Senin, 28 Desember 2009

Broadband Access

Broadband Access melalui WiMAX atau 3G, Kompetisi atau Komplementer?
From: Broadband Economy

Layanan Wireless Broadband Access telah dimulai di Indonesia melalui jasa seluler GSM 3G atau 3.5G (HSDPA) dan jasa seluler CDMA EVDO sejak tahun 2006 oleh para operator jaringan telpon bergerak (mobile). Namun pengalaman para pelanggannya sampai dengan saat ini terasa sangat tidak memuaskan, sebab kecepatan 3,6 Mbit/detik atau 7,2 Mbit/detik seperti yang di-iklankan tidak pernah tercapai, malah makin terasa lamban dan sulit mengakses file-file suara, gambar, video dan multimedia dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan.

Para Operator 3G dan CDMA EVDO kurang memperhatikan segi mutu layanan bagi pelanggan. Mereka lebih konsentrasi kepada diperolehnya peningkatan jumlah pelanggan dengan mengorbankan mutu kecepatan transmisi jaringan. Salah satu penyebab memburuknya layanan adalah karena keterbatasan lebar pita 3G yang dialokasikan bagi tiap operator, yang umumnya hanya 5 MHz. Untuk menambah lagi lebar pita sebesar 5 MHz, para operator diharuskan membayar sekitar Rp 160 milyar sebagai Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) plus Upfront Fee saat lelang jaringan GSM 3G yang lalu.

Diseluruh dunia saat ini sudah ada 4,6 Milyar pelanggan seluler GSM yang umumnya dapat dengan relatif mudah untuk dikonversi menjadi pelanggan mobile broadband wireless 3G, sehingga dengan demikian dipastikan bahwa layanan akses broadband 3G adalah layanan yang mendominasi akses broadband. Dibandingkan dengan layanan akses broadband melalui WiMAX standar 802.16d yang nomadic dan standar 802.16e yang mobile yang jumlahnya hanya beberapa juta pelanggan diseluruh dunia, maka jelas bahwa layanan WiMAX tidak mungkin untuk menyaingi atau mengganti layanan akses wireless broadband 3G. WiMAX akan hanya merupakan komplemen dari layanan akses wireless broadband 3G.

Salah satu solusi yang relatif mudah untuk dilaksanakan untuk meningkatkan mutu layanan jaringan broadband GSM 3G adalah dengan para operator 3G membeli tambahan pita 3G pada 2,1GHz (dengan penurunan biaya BHP oleh Pemerintah) dan bagi para operator CDMA EVDO adalah dengan melakukan merger diantara operator-operator yang berjumlah keseluruhannya 7 operator CDMA EVDO. Dengan demikian lebar pita broadband per operator dapat dilipat-duakan untuk memberikan mutu layanan yang lebih baik, sehingga pengalaman pelanggan (user experience) dapat diperbaiki untuk dapat memunculkan innovasi-innovasi layanan baru yang memuaskan pelanggan, dan meningkatkan traffic serta revenue para operator. Secara keseluruhan industri TIK akan maju dan demikian pula perekonomian nasional akan dapat ditingkatkan secara proporsional (Broadband Economy).

SingTel trial LTE

CSL dan SingTel akan memulai trial teknologi LTE
Source: telecomasia.net

LTE stole the limelight on the opening day of the Mobile Asia Congress in Hong Kong today, with CSL and SingTel announcing trials of the next-gen wireless technology.
Hong Kong-based CSL looks set to claim the prize of Asia’s first commercial trial. CEO Tarek Robbiati said that the operator would begin an LTE trial “shortly” in Kowloon Bay.

Robbiati said the Telstra-owned operator was ready for LTE, thanks to its all-IP HSPA+ upgrade earlier this year, but would not say when it planned to launch service, “because we like to surprise our competitors.”
CSL will also open an LTE technology center in Kowloon Bay next week, Robbiati said.
SingTel announced a plan to conduct regional field trials of LTE technology across Australia, Indonesia, the Philippines and Singapore slated to start in the first half of 2010.

The trials, the first in these territories, will be held in collaboration with local affiliates Optus, Globe Telecom and Telkomsel.
Six vendors – Alcatel-Lucent, Ericsson, Huawei, NEC, Nokia Siemens and ZTE –have been invited to take part, although SingTel did not specify which suppliers would work in which markets.

The trials are scheduled to take place over metropolitan areas over the next six to nine months.

“The trials will also lay the groundwork to establish a regionally compatible LTE network to facilitate growth in the mobile broadband business for the SingTel Group,” the company said in a statement.
An Optus spokesperson said it was yet to be decided when or if a formal tender process would be scheduled.

Under the trials, LTE base stations and core network equipment will be installed for detailed field tests that will evaluate the technology which promises a peak speed of 340 Mbps.

“With our footprint of regional associates serving 273 million customers in eight markets, we are in an excellent position to drive the adoption of LTE technology in the region and beyond,” said SingTel’s International Group CEO Lim Chuan Poh.
In a new report, IDC says it expects a select group of 3G operators – most likely DoCoMo, KDDI, eMobile, CSL, the PCCW/HGC joint venture, Telecom New Zealand and China Mobile Hong Kong – to pioneer investment in LTE networks.
“The current propaganda of LTE infrastructure is being concentrated on developed APEJ [Asia-Pac excluding Japan] markets, where converged handsets with HSPA and Wi-Fi are becoming the new dominant end-user mobile device, but this attention is not addressing another huge opportunity in APEJ, which is the pent-up demand of under-served broadband households,” said IDC’s Asia/Pacific telecommunications research director Bill Rojas said.

IDC estimates that in markets such as the Philippines, the realistic addressable market for LTE could be as high or even higher than one-third of all households.

Teknologi LTE

NSN Mulai Siapkan Teknologi LTE
by: Deliusno

Beberapa waktu lalu, Nokia Siemens Networks (NSN) mengundang majalah CHIP untuk mengunjungi kantor mereka. Di ruangan rapat yang berisi sebuah meja bundar, CHIP bersama rekan-rekan wartawan lain berdiskusi mengenai masa depan mobile broadband, LTE salah satunya. Pada diskusi tersebut, kami dipandu langsung oleh Markus Borchert, Head of Sales & Marketing Radio Access, NSN.

Kami lebih banyak membahas mengenai LTE pada diskusi ini. Bagi Anda yang belum tahu, LTE adalah generasi ke empat (4G) dari teknologi radio yang diciptakan untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan dari jaringan telepon mobile.

LTE kemungkinan besar akan menjadi jawaban bagi para operator telekomunikasi di masa datang mengingat teknologi baru ini mampu memberikan efisiensi yang lebih baik dari generasi sebelumnya (3G). Tentu dengan adanya efisiensi tersebut, operator telekomunikasi yang menggunakan teknologi tersebut dapat menghemat pengeluaran mereka dan (semoga) dapat memberikan layanan yang lebih murah lagi.

Diperkirakan di tahun 2013, traffic akan melonjak hingga 1683% sehingga LTE memang dirasa cocok untuk menangani lonjakan tersebut.

Menyadari hal tersebut, NSN terus berusaha untuk mengembangkan teknologi LTE. Salah satu bukti keseriusan mereka dalam mengembangkan teknologi tersebut tampak saat NSN berhasil menunjukkan demo panggilan menggunakan LTE.

Selain itu, NSN juga merupakan perusahaan pertama yang berhasil mengkomersilkan hardware dan software LTE di dunia. NSN juga telah dipercaya oleh 4 operator kelas dunia, yaitu NTT, Docomo, Zain Bahrain, dan Verizon untuk membangun infrastruktur LTE.

Teknologi 4G LTE


Summary:
Teknologi 4G memiliki kecepatan transmisi data maksimum satu gigabit (1Gb)per detik dengan MIMO antenna.
salam,
Dwika

---------------------------------------
Teknologi LTE Untungkan Cloud Computing
by: Susetyo Dwi Prihadi - Okezone

TOKYO - Layanan 4G diprediksi akan muncul tahun depan, jika sukses pengguna ponsel cukup melakukan pekerjaan kantor dari perangkat genggamnya. Kecepatan transmisi tinggi itu dimungkinkan dengan sistem telekomunikasi baru yang dikenal juga dengan Long Term Evolution (LTE). Teknologi itu memperluas jangkauan frekuensi untuk transmisi data sampai 10 kali lebih luas daripada yang digunakan pada ponsel saat ini.

Dengan 4G, jaringan mampu mengeliminasi tersendatnya transmisi data. Selain itu, sistem LTE juga berguna dalam bidang lain, seperti untuk transmisi film definisi tinggi.

Menurut Shunichi Kita, konsultan senior di Nomura Research Institute, cloud computing akan yang mendapat manfaat terbesar dari sistem baru itu. Di cloud computing, perangkat lunak dan data disimpan di server yang terhubung ke internet. Pengguna dimanjakan, karena tinggal mengunduhnya apa yang mereka butuhkan saat itu.

"Cloud computing melalui telepon seluler akan meledak pada tahun depan,? kata Kita, seperti yang dilansir TMC Net, Senin (14/12/2009).

Pada pameran di Chiba, Jepang, salah satu perusahaan DoCoMo mendemonstrasikan sistem GPS dan kompas elektronik yang berjalan di handset. Cara kerjanya dengan mengirimkan data ke server, lalu menunjukkan pada pengguna akhir bagaimana cara mencapai tujuan atau memberitahu lokasi restoran terdekat.

Dalam paruh kedua tahun depan, DoCoMo akan memasarkan kartu telekomunikasi untuk mengaktifkan fungsi transmisi berkecepatan tinggi itu. Jika rencana itu menjadi kenyataan, pebisnis akan mampu melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan kantor, di mana pun penerimaan ponsel dapat diperoleh.

"Generasi ini mengandung bagian teknologi 4G yang digambarkan memiliki kecepatan transmisi data maksimum satu gigabit per detik," tandasnya. (tyo)

Teknologi LTE


Telkomsel Gunakan Teknologi LTE
dari: www.inilah.com

INILAH.COM, Bandung - Telkomsel akan menggunakan teknologi seluler LTE (Long Term Evolution) untuk pengembangan teknologi GSM di masa mendatang daripada menggunakan teknologi Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMax) yang sedang dikembangkan oleh pemerintah.

"Oleh Telkom group, Telkomsel tidak akan masuk menggunakan teknologi Wimax. 'Roadmap" ke depan, Telkomsel akan menggunakan teknologi LTE," kata Direktur Perencanaan dan Pengembangan Telkomsel Syarif Syarial Ahmad .

Syarif Syarial mengemukakan hal itu saat didampingi oleh VP Teknologi Planning and Bussiness Incubations Telkomsel Joseph Garo, VP Corporate Planning Telkomsel Khrisnawan Pribadi dan VP Area II Telkomsel Irwin Sakti dalam pertemuan dengan wartawan di Bogor, akhir pekan ini.

WiMax adalah teknologi nirkabel yang mampu mengirimkan data hingga 75 megabit per detik (Mbps).

VP Teknologi Planning and Bussiness Incubations Telkomsel, Joseph Garo mengatakan Telkomsel memutuskan menggunakan teknologi LTE karena melihat ada beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknologi Wimax.

Joseph melihat Wimax mempunyai kelemahan pada standarisasi yang tidak terlalu matang baik pada perangkat terminal, infrastruktur maupun frekuensi yang digunakan.

"Layanan akan lebih efisien kalau semua perangkat standar, otomatis infastruktur lebih efisien, maka volume yang tersedia akan lebih besar sehingga biaya akan lebih rendah," jelas dia.

"Hal ini akan berdampak pada terhambatnya pengembangan perangkat. Sedangkan LTE hanya mengembangkan teknologi GSM sebelumnya yaitu 3G sehingga tidak menambah perangkat-perangkat lain," sambung Joseph.

Joseph menyebutkan frekuensi Wide Code Multiple Division Acces (WCDMA) lebih rendah dibandingkan frekuensi GSM sehingga jangkuan akan lebih luas dalam satu wilayah menara radio pemancar (BTS), sehingga nantinya investasi akan lebih efisien.

Karena hanya mengembangkan teknologi 3G GSM, maka investasi untuk menggunakan teknologi LTE tiga kali lebih murah dibandingkan investasi untuk menggunakan teknologi Wimax.

Bila memang menggunakan teknologi Wimax, kata Joseph, Telkomsel hanya akan menggunakan untuk jaringan pelengkap (backhaul / complementary acces)

Joseph mengatakan teknologi Wimax lebih cocok digunakan untuk koneksi telekomunikasi di perusahaan kecil seperti penyedia jasa internet (ISP) atau untuk penggunaan internal sebuah perusahaan.

Langkah pertama yang dilakukan oleh Telkomsel untuk menggunakan teknologi LTE adalah menambah jumlah frekuensi minimum 10 Megahertz, dan untuk mengoptimalkan teknologi tersebut, Telkomsel harus menambah 10 Megahertz lagi.

"Kalau tidak mendapatkan frekuensi tambahakan, maka Telkomsel akan menggunakan frekuensi GSM yang telah ada melalui proses "refarming"," terang Joseph.

"Refarming" merupakan proses mengubah frekuensi GSM menjadi frekuensi Wide Band CDMA (WCDMA) dengan cara mengubah seluruh infrastruktur telekomunikasi mulai dari BTS dan sebagainya.

Joseph frekuensi WCDMA lebih rendah dibandingkan frekuensi GSM sehingga jangkuan akan lebih luas dalam satu wilayah BTS, sehingga nantinya investasi akan lebih efisien.

Joseph mengatakan Telkomsel akan melakukan uji coba 'refarming" teknologi GSM ke teknologi WCDMA di Jakarta pada pertengahan tahun ini.

"Biaya untuk refarming akan diambilkan dari R & D (riset dan pengembangan) yang masuk pada biaya operasional," katanya.

Syarif Syarial Ahmad memperkirakan teknologi WCDMA ini dapat dioperasikan oleh Telkomsel sekitar tahun 2010.[O1]