Sabtu, 19 Mei 2012

Uang tabungan


Ajarkan kepada anak perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. 
Ada banyak hal yang anak inginkan, tetapi sedikityang benar-benar ia butuhkan. 
Jadi anak tidak akan dengan gampangnya mengeluarkan uang dan lebih memilih untuk menabung.
be well,
Dwika



Ajarkan Anak tentang Uang
Tidak pernah terlalu dini untuk mengajarkan anak menabungItulah prinsip yang perlu dianut orang tuaHanya untukAndaFitri Hariyadiningsih dan Tassia Sipahutar membahas cara-caranya.
Karena rasa sayang yang begitu besar terhadap sang Buah Hatitidak sedikit orang tua yang langsung membelikananak barang-barang yang diinginkannyaapalagi kalau kondisi keuangan orang tua kini jauh lebih baik dibandingkanketika mereka masih kecil duluSalah satunya adalah Mirna (38), seorang manajer divisi SDM.
“Waktu kecilkeuangan keluarga saya pas-pasanSaya jadi tidak bisa membeli mainan seperti milik teman-teman.Sekarang keuangan saya sudah lumayanKalau anak minta mainan di mal, saya langsung belikan. Kasihan, sayaenggak tega menolak. Saya enggak mau anak tidak punya mainan seperti saya dulu,” tuturnya.
Anak Mirna, Mario, sekarang sudah berusia tujuh tahun. Dalam sebulan, pasti ada saja mainan barunya. MenurutMirna, sang anak tidak ingin ke­tinggalan tren. Kalau ada mainan baru yang dimiliki temannya, Mario juga ingin punya.
Mirna mengaku memiliki tabungan khusus untuk dana pendidikan Mario, tetapi ia sama sekali belum pernahmengajarkan anaknya menabung. “Nanti, deh, kalau Mario sudah lebih besar. Ia belum benar-benar mengerti soal mengelola uang,” katanya.

altKONSEP DASAR UANG
Konsultan keuangan Fauziah Arsiyanti dari lembaga First Principal Financial mengatakan bahwa tidak ada salahnya menunjukkan rasa sayang kepada anak dengan cara membelikannya barang. Akan tetapi, apabila tidak dibarengi dengan pemahaman dasar tentang uang dan pelatihanmenabung, tindak­an itu pada akhirnya hanya akan menyesatkan sang anak.
Anak jadi manja dan menganggap segala sesuatunya gampang didapat, termasuk uang. Padahal tidak seperti itu pada kenyataannya,
“Untuk mendapatkan uang, diperlukan kerja keras. Kalauterlanjur terlena, anak akan mengalami kesulitan ketikadewasa,” ujar ibu satu anak ini. Itulah sebabnya orang tuaharus memberi pemahaman tentang apa itu uang, fungsinya, serta pentingnya menabung.
Menurut Fauziah, sebelum meng­ajarkan si Kecil menabung, kita harus memperkenalkan konsep dasar tentang uang terlebih dahulu, yaitu:
 Uang bukan segalanya. Memang benar bahwa dengan uang, kita bisa membeli atau mendapatkan hampir semua barang. Tetapi jangan sampai anak menuhankan uang.

 Tidak ada salahnya menjadi orang kaya. “Di masyarakat kita, se­pertinya ada anggapan bahwa menjadi orang kaya bukanlah sesuatu yang terpuji. Selain itu, kelihatannya orang kaya punya beban yang berat. Jadi sebaiknya tidak usah,” kata Fauziah.
Padahal, ia melanjutkan, tidak ada yang salah kalau menjadi orang kaya. Yang penting kita tidak sombong, tidakmenuhankan uang, dan mau beramal. Perbuatan dan sikap kita ketika kaya yang lebih menentukan.

 Diperlukan kerja keras dan sifat jujur untuk mendapatkan uang. Contohnya kalau ingin punya mainan baru, anakharus menabung terlebih dahulu atau nilai di sekolahnya harus bagus. “Kesan yang timbul adalah harus ada timbal balik untuk semua hal, tapi setidaknya, anak jadi mengerti bahwa diperlukan pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu,” ujarnya.

Pengenalan konsep-konsep ini bisa dilakukan sedini mungkin. Pada awalnya yang diketahui anak tentu adalahbentuk-bentuk uang.
Setiap kali bepergian bersama, anak bisa melihat orang tuanya mengeluarkan benda berupa kertas atau logam keras. Sesudah itu terjadi pertukaran dan ada barang baru. Ketika anak sudah memahami pola ini, mulailah memberikan penjelasan.

KEINGINAN VS KEBUTUHAN
Sesudah anak paham apa itu uang, kita bisa mulai mengajarkannya menabung. Ada beberapa hal yang perluperhatikan, yakni:
 Tekankan kepada anak bahwa semakin dini menabung, semakin besar kemungkinan ia jadi kaya. Peluangnya menjadi orang kaya semakin besar. Faktor waktu yang tidak tergantikanlah yang menjadi pertimbangan berharga. Cara ini juga akan semakin membentuk kebiasaan menabungnya.

 Ajarkan kepada anak perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Ada banyak hal yang anak inginkan, tetapi sedikityang benar-benar ia butuhkan. Jadi anak tidak akan dengan gampangnya mengeluarkan uang dan lebih memilihuntuk menabung.
Fauziah memberi contoh cara membedakan keinginan dari kebutuhan. Misalnya anak mengatakan butuh sepatu bola. Ia tertarik dengan sepatu mahal yang berwarna-warni. Tunjukkanlah sepatu lain yang fungsinya sama, tetapi harganyalebih murah. “Katakan kepada anak, yang ia butuhkan adalah fungsi sepatunya, bukan warna-warni atau mereknya,” Fauziah menjelaskan.
 
 Biasakan anak untuk menabung terlebih dahulu sebelum membayar ini itu (tagihan). “Istilahnya, sebelum membayar gaji orang, kita harus menggaji diri sendiri dulu. Tabungan itu adalah gaji kita,” ujar Fauziah.

 Biasakan anak untuk membuat perencanaan belanja. Jika mau membeli barang, cari tahu harga­nya. Kalau uang tidakcukup, ia harus menabung.
Kalaupun sudah cukup, perencanaan tetap dibutuhkan supaya anak tidak berbelok dari rencana awal. Uangtabungannya pun tidak habis seketika.

 Tanamkan kepada anak bahwa tidak perlu malu apabila tidak bisa membeli barang karena sedang tidak punya uang. Menurut Fauziah, masyarakat kita gampang sekali meniru kebudayaan dan kebiasaan orang lain. Kalau ada yang sedang jadi tren, semua mengikuti.
“Jangan gengsi-gengsian. Akibatnya kita jadi membeli barang yang tidak seharusnya atau tidak kita butuhkan. Uangyang sedang ditabung pun dikorbankan,” kata Fauziah mengingatkan.
MENABUNG YANG MENYENANGKAN
Terapkanlah sistem “bank ibu” di rumah. Bank ibu adalah cara menabung yang bisa dilakukan anak secara sederhana. Barang-barang yang perlu disiapkan di rumah adalah:
     Buku catatan.
     Dompet uang kertas.
    Kotak uang logam. Kotak ini bisa terbuat dari kaleng atau karton.
     Stiker atau stempel warna-warni.
Hiasi ketiganya dengan gambar atau warna favorit anak supaya terlihat menarik. Simpanlah buku, dompet, dan kotak ini di kamar tidur Anda.

Cara kerja bank ibu adalah sebagai berikut ini:
1Setiap kali memberikan uang jajan kepada anakminta ia menyisihkan sebagian untuk ditabung setiap hari. Uangtabungan juga bisa berasal dari pemberian ayah, kerabat, hadiah ulang tahun, atau yang lainnya.

2Pisahkan tempat penyimpanan uang kertas dan uang logam. Uang kertas disimpan di dompet, sementara uang logam ditempatkan di kotak. Supaya lebih rapi, urutkan uang kertas sesuai nilai nominal dan jangan melipatnya. Diratakan saja.

3Dalam buku, catat setiap “transaksi” yang terjadi. Buatlah kolom-kolom untuk tanggal, jumlah setoran, tanda tanganAndadan tanda tangan anakAnak bisa membuat tanda tangan sesuka hatinya. Agar lebih menarik, berikan stiker atau stempel di kolom tanda tangan setiap kali anak menyetor.

4Kalau uang sudah terkumpul sejumlah yang diinginkan, anak bisa menggunakannya. Dampingi si Kecil agar kegiatan belanjanya berjalan se­suai dengan rencana.

Cara seperti ini akan menumbuhkan kesan dalam diri anak bahwa menabung itu menyenangkan. Ia juga bisaberbangga kalau dapat membeli barang dengan uangnya sendiri.
Di samping itu, menabung membuatnya lebih selektif berbelanja. Ia akan berpikir bahwa dirinya sudah susah payah mengumpulkan uang selama ini. Jadi barang yang dibeli haruslah yang sepantasnya dan berkualitas bagus.
Menurut Fauziah, kita bisa membawa kegiatan menabung kecil-kecilan ini ke tingkat lebih lanjut, yaitu dengan mentransfernya ke rekening bank sungguhan. Bukalah satu rekening khusus untuk anak.
“Sekarang ada banyak bank yang menyediakan tabungan untuk anak-anak dengan ilustrasi tokoh-tokoh kartun. Orangtua bisa membantu anak memilih. Akan lebih baik kalau banknya yang terletak di dekat rumah,” kata Fauziah.
Ajaklah anak mentransfer uang simpanannya ke bank. Ia juga bisa ikut menandatangani buku tabungan meskipun yang diakui hanya tanda tangan AndaAnak jadi mengerti dan terbiasa dengan proses mengumpulkan uang di dunia nyata.
Yang berbeda dari bank ibu, uang yang sudah disimpan di bank sungguhan tidak bisa diganggu-gugat sama sekali. Ini harus dijelaskan di awal kepada anakUang tersebut akan digunakan untuk masa depan.
“Anak-anak biasanya belum terlalu mengerti konsep jangka panjang. Berikan saja perumpamaan seperti, ‘Nanti kamubisa membeli mobil sen­diri.’ Kalau ia senang berjalan-jalan, katakan, ‘Nanti kamu bisa jalan-jalan keliling dunia dengan uangmu,’” tutur Fauziah.
Anak tidak harus menyetor uang dari bank ibu ke bank sungguhan setiap bulan. Bisa saja tiga bulan sekali. Yang penting tetap ada isi di rekeningnya.

Ia mengatakan, dalam prosesnya, kita bisa menghadapi beberapa kesulitan, seperti:
1Dicap pelit. Menurut Fauziah, ini wajar, tetapi tetap tanamkan pemahaman akan pentingnya tujuan jangka panjang. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, untuk membantu mempermudah pemahaman soal jangka panjang, kitabisa menggunakan pengandaian.

2Menahan hasrat anak untuk ikut tren. Pasti ia ingin bisa sama seperti teman-temannya. “Tetapi biasanya anak akan berpikir dua kali kalau disuruh membeli sendiri barang idamannya. Sayang, kan, uangnya,” ujar Fauziah.

3Melarang anak menggunakan uang tabungan semaunya. Anak bisa saja berujar, “Tapi itu kan uangku.” Memang benar itu uangnya, tetapi katakan bahwa uang tersebut berasal dari orang tua dan tidak bisa digunakan seenaknya, melainkan harus sesuai kesepakatan.

4Untuk bisa berhasil menanamkan kebiasaan menabung dalam diri anak, kita membutuhkan dukungan keluarga. Samakanlah sikap dengan mereka. Jangan sampai suami, bibi, atau nenek malah memanjakannya denganmembelikan apapun yang ia mau.
 
Semoga artikel ini berguna untuk Anda. Selamat mendirikan bank ibu! ✿

Tidak ada komentar:

Posting Komentar