Minggu, 07 Oktober 2012

Realita Bisnis


Summary:
1. Realita berbisnis: Anda dapatkan banyak utang, tambahan modal terus-menerus, penjualan merosot, pembenahan penjualan, piutang membengkak, cash flow terganggu, inventory terlalu tinggi, macet di gudang, dan akhirnya cash flow menjadi masalah kembali.
2. Solusi: menjadi Entrepreneurs dituntut selalu belajar (pengetahuan), harus mencari mentor yang berhasil membangun bisnis (berketrampilan).

==========================
Ilmu dan Keterampilan Bisnis
By Ir. H. Heppy Trenggono, MKomp.

ADA banyak alasan mengapa kita memulai bisnis. Namun ada tiga alasan utama
yang membuat kita mau memulai bisnis. Tiga alasan itu adalah Financial Freedom, Passive Income, dan More Time.

Financial Freedom,
kita memulai bisnis karena keinginan kita untuk terbebas dari masalah
keuangan dan keterbatasan kemampuan keuangan. Kita ingin mampu
memiliki segala sesuatu sesuai dengan keinginan, misalnya ingin membeli
rumah bagus, kendaraan, atau baju bagus tanpa harus menunggu saat ada
diskon. Atau ingin makan di restaurant favorit bersama keluarga dan
bebas memilih makanan kesukaan tanpa harus melihat besaran angka yang
ada di sebelah kanan menu yang kita inginkan.

Passive Income,
dengan memilili bisnis kita membayangkan akan memiliki penghasilan
tanpa harus selalu bekerja untuk mendapatkannya. Kita ingin bisnis yang
kita miliki mengirimkan uang secara terus menerus. Ingin memiliki
pendapatan yang terus mengalir selagi kita berlibur, selagi kita
bepergian, bahkan kalau perlu selagi kita tidur.

More Time, hampir sebagian besar orang yang memulai bisnis membayangkan akan
memiliki waktu yang lebih fleksibel. Tidak seperti ketika masih menjadi
pekerja yang sangat terikat dengan aturan dan disiplin, harus masuk
sesuai jam kerja lima hari dalam seminggu, bahkan kadang - kadang harus
masuk di hari libur. Dengan memiliki bisnis sendiri kita berharap bisa
berlibur kapan saja, mengantar dan menjemput anak ke sekolah, pulang
kampung (buat saya sesuatu yang istimewa), atau mau melakukan apapun
kapan saja tanpa harus izin sakit, izin ke ini, izin ke itu yang tidak
menyenangkan sama sekali.

Setelah kita memulai berbisnis, hampir semua entrepreneurs yang saya jumpai dan termasuk saya tentunya pada awal - awal saya berbisnis, bukannya mendapatkan tiga hal di atas malah
justru semakin jauh dari yang kita harapkan. Bukan Financial Freedom
yang kita dapatkan malah semakin hari semakin banyak utang yang kita
gali, bisnis seolah-olah tak pernah henti-hentinya membutuhkan
tambahan modal.
Bulan lalu kita menyuntik dana, bulan ini tak terhindarkan lagi kita
harus mencari utang kesana kemari untuk menutupi cash flow, kalau tidak
kita tutupi maka karyawan tidak gajian, maka supplier tidak akan
mengirimkan lagi barangnya kepada kita, dan begitulah terus tanpa ada
hentinya sehingga hutang semakin dalam.

Passive Income? Kita sudah lupa lagi bahwa kita pernah membayangkan memiliki passive income dari bisnis, karena setiap hari kita selalu disibukkan dengan berbagai
persoalan. Bulan lalu penjualan merosot sehingga bulan ini kita harus
fokus untuk membenahi penjualan. Ketika penjualan mulai kita tangani
dan membaik muncul masalah piutang yang membengkak sehingga cash flow
kita terganggu. Besok, inventory kita yang terlalu tinggi dan macet di
gudang, dan lagi- lagi cash flow selalu menjadi masalah.

Kita jadi frustasi karena tim kita sangat tergantung dengan kita, tidak bisa
memutuskan sendiri, tidak ada inisiatif, harus selalu kita kejar-kejar,
bahkan banyak perintah-perintah kita yang tidak berjalan atau tidak
dijalankan. Bukannya passive income yang kita dapat tetapi very very very active income yang ada.

Setelah berbisnis, bukan More Time atau waktu berlebih yang kita dapatkan, kita bahkan sudah tidak bisa lagi pulang sore seperti ketika kita menjadi pegawai dulu. Sabtu dan minggu
kadang kadang harus mengurusi bisnis, waktu untuk keluarga terganggu,
libur menjadi barang mahal bagi kita. Ketika menjadi pegawai, kita
senang kalau ada tanggal merah. Namun, setelah jadi entreprenuer justru
sebaliknya, sebal kalau ada tanggal merah, karena yang lain libur kita
tetap memikirkan pekerjaan sendirian.

Banyak entrepreneur yang kehilangan orientasi dalam berbisnis karena semakin peliknya situasi,
semakin dalamnya permasalahan dan semakin kompleksnya proses bisnis
yang dihadapi seiring dengan bertumbuhnya bisnis yang dimiliki. Umumnya
entrepreneur memulai bisnis dengan bekal semangat dan mimpi besar, dan
terus demikian semakin lama bisnisnya bertumbuh tanpa mengimbangi
dirinya dengan bekal pengetahuan dan ketrampilan dalam berbisnis secara
memadai.

Kalau kita lihat berbagai profesi yang ada dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, menjadi dokter, pengacara, dosen, guru, bahkan tukang
kayu, tukang las, ataupun pengemudi, semuanya memerlukan bekal
pengetahuan dan keterampilan. Pengemudi perlu pengetahuan tentang
jalan-jalan, pengetahuan tentang kendaraan yang dibawanya, dan juga
perlu keterampilan dalam mengemudi, menghadapi kemacetan, melewati
jalan menanjak, dan memberhentikan kendaraannya dengan aman.

Demikian juga dengan entrepreneur, kita tidak dapat membangun bisnis sesuai
dengan keinginan kita tanpa pengetahuan dan keterampilan, membangun
bisnis yang menjadi mesin pencetak uang bagi kita, bisnis yang jalan
tanpa setiap saat mengharuskan kehadiran kita, dan bisnis yang bisa
mengantarkan kita meraih impian-impian kita.

Pengetahuan dan Keterampilan, itulah kuncinya. Menjadi entrepreneurs dituntut untuk selalu menuntut
ilmu dan belajar, tidak hanya belajar dari pengalaman kita sendiri
tetapi juga harus belajar dari pengalaman orang lain, dengan membaca
buku, majalah, atau mencari mentor dari entrepreneur yang sudah
berhasil membangun bisnis. Dengan pengetahuan dan ketrampilan yang
kita miliki sebagai entreprenuer kita akan terhindar dari berbagai
persoalan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. *)
Updated about 4 months ago · Comment · LikeUnlike
Smile Eve likes this.
Sony Surya Nurcahya
good point, life time learning.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar