be well,
Dwika
Menengok Bangkok
REP | 30 March 2011 | 15:1670 4 NihilBangkok merupakan salah satu magnitude wisata Thailand. Kota ini (selain Chiang Mai dan Phuket) merupakan titik mula petualangan wisata Thailand.
Dari lima kali lawata ke Bangkok saya berhasil mengumpulkan beberapa catatan ringan. Sebetulnya itu cuma perjalanan pelesiran biasa; sama sekali tidak istimewa, namun tulisan ini setidaknya bisa digunakan untuk mencari kejelasan kenapa Thailand yang luasnya seperempat Indonesia itu pada tahun 2008 dikunjungi 14,54 juta wisatawan, sementara negeri kita hanya dikunjungi 6,43 juta wisatawan pada tahun yang sama.
Bandara Suvarnabhumi
Saya mulai saja dengan bandara Bangkok International Airport, atau yang oleh Bhumibol Adulyadej, Raja Thailand, diberi nama Suvarnabhumi (baca : ’suwannapoom’), atau ‘the golden land’.
Bandara yang resmi beroperasi 28 September 2006, menggantikan Bandara Internasional Don Meuang ini didesain oleh Helmut Jahn dari Jahn Architects dengan dominasi struktur metal berwarna keperakan di atas lahan seluas 563.000 m², yang menjadikan Suvarnabhumi bandara berterminal tunggal terluas ketiga di dunia setelah Terminal 3 Beijing Capital International Airport dan Hongkong International Airport. Dalam sehari Suvarnabhumi disibukkan oleh sekitar 755 penerbangan dari dan ke berbagai belahan dunia.
Terminal kedatangan berlokasi di lantai 2. Di kawasan pemeriksaan imigrasi (passport control), ribuan orang mengantri untuk diperiksa. Ada sekitar 20-an counter, masing-masing melayani satu baris antrian. Pemeriksaan paspor dan visa berlangsung paling lama 90 detik perorang, sudah termasuk pemeriksaanarrival card dan foto wajah. Meski petugas imigrasi terkesan tidak ramah (saya yakin tersenyum bukan bagian dari job description petugas pemeriksa paspor di manapun di seluruh dunia), kesan ‘welcome’ bandara yang bersih, modern, hangat dan bersahabat tetap terasa.
Begitu ke luar dari kawasan pemeriksaan paspor dan duane, Anda langsung disambut pemandangan lebih hangat lagi; deretan kios bank, ATM, gerai telepon internasional, kios agen wisata, gerai operator telepon seluler, restoran dan toko-toko cindera mata. Dengan 99 baht (1 baht = Rp 310), saya membeli kartu perdana operator DTAC (dengan pulsa awal senilai 35 baht) yang langsung diaktifkan oleh petugas dalam waktu 1 menit. DTAC ternyata adalah juga sister-operator untuk international roamingGSM Telkomsel saya.
Begitu ke luar bandara, tadinya saya mengira akan mendapat sambutan bertubi-tubi dari puluhan penjaja jasa transpor yang sulit ditolak dengan halus, seperti yang biasa Anda alami di bandara manapun di Indonesia. Ternyata saya hanya mendapat tawaran dari satu sopir taksi, yang bisa saya singkirkan hanya dengan gelengan singkat dan tangan menunjuk ke arah deretan Express Airport Bus yang sudah menanti tak jauh di depan pintu keluar.
Di ruang tunggu terbuka itu, sudah menunggu puluhan turis asing siap diangkut bis ekspress ber-AC nomor AE-2 jurusan Khaosan Road, kawasan wisman paling top di Bangkok.
Bis ini tarifnya 150 baht, berangkat setiap jam, 24 jam sehari, menempuh perjalanan 45 menit (25 km) dari bandara sampai Khaosan Road lewat jalan tol. Kalau mau murah, silakan ambil shuttle-bus gratis untuk mendapatkan bis biasa (ber-AC) di sisi lain bandara yang akan mengantar Anda ke berbagai tujuan di Bangkok dengan ongkos hanya 35 baht. Taksi dari bandara ke kota berkisar antara 300 - 400 Baht, ditambah ongkos tol 65 Baht. Bila mau naik kereta api, siapkan ongkos 40 baht. Mini-bus (van), yang dioperasikan oleh sejumlah travel-agent juga tersedia, dengan ongkos 120 baht. Bila Anda baru pertama kali ke Bangkok, express bus yang adem dan lega, dan berangkat langsung dari depan pintu kedatangan, merupakan pilihan pas.
Penjual buah potong dan berbagai jenis barbeque (sosis, ayam), pisang bakar, belalang dan ulat sutra goreng siap menanti Anda. Kalau haus, comot saja sebotol kecil jus jeruk (15 baht) atau air mineral dingin (10 baht) dari kotak-kotak ber-es di meja-meja yang digelar di pinggir jalan. Bila dibeli di mini-market, air mineral dingin atau jus jeruk lebih murah 3 - 5 Baht. Bedanya, jus jeruk di jalanan langsung diperas di hadapan Anda. Rokok Indonesia seperti Sampoerna A Mild Menthol (yang tertulis Made In Malaysia, dalam kemasan isi 20 batang) di jalanan dijual 100 baht per pak, atau 7 baht per batang. Ada juga varian-varian rokok Gudang Garam dan Djarum.
Kawasan Khaosan Road, yang selalu padat wisman dari berbagai negara sejak jam 10 pagi sampai jam 6 pagi, juga menyediakan puluhan budget-hotel. Di gang-gang yang malang melintang di kawasan ini, kamar single (dengan kipas angin dan kamar mandi di luar) bisa disewa hanya dengan 100 baht semalam. Kamar jenis guest-house dengan AC, kamar mandi di dalam, berair panas-dingin plus televisi warna bisa didapat dengan hanya 250 - 700 baht. Guest-house juga menyediakan layanan titipan bagasi hanya dengan biaya 10 baht per hari; suatu strategi manis yang ‘memaksa’ turis balik lagi ke penginapan tersebut.
Warung-warung internet tak pernah sepi pengunjung, dengan biaya ngenet antara 15 - 40 baht per jam. Kalau cuma mau ngenet 15 menit, cukup selipkan koin 10 baht di slot CPU. Bangkok Tourism Office di Jalan Banglampu (masih di kawasan Khaosan Road) malah menyediakan gratis jasa internet dan bale-bale buat leyeh-leyeh asal Anda memesan setidaknya segelas minuman.
Menyongsong malam, kawasan Khaosan Road makin marak. Sejumlah café dan bar dengan lampu redup mulai hidup. Sejumlah laki-laki (biasanya imigran Nepal) menyapa turis dengan sopan menawarkan jasa tattoo atau kelabangan rambut. Papan-papan pengumumam café bertuliskan jenis-jenis minuman alkohol yang ditawarkan antara 50 - 100 baht segelas pun mulai bertebaran. Gadis-gadis cantik dengan rok pendek ketat menyajikan minuman dan mejeng di depan café untuk menarik pengunjung. Café semacam ini bisa juga cuma terdiri dari dua meja dan sejumlah kursi plastik ditata di pinggir jalan. Meski bir Singha dan Chang dingin bisa dibeli di mini-market masing-masing hanya dengan 50 dan 37 baht misalnya, toh turis lebih suka nenggak bir di café dengan membayar 85 baht untuk Singha dan 50 baht untuk Chang. Maklum di café, mereka bisa santai ngobrol, dan sesekali bersendagurau dengan mbak-mbak penyaji cantik.
Soal kenapa Khaosan Road jadi pusat turis rasanya tak sulit ditebak. Kawasan ini adalah titik awal para turis untuk menentukan pelancongan di Thailand berikutnya. Agen-agen perjalanan siap memberi informasi wisata komplit dan memberangkatkan turis ke mana saja mereka mau. Loka-loka wisata andalan Bangkok juga hanya sepelemparan baru dari Khaosan Road. Wisata sungai Chao Phraya (baca : chao paya), hanya perlu lima menit jalan kaki. The Grand Palace (Istana Raya) juga cuma perlu 10 menit jalan kaki. Demikian pula sejumlah wat (candi) lain yang bertebaran di sekeliling Khaosan Road. Pusat kerajinan perak (silverware) juga bisa dicapai tak sampai 10 menit
Chatuchak Weekend Market
Tercermin dari namanya, Chatuchak (atau ‘Jatujak’) Weekeend Market adalah pasar akbar yang buka cuma Sabtu dan Minggu, dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore. Terletak di jalan Kamphaengpet, pasar yang dikelola negara dengan professional ini tak pernah dilewatkan pelancong Bangkok. Menampung sekitar 10.000 stand, (ada yang menyebut 15.000 stand) salah satu weekend market terbesar di dunia ini menyediakan ribuan macam barang, mulai pakaian (baru dan bekas), makanan, souvenir, produk-produk seni suku-suku di Thailand utara, barang pecah belah, jamu, buku bekas, tanaman hias, binatang langka, ATM, tempat penukaran uang asing sampai gerai pijat ala Thai. Tak mengherankan bila pada akhir minggu Chatuchak dikunjungi 200.000 - 300.000 pelancong. Di sini silakan praktekkan keahlian tawar-menawar Anda agar bisa mendapatkan barang dengan harga 60% dari yang ditawarkan.
Jangan harap bisa mengeksplorasi keseluruhan Chatuchak bila hanya punya waktu sehari. Pasar ini luasnya 1,15 km persegi, terdiri dari 27 rai (section) dengan ribuan lorong. Di setiap lorong bisa ditemui nomor kode rai dengan kode warna informasi kelompok jenis dagangan. Tapi meski sudah dikelompokkan, kadang satu jenis dagangan yang mustinya ada di lorong lain bisa dijumpai di lorong tertentu. Sejumlah bule menyebut ini sebagai ‘organized chaos’. Itulah sebabnya, sebelum mulai menyerbu pasar, supaya Anda bisa pas ke tujuan, mintalah brosur gratis di kios-kios informasi pasar dan minta petunjuk pada petugas (bilingual Thai dan Inggris) yang akan melayani Anda dengan sabar.
Soal suhu udara di dalam pasar yang penuh sesak, jangan tanya : panas dan lengket. Itulah sebabnya kipas angin dan pelancong berpakaian minim agar tak kegerahan jadi pemandangan biasa. Oh ya, jangan lupa untuk berhati-hati dengan uang dan barang berharga; copet mengincar di mana-mana. Pihak pegelola pasar berbaik hati memasang tulisan ‘awas copet’ di setiap lorong. Jangan coba-coba merokok di kawasan ini kalau tidak ingin didenda 2.000 baht. Kalau ingin merokok, pergilah ke kawasan merokok sempit dan agak kumuh di bagian belakang dekat deretan kios ATM.
Chatuchak mudah dicapai dengan BTS (sky-train), MRT (kereta bawah tanah) dan bis. Dari Khaosan Road, ambil bis no 3 (ber-AC 17 baht, dan non-AC 7 baht).
Istana dan Candi
Bangkok adalah kota metropolitan modern Asia Tenggara yang ditebari dengan ratusan bangunan kuno bersejarah yang utuh. Di antara belantara bangunan modern Bangkok, Anda akan dipesona oleh 400-an wat dan istana. Istana yang paling banyak menyedot turis adalah The Grand Palace, dan tiga candi yang paling banyak ditengok adalah Wat Po, Wat Arun dan Wat Phra Kaew (Temple of Emerald Buddha).
The Grand Palace (Istana Raya) atau yang dalam bahasa Thai disebut Phra Borom Maha Ratchawangdibangun tahun 1782, dengan paduan arsitektur lokal dan Eropa dan digunakan sebagai istana resmi raja-raja dan pusat pemerintahan monarki Thailand mulai abad 18 sampai 20. Kompleks Istana Raya berlokasi di sisi timur Sungai Chao Praya, seluas 218,400 meter persegi yang dikelilingi tembok pelindung sepanjang 1.900 meter. Di dalam kompleks istana bisa dijumpai Wat Phra Kaew, National Museum, Chakri Mahaprasad Hall, dan sejumlah bangunan cantik lain. Separuh dari kawasan Grand Palace tertutup untuk umum.
Selama sekitar 150 tahun the Grand Palace menjadi tempat mukim raja sekaligus pusat pemerintahan. Ketika Raja Ananda Mahidol (kakak Bhumibol Adulyadej) mangkat (1946), raja Bhumibol yang naik tahta tahun 1950, memindahkan aktivitas kerajaan ke Istana Chitralada (masih di Bangkok). Namun Grand Palace tetap menjadi simbol kekuasaan dan spritual Kerajaan Thailand.
Bagian depan kompleks the Grand Palace terbuka untuk umum gratis dari jam 08.30 sampai 15.30. Untuk masuk lebih dalam ke kawasan istana dan mengunjungi Wat Phra Kaew (di sini Anda bisa melihat the Emerald Buddha, patung Buddha terbuat dari zamrud utuh setinggi 45 cm, patung paling sakral dan paling penting di seluruh negeri ini) wisatawan asing harus bayar 350 baht. Jangan kuatir, di dalam Wat Phra Kaew Anda bisa ditemani pemandu gratis berbahasa Inggris. Sayangnya, patung zamrud Buddha yang masyhur itu tak boleh dipotret.
Dalam sehari, ribuan orang keluar masuk kompleks the Grand Palace. Syaratnya, pengunjung harus berpakaian sopan. Bagian tubuh dari pundak sampai betis harus tertutup. Jika Anda cuma pakai celana pendek dan tank-top, di pintu depan, Anda akan dibelokkan oleh petugas ke sebuah ruang ganti dan dipinjami pakaian pantas pandang. Kaki telanjang harus dibungkus kaos kaki. Untuk itu Anda harus meninggalkan paspor atau kartu kredit untuk memastikan Anda mengembalikan busana pinjaman ini.
Tak jauh dari the Grand Palace, Anda bisa mengunjungi Wat Po, satu candi penting lain. Wat Po atau Wat Phra Chetupon adalah candi tertua di Bangkok. Wat Po didirikan pada abad 17 oleh raja Rama I, sebelum kota Bangkok itu sendiri berdiri. Di sini Anda bisa menyaksikan patung besar Reclining Buddha(Buddha tidur), patung sepanjang 45 meter berwarna keemasan, dalam sebuah ruang vihara khusus. Selain patung Buddha tidur, bisa juga dijumpai ratusan patung Buddha lain, di antaranya patung Buddha besar terbuat dari emas dan kristal, dan 95 chedi (stupa). Tidak seperti chedi di candi-candi Thailand lain yang berbentuk seperti lonceng, chedi di Wat Po berbentuk persegi empat.
Wat Po juga adalah tempat untuk mempelajari seni pijat kuno Thai karena di candi inilah seni pijat kesehatan itu pertama kali diajarkan untuk umum. Untuk masuk Wat Po, sediakan biaya tiket 50 baht. Pemandu bisa disewa dengan bayaran 200 baht.
Yang menarik dari kompleks Grand Palace, Wat Phra Kraew dan Wat Po adalah fakta bahwa pusat-pusat turis ini berlokasi di satu kawasan yang dikelilingi air. Di bagian barat ada sungai Chao Phraya, dan di bagian timur ada kanal buatan yang sengaja digali untuk membatasi gerakan musuh masuk ke kawasan Grand Palace dan sekitarnya. Itulah sebabnya kawasan yang dikelilingi air ini disebut juga Ko Rattanakosin (pulau Rattanakosin). Kawasan wisata Khaosan Road juga termasuk dalam Ko Rattanakosin.
Wisata candi tak lengkap bila tak menengok Wat Arun (Temple of Dawn). Untuk menuju ke Wat Arun, silakan jalan kaki sedikit ke sebuah pasar kecil di Ujung Thawang Road. Di ujung pasar Anda akan sampai di dermaga Tha Tien di bibir sungai Chao Phraya. Dari situ Anda akan diantar menyeberang Sungai Chao Phraya dengan ferry kecil (berangkat setiap 15 menit) ke Wat Arun di bagian barat sungai dengan ongkos 3 baht. Sejumlah buku panduan wisata menyebut Wat Arun sebagai bintang poster promosi wisata Thailand, dan jadi landmark Bangkok paling top. Dibangun pada awal abad 19, candi ini tingginya 97 meter dan berbentuk ‘prang‘ (pagoda) dengan desain unik paduan gaya Khmer dan Thai, plus hiasan luar terbuat dari pecahan barang-barang porselen Cina. Asal tahu saja, sebagian besar candi di Bangkok memang dihias dengan semangat daur ulang, yakni menempelkan sisa-sisa pecahan porselen yang tadinya dibawa kapal-kapal dagang Cina sebagai ballast kapal di awal berdirinya kota Bangkok. Anda boleh naik sampai separuh bagian Wat Arun melalui tangga berelevasi sekitar 60º. Jadi, bila Anda penderita vertigo dan gampang sesak nafas, silakan menikmati candi dari bawah saja. Tapi bila sanggup naik, Anda akan mendapatkan reward berupa pemandangan the Grand Palace dan bagian timur Bangkok, lengkap dengan panorama cantik sungai Chao Phraya yang dihiliri-mudiki beragam transportasi sungai.
Kawasan Wat Arun mengutip biaya masuk 50 baht. Di bagian pelataran Anda bisa belanja cendera mata, termasuk kaos bakal oleh-oleh. Di salah satu kios kaos Anda bisa lihat pengumuman berbahasa Indonesia seperti ’sedia kaos polos, warna dan abu-abu’. Perempuan penjualnya bisa berbahasa Indonesia dan terima uang Indonesia. “Itu karena saking banyaknya orang Indonesia belanja di sini,” kata Kei, perempuan itu menyimpul senyum.
Floating Market (Pasar Terapung)
Pasar-pasar terapung, dengan perahu-perahu penuh muatan buah-buahan, bunga, sayuran dan bahan kebutuhan lain di sungai-sungai Thailand sungguh layak dikunjungi. Perahu-perahu yang adalah ‘kios’ pasar itu sebagian didayung oleh kaum perempuan berpakaian biru gelap dan topi khas. Meski tak berlokasi langsung di Bangkok, pasar-pasar terapung mudah dijangkau dari Bangkok. Pasar terapung paling ramai dan paling banyak dikunjungi adalah Damnoen Saduak, di propinsi Ratchaburi, sekitar 100 km sebelah barat Bangkok. Bila ingin menyimak puncak keramaian pasar terapung dan urat nadi kehidupan sungai bangsa Thai, silakan berangkat subuh karena aktivitas pasar dimulai subuh dan berakhir sekitar jam 11 siang. Untuk menikmati pernak-pernik unik kehidupan pasar terapung dan pemukiman penduduk kawasan sungai, untuk melihat pemandangan para biksu menerima santunan makanan dari warga, silakan sewa perahu panjang (long tail boat) dengan biaya sekitar 300 per jam. Bila Anda jago nawar, angka ini bisa turun ke 150 atau 200 baht. Menelusuri perairan sungai sambil belanja sayuran atau mengudap mi baso dengan 10 baht per mangkok merupakan kesenangan sendiri. Kedai-kedai di sepanjang sungai dengan berbagai jajanan dan kudapan juga menjadi tempat pas untuk melepas penat dan mencuci mata.
Kalau mau cari pasar terapung yang dekat Bangkok, bolehlah pergi ke Taling Chan atau Wat Sai di kawasan Thonburi (barat sungai Chao Phraya), atau Bang Khu Wiang di kawasan Bang Kruai di propinsi Nonthaburi. Boleh diketahui, sekarang ini pemerintah Bangkok sedang mengupayakan revitalisasi sejumlah pasar terapung lama yang keberadaannya mulai tergesar pasar-pasar modern. Tentu saja revitalisasi diarahkan untuk melayani turis.
Kalau butuh makanan ringan, datangi saja gerobak-gerobak barbekyu yang menyediakan sate sosis, ayam panggang, dan jenis-jenis gorengan lain yang bertebaran di mana-mana. Bila Anda vegetarian, silakan beli pisang bakar atau pisang penyet yang diberi bumbu cair karamel, paling banter 10 baht per tusuk, atau buah potong seperti di tanah air. Makanan-makanan mudah diperoleh karena dijual bersanding dengan jenis dagangan lain. Jadi, kemanapun Anda pergi, lidah dan perut akan termanjakan.
Kereta api menyediakan bermacam fasilitas mulai gerbong biasa tanpa AC, sampai gerbong tidur kelas express. Ongkos naik KA kelas 3 (tanpa AC) dari Bangkok ke Ayutthaya (90 km) dengan lama tempuh 90 menit, misalnya, hanya 15 baht. Bila dengan rapid train ber-AC, biayanya 30 baht. Ongkos naik kereta api gerbong tidur kelas satu dari Bangkok ke Chiang Mai (720 kilometer) adalah 1.333 baht, dapat satu kali makan gratis.
Bis juga memberikan pilihan sesuai ketebalan kantong. Biaya naik bisa ditentukan berdasarkan adem tidaknya bis, jumlah kursi dan jarak. Biaya naik bis 24-seat dari Bangkok ke Chiang Mai misalnya adalah 805 baht. Bis kota punya pilihan ber-AC dan non-AC. Tarif bis kota ber-AC dari Khaosan Road ke Chatuchak 17 baht, dan non-AC 7 baht.
Naik pesawat biayanya kurang lebih sama dengan di tanah air. Dari Bangkok Anda bisa terbang ke seluruh pelosok Thailand tanpa stop-over atau transit karena semua daerah bisa dicapai paling lama hanya 1 jam terbang.
Kalau ke Bangkok, jangan tidak pernah naik tuk-tuk. Ini kendaraan terbuka mirip bajaj yang bisa mengangkut dua sampai tiga orang dewasa. Tuk-tuk biasanya rapi dan bersih, dan ngebut, cocok untuk mencapai tempat-tempat yang tidak dilalui jenis transpor umum lain saat macet. Tarifnya berdasar negosiasi, jadi pastikan ongkos disepakati sebelum naik. Dari Khaosan Road ke Chatuchak sopir biasanya minta 150 baht. Tawar saja 80 baht, dan langsung go.
Sopir ojek diberi seragam dan tempat mangkal khusus yang bisa dijumpai di banyak pelosok Bangkok. Biayanya nyaris sama dengan tuk-tuk.
Taksi Bangkok tergolong aman dan so-far-so-good, kata turis asing. Artinya, meski penumpangnya buta rute Bangkok, sopir tak akan macam-macam. Angka flag-start adalah 35 baht, dan 5 baht untuk per kilometer berikutnya. Dari Khaosan Road ke Stasiun Hua Lampong, argo menyebutkan angka 70 baht. Anda bayar pas pun, tanpa tips, sopir tetap senyum.
Angkutan sungai di Bangkok tidak hanya perlu bagi Bangkokians (warga Bangkok), tapi juga untuk menarik turis. Sejumlah tujuan wisata utama di Bangkok terletak di pinggiran sungai Chao Phraya, dan itulah sebabnya Express Boat (berisi sekitar 50 penumpang) yang berangkat tiap 30 menit dan mampir di setiap dermaga di bibir sungai Chao Phraya menjadi pilihan warga dan wisatawan. Ongkos bervariasi, tergantung jauhnya jarak (mulai 9 baht - 32 baht). Dari Khaosan Road (dermaga Phra Arthit) ke Wat Po (dermaga Tha Tien), Anda cukup membayar 17 baht.
Pijat ala Thai
Thai Massage kini merupakan menu wisata pengeruk devisa yang tak boleh diremehkan. Di kawasan wisata Bangkok, tempat pijat bisa ditemui setiap seratus meter. Jangan berpikiran buruk dulu, pijat Thai ini menawarkan pijat kesehatan dengan beragam menu : full-body massage, oil massage serta foot massage, dan biasanya dipadu dengan facial treatment dan spa. Tempatnya di pinggir jalan, terbuka dan bisa dilihat dengan jelas dari luar. Ongkos pijat bervariasi, dari 100 baht sampai 200 baht per 30 menit. Pijat kaki sedikit lebih mahal.
Metode pijat Thai memberikan pengalaman tersendiri karena relatif berbeda dengan metode pijat kita. Di daerah Khaosan Road, gerai-gerai pijat Thai umumnya nyaman (ber-AC atau kipas angin) dengan pemijat laki-laki atau perempuan yang menyapa pasien dengan menangkupkan ke dua telapak kanan di depan wajah sambil berucap ‘sawadii kap’, mencuci kaki pasien, memasang aroma teraphy dan musik tradisional Thai. Silakan hadiahkan tips antara 20 - 50 baht pada para pemijat dan mereka akan menerimanya dengan senang hati.
Kursus-kursus pijat Thai sekarang juga mulai menikmati popularitasnya. Tidak sulit menguasai teknik-teknik pijat Thai yang bisa Anda praktekkan buat keluarga atau teman di rumah. Biaya belajar pijat Thai juga terlalu mahal.
Modern Shopping
Pusat-pusat perbelanjaan modern tak kalah menarik. Anda perlu menghabiskan waktu sehari penuh untuk menjenguk MBK (Mah Boon Krong) Center, sekaligus Siam Square serta Siam Center & Siam Discovery yang tiga-tiganya berlokasi berdekatan. MBK disebut-sebut orang sebagai the grand-daddy of Bangkok Shopping centers. Maklum, semua barang kebutuhan modern ada di sini. Restauran Indonesia bernama ‘Jimbaran’ juga ada di sini. Satu lantai MBK dipenuhi kios-kios kecil ponsel dan asesorinya, dua lantai untuk tas dan pakaian, dan satu lantai untuk perabot rumah tangga. Saking penuhnya kios-kios di MBK, dengan gang-gang sempitnya, nyaris tak terlihat tempat lengang di pertokoan ini.
Siam Square, Siam Center & Siam Discovery lebih didominasi pertokoan
barang-barang fashion bermerek, toko musik dan selalu penuh kaum muda.
Pusat belanja lain untuk pemilik kantong tebal adalah Siam Paragon, dengan barang-barang high-endsekelas Armani, Chanel dan Mazerati. Para bule berduit juga suka belanja di The Emporium di Sukhumvit Road. Pusat-pusat belanja ini gampang dicapai dengan BTS dan MRT.
Puluhan gang di Sampeng Lane menyediakan barang grosiran seperti mainan, alat-alat rumah-tangga, keranjang, jamu dan semacamnya. Sementara Pahurat adalah pasar khusus tekstil dengan ratusan toko di gang-gang sempit malang-melintang yang berjual kain-kain dan busana formal, gaun-gaun bergaya bangsawan. Koleksi tekstil India di blok khusus India di Pahurat jadi tempat kongkow komunitas India dengan kedai-kedai beraroma Hindustan yang menyeruak ke dalam hidung, yang juga menjadi daya tarik bagi turis.
Ragam-ragam garmen dengan harga murah bisa juga didapat di Bao-Bae Towers. Bao-Bae Tower 1 dan 2 masing-masing punya lima lantai dan merupakan kompleks perkulakan busana murah. Lagi-lagi, tempat inipun selalu penuh sesak tengkulak dari berbagai pelosok Thailand dan Asia, mengantarkan baht demi baht ke pundi-pundi uang pedagang.
Daerah wisata dan belanja garmen Pratunam Market di kawasan Baiyoke (tak jauh dari Baiyoke Sky Hotel, hotel terjangkung di Thailand dengan 88 lantai) juga tak kalah meriahnya. Kawasan yang disebut-sebut sebagai pusat wisata penuh warna dan heboh ini adalah surga belanja penggemar barang factory-outlets, busana, asesori busana, sepatu, arloji, perhiasan, ikat pinggang dan ribuan macam barang lain. Kawasan ini banyak diserbu tengkulak dari India dan Asia Tengah. Tak jauh dari Pratunam, Anda bisa menengok Pantip Plaza, yang adalah surga bagi peminat software komputer, CD dan DVD bajakan dengan harga amat miring.
Suka tanaman hias dan bunga? Silakan jalan ke Pak Klong Talat, pusat perkulakan bunga di bibir sungai Chao Phraya, tak jauh dari Pahurat dan Chinatown. Nikmati warna-warni dan rasakan semerbak harum ratusan bunga segar. Bila mau murah dan banyak pilihan, silakan datang antara jam 2 sampai jam 4 pagi agar kebagian bunga paling fresh yang datang langsung dari berbagai pelosok Thailand.
Boleh percaya boleh tidak, rata-rata orang di Thailand percaya kekuatan jimat (amulet, charms, atautalisman). Itulah sebabnya, pedagang jimat berserakan di seantero Bangkok, mulai dari kelas emperan di trotoar, atau di psar-pasar khusus jimat. Jimat bisa hadir dalam berbagai bentuk : metal segitiga berbagai ukuran dengan foto raja-raja Thailand dalam bingkai kaca tebal, patung-patung Buddha kecil dari logam, batu-batuan, manik-manik, bongkah keramik atau ukiran kayu. Setiap orang boleh pilih jimat yang cocok dengan selera dan feeling-nya yang dipercaya menyiratkan tuah dan tolak bala pemakainya. Jangan heran bila sejumlah lelaki memilih jimat ukiran kayu berbentuk (maaf) penis, sebagai jimat mereka. Entah apa pula tuah jimat itu. Jimat itu biasanya dikalungkan di leher. Chatichai, seorang muda Thai teman kongkow di Khaosan Road, mengenakan kalung rantai dengan tiga jimat segitiga berbingkai kaca masing-masing dengan foto Raja Taksin, Chulalongkorn dan Bhumibol. “Supaya aura dan kehebatan mereka menempel pada saya,” jelas Chatichai, yang lebih suka dipanggil “Em” itu. Pasar jimat paling meriah ada di dekat Wat Mahathat, di antara Maharat Road dan sungai Chao Phraya. Pedang-pedang kuno dan tengkorak monyet juga boleh didapat di sini.
Penggemar kerajinan tangan bisa berkunjung ke Narayaphand, tepat di seberang World Trade Cente di Radjamri Road, dan peminat barang antik boleh mengeksplorasi kawasan River City di dekat Royal Orchid Sheraton.
Bila ingin beli batu-batuan perhiasan, dari berlian sampai zamrud, pasar Chantaburi, Maesai dan Maehasak di Bangkok adalah tempat yang pas. Batu-batuan dikumpulkan dari bergagai pelosok bumi untuk dipotong di sini, dan di sini pula para tengkulak berkumpul untuk memborong mirah delima, spinel, safir, giok dan peridot, yang harganya bisa seperempat dari angka yang Anda bayangkan.
Toilet biasanya bertarif antara 2 - 5 baht. Polisi bisa dihubungi lewat nomor 191 atau 193 dari telepon mana saja, gratis. Aliran listrik 220 volt. Kendaraan berjalan di kiri. Kecepatan kendaraan maksimum dalam kota 50 km/jam.
Pariwisata Thailand diurus oleh TAT (Tourism Authority of Thailand), yang punya 20 cabang di seluruh Thailand dan 16 cabang di luar negeri (termasuk Indonesia). TAT sangat aktif menyebar brosur dan pamflet informatif mengenai tujuan-tujuan wisata, selain menjalankan riset wisata dan menggali potensi-potensi wisata baru.
Menelepon dari Bangkok ke luar negeri sama sekali tidak sulit. Telepon umum berserakan di mana-mana, bisa langsung call ke tanah air. Gunakan koin atau kartu yang bisa dibeli di mini-market, kantor pos atau kios koran. Harga kartu perdana telepon seluler mulai 59 baht. Sayangnya, kios pulsa di Bangkok tidak sesemarak di Indonesia.
Uang Thailand hadir dalam pecahan kertas 1000, 500, 100, 50, dan 20 baht. Uang logam berpecahan 10 baht, 5 baht, 2 baht, 1 baht, 50 satang (sen) dan 25 satang (sen).
Raja Thailand adalah figur pelindung warga kerajaan, pelindung Buddhisme dan semua aliran agama di Thailand yang sangat disayangi dan dihormati. Gambar Raja Bhumibol dan Ratus Sirikit dipasang di semua tempat. Jangan pernah mengepal-ngepal uang kertas yang semua bergambar Raja Bhumibol dan jangan menjilat perangko begambar raja.
Kaki adalah bagian paling kotor dari manusia. Kalau duduk berhadapan dengan orang lain pas dengan kaki telanjang, lipat kaki ke belakang. Jangan pernah menyentuh kepala oang Thai dengan sengaja karena kepala merupakan bagian paling penting manusia.
Keamanan, kebersihan, keramahan, kemudahan dan keragaman wisata.
Meski Bangkok (berpenduduk 10,1 juta jiwa, terdiri dari 5 propinsi) tergolong metropolitan yang heterogin, dengan berbagai jenis bangsa (Cina, Melayu, imigran Sikh, Pakistan, Persia, Laos, Kamboja, Birma) dan rona-rona aktivitas wisata plus kehidupan malamnya yang seharusnya rawan kejahatan, kota ini boleh dibilang relatif aman setiap saat. Kejahatan terbanyak saat ini adalah pencopetan di pusat-pusat belanja dan keramaian. Hal lain yang bisa dibilang ‘kejahatan’ menonjol adalah ‘conning’, yakni membujuk sampai memaksa orang untukmembeli barang atau jasa tertentu. Pencurian dengan pemberatan dan kekerasan, pembunuhan, pemerkosaan, penjambretan, penganiayaan sangat jarang terjadi. Kata orang ini karena kejahatan-kejahatan macam itu ‘bukan cara hidup Thai’, yang memang 40 tahun belakangan ini sudah ‘comfortable’ banget dengan aliran rejeki pariwisata yang harus mereka pelihara. Bagaimana dengan aspek-aspek keamanan di dunia pariwisata kita? Anda pasti tahu jawabnya.
Dari segi kebersihan, acungan jempol juga boleh diberikan. Sekilas, kesan kumuh di beberapa pinggir jalan atau di emperan toko dengan tenda dan gerobak kaki lima tanpa keseragaman bentuk seperti di Jakarta bisa terlihat. Namun soal sampah, kita kalah bersih. Para pedagang, pengelola kedai dan lapak kaki lima sadar benar akan kebersihan. Sebelum, selama dan sesudah bisnis berlangsung, tiap cuil sampah masuk ke tempatnya, memastikan agar kawasan tetap bersih dan sedap dipandang. Kain rentang juga tidak sembarangan dipasang melintang jalan. Di kawasan perkotaan, tebaran debu juga tidak terlalu tebal karena hampir tak ada bagian yang luput dari paving.
Orang Thai, kata buku-buku panduan wisata Thai, punya gaya hidup santai dan ‘taking everything easy’, yang tercermin dalam keramahan mereka sehari-hari. Percaya atau tidak, baru kenal sejam dengan sejumlah mahasiswa yang berdagang rokok di Rambutri Road, saya sudah mendapat traktiran sebungkus belalang goreng dan minum bir sepanjang malam. Ketika kami asyik ngobrol, dengan beberapa botol bir di meja, tiba-tiba tanpa bicara seorang turis bule yang tidak dikenal meraih sebotol bir yang masih isi separo, menenggaknya sampai habis, dan bilang ‘thank you’ sambil berlalu. Sekali waktu, seorang cewek bule meminta rokok yang sedang kita isap, lalu mengisapnya satu dua kali dan mengembalikannya pada kita. Melihat ini, orang-orang Thai cuma tersenyum. “Ah, yang begituan sudah biasa,” kata Em, yang nama aslinya Chatichai. Asal tahu saja, karena nama-nama Thai biasanya sulit diucapkan lidah bangsa lain, rata-rata orang Thai punya nick-name (nama panggilan) yang hanya terdiri dari satu suku kata. Miss Universe 1988, dari Thailand, nama lengkapnya Porntip Nakhirunkanok, yang kalau tidak salah dipanggil ‘Tip’ saja. Jadi kalau berkenalan dengan orang Thai, ingat nick-name-nya saja, misalnya Tim, Toy, Nun, Tick, Got, Som atau Arm. Kalau coba-coba pingin melafalkan nama aslinya, lidah pasti terbelit. Coba ini : Chonsalit Pibulsuwamongkurl. Nah, mending ‘Chon’ saja, kan? Nick-name ini mereka pilih sendiri dan kadang tidak nyambung dengan nama lengkapnya.
Keramahan Thai juga tertebar di mana-mana dan terwujud dalam upaya-upaya memudahkan gerak pariwisata. Seolah memiliki credo ‘delivering warm welcome to all visitors’, orang Thai memberi ruang leluasa untuk menciptakan rasa aman dan nyaman. Pernah suatu ketika, saya merasa tak yakin dengan kereta jurusan Ayutthaya yang saya naiki. Saya menyapa lelaki penumpang di sebelah dan menunjukkan tiket. Dia bilang dalam bahasa Inggris seadanya, “Anda naik kereta yang benar. Nanti kalau sudah hampir sampai Ayutthaya, saya beritahu”. Di perjalanan, tiket saya terselip entah kemana. Ketika kondektur datang memeriksa, saya sibuk mencari-cari. Karena lama tak ketemu, kondektur tersenyum dan bicara Thai. Dari gerakan tangannya saya tahu dia bilang, “Tidak apa-apa, silakan nikmati perjalanan”. Dan asyiknya lagi, penumpang di sebelah bicara pada kondektur. Membantu menjelaskan. Setelah itu dia bicara pada saya, “Saya bilang pada kondektur saya tadi sudah lihat tiket Anda. Kondektur bilang tidak apa-apa”
Kemudahan lain yang kemudian bertuah kenyamanan, misalnya, bisa Anda rasakan di Stasiun Kereta Api Hua Lampong. Ketika Anda berdiri mengantri beli tiket, Anda bisa cari informasi pendahuluan mengenai kereta api Anda, lengkap dengan fasilitas, jam berangkat dan harga tiket pada petugas stasiun berseragam yang bejalan hilir mudik tak jauh dari antrian.
Struktur wisata (atau Thailand) memang didukung oleh kekayaan warisan alam, sejarah, seni-budaya dan kehidupan sosial yang terpelihara rapi. Sebagai perbandingan dengan yang negeri kita punya, kita boleh katakan bahwa para nenek moyang orang Thai meninggalkan banyak hal yang ‘bisa dijual’ sebagai produk wisata Thailand masa kini. Sebenarnya kita juga punya; malah lebih bila dilihat dari segi kekayaan alam. Yang kita harus belajar banyak dari Thai adalah kemampuan memelihara budaya, alam, serta kearifan dalam menempatkan keamanan, kenyamanan dan keramahan yang layak ditukar dengan devisa dengan bangsa lain. Ini masih pula ditunjang dengan berbagai kreativitas dan upaya-upaya untuk menciptakan mata wisata baru agar wisatawan makin kerasan tinggal dan berbelanja banyak di Thailand, yang pada akhirnya memberikan banyak keuntungan ekonomis.
Keramahan, kenyamanan dan kemudahan di Thailand akan Anda dijumpai di mana-mana; di penginapan, di tempat wisata, di kedai-kedai makan, di stasiun angkutan umum dan di berbagai tempat dan situasi lain. Dan itulah yang menyebabkan kunjungan wisata ke kerajaan ini tak pernah berhenti mengalir.
Mereka yang dalam waktu dekat ini akan bertandang untuk pelesiran atau bisnis ke Thailand (FYI, warga Indonesia tak perlu visa untuk masuk Thailand), silakan merasakan beragam pesona, keramahan dan kemudahan itu.
Note : Untuk penerbangan murah, silakan periksa www.airasia.com. Ada penerbangan tiap hari Jakarta - Bangkok (jam 4 sore), dan Surabaya - Bangkok (jam 3.30 seminggu 4 kali), serta Jakarta - Phuket.
Dari lima kali lawata ke Bangkok saya berhasil mengumpulkan beberapa catatan ringan. Sebetulnya itu cuma perjalanan pelesiran biasa; sama sekali tidak istimewa, namun tulisan ini setidaknya bisa digunakan untuk mencari kejelasan kenapa Thailand yang luasnya seperempat Indonesia itu pada tahun 2008 dikunjungi 14,54 juta wisatawan, sementara negeri kita hanya dikunjungi 6,43 juta wisatawan pada tahun yang sama.
Bandara Suvarnabhumi
Saya mulai saja dengan bandara Bangkok International Airport, atau yang oleh Bhumibol Adulyadej, Raja Thailand, diberi nama Suvarnabhumi (baca : ’suwannapoom’), atau ‘the golden land’.
Bandara yang resmi beroperasi 28 September 2006, menggantikan Bandara Internasional Don Meuang ini didesain oleh Helmut Jahn dari Jahn Architects dengan dominasi struktur metal berwarna keperakan di atas lahan seluas 563.000 m², yang menjadikan Suvarnabhumi bandara berterminal tunggal terluas ketiga di dunia setelah Terminal 3 Beijing Capital International Airport dan Hongkong International Airport. Dalam sehari Suvarnabhumi disibukkan oleh sekitar 755 penerbangan dari dan ke berbagai belahan dunia.
Terminal kedatangan berlokasi di lantai 2. Di kawasan pemeriksaan imigrasi (passport control), ribuan orang mengantri untuk diperiksa. Ada sekitar 20-an counter, masing-masing melayani satu baris antrian. Pemeriksaan paspor dan visa berlangsung paling lama 90 detik perorang, sudah termasuk pemeriksaanarrival card dan foto wajah. Meski petugas imigrasi terkesan tidak ramah (saya yakin tersenyum bukan bagian dari job description petugas pemeriksa paspor di manapun di seluruh dunia), kesan ‘welcome’ bandara yang bersih, modern, hangat dan bersahabat tetap terasa.
Begitu ke luar dari kawasan pemeriksaan paspor dan duane, Anda langsung disambut pemandangan lebih hangat lagi; deretan kios bank, ATM, gerai telepon internasional, kios agen wisata, gerai operator telepon seluler, restoran dan toko-toko cindera mata. Dengan 99 baht (1 baht = Rp 310), saya membeli kartu perdana operator DTAC (dengan pulsa awal senilai 35 baht) yang langsung diaktifkan oleh petugas dalam waktu 1 menit. DTAC ternyata adalah juga sister-operator untuk international roamingGSM Telkomsel saya.
Begitu ke luar bandara, tadinya saya mengira akan mendapat sambutan bertubi-tubi dari puluhan penjaja jasa transpor yang sulit ditolak dengan halus, seperti yang biasa Anda alami di bandara manapun di Indonesia. Ternyata saya hanya mendapat tawaran dari satu sopir taksi, yang bisa saya singkirkan hanya dengan gelengan singkat dan tangan menunjuk ke arah deretan Express Airport Bus yang sudah menanti tak jauh di depan pintu keluar.
Di ruang tunggu terbuka itu, sudah menunggu puluhan turis asing siap diangkut bis ekspress ber-AC nomor AE-2 jurusan Khaosan Road, kawasan wisman paling top di Bangkok.
Bis ini tarifnya 150 baht, berangkat setiap jam, 24 jam sehari, menempuh perjalanan 45 menit (25 km) dari bandara sampai Khaosan Road lewat jalan tol. Kalau mau murah, silakan ambil shuttle-bus gratis untuk mendapatkan bis biasa (ber-AC) di sisi lain bandara yang akan mengantar Anda ke berbagai tujuan di Bangkok dengan ongkos hanya 35 baht. Taksi dari bandara ke kota berkisar antara 300 - 400 Baht, ditambah ongkos tol 65 Baht. Bila mau naik kereta api, siapkan ongkos 40 baht. Mini-bus (van), yang dioperasikan oleh sejumlah travel-agent juga tersedia, dengan ongkos 120 baht. Bila Anda baru pertama kali ke Bangkok, express bus yang adem dan lega, dan berangkat langsung dari depan pintu kedatangan, merupakan pilihan pas.
Khaosan Road
Khaosan Road, surga backpackers yang panjangnya sekitar 1 km merupakan tujuan pertama wisman. Jalan ini satu arah, dengan trotoar yang dipenuhi pedagang kaki-lima yang meluber ke badan jalan. Paralel dengan Khaosan Road adalah beberapa jalan lain yang berkarakter sama dengan Khaosan Road; pusat turis yang dijejali macam-macam toko, lapak, kedai, warung, jasa tattoo, café, bar, diskotik, kios penukaran uang asing, warnet, gerai pijat Thai, agen wisata, ATM (ada juga ATM dan Money Exchange bergerak, ditaruh di dalam mobil van) dan lain-lain. Toko retail aneka kebutuhan seperti Seven-Eleven bisa dijumpai setiap 100 meter.Penjual buah potong dan berbagai jenis barbeque (sosis, ayam), pisang bakar, belalang dan ulat sutra goreng siap menanti Anda. Kalau haus, comot saja sebotol kecil jus jeruk (15 baht) atau air mineral dingin (10 baht) dari kotak-kotak ber-es di meja-meja yang digelar di pinggir jalan. Bila dibeli di mini-market, air mineral dingin atau jus jeruk lebih murah 3 - 5 Baht. Bedanya, jus jeruk di jalanan langsung diperas di hadapan Anda. Rokok Indonesia seperti Sampoerna A Mild Menthol (yang tertulis Made In Malaysia, dalam kemasan isi 20 batang) di jalanan dijual 100 baht per pak, atau 7 baht per batang. Ada juga varian-varian rokok Gudang Garam dan Djarum.
Kawasan Khaosan Road, yang selalu padat wisman dari berbagai negara sejak jam 10 pagi sampai jam 6 pagi, juga menyediakan puluhan budget-hotel. Di gang-gang yang malang melintang di kawasan ini, kamar single (dengan kipas angin dan kamar mandi di luar) bisa disewa hanya dengan 100 baht semalam. Kamar jenis guest-house dengan AC, kamar mandi di dalam, berair panas-dingin plus televisi warna bisa didapat dengan hanya 250 - 700 baht. Guest-house juga menyediakan layanan titipan bagasi hanya dengan biaya 10 baht per hari; suatu strategi manis yang ‘memaksa’ turis balik lagi ke penginapan tersebut.
Warung-warung internet tak pernah sepi pengunjung, dengan biaya ngenet antara 15 - 40 baht per jam. Kalau cuma mau ngenet 15 menit, cukup selipkan koin 10 baht di slot CPU. Bangkok Tourism Office di Jalan Banglampu (masih di kawasan Khaosan Road) malah menyediakan gratis jasa internet dan bale-bale buat leyeh-leyeh asal Anda memesan setidaknya segelas minuman.
Menyongsong malam, kawasan Khaosan Road makin marak. Sejumlah café dan bar dengan lampu redup mulai hidup. Sejumlah laki-laki (biasanya imigran Nepal) menyapa turis dengan sopan menawarkan jasa tattoo atau kelabangan rambut. Papan-papan pengumumam café bertuliskan jenis-jenis minuman alkohol yang ditawarkan antara 50 - 100 baht segelas pun mulai bertebaran. Gadis-gadis cantik dengan rok pendek ketat menyajikan minuman dan mejeng di depan café untuk menarik pengunjung. Café semacam ini bisa juga cuma terdiri dari dua meja dan sejumlah kursi plastik ditata di pinggir jalan. Meski bir Singha dan Chang dingin bisa dibeli di mini-market masing-masing hanya dengan 50 dan 37 baht misalnya, toh turis lebih suka nenggak bir di café dengan membayar 85 baht untuk Singha dan 50 baht untuk Chang. Maklum di café, mereka bisa santai ngobrol, dan sesekali bersendagurau dengan mbak-mbak penyaji cantik.
Soal kenapa Khaosan Road jadi pusat turis rasanya tak sulit ditebak. Kawasan ini adalah titik awal para turis untuk menentukan pelancongan di Thailand berikutnya. Agen-agen perjalanan siap memberi informasi wisata komplit dan memberangkatkan turis ke mana saja mereka mau. Loka-loka wisata andalan Bangkok juga hanya sepelemparan baru dari Khaosan Road. Wisata sungai Chao Phraya (baca : chao paya), hanya perlu lima menit jalan kaki. The Grand Palace (Istana Raya) juga cuma perlu 10 menit jalan kaki. Demikian pula sejumlah wat (candi) lain yang bertebaran di sekeliling Khaosan Road. Pusat kerajinan perak (silverware) juga bisa dicapai tak sampai 10 menit
Chatuchak Weekend Market
Tercermin dari namanya, Chatuchak (atau ‘Jatujak’) Weekeend Market adalah pasar akbar yang buka cuma Sabtu dan Minggu, dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore. Terletak di jalan Kamphaengpet, pasar yang dikelola negara dengan professional ini tak pernah dilewatkan pelancong Bangkok. Menampung sekitar 10.000 stand, (ada yang menyebut 15.000 stand) salah satu weekend market terbesar di dunia ini menyediakan ribuan macam barang, mulai pakaian (baru dan bekas), makanan, souvenir, produk-produk seni suku-suku di Thailand utara, barang pecah belah, jamu, buku bekas, tanaman hias, binatang langka, ATM, tempat penukaran uang asing sampai gerai pijat ala Thai. Tak mengherankan bila pada akhir minggu Chatuchak dikunjungi 200.000 - 300.000 pelancong. Di sini silakan praktekkan keahlian tawar-menawar Anda agar bisa mendapatkan barang dengan harga 60% dari yang ditawarkan.
Jangan harap bisa mengeksplorasi keseluruhan Chatuchak bila hanya punya waktu sehari. Pasar ini luasnya 1,15 km persegi, terdiri dari 27 rai (section) dengan ribuan lorong. Di setiap lorong bisa ditemui nomor kode rai dengan kode warna informasi kelompok jenis dagangan. Tapi meski sudah dikelompokkan, kadang satu jenis dagangan yang mustinya ada di lorong lain bisa dijumpai di lorong tertentu. Sejumlah bule menyebut ini sebagai ‘organized chaos’. Itulah sebabnya, sebelum mulai menyerbu pasar, supaya Anda bisa pas ke tujuan, mintalah brosur gratis di kios-kios informasi pasar dan minta petunjuk pada petugas (bilingual Thai dan Inggris) yang akan melayani Anda dengan sabar.
Soal suhu udara di dalam pasar yang penuh sesak, jangan tanya : panas dan lengket. Itulah sebabnya kipas angin dan pelancong berpakaian minim agar tak kegerahan jadi pemandangan biasa. Oh ya, jangan lupa untuk berhati-hati dengan uang dan barang berharga; copet mengincar di mana-mana. Pihak pegelola pasar berbaik hati memasang tulisan ‘awas copet’ di setiap lorong. Jangan coba-coba merokok di kawasan ini kalau tidak ingin didenda 2.000 baht. Kalau ingin merokok, pergilah ke kawasan merokok sempit dan agak kumuh di bagian belakang dekat deretan kios ATM.
Chatuchak mudah dicapai dengan BTS (sky-train), MRT (kereta bawah tanah) dan bis. Dari Khaosan Road, ambil bis no 3 (ber-AC 17 baht, dan non-AC 7 baht).
Istana dan Candi
Bangkok adalah kota metropolitan modern Asia Tenggara yang ditebari dengan ratusan bangunan kuno bersejarah yang utuh. Di antara belantara bangunan modern Bangkok, Anda akan dipesona oleh 400-an wat dan istana. Istana yang paling banyak menyedot turis adalah The Grand Palace, dan tiga candi yang paling banyak ditengok adalah Wat Po, Wat Arun dan Wat Phra Kaew (Temple of Emerald Buddha).
The Grand Palace (Istana Raya) atau yang dalam bahasa Thai disebut Phra Borom Maha Ratchawangdibangun tahun 1782, dengan paduan arsitektur lokal dan Eropa dan digunakan sebagai istana resmi raja-raja dan pusat pemerintahan monarki Thailand mulai abad 18 sampai 20. Kompleks Istana Raya berlokasi di sisi timur Sungai Chao Praya, seluas 218,400 meter persegi yang dikelilingi tembok pelindung sepanjang 1.900 meter. Di dalam kompleks istana bisa dijumpai Wat Phra Kaew, National Museum, Chakri Mahaprasad Hall, dan sejumlah bangunan cantik lain. Separuh dari kawasan Grand Palace tertutup untuk umum.
Selama sekitar 150 tahun the Grand Palace menjadi tempat mukim raja sekaligus pusat pemerintahan. Ketika Raja Ananda Mahidol (kakak Bhumibol Adulyadej) mangkat (1946), raja Bhumibol yang naik tahta tahun 1950, memindahkan aktivitas kerajaan ke Istana Chitralada (masih di Bangkok). Namun Grand Palace tetap menjadi simbol kekuasaan dan spritual Kerajaan Thailand.
Bagian depan kompleks the Grand Palace terbuka untuk umum gratis dari jam 08.30 sampai 15.30. Untuk masuk lebih dalam ke kawasan istana dan mengunjungi Wat Phra Kaew (di sini Anda bisa melihat the Emerald Buddha, patung Buddha terbuat dari zamrud utuh setinggi 45 cm, patung paling sakral dan paling penting di seluruh negeri ini) wisatawan asing harus bayar 350 baht. Jangan kuatir, di dalam Wat Phra Kaew Anda bisa ditemani pemandu gratis berbahasa Inggris. Sayangnya, patung zamrud Buddha yang masyhur itu tak boleh dipotret.
Dalam sehari, ribuan orang keluar masuk kompleks the Grand Palace. Syaratnya, pengunjung harus berpakaian sopan. Bagian tubuh dari pundak sampai betis harus tertutup. Jika Anda cuma pakai celana pendek dan tank-top, di pintu depan, Anda akan dibelokkan oleh petugas ke sebuah ruang ganti dan dipinjami pakaian pantas pandang. Kaki telanjang harus dibungkus kaos kaki. Untuk itu Anda harus meninggalkan paspor atau kartu kredit untuk memastikan Anda mengembalikan busana pinjaman ini.
Tak jauh dari the Grand Palace, Anda bisa mengunjungi Wat Po, satu candi penting lain. Wat Po atau Wat Phra Chetupon adalah candi tertua di Bangkok. Wat Po didirikan pada abad 17 oleh raja Rama I, sebelum kota Bangkok itu sendiri berdiri. Di sini Anda bisa menyaksikan patung besar Reclining Buddha(Buddha tidur), patung sepanjang 45 meter berwarna keemasan, dalam sebuah ruang vihara khusus. Selain patung Buddha tidur, bisa juga dijumpai ratusan patung Buddha lain, di antaranya patung Buddha besar terbuat dari emas dan kristal, dan 95 chedi (stupa). Tidak seperti chedi di candi-candi Thailand lain yang berbentuk seperti lonceng, chedi di Wat Po berbentuk persegi empat.
Wat Po juga adalah tempat untuk mempelajari seni pijat kuno Thai karena di candi inilah seni pijat kesehatan itu pertama kali diajarkan untuk umum. Untuk masuk Wat Po, sediakan biaya tiket 50 baht. Pemandu bisa disewa dengan bayaran 200 baht.
Yang menarik dari kompleks Grand Palace, Wat Phra Kraew dan Wat Po adalah fakta bahwa pusat-pusat turis ini berlokasi di satu kawasan yang dikelilingi air. Di bagian barat ada sungai Chao Phraya, dan di bagian timur ada kanal buatan yang sengaja digali untuk membatasi gerakan musuh masuk ke kawasan Grand Palace dan sekitarnya. Itulah sebabnya kawasan yang dikelilingi air ini disebut juga Ko Rattanakosin (pulau Rattanakosin). Kawasan wisata Khaosan Road juga termasuk dalam Ko Rattanakosin.
Wisata candi tak lengkap bila tak menengok Wat Arun (Temple of Dawn). Untuk menuju ke Wat Arun, silakan jalan kaki sedikit ke sebuah pasar kecil di Ujung Thawang Road. Di ujung pasar Anda akan sampai di dermaga Tha Tien di bibir sungai Chao Phraya. Dari situ Anda akan diantar menyeberang Sungai Chao Phraya dengan ferry kecil (berangkat setiap 15 menit) ke Wat Arun di bagian barat sungai dengan ongkos 3 baht. Sejumlah buku panduan wisata menyebut Wat Arun sebagai bintang poster promosi wisata Thailand, dan jadi landmark Bangkok paling top. Dibangun pada awal abad 19, candi ini tingginya 97 meter dan berbentuk ‘prang‘ (pagoda) dengan desain unik paduan gaya Khmer dan Thai, plus hiasan luar terbuat dari pecahan barang-barang porselen Cina. Asal tahu saja, sebagian besar candi di Bangkok memang dihias dengan semangat daur ulang, yakni menempelkan sisa-sisa pecahan porselen yang tadinya dibawa kapal-kapal dagang Cina sebagai ballast kapal di awal berdirinya kota Bangkok. Anda boleh naik sampai separuh bagian Wat Arun melalui tangga berelevasi sekitar 60º. Jadi, bila Anda penderita vertigo dan gampang sesak nafas, silakan menikmati candi dari bawah saja. Tapi bila sanggup naik, Anda akan mendapatkan reward berupa pemandangan the Grand Palace dan bagian timur Bangkok, lengkap dengan panorama cantik sungai Chao Phraya yang dihiliri-mudiki beragam transportasi sungai.
Kawasan Wat Arun mengutip biaya masuk 50 baht. Di bagian pelataran Anda bisa belanja cendera mata, termasuk kaos bakal oleh-oleh. Di salah satu kios kaos Anda bisa lihat pengumuman berbahasa Indonesia seperti ’sedia kaos polos, warna dan abu-abu’. Perempuan penjualnya bisa berbahasa Indonesia dan terima uang Indonesia. “Itu karena saking banyaknya orang Indonesia belanja di sini,” kata Kei, perempuan itu menyimpul senyum.
Floating Market (Pasar Terapung)
Pasar-pasar terapung, dengan perahu-perahu penuh muatan buah-buahan, bunga, sayuran dan bahan kebutuhan lain di sungai-sungai Thailand sungguh layak dikunjungi. Perahu-perahu yang adalah ‘kios’ pasar itu sebagian didayung oleh kaum perempuan berpakaian biru gelap dan topi khas. Meski tak berlokasi langsung di Bangkok, pasar-pasar terapung mudah dijangkau dari Bangkok. Pasar terapung paling ramai dan paling banyak dikunjungi adalah Damnoen Saduak, di propinsi Ratchaburi, sekitar 100 km sebelah barat Bangkok. Bila ingin menyimak puncak keramaian pasar terapung dan urat nadi kehidupan sungai bangsa Thai, silakan berangkat subuh karena aktivitas pasar dimulai subuh dan berakhir sekitar jam 11 siang. Untuk menikmati pernak-pernik unik kehidupan pasar terapung dan pemukiman penduduk kawasan sungai, untuk melihat pemandangan para biksu menerima santunan makanan dari warga, silakan sewa perahu panjang (long tail boat) dengan biaya sekitar 300 per jam. Bila Anda jago nawar, angka ini bisa turun ke 150 atau 200 baht. Menelusuri perairan sungai sambil belanja sayuran atau mengudap mi baso dengan 10 baht per mangkok merupakan kesenangan sendiri. Kedai-kedai di sepanjang sungai dengan berbagai jajanan dan kudapan juga menjadi tempat pas untuk melepas penat dan mencuci mata.
Kalau mau cari pasar terapung yang dekat Bangkok, bolehlah pergi ke Taling Chan atau Wat Sai di kawasan Thonburi (barat sungai Chao Phraya), atau Bang Khu Wiang di kawasan Bang Kruai di propinsi Nonthaburi. Boleh diketahui, sekarang ini pemerintah Bangkok sedang mengupayakan revitalisasi sejumlah pasar terapung lama yang keberadaannya mulai tergesar pasar-pasar modern. Tentu saja revitalisasi diarahkan untuk melayani turis.
Makanan dan Minuman
Mencari makanan dan minuman di Bangkok sama sekali bukan perkara sulit. Bila Anda Muslim, siapkan frasa ini : ‘mai muu‘ (tidak mau babi). Kedai-kedai makan bisa dijumpai di setiap jengkal tempat keramaian. Itu karena orang Thai sendiri termasuk doyan makan; mereka makan kapan saja dan di mana saja mereka lapar tanpa menunggu waktu breakfast, lunch atau dinner. Harga berbagai jenis makanan cukup terjangkau (sepiring nasi telur dan sayuran 20 baht, nasi goreng ayam, acar dan sayuran 30 baht). Pinggir jalan adalah surga makanan. Biasanya lauk, kuah dan sayuran digelar di atas meja dan pengudap tinggal tunjuk santapan yang diminati. Jika kedai tak menyediakan minuman, toleh saja ke belakang untuk mendapatkan sebotol air minum dingin ukuran 600 ml, jus jeruk 200 ml atau sebotol softdrink dengan harga 10 baht.Kalau butuh makanan ringan, datangi saja gerobak-gerobak barbekyu yang menyediakan sate sosis, ayam panggang, dan jenis-jenis gorengan lain yang bertebaran di mana-mana. Bila Anda vegetarian, silakan beli pisang bakar atau pisang penyet yang diberi bumbu cair karamel, paling banter 10 baht per tusuk, atau buah potong seperti di tanah air. Makanan-makanan mudah diperoleh karena dijual bersanding dengan jenis dagangan lain. Jadi, kemanapun Anda pergi, lidah dan perut akan termanjakan.
Transportasi
Fasilitas umum Bangkok sungguh bikin kita iri. Bangkok memiliki BTS (sky-train), sejenis kereta layang yang melayani 2 rute, Mo Chit - National Stadium, dan National Stadium - On Nut. Ongkos naik kereta yang bersih, dingin-nyaman dan modern ini berkisar antara 30 - 60 baht. Fasilitas MRT (Mass Rapid Transport), kereta bawah tanah, melayani rute Stasiun KA Hua Lampong - Bang Sue, melewati berbagai kawasan penting (misalnya Chatuchak Weekend Market dan Sukhumvit) dan bebas macet, dengan sama dengan BTS. Tiket BTS berupa kertas dan tiket MRT berupa kepingan plastik hitam yang juga bisa dibeli lewat mesin.Kereta api menyediakan bermacam fasilitas mulai gerbong biasa tanpa AC, sampai gerbong tidur kelas express. Ongkos naik KA kelas 3 (tanpa AC) dari Bangkok ke Ayutthaya (90 km) dengan lama tempuh 90 menit, misalnya, hanya 15 baht. Bila dengan rapid train ber-AC, biayanya 30 baht. Ongkos naik kereta api gerbong tidur kelas satu dari Bangkok ke Chiang Mai (720 kilometer) adalah 1.333 baht, dapat satu kali makan gratis.
Bis juga memberikan pilihan sesuai ketebalan kantong. Biaya naik bisa ditentukan berdasarkan adem tidaknya bis, jumlah kursi dan jarak. Biaya naik bis 24-seat dari Bangkok ke Chiang Mai misalnya adalah 805 baht. Bis kota punya pilihan ber-AC dan non-AC. Tarif bis kota ber-AC dari Khaosan Road ke Chatuchak 17 baht, dan non-AC 7 baht.
Naik pesawat biayanya kurang lebih sama dengan di tanah air. Dari Bangkok Anda bisa terbang ke seluruh pelosok Thailand tanpa stop-over atau transit karena semua daerah bisa dicapai paling lama hanya 1 jam terbang.
Kalau ke Bangkok, jangan tidak pernah naik tuk-tuk. Ini kendaraan terbuka mirip bajaj yang bisa mengangkut dua sampai tiga orang dewasa. Tuk-tuk biasanya rapi dan bersih, dan ngebut, cocok untuk mencapai tempat-tempat yang tidak dilalui jenis transpor umum lain saat macet. Tarifnya berdasar negosiasi, jadi pastikan ongkos disepakati sebelum naik. Dari Khaosan Road ke Chatuchak sopir biasanya minta 150 baht. Tawar saja 80 baht, dan langsung go.
Sopir ojek diberi seragam dan tempat mangkal khusus yang bisa dijumpai di banyak pelosok Bangkok. Biayanya nyaris sama dengan tuk-tuk.
Taksi Bangkok tergolong aman dan so-far-so-good, kata turis asing. Artinya, meski penumpangnya buta rute Bangkok, sopir tak akan macam-macam. Angka flag-start adalah 35 baht, dan 5 baht untuk per kilometer berikutnya. Dari Khaosan Road ke Stasiun Hua Lampong, argo menyebutkan angka 70 baht. Anda bayar pas pun, tanpa tips, sopir tetap senyum.
Angkutan sungai di Bangkok tidak hanya perlu bagi Bangkokians (warga Bangkok), tapi juga untuk menarik turis. Sejumlah tujuan wisata utama di Bangkok terletak di pinggiran sungai Chao Phraya, dan itulah sebabnya Express Boat (berisi sekitar 50 penumpang) yang berangkat tiap 30 menit dan mampir di setiap dermaga di bibir sungai Chao Phraya menjadi pilihan warga dan wisatawan. Ongkos bervariasi, tergantung jauhnya jarak (mulai 9 baht - 32 baht). Dari Khaosan Road (dermaga Phra Arthit) ke Wat Po (dermaga Tha Tien), Anda cukup membayar 17 baht.
Pijat ala Thai
Thai Massage kini merupakan menu wisata pengeruk devisa yang tak boleh diremehkan. Di kawasan wisata Bangkok, tempat pijat bisa ditemui setiap seratus meter. Jangan berpikiran buruk dulu, pijat Thai ini menawarkan pijat kesehatan dengan beragam menu : full-body massage, oil massage serta foot massage, dan biasanya dipadu dengan facial treatment dan spa. Tempatnya di pinggir jalan, terbuka dan bisa dilihat dengan jelas dari luar. Ongkos pijat bervariasi, dari 100 baht sampai 200 baht per 30 menit. Pijat kaki sedikit lebih mahal.
Metode pijat Thai memberikan pengalaman tersendiri karena relatif berbeda dengan metode pijat kita. Di daerah Khaosan Road, gerai-gerai pijat Thai umumnya nyaman (ber-AC atau kipas angin) dengan pemijat laki-laki atau perempuan yang menyapa pasien dengan menangkupkan ke dua telapak kanan di depan wajah sambil berucap ‘sawadii kap’, mencuci kaki pasien, memasang aroma teraphy dan musik tradisional Thai. Silakan hadiahkan tips antara 20 - 50 baht pada para pemijat dan mereka akan menerimanya dengan senang hati.
Kursus-kursus pijat Thai sekarang juga mulai menikmati popularitasnya. Tidak sulit menguasai teknik-teknik pijat Thai yang bisa Anda praktekkan buat keluarga atau teman di rumah. Biaya belajar pijat Thai juga terlalu mahal.
Modern Shopping
Pusat-pusat perbelanjaan modern tak kalah menarik. Anda perlu menghabiskan waktu sehari penuh untuk menjenguk MBK (Mah Boon Krong) Center, sekaligus Siam Square serta Siam Center & Siam Discovery yang tiga-tiganya berlokasi berdekatan. MBK disebut-sebut orang sebagai the grand-daddy of Bangkok Shopping centers. Maklum, semua barang kebutuhan modern ada di sini. Restauran Indonesia bernama ‘Jimbaran’ juga ada di sini. Satu lantai MBK dipenuhi kios-kios kecil ponsel dan asesorinya, dua lantai untuk tas dan pakaian, dan satu lantai untuk perabot rumah tangga. Saking penuhnya kios-kios di MBK, dengan gang-gang sempitnya, nyaris tak terlihat tempat lengang di pertokoan ini.
Siam Square, Siam Center & Siam Discovery lebih didominasi pertokoan
barang-barang fashion bermerek, toko musik dan selalu penuh kaum muda.
Pusat belanja lain untuk pemilik kantong tebal adalah Siam Paragon, dengan barang-barang high-endsekelas Armani, Chanel dan Mazerati. Para bule berduit juga suka belanja di The Emporium di Sukhumvit Road. Pusat-pusat belanja ini gampang dicapai dengan BTS dan MRT.
Pusat Grosir
Bangkok memang kota bisnis dan pelesiran yang serba komplit. Ada sejumlah pusat grosir yang layak dikunjungi, terutama bila Anda gemar berniaga. Pusat grosir kondang Bangkok antara lain adalah Sampeng Lane, Pahurat Textile Market, Bo-bae Market, Pratunam Market, dan Pak Khlong Talat Flower Market.Puluhan gang di Sampeng Lane menyediakan barang grosiran seperti mainan, alat-alat rumah-tangga, keranjang, jamu dan semacamnya. Sementara Pahurat adalah pasar khusus tekstil dengan ratusan toko di gang-gang sempit malang-melintang yang berjual kain-kain dan busana formal, gaun-gaun bergaya bangsawan. Koleksi tekstil India di blok khusus India di Pahurat jadi tempat kongkow komunitas India dengan kedai-kedai beraroma Hindustan yang menyeruak ke dalam hidung, yang juga menjadi daya tarik bagi turis.
Ragam-ragam garmen dengan harga murah bisa juga didapat di Bao-Bae Towers. Bao-Bae Tower 1 dan 2 masing-masing punya lima lantai dan merupakan kompleks perkulakan busana murah. Lagi-lagi, tempat inipun selalu penuh sesak tengkulak dari berbagai pelosok Thailand dan Asia, mengantarkan baht demi baht ke pundi-pundi uang pedagang.
Daerah wisata dan belanja garmen Pratunam Market di kawasan Baiyoke (tak jauh dari Baiyoke Sky Hotel, hotel terjangkung di Thailand dengan 88 lantai) juga tak kalah meriahnya. Kawasan yang disebut-sebut sebagai pusat wisata penuh warna dan heboh ini adalah surga belanja penggemar barang factory-outlets, busana, asesori busana, sepatu, arloji, perhiasan, ikat pinggang dan ribuan macam barang lain. Kawasan ini banyak diserbu tengkulak dari India dan Asia Tengah. Tak jauh dari Pratunam, Anda bisa menengok Pantip Plaza, yang adalah surga bagi peminat software komputer, CD dan DVD bajakan dengan harga amat miring.
Suka tanaman hias dan bunga? Silakan jalan ke Pak Klong Talat, pusat perkulakan bunga di bibir sungai Chao Phraya, tak jauh dari Pahurat dan Chinatown. Nikmati warna-warni dan rasakan semerbak harum ratusan bunga segar. Bila mau murah dan banyak pilihan, silakan datang antara jam 2 sampai jam 4 pagi agar kebagian bunga paling fresh yang datang langsung dari berbagai pelosok Thailand.
Hiburan Malam, Jimat, Batu-batuan
Magnitude Bangkok tak berhenti di sini. Bila Anda adalah pecinta hiburan malam, silakan naik tuk-tuk, ojek atau taksi ke Patpong, kawasan hiburan malam yang merupakan bagian ‘notorious‘ Bangkok. Puluhan klub menyediakan sambutan segar dari ‘nona-nona’ muda berpakaian minim, siap menjadi teman kencan. Di kawasan ini disediakan pula Night Bazaar yang buka dari jam 7 malam sampai subuh, menawarkan berbagai macam keperluan dan makanan. Jadi kalau sampai tengah malam Anda belum sempat beli oleh-oleh dan harus mengejar pesawat jam 6 pagi, ada alternatif tempat belanja murah meriah.Boleh percaya boleh tidak, rata-rata orang di Thailand percaya kekuatan jimat (amulet, charms, atautalisman). Itulah sebabnya, pedagang jimat berserakan di seantero Bangkok, mulai dari kelas emperan di trotoar, atau di psar-pasar khusus jimat. Jimat bisa hadir dalam berbagai bentuk : metal segitiga berbagai ukuran dengan foto raja-raja Thailand dalam bingkai kaca tebal, patung-patung Buddha kecil dari logam, batu-batuan, manik-manik, bongkah keramik atau ukiran kayu. Setiap orang boleh pilih jimat yang cocok dengan selera dan feeling-nya yang dipercaya menyiratkan tuah dan tolak bala pemakainya. Jangan heran bila sejumlah lelaki memilih jimat ukiran kayu berbentuk (maaf) penis, sebagai jimat mereka. Entah apa pula tuah jimat itu. Jimat itu biasanya dikalungkan di leher. Chatichai, seorang muda Thai teman kongkow di Khaosan Road, mengenakan kalung rantai dengan tiga jimat segitiga berbingkai kaca masing-masing dengan foto Raja Taksin, Chulalongkorn dan Bhumibol. “Supaya aura dan kehebatan mereka menempel pada saya,” jelas Chatichai, yang lebih suka dipanggil “Em” itu. Pasar jimat paling meriah ada di dekat Wat Mahathat, di antara Maharat Road dan sungai Chao Phraya. Pedang-pedang kuno dan tengkorak monyet juga boleh didapat di sini.
Penggemar kerajinan tangan bisa berkunjung ke Narayaphand, tepat di seberang World Trade Cente di Radjamri Road, dan peminat barang antik boleh mengeksplorasi kawasan River City di dekat Royal Orchid Sheraton.
Bila ingin beli batu-batuan perhiasan, dari berlian sampai zamrud, pasar Chantaburi, Maesai dan Maehasak di Bangkok adalah tempat yang pas. Batu-batuan dikumpulkan dari bergagai pelosok bumi untuk dipotong di sini, dan di sini pula para tengkulak berkumpul untuk memborong mirah delima, spinel, safir, giok dan peridot, yang harganya bisa seperempat dari angka yang Anda bayangkan.
Lain-lain
Thailand punya 3 musim: panas (Maret - April), hujan (May - Oktober), dan sejuk (November - Februari) dengan suhu antara 29 - 31º C. Musim ramai turis adalah Desember sampai April, dan Agustus - September.Toilet biasanya bertarif antara 2 - 5 baht. Polisi bisa dihubungi lewat nomor 191 atau 193 dari telepon mana saja, gratis. Aliran listrik 220 volt. Kendaraan berjalan di kiri. Kecepatan kendaraan maksimum dalam kota 50 km/jam.
Pariwisata Thailand diurus oleh TAT (Tourism Authority of Thailand), yang punya 20 cabang di seluruh Thailand dan 16 cabang di luar negeri (termasuk Indonesia). TAT sangat aktif menyebar brosur dan pamflet informatif mengenai tujuan-tujuan wisata, selain menjalankan riset wisata dan menggali potensi-potensi wisata baru.
Menelepon dari Bangkok ke luar negeri sama sekali tidak sulit. Telepon umum berserakan di mana-mana, bisa langsung call ke tanah air. Gunakan koin atau kartu yang bisa dibeli di mini-market, kantor pos atau kios koran. Harga kartu perdana telepon seluler mulai 59 baht. Sayangnya, kios pulsa di Bangkok tidak sesemarak di Indonesia.
Uang Thailand hadir dalam pecahan kertas 1000, 500, 100, 50, dan 20 baht. Uang logam berpecahan 10 baht, 5 baht, 2 baht, 1 baht, 50 satang (sen) dan 25 satang (sen).
Raja Thailand adalah figur pelindung warga kerajaan, pelindung Buddhisme dan semua aliran agama di Thailand yang sangat disayangi dan dihormati. Gambar Raja Bhumibol dan Ratus Sirikit dipasang di semua tempat. Jangan pernah mengepal-ngepal uang kertas yang semua bergambar Raja Bhumibol dan jangan menjilat perangko begambar raja.
Kaki adalah bagian paling kotor dari manusia. Kalau duduk berhadapan dengan orang lain pas dengan kaki telanjang, lipat kaki ke belakang. Jangan pernah menyentuh kepala oang Thai dengan sengaja karena kepala merupakan bagian paling penting manusia.
Keamanan, kebersihan, keramahan, kemudahan dan keragaman wisata.
Meski Bangkok (berpenduduk 10,1 juta jiwa, terdiri dari 5 propinsi) tergolong metropolitan yang heterogin, dengan berbagai jenis bangsa (Cina, Melayu, imigran Sikh, Pakistan, Persia, Laos, Kamboja, Birma) dan rona-rona aktivitas wisata plus kehidupan malamnya yang seharusnya rawan kejahatan, kota ini boleh dibilang relatif aman setiap saat. Kejahatan terbanyak saat ini adalah pencopetan di pusat-pusat belanja dan keramaian. Hal lain yang bisa dibilang ‘kejahatan’ menonjol adalah ‘conning’, yakni membujuk sampai memaksa orang untukmembeli barang atau jasa tertentu. Pencurian dengan pemberatan dan kekerasan, pembunuhan, pemerkosaan, penjambretan, penganiayaan sangat jarang terjadi. Kata orang ini karena kejahatan-kejahatan macam itu ‘bukan cara hidup Thai’, yang memang 40 tahun belakangan ini sudah ‘comfortable’ banget dengan aliran rejeki pariwisata yang harus mereka pelihara. Bagaimana dengan aspek-aspek keamanan di dunia pariwisata kita? Anda pasti tahu jawabnya.
Dari segi kebersihan, acungan jempol juga boleh diberikan. Sekilas, kesan kumuh di beberapa pinggir jalan atau di emperan toko dengan tenda dan gerobak kaki lima tanpa keseragaman bentuk seperti di Jakarta bisa terlihat. Namun soal sampah, kita kalah bersih. Para pedagang, pengelola kedai dan lapak kaki lima sadar benar akan kebersihan. Sebelum, selama dan sesudah bisnis berlangsung, tiap cuil sampah masuk ke tempatnya, memastikan agar kawasan tetap bersih dan sedap dipandang. Kain rentang juga tidak sembarangan dipasang melintang jalan. Di kawasan perkotaan, tebaran debu juga tidak terlalu tebal karena hampir tak ada bagian yang luput dari paving.
Orang Thai, kata buku-buku panduan wisata Thai, punya gaya hidup santai dan ‘taking everything easy’, yang tercermin dalam keramahan mereka sehari-hari. Percaya atau tidak, baru kenal sejam dengan sejumlah mahasiswa yang berdagang rokok di Rambutri Road, saya sudah mendapat traktiran sebungkus belalang goreng dan minum bir sepanjang malam. Ketika kami asyik ngobrol, dengan beberapa botol bir di meja, tiba-tiba tanpa bicara seorang turis bule yang tidak dikenal meraih sebotol bir yang masih isi separo, menenggaknya sampai habis, dan bilang ‘thank you’ sambil berlalu. Sekali waktu, seorang cewek bule meminta rokok yang sedang kita isap, lalu mengisapnya satu dua kali dan mengembalikannya pada kita. Melihat ini, orang-orang Thai cuma tersenyum. “Ah, yang begituan sudah biasa,” kata Em, yang nama aslinya Chatichai. Asal tahu saja, karena nama-nama Thai biasanya sulit diucapkan lidah bangsa lain, rata-rata orang Thai punya nick-name (nama panggilan) yang hanya terdiri dari satu suku kata. Miss Universe 1988, dari Thailand, nama lengkapnya Porntip Nakhirunkanok, yang kalau tidak salah dipanggil ‘Tip’ saja. Jadi kalau berkenalan dengan orang Thai, ingat nick-name-nya saja, misalnya Tim, Toy, Nun, Tick, Got, Som atau Arm. Kalau coba-coba pingin melafalkan nama aslinya, lidah pasti terbelit. Coba ini : Chonsalit Pibulsuwamongkurl. Nah, mending ‘Chon’ saja, kan? Nick-name ini mereka pilih sendiri dan kadang tidak nyambung dengan nama lengkapnya.
Keramahan Thai juga tertebar di mana-mana dan terwujud dalam upaya-upaya memudahkan gerak pariwisata. Seolah memiliki credo ‘delivering warm welcome to all visitors’, orang Thai memberi ruang leluasa untuk menciptakan rasa aman dan nyaman. Pernah suatu ketika, saya merasa tak yakin dengan kereta jurusan Ayutthaya yang saya naiki. Saya menyapa lelaki penumpang di sebelah dan menunjukkan tiket. Dia bilang dalam bahasa Inggris seadanya, “Anda naik kereta yang benar. Nanti kalau sudah hampir sampai Ayutthaya, saya beritahu”. Di perjalanan, tiket saya terselip entah kemana. Ketika kondektur datang memeriksa, saya sibuk mencari-cari. Karena lama tak ketemu, kondektur tersenyum dan bicara Thai. Dari gerakan tangannya saya tahu dia bilang, “Tidak apa-apa, silakan nikmati perjalanan”. Dan asyiknya lagi, penumpang di sebelah bicara pada kondektur. Membantu menjelaskan. Setelah itu dia bicara pada saya, “Saya bilang pada kondektur saya tadi sudah lihat tiket Anda. Kondektur bilang tidak apa-apa”
Kemudahan lain yang kemudian bertuah kenyamanan, misalnya, bisa Anda rasakan di Stasiun Kereta Api Hua Lampong. Ketika Anda berdiri mengantri beli tiket, Anda bisa cari informasi pendahuluan mengenai kereta api Anda, lengkap dengan fasilitas, jam berangkat dan harga tiket pada petugas stasiun berseragam yang bejalan hilir mudik tak jauh dari antrian.
Struktur wisata (atau Thailand) memang didukung oleh kekayaan warisan alam, sejarah, seni-budaya dan kehidupan sosial yang terpelihara rapi. Sebagai perbandingan dengan yang negeri kita punya, kita boleh katakan bahwa para nenek moyang orang Thai meninggalkan banyak hal yang ‘bisa dijual’ sebagai produk wisata Thailand masa kini. Sebenarnya kita juga punya; malah lebih bila dilihat dari segi kekayaan alam. Yang kita harus belajar banyak dari Thai adalah kemampuan memelihara budaya, alam, serta kearifan dalam menempatkan keamanan, kenyamanan dan keramahan yang layak ditukar dengan devisa dengan bangsa lain. Ini masih pula ditunjang dengan berbagai kreativitas dan upaya-upaya untuk menciptakan mata wisata baru agar wisatawan makin kerasan tinggal dan berbelanja banyak di Thailand, yang pada akhirnya memberikan banyak keuntungan ekonomis.
Keramahan, kenyamanan dan kemudahan di Thailand akan Anda dijumpai di mana-mana; di penginapan, di tempat wisata, di kedai-kedai makan, di stasiun angkutan umum dan di berbagai tempat dan situasi lain. Dan itulah yang menyebabkan kunjungan wisata ke kerajaan ini tak pernah berhenti mengalir.
Mereka yang dalam waktu dekat ini akan bertandang untuk pelesiran atau bisnis ke Thailand (FYI, warga Indonesia tak perlu visa untuk masuk Thailand), silakan merasakan beragam pesona, keramahan dan kemudahan itu.
Note : Untuk penerbangan murah, silakan periksa www.airasia.com. Ada penerbangan tiap hari Jakarta - Bangkok (jam 4 sore), dan Surabaya - Bangkok (jam 3.30 seminggu 4 kali), serta Jakarta - Phuket.
Cara Daftar Sabung Ayam Online Aman Dan Terpercaya
BalasHapusS128
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusManfaat Lengkap Pupus Gedang Pada Ayam Aduan
BalasHapusTips Ayam Aduan