Minggu, 06 Mei 2012

Tak sehat mengkonsumsi minyak jelantah

Minyak tak jenuh bisa berubah teroksidasi menjadi lemak jenuh jika dipanaskan, atau dipakai berulang. Maka tak sehat mengkonsumsi minyak jelantah, atau kebiasaan jajanan gorengan, yang tak jelas jenis minyaknya, apakah minyak bekas entah dari mana, dan sudah berapa kali dipakai ulang.
be well,
Dwika





Kesehatan ada di dapur bukan di restoran

sumber : Dr. Handrawan Nadesul
Lemak dan kolesterol dibutuhkan tubuh setiap hari. Seperti kolesterol, ada jenis kolesterol jahat ada juga jenis yang baik. Begitu juga dengan lemak. Kalau lemak takjenuh justru menyehatkan, lemak jenuh malah membahayakan kalau kita rakus mengkonsumsinya.
Rata-rata mulut orang modern sudah dirusak oleh enaknya menu berlemak. Porsi lemak dalam menu harian sering kebablasan melebihi takaran yang dibutuhkan tubuh. Porsi lemak jenuh hampir selalu lebih besar dari porsi lemak takjenuh. Itu maka nilai menu Polyunsaturated fat/Saturated fat (P/S) orang modern cenderung rendah atau sekitar 0,33 jika lemak takjenuh hanya 25% sedang lemak jenuhnya mencapai 75%.
Yang menyehatkan mestinya punya nilai ratio kebalikannya. Lemak tak jenuh (P) yang 75% dari total lemak yang dimakan, dan lemak jenuhnya (S) cukup 25% saja, sehingga ratio P/S yang terbilang tinggi harus di atas 3.0.
Akibat cenderung kelebihan porsi menu berlemak, tubuh menggendong kelebihan lemak. Lemak yang berlebih paling banyak disimpan pada organ ginjal, hati, dan jantung, selain di bawah kulit. Gajih di kulit ini yang membuat orang terlihat tambun. Fungsi gajih sebagai cadangan kalau sewaktu-waktu tubuh kekurangan makan, atau sedang berpuasa, untuk diubah menjadi tenaga.
Menu lemak porsi berlebih bukan cuma bikin badan tak sedap dipandang. Kadar lemak darah triglyceride (TG) ikut meninggi juga. Jika sudah begitu, umumnya kolesterolnya juga ikut tinggi pula.
TG tinggi sama buruknya dengan kolesterol tinggi. Sekutu keduanya membawa orang memikul risiko kena jantung koroner, stroke, dan semua jenis penyakit pembuluh darah. Karat lemak penyumpal pada pipa pembuluh darah akan lebih cepat terbentuk juga pada pembuluh darah bolamata, ginjal, dan hampir di semua bagian tubuh mana saja.
Repotnya budaya makan yang salah mengantarkan hidup jadi sesat. Anggapan gemuk itu makmur, membawa para ibu berpikir untuk memberi anak porsi makan kelewat berlebihan, sejak anak masih bayi mula. Jangan lupa, yang bikin lemak berlebih dalam tubuh bukan cuma menu berlemak belaka, melainkan karbohidrat juga. Makan nasi sebakul setiap hari bikin cadangan lemak tubuh tambah menumpuk juga.
Jika sejak kecil anak kelebihan porsi makan maupun menu lemaknya, sel-sel lemak tubuhnya bukan saja gemuk-gemuk, tapi juga beranak-pinak lebih banyak dari yang dimiliki anak normal. Itu sebab jika patron sel lemak tubuh sudah terbentuk begitu, tak mungkin bisa dikempiskan lagi. Itu berarti gemuk sedari kecil jadi malapetaka di usia tua. Maka di mana-mana negara maju sekarang mulai belajar dari kesalahan di masa lalu. Bahwa tidak gemuk itu sehat, dan gemuk berarti sedang menggali kubur sendiri.
Seperti kolesterol, lemak bukan harus dijadikan musuh. Serba sedikit dan secukupnya saja tubuh membutuhkan keduanya setiap hari. Selain buat transpor vitamin A,D,E, dan K, beberapa jenis lemak bersifat esensial, atau tidak boleh tidak ada dalam menu.
Salah satu lemak esensial dalam bentuk asam lemak linoleac dan linolenac, selain beberapa asam lemak esensial yang jika sampai kekurangan, tubuh jadi sakit. Eksem dan penyakit kulit bisa muncul jika menu harian kekurangan linoleac, sebab tubuh tidak bisa memproduksinya sendiri. Kolesterol sendiri dibutuhkan buat pembuat hormon.
Lemak jenuh berasal dari lemak hewani, sedang lemak takjenuh berasal dari bahan nabati. Tubuh butuh kedua-duanya, namun lemak takjenuh lebih berharga ketimbang lemak jenuh. Maka pilihan paling sehat memang tetap berpihak pada lemak takjenuh yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti minyak bunga matahari, minyak zaitun, minyak jagung, dan sejenisnya. Sedang minyak jenuh dari minyak kelapa, minyak hewan, secukupnya saja.
Kalau lemak jenuh bikin penyakit, lemak takjenuh justru menghapuskan penyakit. Maka sekarang banyak ditawarkan makanan sehat terbuat dari lemak takjenuh ganda termasuk khasiat minyak ikan dari laut dalam sebagai senjata anti terhadap lemak jahat TG maupun kolesterol jahat LDL (Low Density Lipoprotein).
Dalam sebuah bahan makanan bisa terkandung lemak maupun kolesterol sekaligus. Hanya minyak nabati murni yang berisi lemak belaka. Daging merah mengandung lemak selain kolesterol juga. Maka selain membatasi lemak jenuh dari daging merah (kambing, babi, sapi), perlu cenderung memilih daging putih dari pilihan daging kelinci, unggas, ikan, dan sejenisnya selain perlu memperbanyak jenis minyak nabati.
Tapi jangan lupa. Minyak takjenuh bisa berubah teroksidasi menjadi lemak jenuh jika dipanaskan, atau dipakai berulang. Maka tak sehat mengkonsumsi minyak jelantah, atau kebiasaan jajanan gorengan, yang tak jelas jenis minyaknya, apakah minyak bekas entah dari mana, dan sudah berapa kali dipakai ulang.
Kalau begitu berapa banyak tubuh membutuhkan lemak? Rata-rata kita membutuhkan sekitar 15 persen lemak sehari dari total kalori. Orang dewasa dengan kerja kantoran butuh sekitar 2.500 kalori sehari. Jadi kebutuhan lemaknya sekitar 375-450 kalori. Oleh karena 1 gram lemak setara dengan 9 kalori, maka kebutuhan lemak sehari sekitar 40-50 Gram saja.
Namun konsumsi lemak berbeda-beda antar lintas kultur, pola dan kebiasaan makan, maupun ras tertentu. Penduduk di hawa dingin seperti di Eskimo butuh lemak lebih banyak buat penghangat tubuh.
Tapi kultur Barat cenderung punya pola konsumsi lemak rata-rata sampai 35-35 persen dari total kalori sehari. Kultur itu yang membawa generasi mereka menyimpan ancaman penyakit jantung dan stroke. Tanpa sadar kita meniru kesalahan fatal budaya Barat, ketika setiap hari kita masih saja memilih burger, hotdog, fried chicken, dan fastfood yang semua orang tahu kalau itu jenis makanan ‘ampas’ junkfood sebab yang kebanyakan tertinggal berupa gula, garam, dan lemak, selain bumbu penyedap, pengawet, dan zat warna buatan, yang sudah hampa gizi dan kehilangan vitamin.
Sungguh mungkin kita lupa kalau kita punya pisang rebus, jagung bakar, pepes ikan, dan lalapan yang jauh lebih kaya gizi. Selain bukan tergolong menu pembawa maut yang bikin kita mati prematur, makanan lokal jauh lebih segar. Jadi sesungguhnya umur kita juga ditentukan oleh apa masakan di dapur dan seberapa bijak menu yang tersaji di meja makan ibu setiap hari.
 
3 Comments
Posted by  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar