Selasa, 22 Maret 2011

Peluang permintaan pasar Jepang

Optimisme H.M. Nurdin Abdullah: Jepang Tidak Kiamat, Koq !

REP | 18 March 2011 | 17:32 106 1 Nihil

Gempa bumi berkekuatan 8,9 skala richter (11 Maret 2011) disusul gelombang tsunami dahsyat yang meluluhlantakkan sejumlah wilayah di bagian utara Negara ‘Matahari Terbit’ Jepang, merupakan bencana luar biasa di luar dugaan.

13004439641052353254
Gelombang Tsunami di Jepang/Ft:akudansekitarku.blogspot.com


Amat menyayat, saat ribuan korban jiwa masih dalam tahap evakuasi dan puluhan ribu orang yang dinyatakan hilang belum ditemukan, puluhan ribu penduduk yang selamat dari amukan bencana pun harus diungsikan sejauh puluhan kilometer dari pusat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima Daiichi, Miyagi. Itupun, dalam proses pengungsian mereka harus dilindungi lagi dari cuaca dingin yang melanda Jepang di bagian utara hingga minus 1-3 derajat celcius.
Jepang benar-benar berduka, tapi Jepang tidak kiamat. Masyarakat Jepang bisa saja shock dengan bencana yang beruntun tersebut, akan tetapi rakyat yang selamat di daerah bencana tampak tidak dilanda kepanikan yang berlebihan. Dalam duka di raut wajah mereka rata-rata tampak tetap optimis kehidupan tidak berakhir dengan hancurnya sejumlah infrastruktur di Jepang bagian utara. Dengan begitu, terlihat pemerintah Jepang juga dapat melakukan penanganan pascabencana secara terkendali, memudahkan untuk membantu menata kembali kehidupan masyarakatnya yang berantakan pascabencana gempa bumi, tsunami, dan munculnya ancaman radiasi akibat telah terbakar, meledak, dan ancaman meledaknya kembali sejumlah unit reaktor nuklir di PLTN Fukushima.
13004440931018584787
H.M.Nurdin Abdullah berbincang dengan masyarakat di puncak ketinggian 1200 dpl Kabupaten Bantaeng/Ft: Mahaji Noesa
Berkait dengan bencana yang terjadi di Jepang tersebut, sejumlah pakar ekonomi menganalisis akan membawa pengaruh terutama terhadap kondisi pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Alasannya, sebagai negara kreditur terbesar bagi Indonesia tahun lalu itu, tentu saja akan mengurangi bantuannya ke Indonesia dalam rangka pembangunan kembali infrastruktur serta pemulihan atau restorasi kehidupan masyarakat Jepang yang terkena bencana. Lagipula, selama ini Jepang merupakan pasar penting bagi sejumlah produk ekspor Indonesia. Tahun 2010 misalnya, dari 16,5 miliar dolar AS keseluruhan nilai ekspor Indonesia, sekitar 12,7 persen bersumber dari Jepang.
Namun begitu, Ketua Persada (Perhimpunan Alumni dari Jepang) periode 2010 - 2014 di Provinsi Sulawesi Sselatan, Prof,Dr.Ir.H.M.Nurdin Abdullah, M.Agr menyatakan, sekalipun kerugian yang ditimbulkan akibat gempa bumi dan tsunami di Jepang mencapai Rp 1.500 triliun, dia tetap optimis ekonomi dan kehidupan masyarakat yang dilanda bencana di Jepang tersebut akan segera pulih.
”Dalam beberapa saat, tentu saja, hubungan perdagangan maupun penanaman investasi dengan kita akan mengalami stagnan, tapi saya yakin bangsa yang dikenal dengan masyarakatnya yang jujur, ulet dan selalu optimis ini akan dengan cepat dapat pulih kembali,” katanya.
Guru Besar Ilmu Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Universitas Hasanuddin yang kemudian terpilih menjadi Bupati Bantaeng (Sulsel) periode 2008 - 2013, dan menjalani pendidikan S2 dan S3 Agriculture Kyushu University, Jepang (2004) tersebut menunjuk, hanya dalam beberapa hari pascabencana gempa dan tsunami di bagian utara Jepang, jaringan transportasi, telekomunikasi, serta jaringan listrik yang rusak dan menjadi kendala utama percepatan penanganan pascabencana khususnya berkaitan dengan pendistribusian bantuan kini secara bertahap sudah dapat diatasi.
Dalam kesempatan berbincang dengan H.M.Nurdin Abdullah, kemarin (17 Maret 2011), saat berbenah untuk menjemput kedatangan rombongan Menteri Perdagangan di Makassar, dia menyatakan pascabencana yang melanda Jepang bagian utara tidak akan berdampak memutuskan rencana-rencana investasi yang telah dibuat dengan pemerintah Indonesia.
”Rencana investasi dengan pemerintah Jepang kemungkinan hanya akan tertunda beberapa saat mengingat mereka akan memperioritaskan pembangunan kebutuhan dalam negerinya pascabencana. Akan tetapi untuk investasi dengan kalangan swasta saya kira tidak akan berubah. Bencana gempa dan tsunami kan tidak melanda seluruh Jepang, di selatan Tokyo aman, tak beda seperti Negara kita ketika tsunami melanda Aceh beberapa tahun lalu,” katanya.
Selain ikut berdoa, menurut Nurdin Abdullah, bangsa Indonesia yang selama ini menjadi mitra Jepang dalam membangun pertumbuhan ekonomi, seharusnya dapat memberikan dorongan support semangat bagi kebangkitan Jepang pascabencana tersebut. Jepang tidak memiliki sumberdaya alam yang besar seperti Indonesia, kecuali teknologi. Jepang membangun diri dengan inovasi teknologi.
”Justru kebangkitan Jepang pascabencana di bagian utara wilayahnya akan membutuhkan banyak keperluan. Permintaan tentu saja akan ditujukan ke negara-negara berkembang. Jadi kita pun harus tetap optimis dengan bersiap-siap untuk menangkap peluang permintaan pasar Jepang yang akan lebih besar setelah dimulainya proses pembangunan kembali wilayah utara yang dilanda bencana tersebut,” katanya.
H.M.Nurdin Abdullah berulangkali menyatakan, pembenahan wilayah Jepang bagian utara pascabencana gempa dan tsunami akan berlangsung dengan cepat. Jika kecepatan penanganan pemulihan saat ini kelihatan belum begitu melaju, katanya, karena di Jepang semua sudah dilakukan secara tersistem. Semua sistem yang tergantung dari pasokan listrik PLTN Fukushima yang ikut terbakar dan meledak setelah bencana, termasuk di pusat pemerintahan Kota Meteropolitan Tokyo (lebih 400 km dari Fukushima) ikut terganggu. ”Tetapi setelah semua secara bertahap dapat dibenahi, akan segera terjadi percepatan kebangkitan Jepang wilayah utara pascabencana,” kata Nurdin Abdullah.
Lagi pula, sebutnya, hampir semua aset masyarakat yang ada di Jepang selama ini tak ada yang tidak diasuransikan. ”Saya kira, tidak sulit bagi masyarakat Jepang setelah dilanda gempa dan tsunami untuk bangkit kembali,” tandas H.M.Nurdin Abdullah.
Sebagai Bupati Bantaeng yang mencanangkan pengembangan tanaman talas di daerahnya bekerjasama dalam hal pemasaran dengan perusahaan Jepang, dia tidak kuatir. Tahun 2011 ini tetap ditargetkan Kabupaten Bantaeng dapat meningkatkan penyediaan produksi tanaman talas dari 10 ton (tahun 2010) menjadi 20 ton talas per bulan untuk dipasarkan ke Jepang. Tahun 2013, diharapkan Kabupaten Bantaeng sudah mampu memenuhi permintaan kebutuhan 60 ton talas per bulan- bahan makanan non kolestrol mangandung zat kolagen (anti kanker dan obat diabetes), untuk pemasaran ke Jepang.

Ada Peluang di Tengah Bencana Jepang

Polisi mencari korban hilang diantara puing-puing di daerah perumahan yang hancur akibat gempa bumi 11 Maret dan tsunami di Rikuzentakata, Iwate Prefecture, Jepang, Minggu 20 Maret 2011. AP Photo/Matt Dunham
TEMPO Interaktif, Jakarta - Bank Dunia menilai bencana gempa dan tsunami di Jepang akan berdampak dalam jangka pendek terhadap Indonesia. Sebagian produsen bisa meraup keuntungan dari bencana. "Bagi sebagian orang bencana ini merupakan tantangan, bagi sebagian lain merupakan peluang," ujar Senior Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Enrique Blanco Armas di kantornya, Senin (21/3).

Indonesia mendatangkan cukup banyak produk elektronik dan otomotif dari Jepang. Padahal beberapa pabrik yang memproduksi barang-barang tersebut harus ditutup pasca kejadian gempa dan tsunami tersebut.

Menurut Enrique, perusahaan Jepang telah mendiversifikasi pabrik elektronik dan otomotif ke beberapa wilayah dan negara. Karenanya, kebutuhan produk dan suku cadang buatan perusahaan Jepang masih bisa dipenuhi dari jaringan produksi dari negara lain. "Jadi tidak akan terjadi kelangkaan, hanya sedikit tantangan bagi importir mendatangkan produk dari tempat lain," tambah Enrique.

Dari sisi harga, Bank Dunia melihat kemungkinan terjadinya penambahan harga. "Namun tidak akan signifikan," tambah Enrique. Kenaikan harga ini akan cepat terkoreksi setelah aktivitas produksi di Jepang kembali ke keadaan sebelum bencana, sekitar satu semester ke depan.

Demikian pula dari sisi ekspor Indonesia ke Jepang yang sebagian besar berupa komoditas. Bank Dunia menilai tak akan terjadi penurunan volume ekspor ke Negeri Matahari Terbit tersebut karena komoditas tersebut akan tetap diperlukan Jepang.

Bahkan beberapa komoditas yang berhubungan dengan kegiatan rekonstruksi akan dibutuhkan setidaknya dalam enam bulan ke depan, ketika Jepang memulai pembangunan pasca bencana. "Jepang akan sangat membutuhkan logam dan bahan pembangunan lainnya," kata Enrique.

Kebutuhan Jepang ini dinilai sebagai kesempatan bagi eksportir menambah volume produksinya. Sementara bagi produsen logam, semen, dan komoditas yang dibutuhkan dalam pembangunan diharapkan bisa menambah produksi.

ANTON WILLIAM

Keliling Dunia bersama istri

Keliling Dunia bersama istri tercinta PDF Cetak E-mail
Berita & Artikel
Mencoba untuk menantang batas, dua petualang Jerman Jost Organista (36) dan istrinya Barbara Biggeman (35), memutuskan untuk melakukan apa yang banyak diimpikan semua orang. Mereka berangkat mengelilingi dunia dengan menggunakan mobil Toyota Land Cruiser four wheel drive pada bulan Agustus 2008 lalu. Mereka meninggalkan bisnisnya di bidang teknik elektro di Jerman, dan memulai perjalanan setelah melakukan penelitian intensif dan persiapan yang matang selama dua tahun.                                                            
“Kami harus menjalani berbagai jenis latihan dan harus meninggalkan semua kenyamanan saat semua orang sangat terbiasa untuk kembali ke rumah dan hidup normal,” kata mereka. Pasangan ini bahkan menggunakan uang pensiun dan asuransi untuk biaya perjalanan keliling dunia. Untuk mempersiapkan perjalanan menantang tersebut, mereka melengkapi diri dengan pengetahuan tentang pertahanan diri, pertolongan pertama, keterampilan mekanik dan pelatihan dalam menghadapi keadaan darurat.
Organista dan Biggemann juga mencari bantuan khusus dari lembaga medis di Essen untuk membantu mereka merancang sebuah alat pertolongan pertama yang berisi peralatan medis yang lengkap untuk di bawa di dalam mobil. Mereka dilatih secara khusus karena perjalanan mereka akan sangat sulit.
Untuk mobil yang digunakan, mereka melakukan berbagai modifikasi di beberapa bagian mobil. Hasil modifikasinya adalah mobil yang dilengkapi dengan tenda, tiga tanki diesel dengan total kapasitas sebesar 240 liter, 100 - liter tangki untuk menyimpan air minum, dapur, suku cadang, dan telepon satelit. Selain itu, mobil mereka juga dirancang untuk mampu menaklukkan medan off road. Keputusan mereka mengambil tantangan itu tidak disertai penyesalan. Mereka sudah yakin akan apa yang akan mereka lakukan.
Oganista dan istrinya adalah petualang sejati. Mereka saling mengisi antara satu dengan lainnya Di Jerman, Organista adalah istruktur paramotor dan paralayang. Mereka membawa mesin paramotor dan paralayang, guna mendukung mereka untuk dapat menikmati perjalanan keliling dunia. Di setiap Negara yang mereka kunjungi, mereka akan melakukan penerbangan untuk melakukan dokumentasi foto-foto melalui udara (aerial) untuk menikmati keindahan alam,
Setelah melewati sejumlah Negara, mereka masuk ke Indonesia melalui Sabah Serawak, Malaysia menuju Kalimantan. Sebelum tiba di Jakarta mereka telah melakukan perjalanan ke Bali, dan sekitar Jawa. Banyak tempat-tempat indah yang mereka kunjungi, namun mereka jarang melakukan penerbangan Paramotor karena terhambat kondisi cuaca hujan dan disertai angin kencang yang intensitasnya tinggi. Namun mereka tidak kecewa dengan kondisi tersebut, bagi mereka faktor keamanan adalah yang utama. Selain itu, bagi mereka menghargai alam sangat penting dan tidak boleh di langgar.
Tiba di Jakarta, Organista dan istrinya di sambut oleh  Djoko Bisowarno Ketua PLGI (Perstauan Layang Gantung Indonesia), Ari Effendi Ketua Paramotor Indonesia, rekan-rekan pilot dari Paramotor Indonesia, dan Bucek Deep, artis yang juga pilot paralayang. Ketika di Jakarta, Organista berbagi kisah perjalanannya dan pengetahuannya tentang dunia terbang paramotor dan paralayang. Di Sekretariat FASI (Federasi Aero Sport Indonesia), dia juga memberikan pengarahan tentang peraturan dan keselamatan penerbangan paramotor.
Istri Organista Biggeman menceritakan pengalaman tinggal selama satu bulan dengan suku Aborigin Australia. Ia mengatakan bahwa ia terpesona dengan keramahan mereka dan segala aktivitasnya. Sebelum mereka berangkat ke gurun Australia, mereka di ingatkan bahwa pergi ke gurun Australia sangat berbahaya karena disana akan bertemu dengan suku-suku asli Aborigin yang kurang bersahabat dengan dunia luar . Ternyata apa yang diliat dan dirasakan tidak terbukti sama sekali. “Mereka bahkan mengatakan kepada kami jika kami akan kembali ke sana lagi, mereka akan memberikan kami sebuah rumah untuk tinggal”.
Dari pengalaman itu, Organista dan Biggerman menyimpulkan bahwa jangan langsung menerima mentah-mentah pendapat dari orang lain, tetapi orang harus mengalaminya sendiri, Organista dan Biggeman mereka melakukan perjalanan ini membawa pesan. “Jika semua orang punya mimpi. Jika Anda memilikinya maka keluar dan lakukanlah tanpa membuat alasan”,
Selama berada di Indonesia, pasangan itu akan melanjutkan perjalanan ke wilayah Sumatera. Mereka berencana mengunjungi sejumlah wilayah bencana di Padang dan Aceh. Mereka sangat senang bisa tiba di Indonesia dengan beragam kebudayaan serta keindahan alamnya terlebih lagi selama ini mereka merasa di sambut dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Setelah dari Indonesia mereka akan melanjutkan perjalanan menuju Myanmar, Tibet, Nepal, India, dan akan kembali ke Jerman sekitar tahun 2011. “Perjalanan ini benar-benar memperluas visi kami akan keragaman dan keindahan dunia,” kata mereka kompak.
Sampai saat ini mereka telah menempuh jarak sekitar 50.000 km di dalam kendaraan mereka dan telah mengambil lebih dari 100.000 foto. Pasangan asalj Jerman ini akan terus berjalan dan berpetualang untuk terus mengambil momen-momen yang luar biasa sepanjang perjalanan mereka.(Amazing Flying/Didit Majalolo)

Keliling Dunia Lewat Buku

Asyiknya Keliling Dunia Lewat Buku



Hanya tiga negara yang pernah aku kunjungi seumur hidupku: Singapore, Jerman dan Perancis. Namun, bukan berarti aku tak mengenal negara-negara lainnya di muka bumi ini, karena aku punya ‘kendaraan’ yang bisa membawa aku keliling dunia mengunjungi negeri-negeri yang eksotis dan melihat kebudayaan penduduknya tanpa mengeluarkan banyak ongkos. Hah...koq bisa? Bisa aja, kalau anda menemukan BUKU yang cocok. Ya! Buku. Dengan buku anda akan bisa membawa imajinasi anda menjelajahi romantisnya kanal-kanal di Venice, lembabnya udara tropis di hutan Amazon, atau dinginnya malam di ‘atap dunia’, Tibet ! Inilah beberapa buku (dan film) yang telah membawa aku berkeliling dunia:

Jepang

Ada banyak buku sebenarnya yang bersetting-kan negara Jepang dengan kebudayaannya yang terkenal itu. Bagi yang suka komik Manga, pasti juga sudah lebih familiar dengan Jepang. Beberapa buku yang sudah aku baca:

Memoirs of A Geisha
: Buku yang merupakan sebuah memoar seorang mantan Geisha bernama Nitta Sayuri yang sempat menjadi salah satu geisha terkemuka pada jamannya, yaitu sebelum PD II. Memang buku ini lebih banyak mengisahkan tentang kehidupan geisha, namun tetap asyik untuk dinikmati. Suasana dan budaya Jepang juga terekam disini.

Kisah Klan Otori
:
Sebuah tetralogi kisah pada jaman samurai di Jepang. Penuh dengan intrik, perang dan romantisme percintaan. Di buku ini, suasana sehari-hari dan kebudayaan Jepang lebih terasa.

Film
The Last Samurai merupakan film yang benar-benar menggambarkan suasana Jepang dan samurainya. Pada ultah-ku beberapa tahun lalu, aku pernah mendapatkan hadiah buku-nya Last Samurai. Disitu ada sebagian besar dialog dari filmnya dan gambar-gambar scene berwarna yang cantik-cantik.

Musashi
adalah buku yang sudah kuidam-idamkan, tapi hingga sekarang belum terbaca, alasannya: mahal banget harganya! Maybe next month...

Tibet


Negara kecil yang terletak di puncak pegunungan Himalaya dan sering disebut sebagai ‘atap dunia’ ini adalah negara yang eksotis sekaligus kontroversial. Ada 2 buku yang membuat aku serasa berkelana ke Tibet yang jauh:

Mata Ketiga
: Ini adalah
kisah seorang anak kecil yang telah ditakdirkan untuk menjadi Dalai Lama sejak ia lahir (T. Lobsang Rampa). Maka sejak kecil ia telah dikirim ke biara untuk menjadi rahib di Lhasa. Suasana kehidupan di Tibet yang unik, sangat detail digambarkan di sini. Diantaranya kebiasaan minum teh bermentega yang dapat menghangatkan tubuh melawan dinginnya hawa pegunungan, lalu apa yang disebut ‘tsampa’ (makanan pokok di Tibet) dan cara pemrosesannya. Juga bagaimana kebudayaan Tibet yang unik seperti pada waktu ada pesta keluarga, diceritakan dengan menarik.


Tintin di Tibet
:
Ya, komik karangan Hergé yang satu ini sudah tak asing lagi bagi kita. Namun waktu aku kecil, aku telah banyak belajar banyak tentang negara-negara di dunia lewat serial Tintin ini. Salah satunya Tibet, meskipun buku ini lebih banyak menggambarkan petualangan Tintin dkk di pegunungan salju, namun paling tidak ada beberapa kebiasaan yang ada dalam kebudayaan Tibet (seperti mengalungkan kain kuning di leher seseorang yang berarti menghormati orang tsb) sempat terekam disini.

Film
Seven Years in Tibet adalah salah satu film favorit-ku yang mungkin sudah kutonton sampai 4 kali.

Brazil


Ada sebuah buku yang jelas sekali menggambarkan Barzil, khususnya hutan tropis terlebat dan terbesar di dunia: Amazon.


The Testament
:
Salah satu buku karangan John Grisham ini mengambil setting hutan dan sungai-sungai besar di Brazil sebagai settingnya. Dikisahkan seorang pengacara yang mencari kliennya, seorang misionaris di perkampungan Indian di sepanjang sungai di Amazon. Kita bisa merasakan suasana hutan tropis yang lembab, banyak nyamuk, rawa-rawa serta rumah yang dibangun di atas air (facenda) di hampir sepanjang buku ini. Salah satu karya John Grisham yang memukau.

Italy


Ada dua buku yang menggambarkan suasana negara Italia. Salah satunya secara spesifik ber-settingkan kota Venice (Venesia) yang terkenal karena dibangun di atas air, dan lainnya lebih spesifik ke wisata kuliner Italia.


Pangeran Pencuri
: Buku ini sebenarn
ya lebih tepat digolongkan sebagai buku petualangan anak-anak, namun aku suka dengan suasana kota Venice yang romantis yang digambarkan dengan detail oleh penulisnya: Cornelia Funke. Rumah-rumah tua yang terhampar di sepanjang tepi kanal yang hanya dapat ditempuh dengan bus air atau perahu, lalu gereja-gereja dengan kubah emasnya. Keberadaannya sebagai kisah anak-anak membuat penggambaran suasana dalam buku ini begitu hidup. Sangat menyenangkan membaca buku ini di sela-sela kesibukan kita yang sering membuat stress.

The Broker
:
Buku karangan John Grisham lainnya, yang kali ini mengambil setting kota-kota kecil di Italia Utara, seperti Bologna. Meskipun tidak se-eksotis Venice atau Milan, namun petualangan seorang pengacara yang sedang dalam penyamaran ini bisa membawa kita merasakan suasana kota kecil Italia, dengan café, deretan toko-toko kecil, restauran, dan terutama makanan-makanannya yang mengundang selera.

China

Maharani
: Novel berlatar belakang sejarah yang kaya intrik karangan
Pearl S. Buck ini menggambarkan Dinasti Manchu pada tahun 1800-an. Kekayaan budaya Cina, dan karakter penduduknya terekam dengan sangat jelas dan detail di novel ini. Meskipun mungkin di era sekarang sudah banyak sekali yang berubah, tetap asyik juga untuk berkelana ke negeri tirai bambu ini.

Bagiku, buku memberikan lebih dari sekedar kisah atau cerita. Ia memberikan pengalaman baru bagiku, pengalaman yang mungkin takkan pernah aku dapat di dunia nyata. Bagaimana dengan anda? Buku apa yang berkesan bagi anda dan memberikan sebuah pengalaman yang menarik?