Minggu, 07 Oktober 2012

Meraih yang ada di dekat Anda


http://profile.ak.fbcdn.net/profile6/488/47/q1502167460_5990.jpg


 Thursday, September 3, 2009 at 10:29pm 

Cara usaha paling mudah adalah dengan meraih apapun yang ada di dekat Anda, untuk digunakan bangkit lagi. Tanpa sadar, Anda sudah memaksimalkan potensi yang dimiliki, baik yang ada dalam diri maupun yang ada di sekelilingnya. Hal ini jugalah yang perlu Anda lakukan saat jatuh ketika menjalankan usaha.
salam,
Dwika

==================
Belajar Dari Bayi Dan Tomat Busuk
( 1 Komentar ) - Klik Profil Penulis
Rating Artikel :
Oleh : Agoeng Widyatmoko - Konsultan independen usaha kecil (UKM)

Save page as PDF

Dalam berbagai kesempatan, saya selalu menekankan pentingnya tindakan nyata daripada sekadar rencana. Tapi, selalu saja masih banyak yang bertanya, darimana mulainya, bagaimana caranya, dan berbagai pertanyaan lain-yang kadang justru melemahkan semangat- yang membuat orang justru tidak bergerak dari apa yang direncanakan. Kebanyakan, kemudian justru timbul keraguan setelah akan melangkah. Apalagi, jika sudah melibatkan modal dalam jumlah yang cukup banyak. Takut rugilah, takut bangkrut, takut ditipu orang, dan berbagai macam ketakutan yang ujung-ujungnya, membuat kita ragu melangkah.

Karena itu, ada baiknya kita kembali pada niatan awal memulai usaha. Apa sebenarnya tujuan membuka usaha. Apa yang ingin kita capai dari usaha itu? Sekadar iseng, mengikuti tren kewirausahaan, atau memang ingin menjadikan hal tersebut sebagai sebuah "jalan hidup"?

Jika pilihan terakhir ini yang ingin kita tuju, maka sebenarnya, tak perlu ragu dan takut untuk memulai. Apa sebab? Coba tengok masa ketika kita masih jadi bayi. Mungkin dulu kita tak pernah menyadari, saat kita jatuh, kita tak pernah takut untuk belajar berdiri dan berjalan lagi. Sebab, dalam alam bawah sadar kita, bisa berjalan sebenarnya telah menjadi sebuah tujuan. Maka, sama juga kita kita menanamkan jika menjadi pengusaha menjadi salah satu tujuan hidup. Jika itu sudah menjadi keinginan yang kuat, ada baiknya kita menanamkan itu sebagai sebuah target besar yang menantang.

Lantas, apa manfaatnya jika hal itu sudah kita jadikan sebagai target utama? Seperti bayi yang belajar berjalan, maka apapun rintangan dan tantangan yang dihadapi, akan segera bangkit lagi. Tapi, apakah akan semudah itu? Tentu saja tidak. Saya pun pernah mengalami kegagalan berwirausaha yang cukup menyakitkan. Tak hanya hitungan rupiah yang jadi sumber kekesalan, tapi urusan pertemanan pun kadang jadi berantakan. Inilah yang kadang membuat banyak pengusah mikro dan kecil, ciut nyali saat berhadapan dengan kenyataan. Sekali jatuh dirasa langit sudah runtuh. Sekali gagal terasa semua seolah jadi gelap.

Lantas, jika sudah begitu, bagaimana cara bangkit yang paling mudah? Seperti bayi, cara paling mudah adalah dengan meraih apapun yang ada di dekatnya, untuk digunakan bangkit lagi. Tanpa sadar, sang bayi sudah memaksimalkan potensi yang dimiliki, baik yang ada dalam diri maupun yang ada di sekelilingnya. Jika dimaknai, hal ini jugalah yang perlu kita lakukan saat jatuh ketika menjalankan usaha.

Bagaimana implementasinya? Caranya bisa bermacam-macam. Dan, tak ada rumusan yang pasti. Sebab, ibarat resep masakan. Di tangan koki yang berbeda, meski dengan resep dan komposisi yang sama, hasilnya bisa berbeda-beda. Nah, kali ini saya akan mengambil contoh dari "resep" sederhana yang diceritakan seorang teman, yang dulu hingga kini-jika saya ingat-selalu berhasil memotivasi saya.

Kala itu, ia menceritakan bagaimana ia berdagang tomat. Ia membeli dalam jumlah besar di pasar induk, tentu dengan harga yang murah. Kemudian, sebagian ia kemas dalam plastik yang sudah dibuat serapi mungkin. Untuk yang kemasan plastik ini, ia titip jual ke minimarket, dengan nilai keuntuangan yang cukup besar. Kemudian, sebagian lagi, ia jual ke pasar lain dan warung-warung yang ada di perumahan. Untuk tomat jenis ini, ia mengambil marjin keuntungan tak terlalu besar. Sampai di sini, sepertinya semua berjalan baik-baik dan nampak mudah dihitung berapa keuntungannya.

Tapi, ternyata, di awal usaha-bahkan hingga kini, ia menyebut bahwa banyak sekali tomat yang tak laku dijual. Akibatnya, busuk dan hanya bisa dibuang. Inilah yang menurutnya kurang diperhitungkan sejak awal. Akibatnya, ia pernah rugi besar saat memulai usaha. Tapi, saat rugi itulah, istrinya tanpa sengaja memberinya ide luar biasa. Saat stres memikirkan tomat yang hampir pasti tinggal menunggu busuk, istrinya menyajikan jus tomat yang segar. Ia memaksimalkan tomat yang sudah tua, untuk dibuat minuman segar.

Sejak saat itu, ia kemudian mempunyai ide untuk menjual tomat dalam beberapa kategori. Yang sangat segar, tetap dikemas dan dijual ke berbagai jaringan yang sudah dikenalnya. Yang segar namun relatif sudah tinggal menunggu waktu untuk menua, dijual dengan harga sangat miring kepada para pemilik warung makan tegal dan restoran kecil lainnya. Dan, yang terakhir adalah kategori yang harus segera diolah. Yang terakhir ini biasanya diolah menjadi jus segar yang dengan cara tertentu dikemas dan bisa menjadi tahan lama. Sementara, yang lainnya diolah menjadi sambal tomat dan saus tomat.

Dengan berbagai inovasi yang diawali dari rasa kesal karena banyak buah tomat yang siap buang, kini ia justru makin sukses dengan usaha saus tomat rumahan dan jus segar tomat. Bagi saya, kisah unik ini menjadi pemicu semangat kala menghadapi persoalan di bidang usaha yang saya jalani. Inilah gambaran nyata bahwa sebenarnya ujian itu justru datang untuk membuka pikiran kita akan adanya berbagai peluang lain. Hanya dengan hati lapang dan pikiran terang, kita akan bisa melihat betapa peluang itu tersembunyi di berbagai tantangan dan persoalan yang dihadapi. Jadi, sudah siapkah Anda mengubah "tomat busuk" berupa kegagalan dan kejatuhan, jadi peluang yang menjanjikan?
Updated about 4 months ago · Comment · LikeUnlike
Smile Eve and Tahan Lumban Tobing like this.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar