3 bulan aku manfaatkan untuk bersepeda ke pusat kekuasaan Rusia, Lapangan Merah, Kremlin !
Dari rumah bersepada, menyusuri jalan Donskaya, ke Metro Oktober, Lurus ke kedepan Kedutaan Perancis, depan Hotel Presiden, langsung ke Jembatan di depan Pintu gerbang Istana Kremlin, ke Manyes dan masuk ke Tempat Pahlawan tak di kenal di sebelah Istana Kremlin, di api abadi dan lanjut ke depan Meseum Sejarah lalu berhenti di lapangan merah. Sambil menikmati sinar matahari dan foto-foto di tempat-tempat strategis,
Sambil mengayuh sepeda mendengarkan nasyid melalui HP, aduh nikmatnya luar biasa. Di tengah-tengah negara yang dulunya eks komunis dan sekarang libral yang sama-sama kurang memperhatikan adanya Tuhan atau sikap relegius, mendengarkan nasyid…. seperti berada disuatu tempat yang sukar dilukiskan, indah sekali, nikmat sekali bersepeda di Moskow pada saat musim panas seperti ini. Alhamdulillah.
Islam di Rusia yang minoritas, dan tempat ibadah untuk orang Islam di Moskow, yang aku tahu baru ada lima Masjid yaitu Masjid Prospek Mira, Masjid Historis (dekat dengan KBRI Moskow) Masjid di Borodino Park, Masjid Yarjam di Astrodnaya dan masjid di Kedutaan Iran. Jadi kalau mendengar apa-apa yang berbau Islam rasanya senang banget, apa lagi di Moskow, suara adzan dari Masjid tak boleh ke luar dari Masjid, suara adzan hanya terdengar disekitar Masjid saja. Lalu apa hubungannya dengan mendengar nasyid sambil bersepeda ? Yaitu tadi, ada suasana yang Islami dari HP yang di dengar sendirian sambil bersepeda menyusuri jalan-jalan di Moskow menuju Kremlin, nikmat rasanya. Alhamdulillah.Segala puji bagiMu Ya Allah, Engkaulah yang berhak mendapat pujian atas karunia musim panas ini.
Oya, foto foto di atas dishot saat naik kapal pesiar yang melintasi Kremlin dan kapal pesiar tersebut hanya berfungsi  saat musim panas, saat musim dingin sungai yang dilayari itu beku dan kita bisa berlarian diatasnya, karena airnya sudah menjadi es bila suhu mencapai titik lebih dari minus 30 C dan kita bisa mancing di atasnya, ya diatas air yang sudah menjadi es tadi !
(*_*)

QUEENSTOWN

Kota Wisata Dunia di Samudra Pasifik


Danau Wakatipu berada di Kota Queenstown, Selandia Baru, dengan latar belakang pegunungan yang dilapisi salju. Queenstown menjadi kota wisata dunia yang menarik cukup banyak wisatawan.
Queenstown merupakan kota kecil di pulau bagian selatan Selandia Baru. Jika dilihat dalam peta, Selandia Baru terletak di Samudra Pasifik, di bagian bawah atau sebelah tenggara Benua Australia. Dari Singapura, perjalanan dengan pesawat udara ke Queenstown memakan waktu sekitar 11 jam.
Sesampainya di Auckland, Selandia Baru, dari Singapura dengan penerbangan sekitar sembilan jam, perjalanan dilanjutkan menggunakan penerbangan domestik ke Queenstown selama dua jam. Penerbangan Auckland-Queenstown hampir sama dengan lama penerbangan Jakarta-Medan.
Meskipun berada jauh di barat daya Samudra Pasifik, Queenstown menjadi salah satu tempat tujuan wisata dunia yang cukup menarik di Selandia Baru. Bentangan perbukitan bersalju mulai terlihat dari udara saat pesawat memasuki pulau bagian selatan Selandia Baru menuju kota Queenstown.
Suhu di daerah perbukitan yang bersalju pada musim dingin, yaitu Juni-Agustus, mencapai 1 derajat celsius. Kondisi itu tentu menjadi daya tarik dan tantangan bagi wisatawan yang ingin bermain ski atau penggemar ski. Wisatawan berkocek tebal yang ingin menikmati pemandangan bukit bersalju juga bisa menyewa helikopter.
Pariwisata memang menjadi sektor unggulan perekonomian Queenstown. Beberapa obyek wisata untuk memanjakan wisatawan ditawarkan. Sebagian besar obyek atau produk wisata yang ditawarkan berupa kegiatan atau event petualangan.
”Queenstown dikenal sebagai tempat untuk bertualang,” kata Gary, seorang sopir taksi. Misalnya, tempat untuk melompat dari ketinggian (bungy jumping), rafting, off road, jet boating, dan kayak. ”Di Danau Wakatipu, orang juga dapat menyewa kapal untuk memancing,” kata Gary.
Di Queenstown, Danau Wakatipu yang berada di tengah kota dan dikelilingi perbukitan bersalju menjadi panorama yang indah bagi pendatang atau wisatawan. Selain Wakatipu, masih ada beberapa danau di pulau bagian selatan Selandia Baru itu, seperti Danau Wanaka, Danau Te Anau, Danau Manapouri, dan Danau Hawea.
Danau Wakatipu dengan bentuk melingkar, seperti huruf ”S”, memiliki dasar paling dalam mencapai 399 meter. Panjang danau itu mencapai 84 kilometer dan lebar 5 kilometer.
Dengan air yang tenang dan jernih, Wakatipu menjadi arena yang cocok untuk memancing dengan kapal. Kapal untuk memancing pun dapat dengan mudah disewa di loket yang berada di dermaga.
Kapal dapat disewa selama dua jam sampai satu hari penuh. Di kawasan dermaga itu juga terdapat restoran-restoran internasional yang menyajikan makanan Eropa.
Dengan banyaknya obyek wisata petualangan yang dapat menjadi sarana uji nyali, Queenstown juga dijuluki sebagai kota petualangan dunia (adventure capital of the world).
Selain berbagai obyek wisata yang ditawarkan untuk menarik wisatawan, geliat Queenstown sebagai kota wisata juga terlihat dari hotel-hotel, restoran yang menyajikan berbagai masakan, dan tempat penjualan atau toko-toko suvenir di kota berpenduduk sekitar 10.000 jiwa tersebut.
Lokasi hotel, restoran, dan toko-toko suvenir terletak berdekatan di dalam kota kecil Queenstown. Dengan kondisi itu, wisatawan yang ingin menghabiskan waktu berwisata belanja dapat dengan cepat dan mudah menemukan hotel, restoran, dan toko-toko suvenir.
Saat musim dingin pada bulan Agustus, hotel dan restoran menjadi tempat yang nyaman untuk bersantai. Selain dilengkapi dengan alat pemanas ruangan (heater), hotel dan restoran juga menawarkan minuman beralkohol yang dapat ”memanaskan” tubuh.
Daerah kepulauan
Sebagian wisatawan asing yang datang ke Queenstown berasal dari Australia. Wisatawan asing lainnya kebanyakan berasal dari Inggris, Amerika Serikat, China, dan Jepang.
Selain Queenstown, masih ada beberapa kota lain di Selandia Baru yang menarik banyak wisatawan asing. Misalnya, kota Auckland yang terletak di pulau bagian utara Selandia Baru.
Auckland sebagai salah satu magnet pariwisata di Selandia Baru memang perlu diperhitungkan. Dunia hiburan, misalnya, seperti Hotel Skycity yang dilengkapi dengan permainan kasino.
Sektor pariwisata di Auckland juga memanfaatkan kondisi geografis berupa daerah kepulauan untuk menarik wisatawan. Dengan menyewa kapal, sejenis kapal pesiar tipe kecil, wisatawan dapat menikmati keindahan wilayah kepulauan di pulau bagian utara Selandia Baru.
Dengan menjadikan kota-kota kecil sebagai kota ”satelit” untuk tujuan wisata, jumlah wisatawan pun diharapkan lebih banyak berkunjung ke Selandia Baru. Pemerintah Selandia Baru pun telah berkomitmen menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu lokomotif pembangunan ekonomi.
Sebagai gambaran, jumlah wisatawan asing ke Selandia Baru sampai Juli 2010 mencapai 2,5 juta orang atau tumbuh 4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan potensi keindahan alam seharusnya juga dapat menawarkan produk-produk wisata yang menarik. Apalagi, letak Indonesia lebih strategis dibandingkan dengan Selandia Baru.
Misalnya, Provinsi Kepulauan Riau yang terletak di wilayah perbatasan dengan Singapura dan Malaysia. Produk wisata dan potensi alam Kepulauan Riau seharusnya dapat lebih digarap untuk menarik wisatawan yang berkunjung ke Singapura atau Malaysia. (FER)

(*_*)



 



PERJALANAN ANDA | KOREA


Ketika Salju Menyelimuti Korea



KETIKA salju mulai melingkupi Korea, bukan berarti beragam keasyikan berlibur ikut terkubur bersama dinginnya cuaca. Justru, di sinilah keunikan korea. Ia bisa dinikmati sepanjang tahun di empat musimnya, yang masing-masing menawarkan kenikmatan berbeda.
Tak heran jika Korea kerap dilirik sebagai tempat pelarian untuk menghabiskan musim dingin. Betapa tidak, korea punya banyak ski resort yang bisa disambangi, terutama di provinsi Ganwon-do. Ada banyak gungung dengan berbagai kegiatan yang bisa dicicipi dan memberi kenikmatan untuk bermain ski ataupunsnow boarding.
Umumnya, ski resort mulai buka di pertengahan bulan November atau awal Desember hingga bulan Maret-April. Selain di propinsi Ganwon-do, ski resort juga bisa ditemui di pedesaan Seoul yang sama-sama bisa diraih dengan menggunakan kendaraan umum.
Setiap ke ski resort itu tentunya telah dilengkapi beragam fasilitas yang membuat pengalaman bermalam makin berkesan.
Namun, bukan cuma kegiatan olahraga saljunya yang menggoda. Menikmati pemandangan alam yang cantik pun bisa dinikmati dari dalam kolam air panas, atau saat menikmati sauna dan spa.
Ya, Korea juga terkenal dengan keberagaman tempat spanya untuk memanjakan tubuh dengan sempurna, tak hanya menyegarkan raga tapi juga jiwa.
Bisa di tempat spa konvensional, spa di tengah udara bebas sehingga bisa sembari menikmati matahari terbit atau tenggelam, langsung menuju spa resort yang menawarkan ketenangan sempurna, hingga menuju taman bermain air yang juga memberi fasilitas spa dan sauna.
Di antarnya adalah Caribbean Bay, taman bermain air terbesar di Korea dengan tema tropis yang punya kolam renang dalam ruang, hot spa, sauna, dan kolam renang luar. Ada pula Asan Savis, yang lebih menekankan pada unsur kesehatan dengan menggunakan air bersuhu 38 derajat celcius, yang dipompa dari kedalaman 700 m. Terdapat pula kolam Bade yang menyediakan terapi dan mandi spa dengan bahan-bahan alami dan organik.
Sementara Blue Canyon adalah tempat yang tepat untuk menikmati udara segar dan air pegunungan, dengan desainnya yang terinspirasi dari Laut Mediterania.
(*_*)

Teheran, Iran: Never Forget



Wow, ini adalah perjalanan yang tidak pernah saya lupakan. Meski telah berlangsung beberapa waktu lalu, tapi memorinya itu selalu membekas di kepala. Iran….siapa yang tidak ingin tahu, dengan segala ketertutupan dan sabotase yang dialaminya, pasti mengundang keingintahuan di baliknya. Apalagi saya pergi dalam suasana travel warning tentang kemungkinan diserangnya Iran oleh Amerika Serikat. ihhh, sereeem…..
Perjalanan ke iran dilakukan via bangkok dan dilanjutkan dengan pesawat Mahan Air menuju Teheran. Di ruang boarding, saya menemukan kejutan yang pertama : beberapa wanita berwajah arab dan berpakaian seksi, melangkah menuju restroom, dan keluar berubah wujud …abrakadabra!!! selembar kerudung melingkar di kepalanya. Beribu tanya berpendar di kepala, dan seorang teman wanita mulai berkasak kusuk tentang kemungkinan diwajibkannya hijab di tanah Iran. Kasak kusuk itu terjawab di atas pesawat Mahan Air yang berlantai dua (dan karena rejeki yang tertukar jadi terasa mewah dengan duduknya saya di kelas eksekutif, hahaha….)ketika pramugari yang melayani kami privately, menyampaikan bahwa semua wanita yang tiba di bandara iran harus mengenakan hijab, meskipun berupa selembar kain yang dilingkarkan di kepalanya (kerudung). Bagusnya, airlines nasional Iran itu memberikan selembar kerudung putih secara gratis kepada teman saya tadi.
Tiba di Iran, teman pria mulai terbengong-bengong dengan kecantikan wanita Iran yang menurut saya….memang cantik!. Kulit bersih dan muka arab persia. kaum mudanya biasanya hanya berkerudung sedangkan yang lebih tua berjilbab, namun semua berpakaian nuansa gelap. Bayangan saya tentang keterbelakangan Iran akibat sabotase Amerika Serikat langsung lenyap dan berganti dengan angkat topi setinggi-tingginya atas pembangunan infrastruktur Iran yang sangat bagus. Jalan-jalan mulus. Gedung bertingkat dengan kontur tanah pegunungan. Tapi anehnya, mobil2 yang berseliweran di jalan raya adalaha mobil-mobil tua dan lama. Menurut info dari teman KBRI, orang iran memang lebih senang menginvestasikan uang mereka di luar negaranya. Mereka banyak yang memiliki apartemen mewah atau usaha di negara-negara tetangganya.


Ada juga istana kristal sebelum pelarian raja dan ratu FarahDiba..


istana kristal
Ingin tahu makanan Iran? Suguhannya adalah minuman sejemis yogurt, yang saya sih tidak doyan, hahaha….
Di Iran dikenal kawin kontrak bagi pendatang yang telah tinggal selama periode waktu tertentu. Di hotelnya, selalu tersedia sebuah batu untuk alas kepala sholat. makanya dahi mereka ada tanda hitam-hitam. Ternyata orang Iran sholat dengan model jamak. Subuh sholat. Dhuhur digabung ashar dan maghrib digabung Isya.  Sholat jum’at tidak dilakukan, kecuali disuatu masjid universitas.
Di jalanan dan tempat umum, tersebar polisi kesusilaan yang siap menangkap wanita tidak berkerudung.



(*_*)


From Auckland to Tairua oleh : rosiy dari : Kompasiana

Artikel ini saya tulis untuk Esel yang hobinya merengek-rengek minta saya menuliskan pengalaman liburan di New Zealand (NZ). Liburan kali ini Les dan saya memutuskan untuk pergi ke Tairua, sebuah kota kecil di East coast Coromandel di mana jumlah penduduknya sekitar 1200 -1300 orang. Sebagai panduan saya berikan linknya supaya bisa mengetahui letak kota Tairua sbb:
http://www.newzealand.com/travel/destinations/regions/coromandel-home/coromandel.cfm
Di hari natal kami bangun pagi dan berangkat dari Auckland sekitar jam 8 pagi, jalanan masih sepi dan lenggang karena hampir semua orang merayakan natal. Kami singgah di Mc Donald Drury untuk sarapan pagi dan minum flat white sebelum melanjutkan perjalanan.
Sepanjang jalan kami melewati jalan tol, ladang pertanian dan tepi hutan pinus dan karena Les ingin cepat sampai di Tairua, dia tidak mau berhenti untuk memotret pemandangan tsb dan berjanji akan melakukannya dalam perjalanan pulang ke Auckland.
Sampai di Tairua jam 10.30 pagi, kami langsung check-in di motel dan istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan ke Whitianga untuk mencari restaurant yang buka di hari natal. Setelah menempuh perjalanan selama 90 menit kami tiba di kota Whitianga dan sepi sekali kotanya seperti kota hantu tetapi kami beruntung ada sebuah restaurant yang buka. Kami memutuskan makan siang di sana walaupun si pemilik restaurantnya mengenakan biaya NZD 55 per orang, busyet deh mahal bener tapi berhubung hari natal dan kami sudah kelaparan yo wis makan siang dimulai dengan salad dan udang dikasih saus, dilanjutkan dengan roasted turkey, kentang, sayuran dan sausnya, penutupnya Les memilih fresh fruit dan pudding sedangkan saya memilih pavlova dan ice cream, minumnya sauvignon blanc. Yuuuuuuuuum enak bener hidangan istimewa tsb dan saya sampai kekenyangan kagak bisa bangun dari tempat duduk pengennya langsung tidur aja dah di meja makan hehehe. Oleh-oleh dari Whitianga sbb.

Photo: Whitianga Harbour
Sudah kenyang kami memutuskan untuk mengecek Hot Beach dan Cathedral Cove di Tairua so kami mutar kembali perjalanan kami ke arah Tairua.
Pemandangan perternakan sapi mulai menggoda untuk difoto karena belum sempat foto biri-biri alias dombanya NZ, Les berhenti dan mengambil foto sapi-sapi ini khusus untuk Esel ^_~

Photo: Cows in Tairua
Kami sampai di Hot Beach dan mengecek pantainya ternyata pasirnya puaaaaaaannnnas bener karena di bawah pasir tsb terdapat panas bumi. Waduh bisa terpanggang nih dari dalam dan atas bumi mendingan kita ngecek Cathedral Cove deh. Sampai di sana gak dapat tempat parkir semuanya penuh kalaupun maksa Les harus parkir mobil jauh dari Cathedral Cove dan kita harus jalan kaki mendaki ke atas puncak bukit untuk kemudian turun lagi ke pantai. Saya bilang ama Les, ‘kita pulang ke motel aja ya panas nih lagian ngantuk begini mendingan istirahat dan mandi’ so kamipun pulang dan dalam perjalanan si Les sempat memotret Hot Beach dari atas bukit.

Photo: Hot Beach in Tairua

Photo: Tairua Forest
Sorenya kami keliling mencari tempat untuk memancing di Tairua supaya besok pagi kami bisa langsung ke tempat pancing tsb dan di bawah ini foto-foto yang dibuat oleh Les di Tairua:

Photo: Tairua Harbour

Photo: Tairua 1

Photo: Tairua 2

Photo: Tairua 3
Besoknya kami siap dengan alat pancing dan berjalan di atas pasir yang panas ke arah bebatuan di pantai yang sudah dikunjungi tapi ternyata sulit untuk dicapai oleh saya yang harus membawa beban dikedua tangan saya sehingga Les berubah pikiran untuk pindah ke sisi lainnya. Dengan mulut maju 5 cm saya mengikuti Les kembali ke mobil dan pindah ke ujung pantai. Setelah 30 menit Les berusaha memancing, tiba-tiba datang seorang bule lokal yang menganjurkan Les untuk memancing di hari lain karena hari itu pasang air agak tinggi untuk menangkap ikan dan Les mematuhi sarannya so kita berjemur deh di bawah matahari menunggu pasang air laut dan gosong deh kulitku.
Pagi ini si Les memutuskan untuk pulang saja ke Auckland. Di tengah jalan, si Les memutuskan untuk mengunjungi Pauanui sebuah kota kecil tidak jauh dari Tairua dan di perjalanan Les menyetop mobilnya untuk mengambil foto-foto lagi sbb:
Sampai deh di rumah dan sebagai penutup saya berikan foto Kohi Beach yang terletak 2-5 menit jalan kaki dari rumah. So Esel puas ya dengan oleh-olehnya and sorry gak sempet motret biri-biri mungkin lagi pada dicukur bulunya hehehe.

Photo: Kohi Beach, Auckland
(*_*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar