Selasa, 15 Maret 2011

Little Mermaid

Bersua Dengan Little Mermaid dan None Becak di Kopenhagen
Syu - Netherland

Ketika saya dan suami memutuskan untuk berlibur ke Kopenhagen, Denmark, pada suatu musim panas, satu-satunya yang terpikir adalah Little Mermaid dari pendongeng kelas dunia Hans Christian Andersen. Itulah sebabnya, saya mengepak koper dengan penuh semangat, bahkan tidak begitu peduli akan lokasi hotel yang kami inapi. Yang penting ada tempat bermalam.

Pertama kali menelusuri pusat kota Kopenhagen, saya dikagetkan oleh keberadaan alat transportasi yang akrab di mata: becak! Plus abang dan none becaknya. Artinya, pengemudinya bukan saja kaum Adam. Pernah melintas di depan kami, becak yang melaju mulus di bawah kendali seorang perempuan muda bergaun terusan merah muda. Sangat feminin.

Meskipun telah berbekal buku kecil mengenai seluk beluk Kopenhagen, kebiasaan kami mengunjungi tourist information sebelum ‘berkelana’ tetap dilaksanakan. Peta kota dan tempat-tempat menarik di sekitar sini dengan mudah bisa diperoleh dari pusat informasi tersebut.
Tujuan pertama kami tentu saja Vesterbrogade 3, lokasi taman rekreasi Tivoli, karena tidak jauh dari tempat kami menginap. Antrian pengunjung berjubel. Suami Saya sangat antusias untuk mencoba carrousel yang konon termasuk terbesar dan tertinggi di dunia.

Pengunjung mesti membayar karcis di pintu masuk, selanjutnya membayar lagi di loket tiap-tiap atraksi. Yang hobi naik roller coaster, dapat memilih yang modern atau yang kuno – yakni yang menggunakan rem tangan manual. Secara sepintas jadi mirip kereta/ gerobak penambang. Sementara menunggu, saya berjalan-jalan menikmati akuarium, taman, dan kolam sambil menikmati gula kapas merah jambu ukuran jumbo!
Yang berminat pada seni dan sejarah, disarankan mengunjungi museum Ny Carlsberg Glyptotek (Catatan: Ny bukan singkatan dari nyonya). Pada hari tertentu, museum ini terbuka gratis untuk umum. Sesuai dengan namanya museum ini memang berkaitan erat dengan Carlsberg, pengusaha bir terkenal asal Denmark.

Melihat kemegahan, kemewahan, dan koleksi museum, bisa ditebak omzet perusahaan bir ini sangat 'ruar biasa'. Di tengah gedung terdapat kolam dengan air mancur mungil berhiaskan patung perempuan indah dengan anak-anak kecil di sekelilingnya. Suasana sejuk makin terbangun dengan adanya tanaman-tanaman hijau nan elok. Diperlukan energi tinggi untuk mengelilingi seluruh ruangan dengan koleksi seni hampir 'tak terhingga'.
Jadi sebelum berangkat, siapkan dulu kondisi fisik dengan tidur malam yang cukup dan sarapan yang bergizi. Apalagi jika ingin melanjutkan perjalanan ke pabrik bir tersebut, yang sebagian digunakan untuk keperluan museum bir. Pengunjung bisa mengamati sejarah pembuatan bir dari jaman lampau hingga kini, termasuk menelusuri perkembangan perusahaan Carlsberg dari awal.
Siapa yang tak kenal dengan Hans Christian Andersen, pendogeng asal Denmark yang terkenal dengan cerita anak-anak. Dunia keajaiban dongeng Andersen menjadi tujuan kami berikutnya, Hans Christian Andersen’s Wonderful World.
Nama Andersen diabadikan menjadi nama jalan dan patungnya menghiasi Kopenhagen. Hasrat menelaah sejarah hidup serta karya-karya asli penulis cerita anak-anak legendaris ini terpuaskan setelah kami menjejaki ruang-ruang yang menyajikan teater boneka atau patung-patung yang dilengkapi suara narator. Andersen yang bukan berasal dari keluarga berada, ternyata sangat kreatif dan bijaksana. Karya-karya aslinya memperlihatkan cara berpikir yang arif dan tidak umum. Istilah jaman sekarangnya mungkin thinking out of the box!
Tidak jauh dari tempat ini, terdapat Museum Ripley’s Believe It or Not. Di sini perasaan saya ‘melompat-lompat’. Koleksi-koleksinya teramat mengagumkan. Ada yang tak terkira mengerikannya, ada yang terlalu aneh untuk diterima akal sehat, ada yang minta ampun lucunya. Pendek kata, semua ada. Salah satu yang menarik adalah lukisan dua perempuan berkimono yang dibuat dari kumpulan perangko. Sepintas tidak ada yang menyangka bahwa itu hanyalah sekumpulan perangko. Cantik nian!

Ajang ‘jjs’ kami lainnya Gedung Walikota beserta pelatarannya. Kebetulan gedung tersebut bisa kami capai dengan berjalan kaki. Toko-toko suvenir dan warung-warung makanan kecil tersebar di jalan-jalan sekitarnya. Pelataran Gedung Walikota ramai oleh berbagai aktivitas. Demonstrasi politik, atraksi seniman jalanan, kumpulan anak-anak muda dengan kostum-kostum mencolok mata, mewarnai keriuhan tempat ini.


Sebagaimana biasa, musim panas menghadirkan suasana yang lebih hidup di segala sudut. Setiap orang menikmati siang yang panjang dengan caranya masing-masing. Para seniman berunjuk kebolehan. Festival jazz di taman Rosenborg, pameran foto berukuran raksasa “Spirit of the Wild” di ruang terbuka Nytorv, pameran foto di perpustakaan kerajaan, pameran seni modern di Staatsmuseum, merupakan beberapa peristiwa yang sempat kami saksikan.
Bagi yang ingin lebih serius untuk mengetahui koleksi-koleksi bersejarah berkaitan dengan kerajaan, Rosenborg Slot tempat yang tepat. Di katakombe kastil Christiansborg, kita bisa melihat sisa-sisa bangunan masa lalu beserta sejarahnya. Untuk peminat seni dunia, kunjungan ke National Museum akan sangat menarik. Koleksi mereka tidak hanya mencakup Eropa, namun juga sampai ke daerah kutub yang dihuni oleh masyarakat Eskimo. Saya sempat tercengang ketika melihat gamelan, wayang, dan kalender Batak yang juga terpajang di sana.

Kebun binatang Zoologisk Have di Frederiksberg dan akuarium di Charlottenlund sangat cocok sebagai tempat rekreasi untuk keluarga bersama anak-anak kecil. Selebihnya, kita tetap bisa menikmati taman-taman umum, karya-karya seni yang tersebar luas di udara terbuka, dan keunikan lainnya tanpa mengeluarkan uang banyak. Satu-satunya yang tidak akan bisa kita temui adalah pantai berpasir. Jadi, bagi yang ingin bersantai seperti di pantai Kuta, satu pesan saya, kuburkan impian Anda!
Dari Kopenhagen, kita bisa mengunjungi Malmo, bagian dari negara Swedia, dengan kereta api. Di sini kami sempat mengunjungi gedung walikota, museum Malmo, museum teknis dan maritim Malmo, serta gereja St. Petri. Gereja ini konon salah satu gedung tertua bercorak Gothic Baltic yang ditemukan pada awal abad ke-14.
Libur kerja tidak berarti libur makan. Untungnya, hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Restoran dari berbagai negara tersebar dimana-mana. Kita tinggal memilih yang sesuai selera. Memang harga makanan di restoran cukup mahal, sesuai dengan daya beli masyarakat setempat.
Pilihan lainnya antara lain fast food atau hidangan Asia take away. Atas saran suami, mungkin memahami homesick saya di negara orang lain, kami sempat makan malam di restoran Bali, yang letaknya di Kongens Nytorv 19, Kopenhagen. Gaya interior dan musik yang dilantunkan membawa saya kembali ke kampung halaman. Apalagi setelah menyantap hidangannya!
Experience beautiful Copenhagen from waterfront". Demikian bunyi iklan canal tours pada sebuah mini card. Dengan antusias, kami berangkat ke Nyhavn. Di samping sebagai tempat merapat perahu-perahu bermotor, Nyhavn merupakan arena jalan-jalan yang populer.


Restoran-restoran kecil, toko-toko suvenir, warung-warung es krim, dan sebagainya berjajar di sepanjang jalan dalam bangunan warna warni. Antrian karcis tour ini cukup panjang. Tampaknya kita bisa memilih berbagai jenis tour, namun kami tidak mengerti perbedaannya. Tour manapun tidak masalah, asalkan bisa berhenti di tepian dekat patung Little Mermaid.
Setelah cukup lama menunggu, perahu motor berangkat juga. Menyaksikan gedung opera, kastil Trekroner dan pemandangan Kopenhagen lainnya dari atas air memang mengasyikkan. Tapi hati-hati dengan hembusan angin yang bisa menerbangkan topi atau barang tidak berharga lainnya (yang disayangi, hehehe…).
Sesuai rencana, kami turun di tempat yang berdekatan dengan lokasi Little Mermaid. Perlu sedikit berjalan untuk mencapainya. Ternyata di situ sudah berkumpul serombongan turis Jepang. Di bawah terik mentari dan tiupan angin kencang, kami mesti sabar menunggu selesainya sesi berfoto mereka satu per satu. Setelah hampir suntuk menunggu, tiba juga giliran kami. Dengan hati-hati, bergantian kami menapaki batu-batuan pantai untuk mencapai sang patung. Klik. Klik. Klik. Klik. Klik. Dari lima foto, pasti ada satu atau dua yang bagus.
Hari itu hari terakhir kami di Kopenhagen. Saya masih tetap memikirkan Little Mermaid yang memandang lautan dengan tatapan menyedihkan. Di ujung jalan tampak penjual cemilan sehat, ercis mentah. Beberapa menit kemudian, seplastik ercis sudah berada di pelukan saya. Butiran ercis-ercis segar menampakkan diri begitu kulit luarnya dibuka. Suami saya menatap dengan pandangan aneh, sebab di Belanda tak ada yang doyan ercis mentah.

Sambil mengupas dan mengunyah, saya bertanya-tanya sendiri. Mengapa Andersen mesti menulis cerita setragis Little Mermaid? Hanya suara kunyahan ercis mentah yang menari-nari di telinga saya. Kruis,kruis,kruis… Ah, dalam situasi santai melankolis seperti ini, ingin rasanya saya menikmati hembusan angin ditengahi suara kayuhan kendaraan sederhana roda tiga favorit kami. Sayang, siang itu belum ada none becak yang lewat.
  0Share20Share2
ILUSTRASI FOTO-FOTO DOK REDAKSI 
MODERATOR - Penggagas KoKi : ZEVERINA
Pembaca "KOLOM KITA" (KoKi) entah di Bontang, Inggris, Bali, Belanda, New Jersey, Kuwait, Australia, atau di Kediri, silakan berbagi peristiwa seputar kehidupan sehari-hari. Kirimkan artikel dan foto melalui form "Kirim Artikel", jika mengalami kesulitan kirimkan melalui email: temennyazev@gmail.com ; kokizeverina@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar