Rabu, 15 Februari 2012

Ratusan juta, bahkan miliaran rupiah


Ikuti program pensiun yang mendebet sejumlah persentase 5%-10% dari penghasilan per bulan begitu pertama kali bekerja (mungkin usia 22 tahun) dan lakukan terus sampai usia 55 tahun ketika memasuki umur pensiun. Masa akumulasi 33 tahun ini akan menghasilkan ratusan juta, bahkan miliaran rupiah sebagai modal awal hidup pensiun.
be well,
Dwika


Muda, lajang, banyak uang!


Uang dan usia muda adalah perpaduan yang mematikan, tanpa campur tangan kebijaksanaan. Karena walaupun uang dan usia muda memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk menikmati hidup pada praktiknya ini bukanlah pekerjaan mudah.
Anak muda hampir selalu tidak bisa melakukan dua hal yang sesungguhnya sangat penting: a) Sabar; b) Sendirian. Mereka harus selalu melakukan sesuatu, menginginkan apa pun yang diinginkan orang lain sekarang.
Alasan di balik segala kehebohan ini adalah sikap ikut-ikutan yang disebut kekinian alias tren. Ketika seorang anak muda mengartikan sukses sebagai "membeli apa yang orang lain beli" itu akan menciptakan kekuatan gajah yang segera menarik kelompok usia ini ke dalam budaya konsumtivisme. Bisakah melawannya? Dengan perencanaan keuangan, anak muda bisa.
Titik kritis bernama pernikahan
Dunia romantisme yang dijejali kisah pangeran dan putri yang hidup bahagia selamanya, membuat masyarakat terobsesi dengan pernikahan. Bahkan anak perempuan sudah menggendong boneka bayi mereka seakan-akan ibunya. Anak laki-laki? Oh...mereka asyik bermain apa pun, kecuali menjadi ayah boneka.
Perempuan mungkin baru menyadarinya ketika dewasa, bahwa meminta seorang lelaki menikahinya sama saja menyuruh kucing mandi!
Banyak yang belum menyadari bahwa isu pernikahan adalah isu utama keuangan anak muda lajang. Ini adalah titik kritis yang akan mengubah tidak hanya status seseorang, tetapi bagaimana dia harus mengelola keuangan.
Sayangnya. pernikahan terutama di masyarakat kita, adalah sesuatu yang dianggap otomatis, artinya Anda pasti tahu sendirinya nantinya. Termasuk soal keuangan, nanti saja diatur setelah menikah, persis orangtua kita dulu.
Alih-alih merencanakan keuangan untuk persiapan kehidupan pernikahan, anak muda justru menunggu pernikahan mengajarkan itu pada mereka. Padahal di luar karier, pekerjaan kantor, dan bisnis maka benak anak muda dipenuhi oleh satu dorongan besar - lawan jenis mereka. Dengan kultur budaya masyarakat kita, ini hanya berarti satu hal yaitu pernikahan.
Masa lajang umumnya singkat, karena gairah anak muda sulit membuat mereka hidup sendirian (tak seorang pun yang bisa). Sayangnya persiapan keuangan ke arah kehidupan berkeluarga tidak direncanakan dengan baik oleh perempuan maupun laki-laki.
Akibatnya, anak muda lajang cenderung ceroboh dengan uang mereka, dikarenakan tidak mengintegrasikan antara fase kehidupan selanjutnya, yaitu kehidupan berkeluarga dengan keuangan mereka.
5 Prioritas keuangan
Prioritas berarti mendahulukan yang utama dibandingkan dengan yang lain, yaitu kebutuhan yang harus ada bahkan tak jarang bersifat genting dan tidak bisa ditunda. Dalam prioritas, anak muda kebanyakan masih bersikap seperti anak kecil. Mereka cenderung malawan aturan dan semaunya terhadap apa yang mereka ingin utamakan.
Ini menggeser makna prioritas sebagai kebutuhan menjadi keinginan. Hanya membutuhkan sepersekian menit untuk menebak apa keinginan anak muda. Sebut saja dua kata gaul dan gaya maka Anda akan bisa membuat daftar belanja terdiri dari ratusan barang, tempat-tempat nongkrong dan sederetan aktivitas ala sosialita, yang semuanya membutuhkan uang.
Berikut adalah lima prioritas yang sebaiknya dilaksanakan sejak pertama kali anak muda bekerja atau menerima penghasilan:
  • Dana darurat: kumpulkan dana tabungan sejumlah 3 - 6 kali penghasilan per bulan. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi kemungkinan terhentinya penghasilan sementara waktu akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) atau karena kondisi usaha yang menjadi sumber penghasilan menurun. Jika anak muda dapat mengalokasikan 50% dari penghasilannya untuk membentuk dana darurat maka dalam waktu 6 - 12 bulan akan tercapai kuotanya.
  • Dana pernikahan: kumpulkan dana tabungan sejumlah 6 - 12 kali penghasilan per bulan. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi kemungkinan menikah dalam waktu dekat. Jika anak muda dapat mengalokasikan 50% dari penghasilannya untuk membentuk dana pernikahan maka dalam waktu 1 - 2 tahun akan tercapai kuotanya. Lakukan ini setelah dana darurat terkumpul.
  • Rumah: kumpulkan dana tabungan sejumlah 24-36 kali penghasilan per bulan. Tujuannya adalah untuk membayar uang muka rumah (atau uang muka mobil) dan biaya-biaya seputar pembelian rumah. Asumsinya karena kebanyakan orang tidak mampu membeli tunai untuk rumahnya maka mereka mengambil kredit pemilikan rumah (KPR) bank. Jika anak muda dapat mengalokasikan 50% dari penghasilannya untuk uang muka rumah, dalam waktu 4 - 6 tahun akan tercapai kuotanya.
  • Pensiun: ikuti program pensiun yang mendebet sejumlah persentase 5%-10% dari penghasilan per bulan begitu pertama kali bekerja (mungkin usia 22 tahun) dan lakukan terus sampai usia 55 tahun ketika memasuki umur pensiun. Masa akumulasi 33 tahun ini akan menghasilkan ratusan juta, bahkan miliaran rupiah sebagai modal awal hidup pensiun.
  • Kesehatan: beli asuransi kesehatan murni - hanya jika perusahaan tempat bekerja tidak menanggung biaya pengobatan. Ini terutama berlaku untuk para profesional dan pebisnis yang menanggung sendiri biaya kesehatan mereka. Alokasikan 5%-10% dari penghasilan tahunan untuk membayar premi asuransi kesehatan. Jika dihitung secara konservatif dengan kuota maksimal, keseluruhannya akan membutuhkan alokasi 50%-60% dari penghasilan untuk ditabung dan waktu 72 bulan atau 6 tahun tahun untuk membentuk dana darurat (1 tahun), dana pernikahan (2 tahun) dan dana rumah (6 tahun). Anda boleh menggunakan kuota minimal jika ingin lebih ringan. Jika anak muda mulai bekerja usia 22 tahun, dia secara finansial akan siap berkeluarga pada usia 28 tahun.
    Dengan melaksanakan ke lima prioritas di atas, anak muda secara otomatis mempersiapkan masa tua mereka dengan dana pensiun serta mampu mengantisipasi risiko keuangan dengan dana darurat dan asuransi kesehatan.
    Kekhawatiran ketidakmampuan finansial yang sering menyebabkan tertundanya pernikahan pun dapat dihindari. Karena masing-masing dapat menggabungkan dana pernikahan dan dana rumah mereka sebagai modal awal menuju siklus hidup finansial selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar