Kamis, 07 April 2011

Dubai

Dubai Selayang Pandang

Sering salah kaprah menganggap Dubai adalah sebuah kota. Salah besar, Dubai adalah salah satu dari 7 (tujuh) wilayah ke-emiran  Uni Emirates Arab (Abu Dhabi, Ajman, Fujairah, Sharjah, Dubai, Ras Al Khaimah dan Umm Al Quwain). Wilayah ini tumbuh dengan sangat cepat sekali dan dalam hitungan beberapa tahun saja sudah berubah dari gurun gersang menjadi kota megapolitan yang penuh dengan gedung tinggi perkantoran, mall, hotel dan apartment. Saking cepatnya pembangunan di kota ini maka Dubai adalah satu satunya pembangunan tercepat yang bisa mengalahkan pembangunan candi Prambanan (konon candi ini dibangun dalam semalam saja). Letak kota ini hanya 1 1/4 jam saja perjalanan dari Kuwait dengan pesawat terbang atau setara Jakarta - Yogyakarta. Sama dengan Kuwait, negara ini terletak di pinggiran teluk Arab (Arabian Gulf Sea).

Sebenarnya Dubai sudah dipimpin oleh Al Maktoum dynasty sejak 1833, tetapi benar benar tumbuh dari sebuah kota kecil perdagangan sejak ditemukan minyak bumi pada tahun 1960. Dan mulai tahun 1970 Sheikh Rashid bin Saeed Al-Maktoum  memimpin pembangunan Dubai menuju Modern Uni Arab Emirates (1958-1990). Setelah itu kepemimpinan dilanjutkan oleh Sheikh Maktoum III bin Rashid Al Maktoum (1990-2006) dan Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum (2006 - Sekarang). Dan Dubai benar benar dibuka selebar lebarnya untuk segalanya (Free Trade Zone). Hasilnya sungguh luar biasa, saat ini pendapatan dari minyak bumi hanya 6 % saja dari pendapatan negara, pendapatan yang lain didapat dari Tourism, Real Estate & Construction (22.6 %) dan Financial Services. Sampai saat inipun pembangunan kota masih berlangsung terus, dan yang saya sangat kagum adalah kebersihannya. Meskipun banyak pembangunan gedung dan pekerjaan konstruksi, kebersihan Dubai tetap apik dan resik.

Nginap Di Apartment Topaz Living Court
Karena tahun 2009 ini Dubai terkena imbas Resesi Global (Krisis Ekonomi) maka hampir semua hotel dan apartment dipangkas 50 % untuk tetap mempertahankan jumlah pengunjung ke Dubai. Tiga bulan lalu harga sewa hotel atau apartment per malam di Dubai sangat luar biasa mahal dan membuat kita tercengang kagum. Tapi saat ini sudah relatif sama dengan harga sewa di kota lain seperti di Jakarta, Kuwait atau negara lain. Kita melakukan booking hotel secara online melalui Booking.com. Sengaja kita pilih Topaz Living Court karena berdasarkan info dari surfing mbah google katanya hotel ini sangat strategis sekali dalam arti dekat dengan Emirates Mall, mall terbesar kedua di Dubai. Ternyata benar sekali, cukup nyeberang jalan saja sudah nyampai di pelataran parkir Emirates Mall.

Dibanding apartment lain disekitarnya seperti The Dunes, Grand Tulip, Rose Garden dan lain lain, Topaz Living Court adalah yang paling dekat dan mudah aksesnya ke pintu masuk Emirates Mall. Apartment yang lain dibatasi oleh jalan raya besar Sheikh Zayed Road atau cukup jauh muternya menuju gate masuk. Harga sewa Topaz Living Court 2 Bed Room per malam adalah AED 499. Sangat bagus mengingat bahwa apartment ini masih baru. Fasilitas dapur juga sangat lengkap, mulai dari pecah belah, mesin cuci, kompor listrik, microwave tersedia. Ruang keluarga juga cukup luas dan kamar mandi dengan bath tub ada dua buah masing masing didalam kamar plus satu kamar mandi kecil diluar kamar tidur.

The Big Bus Tour
Salah satu alasan lagi kenapa kita memilih apartment dekat dengan Emirates Mall adalah karena di Mall ini tedapat tempat penjualan tiket Dubai Big Bus. Dengan menggunakan Big Bus, paling tidak kita sudah bisa mengelilingi seluruh kota Dubai dan hapal tempat tempat bagus dimana kita harus berhenti dan turun keesokan harinya. Harga tiket Big Bus untuk Family (2 Dewasa dan 2 Anak) selama 2 hari adalah AED 700. Plus ada tambahan AED 200 kalau mau ikut Night Tour. Ticket 2 hari seharga AED 700 tersebut sudah lengkap untuk Red Route dan Blue Route dan gratis Dhow Tour (naik perahu tradisional Arab) dan voucher discount di beberapa toko dan restaurant di mall tertentu.

Selama perjalanan menggunakan Dubai Big Bus ini, kita bisa mendengarkan penjelasan mengenai tempat tempat menarik yang kita lewati melalui rekaman kaset yang bisa kita dengar menggunakan earphone yang disediakan gratis dalam bungkus plastik kecil. Air minum mineral disediakan gratis dan kita bisa mengambil setiap saat. Tempat pemberhentian kebanyakan di Mall Mall besar dan mahal seperti Emirates Mall, Dubai Mall, Festival City Mall, Deira City Center Mall, Wafi Mall, Mercato Mall dan lain lain.

Yang kita dengarkan melalui earphone bisa membuat kita tersenyum senyum. Bagaimana tidak tersenyum, di Dubai sangat miskin sekali tempat historic dan tidak ada sama sekali bangunan bersejarah, semuanya gedung baru dan modern dan nadanya sangat menonjolkan konsumerism (konsumtif). Misal : 'Disebelah kiri kita adalah Planet Hollywood yang pertama dibuka di Dubai pada tahun .....', 'Tampak gedung besar didepan kita adalah Dubai Mall, tempat anda bisa belanja produk produk dengan brand internasional seperti Cartier, Louis Vuitton .....', setelah itu ada pesan sponsor 'Kalau anda menginginkan buka puasa lezat dengan cita rasa Arab yang khas, anda bisa mencoba Pars Iranian Restaurant di lantai 2 ....bla bla bla'.

Menyebalkan memang ikut tour konsumtif dari mall ke mall dan penuh iklan.

Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar