Rabu, 04 Mei 2011

Disneyland, universal studio, las vegas, visit friend


Opi sampai ke Amerika

Opi sampai ke Amerika
Wuahhhh ! buset, udah berapa lama ini gue tidur ? pikir opi sambil ngucek ngucek mata. Gile ini kepala en leher rasanya nggak enak banget, super super pegel. Pengen pipis tapi WCnya dimana yah ? Dasar kampungan. “Hi ! do you know where the WC are ?” tanya opi sama cw bule di sebelahnya.“What ?” si cw bule nggak ngerti gitu. “WC, mmmmm you know the place where you go pee pee” jawab opi dengan polosnya. “Owww, the restroom ?”, “yes, the restroom”. “Just go down there, straight at the back of the plane”. “Thank you mam” “Please don’t call me mam, I’m Susan” jawab cewe bule dengan muka cuek. “Oh thank you susan, I’m Opi” jawab Opi trus ngeloyor ke belakang, udah nggak tahan pipis.
“Phew…lega buanget” mulut Opi rasanya asem banget, gara gara minum wine kali semalem. Anyway, dasar hoki, sekarang ada teman ngobrol si Susan. Ternyata si Susan baru balik dari Bali, so ada bahan lah buat obrol obrol. Masih sempet tukeran email lagi, at least bisa facebook-an ntar. Lumayan, ada kenalan baru.
LAX-at-night
LAX-at-night
Nggak berasa waktu cepat juga berlalu, pesawat segera mendarat di Los Angeles. “Bye Susan, see you later” , so this time Opi balik sendiri lagi deh. Sekarang mesti ngantri masuk ke US. Pas ngantri lumayan dak dik duk juga, soalnya denger denger kalo nggak meyakinkan bisa nggak dikasi masuk. So, Opi berusaha santai dan meyakinkan lah gayanya.
US-passport-stamp
“Hi sir!” sapa Opi sambil senyum, ih petugasnya galak nggak ada senyum senyum. Mungkin juga dia capek kali yah, sehari ada berapa ribu orang lewat sini, pikir Opi. “How long do you plan to stay here ?” tanya si petugas “hmm, little little english sir”, gaya Opi pura pura bego. “Disneyland ? tour ?” tanya si petugas lagi dengan ngga sabar, “Oh yes, yes, disneyland, universal studio, las vegas, visit friend” ” OK, here !” jedok ! langsung pasportnya di stamp, pas Opi liat, eh dikasi 6 bulan maximum. “Thank you sir” muka opi kesenengan “NEXT in line!”



Panduan hidup independent di Perantauan – part 1 – Determinasi

Panduan hidup independent di Perantauan – part 1 – Determinasi
Hi kawula perantauan atau yang mau jadi calon perantau. Berikut ini adalah seri panduan hidup independent di perantauan, yang saya rasa perlu sekali untuk di persiapkan jauh hari sebelum merantau. Banyak dari kita yang modal bondo nekat ( bonek ), ada yang sukses, ada yang pulang kampung dan ada pula yang terlantar di negeri rantau. Sebenarnya kalau kita persiapkan dari jauh hari dengan perencanaan dan melatih mental terlebih dahulu, kemungkinan sukses “anak rantau” lebih besar dibanding penduduk “asal” atau native. Kenapa ? karena survey membuktikan bahwa semua orang yang merantau mempunyai kesempatan 70% lebih sukses dibanding penduduk asal (native). Tidak perduli dari suku, bangsa, agama, gender dan segala latar belakang orang tersebut.
determination-strecth-snail-crossing
Sometimes you have to strecth to get ACROSS
Saya akan mengambil contoh Amerika. Ketika orang Inggris dan Perancis pertama kali datang mereka jumlahnya sangat sedikit, dibanding penduduk american indian. Meskipun pengetahuan mereka lebih modern, tetapi kapasitas man power mereka sangat terbatas. Apa yang membuat mereka terus lebih cepat maju ? jawabannya : “Determinasi / Keinginan yang kuat” untuk menjadi sukses di negara baru ini. Yang jelas apapun alasannya mereka datang, tapi 1 hal yang sudah pasti jelas “Mereka harus bisa hidup dan tinggal di negara baru ini” – apapun bayarannya.
Untuk mengerti kenapa Determinasi itu bisa sedemikian kuat ? kita harus tahu 2 macam determinasi yang ada pada setiap mahluk hidup.
  1. Determinasi karena menghindari sesuatu yang Negatif ( mati )
  2. Determinasi karena ingin mendapatkan sesuatu yang Positif ( menang )
Setelah lebih dari 1 dekade tinggal di Amerika, saya merasakanbagaimana beratnya menjadi generasi immigran pertama di negeri asing. Semuanya serba baru, dan semuanya harus dikerjakan sendiri. Tempat tinggal baru, teman baru, kerjaan baru, bos baru, lingkungan baru, bahasa baru ( campur aduk ), nyuci piring, laundry, ngelap, ngepel semuanya harus bisa sendiri. Asli, kalau kamu nggak pernah ngelakuin ini di indo, biasanya nggak bakal betah, 5 tahun max kamu minta pulang. :p serius.
Tetapi satu yang saya salut ketika pertama kali mulai tinggal di Amerika ialah bagaimana masyarakatnya itu bisa membaur ( meskipun beda banget semuanya ), dan punya rasa solidaritas yang cukup tinggi. Dulu dari indo sudah di doktrin kalau negara barat itu orangnya kurang ramah dan sangat individualistis. Setelah disini, saya rasa semua orang sama saja, kalau kita baik kebanyakan mereka juga baik. Bahkan banyak yang kelewat baik. Hahaha. Caveat : “Tergantung juga kamu tinggalnya dimana, kalau tinggal di daerah rawan – dimana saja sama.” Yang saya bahas disini adalah “Rata-rata” neighborhood yang baik.
Who said dog can't walk with 2 feet ?
Who said dog can't walk with 2 feet ?
Memang sih lebih individualistis, tapi dalam konteks menghargai urusan pribadi orang lain. Juga kebanyakan dari mereka taat peraturan. Mungkin karena negara maju memang mempunyai struktur hukum yang lebih baik, atau bisa juga karena semuanya punya mental “tamu”, jadi rasanya sungkan untuk macam-macam. Tapi ini juga yang membuat para imigran ini punya mental “tahan banting”
Ngomong soal “tahan banting” saya jadi ingat cerita guru sejarah saya pak Suriadi / Djoko yah ? hahaha udah lama banget. Ceritanya agak lupa tapi inti ceritanya ini nih. Pada saat invasi ke Spanyol, salah seorang jendral Turki ketika mendarat di pantai, menginstruksikan anak buahnya untuk “membakar” kapal mereka. Motivasinya “menang atau mati”, dan memang pada akhirnya mereka menang perang tersebut. Saya terinspirasi mendengar cerita itu ( makanya ingat terus ), kebanyakan imigran yang sukses di negara barunya memang harus punya mental “menang atau mati”. Jadi intinya, “Kunci sukses no 1 sebagai anak rantau adalah Determinasi yang tinggi, Determinasi yang tinggi memberikan semangat “tahan banting”, yang hanya bisa muncul jika punya mental “menang atau mati!”.
Lanjut nanti yah,
Salam kompak selalu,
Michael Sugih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar