Senin, 25 April 2011

Low Budget Traveling

Dari catatan NonaDita...Thanks ya NonaDita.
Tulisan asli NonaDita bisa diakses di sini:
http://travel.nonadita.com/low-budget-traveling-ala-elok-dyah-messwati/

Low Budget Traveling ala Elok Dyah Messwati

Posted by nonadita on Jan 20, 2011 in Traveling Tips | 2 comments
Low Budget Traveling ala Elok Dyah Messwati
Buku karya Elok Dyah
Mari kenalan dengan Elok Dyah Messwati yang (siap-siap ngiler..) selama tahun 2010 saja berkunjung ke 20 negara. Jurnalis Kompas ini lebih sering melakukan perjalanan ke luar negeri dengan menabungkan pendapatannya. Prinsipnya adalah jalani hidup seperlunya saja, mungkin gini kira-kira maksudnya: kalau punya keinginan jalan-jalan keluar negeri jangan boros beli barang mahal, beli seperlunya saja sesuai fungsi. Dia punya segudang cara untuk menyiasati biaya perjalanan jauh, dengan memperhatikan komponen utama traveling: akomodasi, transportasi, konsumsi dan tempat wisata.
Rangkuman tips-tips dari cerita Elok Dyah adalah:
  1. Punya paspor, gimanapun paspor adalah syarat pertama & utama kalau ingin pergi keluar negeri.
  2. Pesanlah tiket sejak jauh hari & manfaatkan periode penjualan tiket promo dari berbagai maskapai. Gabung juga jadi member di beberapa situs maskapai supaya dapat notifikasi kalau ada penjualan tiket promo. Rajin-rajin juga cek situs-situs maskapai untuk pesan tiket promo!
  3. Ikut komunitas backpacker dunia, misalnya Hospitality Club dan Couch Surfing. Couch Surfing adalah jaringan backpacker dunia yang memberikan tumpangan gratis di rumah untuk sesama anggotanya.
  4. Merasa bikin visa itu sulit? Mestinya nggak kalau mau penuhi aturan. Punya saldo bank puluhan juta rupiah nggak menjamin dapat visa ke Eropa. Hal yang dilihat kedutaan asing adalah cash flow yg teratur/konsisten karena menunjukkan bahwa kita punya pekerjaan dan akan kembali ke Indonesia. Terkait isu ini, beruntunglah yg punya pekerjaan tetap karena bisa punya kesempatan lebih besar untuk mendapatkan visa.
  5. Di Asia Tenggara, negara yang mengharuskan visa hanya tiga. Kalau belum pernah ke luar negeri, puas-puasin dulu ke negara-negara yang tanpa visa atau visa on arrival supaya stempel paspornya banyak dan menunjukkan kita pengalaman ke luar negeri. Ini berguna kalau mau apply visa nantinya.
  6. Sudah ikut Couch Surfing? Buatlah profil semenarik & seinformatif mungkin untuk memberikan info yang cukup bagi member lain supaya mau tinggal di tempat kita, begitupun sebaliknya. Reputasi di Couch Surfing antara lain ditandai dengan jumlah rekomendasi positif yang diberikan oleh sesama anggota. Modal di komunitas ini adalah trust!
Ada tips lain? Kalau ada yang terlupa akan saya tambahkan kemudian. :D
Mbak Elok juga menceritakan beberapa pengalaman teman-temannya. Salah satu yang kuingat adalah bahwa mungkin saja untuk hidup di Eropa dengan dana Rp.500 ribu saja. Teman Mbak Elok sudah melakukan dengan nebeng mobil antar kota & tidur di tempat member Couch Surfing. Jujur.. saya sih nggak berani sampai yang kayak gini. :mrgreen:
Salah satu inti dari traveling kan adalah pertukaran kebudayaan dengan orang-orang asing. Soal hal ini,saya setuju pada pendapat Lucia Nancy bahwa ada baiknya kita berwisata di Indonesia dulu supaya tahu tempat-tempat keren di Indonesia dan bercerita tentang budaya yang bisa ditemukan di Indonesia.
Di akhir Obsat, Mbak Elok memberikan tiga bukunya yang berjudul Backpacking Hemat ke Australia untuk doorprize dan satu untuk saya sebagai moderator :mrgreen:   Bukunya tebal, informatif dan  banyak foto-foto! Pingin juga? Pesan aja via backpackerdunia@yahoo.com.
Hikmah dari Obrolan Langsat kali ini: kita harus berani jalan jauh. Kendala untuk backpacking pasti ada, tapi dengan tekad yang kuat dan trik-trik di sana sini, pasti bisa teratasi. Jadi pengen ikuti jejaknya juga deh!

Entri BlogSep 17, '10 4:40 AM
untuk
 Teman-teman Backpacker Dunia yang ingin backpacking ke Eropa,
di bawah ini saya tuliskan bagaimana pengurusan visa Schengen di Kedubes Belanda (syarat2 di bbrp kedubes negara Eropa hampir sama, saya beri contoh dari Kedubes Belanda ya):
http://indonesia.nlembassy.org/consular_affairs/visa

Visa Schengen berlaku di 25 negara di Eropa:
1. Austria
2. Belgium
3. Czech Republic
4. Denmark
5. Estonia
6. Finland
7. France
8. Germany
9. Greece
10.Hungary
11.Iceland
12.Italy
13.Latvia
14.Lithuania
15.Luxembourg
16.Malta
17.Netherlands
18.Norway
19.Poland
20.Portugal
21.Slovakia
22.Slovenia
23.Spain
24.Sweden 
25.Switzerland (as per 12 December 2008)


Jadi dengan visa schengen itu, anda bisa keluar masuk ke 25 negara itu secara bebas. paling-paling kalo mau mau Jerman aja ditanyain ttg paspor dan visanya.

Langkah-langkah pengurusan Visa (lebih baik diurus sendiri saja visanya, jangan diserahkan pada travel agent--mereka hanya memberi layanan mengantarkan saja/tidak ada jaminan bakal diapproved visanya. Dapat atau tidaknya visa sangat bergantung pada kelengkapan administrasi yang kita siapkan sendiri).

Usahakan paspor jangan kosong melompong, coba pergi dulu ke negara-negara tetangga Spore, Malaysia, Thailand, Cambodia, Vietnam, Laos, Myamar. Ini contoh saja ya, agar dapat stempel buat menuh-menuhin paspor hehehe. Ada juga sih teman yang punya paspor kosong alias belum pernah ke luar negeri namun dapat visa Schengen, tapi sponsor/pengundangnya berposisi "kuat" di negara tersebut, alias tidak pernah bermasalah di negara itu.

Ini yang harus anda lakukan:
* Mengambil formulir aplikasi visa Schengen (GRATIS) di Kedubes Belanda di Jakarta atau konsulat Belanda di bbrp kota di Indonesia, misal Bandung, Bali, Medan dan Surabaya. Alamat konsulat Belanda ada di sini:http://indonesia.nlembassy.org/the_embassy/consulates#148448

Untuk yang di Jakarta, formulir bisa diambil secara gratis di Kedubes Belanda di
Jl HR Rasuna Said Kav S-3
Kuningan - Jakart Selatan 12950
Telp 021-5248200

Setelah mendapat formulir, silahkan:
* Mengisi formulir secara lengkap

* Segera kontak/email kenalan/saudara anda di Belanda agar mereka pergi ke GEMEENTE (kantor walikota setempat dimana mereka tinggal). Beli formulir seharga Euro 14 (satu formulir). Mereka tinggal mengisi formulir itu dengan menyebut siapa yang diundangnya: nama, alamat, tempat tanggal/tanggal lahir orang yang diundang, no telp, email.

* Selain mengisi formulir dari gemeente, juga minta tolong pada kenalan untuk membuat surat undangan untuk anda yang isinya: mengundang anda, menyebutkan apa hubungan dia dengan anda (teman/kenalan/saudara), siapa yang akan mendanai perjalanan anda. Kalo anda mendanai sendiri perjalanan anda, siapkan saldo tabungan 3 bulan terakhir. Kalo kenalan/saudara anda yang mendanai maka minta dia menyiapkan saldo tabungannya 3 bulan terakhir. Artinya dia menjadi SPONSOR anda. (Jika punya surat undangan/sponsor, artinya anda meminta VISA KUNJUNGAN)
Ini contoh surat undangan/invitation letter:
http://www.facebook.com/group.php?gid=128092889677&v=app_2373072738&ref=ts#!/topic.php?uid=128092889677&topic=17449

* Segera beli Asuransi perjalanan: bisa AXA atau ACA (di Jakarta AXA bisa dibeli di Gedung Mayapada Jl Jendral Sudirman). Harga asuransi bergantung pada lamanya perjalanan anda. Kedubes Belanda meminta asuransi perjalanan yang pertanggungannya minimum Euro 30.000. Kalau asuransi AXA Gold bisa juga, tapi perhatikan fluktuasi Euro dan $US karena asuransi dihitung dalam $US, sementara Kedubes Belanda menghitung dalam Euro. Untuk aman, beli saja AXA Premium. Asuransi ACA juga bisa. Jika anda tidak membeli asuransi perjalanan, maka saat anda datang ke Kedubes, berkas anda akan langsung ditolak dan akan disuruh kembali lagi ke Kedubes jika anda sudah beli asuransi perjalanan ini.

* Siapkan reservasi tiket pesawat. (jika tidak terdesak, jangan membeli tiket dulu. Biasanya tiket promo membuat kita "panas" untuk langsung membelinya. Bisa saja kita beli tiket murah itu, tapi harus siap konsekuensi jika visa tidak diapproved. Jadi saya sarankan bikin reservasi tiket pesawat dulu untuk berjaga-jaga jika visa anda tidak diapproved.).

* Jika tidak punya surat undangan atau sponsor, berarti anda meminta VISA TOURIST. Anda harus menyiapkan reservasi hotel selama perjalanan anda di Eropa. Jika anda di Eropa 2 minggu, maka akan diminta reservasi hotel selama 2 minggu anda menginap di hotel mana saja. Biasanya hotel2 meminta Down Payment seperti reservasi dihttp://www.hostelbookers.com atau http://www.hostelworld.com Jika anda tidak mau bayar Down Payment, coba reservasi di http://www.hotel.info

* Jika itu semua sudah siap, silahkan mengontak Kedubes Belanda via EMAIL di jak-visa@minbuza.nl

Saudara/teman anda juga anda minta untuk segera mengirim email pada anda dan di-cc kepada jak-visa@minbuza.nl yang isinya: surat undangan yang dia buat untuk anda, surat/formulir dari Gemeente, foto kopi paspornya dan foto copy izin tinggalnya di Belanda (jika dia bukan orang Belanda asli).

Isi email anda pada jak-visa@minbuza.nl adalah permohonan untuk membuat JANJI BERTEMU atau WAWANCARA. Sertakan juga data-data diri anda. Ingat, antrian untuk membuat janji kadang-kadang PENUH atau BANYAK, karena itu secepatnya membuat janji. Aplikasi visa sudah bisa diajukan 3 bulan sebelum perjalanan anda lakukan, dan minimum 2 minggu sebelum perjalanan anda karena proses pembuatan visa minimal 10-14 hari kerja. Jika belum ada balasan email, ulangi kirim kembali email yang sama. Pengalaman saya di Kedutaan Belanda, saya mengirim email permohonan JANJI sebanyak 3 kali baru saya mendapat jawaban atau tanggal untuk menyerahkan berkas.

* Jika anda sudah mendapat email jawaban/tgl untuk datang, silahkan datang ke Kedubes Belanda dengan membawa:

1. paspor asli dan foto copynya.
2. foto kopi: KTP, kartu pegawai, kartu kredit (jika punya).
3. pas foto berwarna 3 x 4 cm dengan latarbelakang warna PUTIH.
4. formulir aplikasi visa Schengen yang sudah diisi lengkap
5. foto kopi KK (kalo travelling dengan keluarga/suami/istri)

6. surat undangan dari pengundang (keluarga atau kenalan yang tinggal di negara yang akan dikunjungi), formulir dari Gemeente, berikut foto kopi paspor dan izin tinggal pengundang.
 
7. kalo tidak punya undangan, lampirkan reservasi hotel selama anda di sana. 2 minggu di sana, lampirkan semua hotel yang akan anda inapi. (semua jadwal perjalanan/ITINERARY selama di eropa sana).
 
8. reservasi tiket pesawat.

9. surat keterangan kerja dari kantor (ini membuktikan anda punya pekerjaan di Indonesia, sehingga anda tidak dicurigai akan mencari pekerjaan di Eropa sana atau berimigrasi secara gelap).
 
10. Asuransi perjalanan.
 
11. foto kopi saldo tabungan anda/pengundang.
berapa besar tabungan, tidak disebutkan. Siapkan saja dana secukupnya di saldo tabungan anda. misal mau ke Eropa 2 minggu, siapkan saldo tabungan minimum Rp 20-25 juta. siapkan saldo tabungan 3 bulan terakhir saja dan harus jelas di sana aliran uang masuk dan keluar. Jangan "ujug-ujug" atau tiba-tiba ada uang masuk Rp 20 juta, 50 juta misalnya, karena akan dianggap itu DANA PINJAMAN. Jadi atur saldo 3 bulan terakhir/menjelang mengajikan permohonan visa.  Perlu dicatat: ada yang saldonya Rp 100 juta, enggak dapat visa tuh. jadi saldo banyak bukan jaminan dapat visa.
intinya: dengan saldo tabungan 3 bulan terakhir, jika anda punya pekerjaan maka akan ketahuan dana/gaji rutin yang masuk ke tabungan anda setiap bulannya.
* Kalo anda tidak punya uang dan datang ke eropa atau negara lain memang diundang, sebaiknya gunakan SISTEM SPONSOR: jadi foto copy saldo tabungan si pengundang yang anda lampirkan pada aplikasi visa anda.
 
12. Setelah berkas diperiksa lengkap oleh petugas di Kedubes Belanda, maka anda akan diminta membayar biaya visa Rp 666.000 (per orang).

13. Anda akan diberi potongan kertas untuk mengambil paspor dan visa schengen anda.

PRINSIPNYA:
Jika anda memenuhi semua persyaratan yang saya tuliskan di atas, tentunya tak ada alasan Kedubes Belanda untuk menolak permohonan visa schengen anda.

OK teman-teman, semoga apa yang saya sampaikan ini bermanfaat buat semua yang bermimpi ke EROPA.

Good luck,
elok dyah messwati

Please come & join Backpacker Dunia Community!
“Ke Luar Negeri Bukan Lagi Mimpi”
Facebook: Backpacker Dunia
Twitter: BackpackerDunia
Email: backpackerdunia@yahoo.com
Milis: http://groups.yahoo.com/group/backpackerdunia
Blog: http://backpackerdunia.multiply.com/
 

Entri BlogFeb 4, '10 2:44 AM
untuk

Indie Publishing? Ya sekarang indie sedang jadi trend. Tidak cuma kaset indie label, dunia perbukuan pun sudah mulai booming. Makin banyak penulis yang memilih untuk menerbitkan sendiri bukunya (self publishing) or indie publishing. Begitu pula saya juga terkena virus indie itu dengan menerbitkan sendiri buku saya berjudul "Backpacking Hemat ke Australia".
Mengapa indie publishing? Banyak orang mengira sebuah buku diterbitkan secara independent itu karena naskah buku itu sudah ditolak banyak penerbit. Makanya kemudian diterbitkan sendiri. Hmm, bisa jadi ada penulis yang seperti itu. Tapi terkait dengan penerbitan buku saya, justru karena persoalan "KEBEBASAN BEREKSPRESI"lah yang membawa saya pada keputusan indie label itu. Bebas berekspresi maksudnya: saya bisa menulis suka-suka saya, tanpa perlu disensor oleh editor penerbit mapan, bisa mejeng-mejeng foto suka-suka saya karena konsepnya mirip blog yang dipindahkan ke dalam buku, bisa memilih kertas yang kita suka, bisa memilih tebal kertas cover, bisa melayout sendiri naskah kita sesuai kemauan kita, bisa membuat sendiri covernya sesuai selera kita. Intinya kita bebas berekspresi. "Gue Banget" begitu dibilang orang. Hasilnya: tentu saja kita puas dengan kerjaan kita sendiri.
Selain itu juga terkait royalti. Jika kita berikan naskah kita kepada penerbit mapan, maka royalti yang diberikan penerbit di Indonesia ini hanya berkisar 8% untuk cetakan pertama (3.000 buku), setelah itu untuk cetakan kedua barulah penulis diberi royalti 10%. So, kalo harga buku kita di pasaran Rp 50.000, kita akan mendapat royalti hanya Rp 4.000-5.000 saja per buku. ALAMAK.....sungguh tidak menghargai kerja keras penulis. So sutralah, mending self publishing aja. Nekad tapi hasilnya memuaskan...(diri sendiri tentunya).
Rencana buku indie publishing sudah saya bicarakan dengan ImaZahra pada Maret 2009, lalu mulai nego harga cetak dengan mas Vincent di Gramedia Printing sejak April 2009 sebelum saya pergi kembali ke Australia. Harga kertas fluktuatif sesuai dengan fluktuasi $US, so kalo mau cetak tunggu harga $US turun. Lalu lebih dalam lagi soal buku indie juga saya bicarakan dengan penulis buku Indie Andrei Budiman sebelum berangkat ke Aussie Mei 2009. Andrei ini sudah menerbitkan bukunya berjudul "Travellous" pada 2008. Jadi begitu pulang dari Aussie, tinggal menyelesaikan tulisan yang sudah separuh jadi
Pas saya ke Yogyakarta, akhir Januari 2010 lalu, sempat bicara dengan jeng Suluh Pratita soal indie label ini. Hmm, bahkan mau bikin diskusi khusus mengenai Self Publishing. OK OK kami akan bikin, tapi tunggu waktu luang dulu ya karena Jeng Tita juga sedang sibuk. so buat yang di Yogya, tunggu ya diskusi soal Self Publishing or Indie Label ini.
Buat Multipliers yang belum punya buku saya, bisa beli ke saya langsung. Silahkan kirim personal message saja atau kirim email ke backpackerdunia@yahoo.com Tuliskan pesanan berapa buku yang akan dibeli, nama lengkap, alamat dan no telpon penerima. Harga buku Rp 50.000.
regards,
elok dyah messwati



cheers,
elok dyah messwati

Entri BlogJan 29, '10 4:32 AM
untuk
http://www.annida-online.com/berita-komunitas/gathering-pertama-komunitas-backpacker-dunia.html

Gathering Pertama Komunitas Backpacker Dunia


Annida-Online—Bermula dari milis di yahoogroup yang dibuat oleh Elok Dyah Messwati Juni 2009 lalu, terbentuklah komunitas Backpacker Dunia yang kini memiliki sekitar 1.790 orang member. Elok, sang penggagas, mengakui bahwa komunitas ini ditujukan untuk wadah curhat dan sharing antar sesama backpacker.

“Kan aku belum menghabiskan dunia, dan belum semua negara aku jelajahi, makanya aku perlu membuat komunitas ini supaya bisa saling sharing,” ungkap Elok.

Oleh karena komunitas ini basisnya di dunia maya, pada Sabtu (9/1) lalu, digelarlah Gathering Awal Tahun komunitas Backpacker Dunia. Gathering ini merupakan pertemuan pertama antar para anggota Backpacker Dunia secara fisik. Meski menurut Elok ini adalah acara dadakan yang sosialisasinya dilakukan dalam waktu yang amat mepet, namun sekitar 50 orang anggota berhasil berkumpul di Pusat Perbelanjaan FX Plaza, Jakarta.

“Acaranya seru-seruan pastinya. Intinya, dalam gathering tersebut juga kami saling melengkapi info suatu negara yang pernah dikunjungi antara backpacker satu dengan lainnya,” tambah penulis buku Backpacking Hemat ke Australia ini.

Hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas backpacking seperti masalah pengurusan visa, kiat-kiat survive di suatu negara, sampai cerita-cerita lucu yang pernah mereka alami di suatu negara lebur dalam suasana akrab sore tersebut. Elok menilai bahwa setiap jengkal peristiwa yang terjadi saat backpacking memang pengalaman yang mengundang inspirasi bukan saja untuk orang-orang yang mengalaminya, tapi juga bagi orang lain yang mendengarnya.

“Itulah mengapa forum-forum semacam ini penting untuk terus diselenggarakan. Untuk menumbuhkan keakraban dan menjalin persaudaraan di antara para backpacker. Karena inti dari backpacking sendiri adalah perasudaraan antar suku bangsa, antar negara, sedunia. Bukan sekadar jalan-jalan tanpa makna.”

Menurut Elok, dalam waktu dekat ini, komunitas Backpacker Dunia akan kembali menggelar gathering di beberapa kota seperti Surabaya pada Ahad (17/1) mendatang, Bandung (23/1), dan Yogyakarta (29/1). Khusus di kota Yogyakarta, Elok akan sekalian membahas bukun backpackingnya yang diluncurkan Oktober 2009 lalu. [nyimas/foto: dok. Elok Dyah M

Entri BlogJan 18, '10 5:24 AM
untuk
 
Komunitas Backpacker Bertemu Darat
 
 
DHARMAHUSADA - Apa yang dibicarakan bila para backpacker (pengelana) berkumpul? Pasti kisah-kisah unik, lucu, maupun menjengkelkan seputar petualangan mereka di berbagai tempat.

Itulah yang terjadi ketika 12 anggota backpacker yang tergabung dalam grupcouchsurfing.org berkumpul di Mal Galaxy kemarin (17/1). Mereka berasal dari Jakarta, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan sekitarnya. ''Sebelumnya, kami belum pernah bertemu darat,'' ujar Elok Dyah Messwati, salah seorang anggota komunitas itu.

Selama ini, mereka hanya berkomunikasi lewat jejaring maya yang beranggota 132 negara tersebut. Hanya, ada beberapa orang yang pernah bertemu secara tidak sengaja saat berada di tempat yang sama.

''Mudah-mudahan pertemuan ini bisa menjadi forum untuk lebih mengenal antaranggota,'' harap Elok.

Selain itu, pertemuan tersebut bertujuan untuk berbagi pengalaman selama mereka menjelajahi tempat-tempat di berbagai negara atau kota. Mulai pengalaman lucu sampai menjengkelkan, aturan yang dibuat untuk tamu, hingga hambatan yang mereka alami di perjalanan.

Misalnya, pengalaman Elok yang mendapatkan teman backpacker yang akan menginap di rumahnya di Jakarta. Teman yang berasal dari Polandia tersebut terkejut saat harus mandi menggunakan gayung. "Saya sampai harus memeragakan bagaimana cara mandinya,'' ujar perempuan berambut panjang itu.

Bahkan, cara mengupas apel yang berbeda pun jadi masalah. Menurut Elok, cara orang Indonesia dan orang Polandia menguliti apel, ternyata, berbeda. ''Bule teman saya itu sampai gumun lihat saya mengupas apel. Dia sampai merekam dan memotretnya. Mungkin aneh ya bagi mereka,'' tuturnya disambut tawa teman-teman komunitasnya.

Pertemuan kemarin juga digunakan untuk saling memberikan nasihat kepada backpackerbaru. "Kebanyakan orang Indonesia sungkan menghadapi tamu asing, teman backpackerdari luar. Seharusnya, kita tegas menghadapi mereka. Tak perlu sungkan untuk mengatakan tidak, misalnya,'' tutur alumnus FISIP Unair yang kini bekerja di Jakarta tersebut. (upi/ari)

Entri BlogDec 3, '09 7:17 AM
untuk

http://www.annida-online.com/berita-penulis/elok-dyah-messwati-pede-dengan-%E2%80%9Cself-publishing%E2%80%9D-khusus-buku-traveling.html

 

Elok Dyah Messwati: Pede dengan “Self Publishing” Khusus Buku Traveling

Diposting: Minggu, 15 Nopember 2009 / 05:09:35 | Oleh: annida | Kategori: Berita Penulis
 
Annida-Online—Dalam lima tahun belakangan ini, dunia penerbitan Indonesia menunjukkan perkembangan yang siginifikan pada genre buku-buku traveling. Salah satu pelancong yang juga berprofesi sebagai wartawan senior sebuah harian nasional terbitan ibukota; Elok Dyah Messwati, juga tak mau kalah menuliskan pengalamannya saat berpergian ke luar negeri.
Bedanya, bila penulis lain memercayakan proses produksi buku travelingnya pada penerbit yang sudah mapan, Elok justru menempuh jalur indie untuk menerbitkan buku-bukunya. Menurutnya, setiap perjalanan yang telah dilaluinya selalu unik, maka ia harus merangkum kisahnya dengan gayanya sendiri, tanpa ada intervensi dari pihak-pihak lain.
“Beberapa kali saya ditawari menulis buku traveling oleh sebuah penerbitan besar, tapi saya tunda hingga akhirnya saya tolak, karena saya sering berselisih dengan konsep yang diajukan penerbit dan inginnya saya. Jadi, ya sudah, pede (baca: percaya diri) saja dengan self publishing,” jelas wanita yang baru saja meluncurkan buku perdananya;Backpacking Hemat ke Australia.
Keputusan Elok menerbitkan buku travelingnya melalui penerbitannya sendiri, memang menimbulkan konsekuensi yang mungkin tak ditemui oleh para penulis lainnya. Hal-hal di luar urusan tulisan, seperti modal penerbitan buku, desain buku, dan lain-lainnya, harus dipikirkan dan dikerjakan sendiri, seringkali membuatnya tak fokus dalam menulis.
“Kalau sudah begini, saya coba lihat lagi skala prioritas. Misalnya, kapan menulis, kapanhunting percetakan murah, kapan memikirkan promosinya, dan lain sebagainya. Beruntung, selama ini, karena proyek buku traveling perdana saya prosesnya sudah dimulai sejak dulu, dengan menulis di blog, dan ada banyak yang bantu saya dalam urusan penerbitan, segalanya jadi mudah dan di situlah asyiknya,” sambung Elok yang sering memanas-manasi orang untuk berani berbackpacking meski dengan budgetterbatas.
Rencananya, wanita kelahiran Surabaya, 5 Agustus 1969 yang sejak kecil memang hobi menulis dan jalan-jalan ini, ingin serius menggarap buku-buku traveling. Itulah alasan mengapa Elok menamakan penerbitannya dengan Backpacker Dunia Publishing. Elok menilai, sayang sekali bila bila perjalanan-perjalanan yang pernah ditempuhnya itu tidak ditulis dan dibagi pada orang lain, karena setiap perjalanan mengandung pelajaran yang bisa diambil hikmahnya dalam mensyukuri hidup dan apa yang telah diberikan oleh Tuhan YME.
“Jadi, semoga setelah buku Backpacking Hemat ke Australia ini akan ada buku-buku traveling lainnya yang akan saya tulis dan terbitkan. Saya juga nggak menutup kemungkinan untuk mengakomodir traveler lainnya yang punya minat menuliskan perjalanannya di penerbitan yang saya dirikan. Tapi untuk saat ini saya justru seringnya mengkompori para pelancong untuk berani juga menulis dan menerbitkan buku-buku travelingnya sendiri,” pungkas istri dari Arief Hendarto, yang juga sudah pernah berkeliling ke sejumlah negara di Eropa dan Amerika.
Siapa yang berani ikutan langkah Mbak Elok? Ayo jalan-jalan sambil terus menulis!!! [nyimas]

Entri BlogNov 26, '09 9:09 AM
untuk
http://www.annida-online.com/berita-penerbit/backpacker-dunia-publishing-luncurkan-%E2%80%9Cbackpacking-hemat-ke-australia%E2%80%9D.html

Backpacker Dunia Publishing Luncurkan “Backpacking Hemat ke Australia”

Diposting: Senin, 16 Nopember 2009 / 00:00:00 | Oleh: annida | Kategori: Berita Penerbit
Annida-Online—Bagi mereka yang biasa melancong, Australia adalah salah satu negara yang kerap dipandang sebelah mata. Selain biaya hidup di negeri kangguru itu terkenal mahal, panorama alam yang ada pun tak seindah panorama negera-negara Eropa yang memang paling diminati oleh para pelancong dunia. Tapi Elok Dyah Messwati, penulis yangn hobi jalan-jalan ini, punya pandangan yang berbeda tentang Australia. Di tengah-tengah acara peluncuran buku perdananya; Backpacking Hemat ke Australia, yang diterbitkan oleh Backpacker Dunia Publishing, Sabtu (14/11) lalu di MP Book Point, Jakarta, Elok membeberkan sejumlah alasan mengapa Australia patut diperhitungkan oleh para pelancong, khususnya oleh para pelancong asal Indonesia karena bertetangga cukup dekat dengan Australia.

“Buku Backpacking Hemat ke Australia ini bercerita tentang pengalaman penulisnya berkeliling Australia dengan ongkos yang terbatas. Jadi, kalau ada yang bilang ke Aussie itu mahal, saya bisa katakan nggak selalu. Karena kalau tahu cara dan triknya, jatuhnya malah murah banget,” jelas Nancy Margaretha, Volunteer Hospitality Club (HC), sebuah jaringan silaturahmi sejagat bagi backpacker dan traveler, yang didaulat sebagai salah satu pembicara dalam acara peluncuran buku tersebut.

Salah satu cara yang dilakukan Elok agar dirinya bisa melakukan traveling murah di Australia adalah dengan cara tinggal di rumah penduduk local (stay with local people) secara gratis. Hal ini yang menjadi poin penting dalam buku Backpacking Hemat ke Australia, yang ditulis oleh Elok. Elok juga membahas komunitas HC dan CS, yang banyak berperan dalam mewujudkan traveling murah ke Australia—juga negara-negara lainnya di dunia.

“Intinya, bukan bagaimana berbackpacking murah ke tempat mana dengan cara apa, tapi buku ini menurut saya juga ingin menceritakan bagaimana sebuah kebaikan yang juga harus kita mulai dari bentuk yang kecil sekalipun, akan berguna saat kita berpergian. Yakinlah itu!” sambung Nancy, yang diamini oleh pembicara lainnya; Toton Suhartanto, travelmate penulis ke Australia pada Mei 2009 lalu.

Elok, yang merangkap sebagai penulis dan penerbit buku ini, juga menjelaskan mengapa Australia yang dipilihnya menjadi objek tulisan travelingnya untuk dibukukan pertama kali. Selain jarak yang dekat dengan Indonesia, Elok juga menjelaskan bahwa Australia merupakan negara yang paling heteregon kedua setelah Amerika dengan multietnik, multikultur, dan multiras, di mana seseorang bisa belajar kebudayaan banyak bangsa dan bagi Muslim, ancaman terhadap diskriminasi dan perlakuan negatif dari penduduk setempat.

“Kalau pengalaman Marina yang berjilbab (penulis buku Keliling Eropa Enam Bulan dengan 1.000 dolar) di Eropa ia sering dapat jari tengah (yang berarti merendahkan umat Islam), di Australia, saya jamin 99 persen hal itu nggak akan terjadi karena memang umat Islam di Australia itu jumlahnya banyak. Jadi, bisa dibilang lebih safe lah,” tambah Elok.

Buku Backpacking Hemat ke Australia ini juga memuat tips dan trik melakukan perjalanan yang menyenangkan ke Australia, berbagai informasi tempat yang indah di Australia, dan berbagai tempat yang memiliki jejak literasi di Australia. Pokoknya, it’s all about Australia! [nyimas


Entri BlogNov 15, '09 1:10 PM
untuk
http://travel.kompas.com/read/xml/2009/11/15/11094068/inilah.buku.wisata.murah.ke.australia
Inilah Buku Wisata Murah ke Australia
Buku yang berisi kiat-kiat menjelajah Australia dengan Murah. Buku karya wartawan Kompas Elok Dyah Messwati itu diluncurkan, Sabtu (14/11/09) petang.
    Minggu, 15 November 2009 | 11:09 WIB
    KOMPAS.com — Bagi yang suka jalan-jalan keliling dunia, ada kabar bagus dan menarik. Sabtu (14/11) petang kemarin di MP Book Point, Jakarta, telah diluncurkan bukuBackpacking Hemat ke Australia(Penerbit Backpacker Dunia Publishing, 2009), yang ditulis Elok Dyah Messwati, wartawan Kompasyang sudah melanglang buana ke banyak negara di dunia.
    Elok menuliskan pengalaman perjalanan ke Australia tahun 2007, 2008, dan 2009, dengan biaya yang mungkin superhemat. "Selama 15 hari di Australia, tahun 2009 ini, perjalanan bisa menghemat sampai Rp 16 juta," katanya.
    Menurut dia, banyak backpacker yang berpikiran ke Australia mahal. Ya, seperti umumnya negara-negara maju Amerika Serikat, Eropa, Korea, dan Jepang, backpacking ke Australia tak bisa dibilang murah. Sebenarnya ada cara berhemat, yakni tinggal bersama warga setempat melalui hospitality exchange (jaringan silaturahim).
    "Bukan sekadar menginap gratis di rumah penduduk lokal, namun juga kesempatan bertukar pengalaman, kebudayaan, bahasa, dan kebiasaan," tandas Elok yang sudah sejak SMP suka jalan-jalan.
    Ke Australia, Elok masuk dari Perth lalu ke Adelaide, Melbourne, Canberra, terus ke Sydney, Katoomba, Wollongong, Brisbane, Gold Coast, lanjut ke Darwin.
    Pada sesi peluncuran buku, yang dihadiri puluhan backpacker yang berminat sekali ke Australia, itu juga tampil berbagi pengalaman Nancy Margaretha dari Hospitality Club/CouchSurfing Country Local Volunteer/Ambassador, dan Toton S, seorang arsitek, yang bersama Elok untuk pertama kalinya menjelajahi Australia.
    Dalam dialog tersebut mengemuka pertanyaan mengenai bagaimana kiat-kiat mendapatkan visa dengan mudah, kiat mendapatkan teman kemudian menginap di rumahnya atau menginap di tempat penginapan paling murah, kiat-kiat mendapatkan tiket penerbangan termurah, dan banyak lainnya.
    Dalam bukunya, Elok menceritakan dengan rinci bagaimana pengalamannya ber-backpackinghemat ke Australia dengan bahasa yang gamblang, bercerita, serta dilengkapi foto-foto yang dicetak berwarna. Bahkan, Elok juga menyertai sejumlah referensi. (Yurnaldi)
    Pemesanan buku email ke backpackerdunia@yahoo.com
    Tulisan nama, alamat pengiriman dan jumlah buku yang dipesan.
    Harga Rp 50.000/buku

    Entri BlogSep 10, '09 6:17 AM
    untuk
    Dear teman-teman milis/group Backpacker Dunia,

    Terima kasih atas kehadiran teman-teman pada acara Buka Puasa Bersama di Plaza FX Senayan Jakarta, Rabu, 9 September 2009 malam kemarin.

    Pertemuan kemarin malam memang singkat, tetapi menurut saya seru. Tercatat sekitar 40-an teman yang datang bergabung, dinner bersama dan saling sharing pengalaman berbackpacking ke Eropa, Japan, dan Australia (Mas Yogie, Mbak-Mbak: Seli, Deedee, Anggi, Yanti, Santi dan Vari).

    Cerita yang disharingkan teman-teman lucu-lucu:

    1. Yogi e kecopetan di Pisa, Italia: dua paspor (Yogie & istri) hilang dicopet cewek Italia. Terpaksa stayed di Train Station, Untungnya jam 02.00 pagi ada seseorang yang tiba-tiba memberikan dua paspornya.
    2. Seli yang mendapatkan kemudahan saat mengurus visa schengen di Kedutaan Belanda. Mendapat host yang baik banget di Vienna, Austria.
    3. Deedee sharing tentang hunting ticket penerbangan murah.
    4. Anggi cerita tentang kisahnya ketinggalan pesawat dari Narita, Japan ke Jakarta.
    5. Yanti bercerita petualangannya ke Ibiza, Spain yang hanya dibuka setiap summer saja.
    6. Santi bercerita mengenai pengalamannya keliling Eropa Utara (kawasan Skandinavia).
    7. Vari sharing tentang bagaimana menggunakan Eurorail dan cara mensiasatinya supaya bisa nyampe ke banyak kota. Tentang rasa tidak amannya selama di Prague (Praha), Czech.

    Ada lagi cerita tentang teman belum pernah ke luar negeri sekali pun tetapi akhirnya bisa berkeliling 7 negara Eropa selama 26 hari hanya dengan total Rp 15 juta. Juga cerita tentang teman yang berbackpacking keliling Asia Tenggara: Spore-Malaysia-Thailand-Vietnam selama sebulan hanya dengan Rp 5 juta!

    Juga cerita mengenai keberuntungan menjadi member Couchsurfing yang bisa menghemat biaya akomodasi. Ada yang berhemat Rp 12 juta selama perjalanan 3 minggu ke Eropa, ada yang berhemat Rp 20-an juta selama perjalanan 3 bulan ke Eropa. Saya sendiri pernah berhemat Rp 16 juta untuk perjalanan 3 minggu keliling Australia, May 2009 lalu.

    Yang menarik juga ternyata seorang member CouchSurfing asal Denmark Chaterine berulang tahun yang ke-26 Kamis kemarin. Happy birthday Markonah.... (Markonah adalah nama Indonesia bagi Chaterine karena ia kini tinggal di Indonesia). Karena keadaan darurat dan persiapan yang mendadak, jadi kue ultah yang disiapkan Deedee Caniago hanya diberi hiasan lilin kertas...hehehe dan Markonah pun pura-pura meniupnya diiringi lagu Happy Birthday to Markonah.

    Tidak hanya Chaterine yang dapat nama baru, temannya yang juga dari Denmark Andres juga dapat nama Indonesia. Teman-teman menyepakati memberinya nama Ujang. Andres pun sepertinya gembira dengan nama barunya.

    Begitulah cerita singkat tentang pertemuan member milis/group Backpacker Dunia.

    Meski hanya singkat, tapi banyak pengakuan dari teman-teman yang hadir bahwa sharing pengalaman teman-teman sangat inspiratif dan memotivasi mereka untuk traveling/backpacking ke luar negeri. Memang tujuan group ini adalah untuk kompor dot com bagi teman-teman yang memiliki desire menjelajah dunia.

    Bukannya tidak cinta Indonesia, namun melihat dunia di luar sana juga perlu untuk memperluas pandangan...mumpung masih muda. Ayoooo brangkat!

    Sekali lagi, terima kasih atas kehadiran teman-teman dan sampai jumpa pada pertemuan berikutnya.

    Regards,

    Elok Dyah Messwati
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     

    Entri BlogSep 7, '09 11:20 AM
    untuk
    Menginap gratis di luar negeri?
    Memang bisa?
     
    Bisa dong. Umumnya perjalanan ke luar negeri yang juga "menguras" isi kantung kita adalah urusan penginapan. Untuk berhemat, teman-teman bisa menjadi member dari Hospitality Club (HC) http://www.hospitalityclub.org atau CouchSurfing (CS) http://www.couchsurfing.org dan kita bisa menginap gratis di rumah sesama member HC dan CS di seluruh dunia.
     
    Konsekuensi sebagai member HC atau CS, kita membuka rumah kita bagi backpackers lain dari seluruh dunia. Kalau toh tidak bisa menerima mereka menginap di rumah, kita bisa menemani mereka sekadar ngopi2, dinner atau sekadar mengguide atau memberi informasi mengenai destinasi lokal Indonesia yang ingin mereka datangi.
    Pengalaman saya saat berkeliling Aussie May 2009 lalu, saya mendapatkan 8 host sehingga saya berhemat hingga $AU 2000 (Rp 16 juta) karena saya mendapatkan hosts. Dana yang semestinya dipergunakan untuk membayar hostel backpacker bisa saya keep untuk keperluan lainnya.
    Bagaimana pengalaman teman lainnya?
     
    Regards,
    Elok Dyah Messwati

    Entri BlogSep 7, '09 11:08 AM
    untuk
    Dear friends yang sudah dan barusan "mentas" muter-muter Eropa atau yang akan ke Eropa, Australia, Asia Tenggara, Middle East, dll.
    Saya baru saja membuat milis baru dan saya beri nama Milis Backpacker Dunia. Saya membuat milis ini untuk memfasilitasi teman2 who have big desire jalan-jalan backpacking ke luar negeri.

    Perjalanan ke luar negeri dengan budget terbatas? Tentu saja itu sangat mungkin dilakukan. Di milis ini anda bisa bertanya dan berbagi informasi mengenai segala hal yang terkait dengan perjalanan/traveling/backpacking ke luar negeri.
    Setiap hari banyak email masuk ke saya (secara pribadi) yang menanyakan tentang track backpacking, itinerary, aplikasi visa, penginapan/mencari hotel, mencari host/menginap gratis with local people (jika sudah jadi member Hospitality Club/HC  http://www.hospitalityclub.orgatau CouchSurfing/CS http://www,couchsurfing.org ), cara survival dan berbagai pernak-pernik keperluan dan informasi sebelum dan selama di luar negeri. Melalui forum diskusi di milis Backpacker Dunia ini, teman-teman yang memiliki pengalaman ke luar negeri bisa mensharingkan pengalamannya. Bahkan saya juga bisa bertanya mengenai negara-negara yang belum pernah saya kunjungi pada teman-teman yang pernah mengunjunginya. Jadi milis ini menjadi tempat  berbagi dan bertanya sesama backpacker yang memiliki minat serupa.
    Saya ingin milis ini menjadi milis yang serius membahas kepergian ke luar negri dan diharapkan memang orang-orang yang serius mau bersolo backpacking atau berkelompok bbrp orang pergi ke luar negeri bersedia bergabung dalam milis ini.
    Perjalanan ke luar negeri yang selama ini dianggap kebanyakan orang hanya sekadar mimpi dan diawang-awang, saya harapnya menjadi sebuah hal yang biasa, menjadi hal yang bisa dilakukan dan perjalanan-perjalanan tersebut makin memperkaya kita. Mari kita membantu teman-teman lain untuk mewujudkan mimpinya berjalan-jalan ke luar negeri.
    Berminat untuk turut berdiskusi: Bisa bergabung di
    http://groups.yahoo.com/group/backpackerdunia
    Juga bisa bergabung di Group Backpacker Dunia di Facebook.
    Salam Backpacker,
    Elok Dyah Messwati

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar