Jumat, 14 Agustus 2009

Femto Cell

Femtocell
dari: http://yulian.firdaus.or.id/2007/11/22/femtocell/#comment-271835

Ada saatnya telepon selular yang kita pakai –meski di kota besar– tidak mendapatkan sinyal yang cukup bagus. Biasa disebut sebagai blank spot. Sesuai dengan namanya teknologi komunikasi bergerak selular menerapkan konsep sel untuk mencakupi ketersediaan sinyal di wilayah tertentu. Di wilayah urban umumnya satu sel dilayani oleh tiga Base Transceiver Station (BTS) agar pesawat telepon selular (handset/mobile station) tetap mendapat satu sinyal yang layak dari ketiga sinyal yang diterima. Proses perpindahan dari satu sinyal ke sinyal lain disebut sebagai handover yang dikendalikan oleh Mobile Switching Center (MSC). Dengan kata lain yang lebih tepat, satu BTS biasanya memiliki tiga arah sinyal dan satu koneksi backhaul ke Base Switching Controller (BSC) atau langsung ke MSC. Tentunya di daerah pinggiran belum tentu handset kita mendapat tiga sinyal sekaligus.



Agar tidak terjadi interferensi di frekuensi yang sama, antar sel diterapkan konsep reusable frequency agar satu frekuensi di satu sel bisa digunakan di sel lain yang agak berjauhan. Contoh penerapannya seperti pada gambar di atas. Frekuensi F1 bisa digunakan di sel lain, begitu pula selanjutnya. Konsep ini juga digunakan oleh ISP yang menawarkan akses wireless atau WIFI sebagai backhaul atau backbone-nya, meski penerapan BTS-nya tidaklah sebanyak operator telepon selular.

Di dalam gedung yang beruang banyak atau di pencakar langit, sinyal dari BTS menurun drastis karena terhalang dinding dan beton. Untuk mencegah hal ini, operator menerapkan microcell atau picocell, yaitu sel-sel kecil di tiap lantai bangunan tinggi, termasuk basemen. Dari segi bisnis implementasi mikrosel ini tentu layak jika pemakaian pelanggannya menjanjikan. Bagaimana di daerah pinggiran yang dianggap tak layak untuk dikembangkan BTS atau mikrosel-mikrosel baru? Femtocell mencoba mengatasi kekurangan hal ini.

A femtocell—originally called an Access Point Base Station—is a scalable, multi-channel, two-way communication device extending a typical base station by incorporating all of the major components of the telecommunications infrastructure. A typical example is a UMTS access point base station containing a Node-B, RNC and GSN, with only an Ethernet or broadband connection (less commonly, ATM/TDM) to the Internet or an intranet. Application of VoIP allows such a unit to provide voice and data services in the same way as a normal base station, but with the deployment simplicity of a Wi-Fi access point. Other examples include CDMA-2000 and WiMAX solutions.

Bayangkan dengan teknologi yang sudah diimplementasikan saat ini, operator membangun BTS 3G/HSDPA, femtocell dipasang sebagai perangkat fixed-wireless di sebuah rumah di radius terjauh dari BTS, dengan adanya fungsi relay/extender maka pelanggan tersebut menjadi satu femtocell yang juga melayani/mem-broadcast sinyal ke tempat yang lebih jauh. Handset lain yang tidak mendapat sinyal 3G langsung dari BTS bisa mendapat/menggunakan sinyal 3G yang di-broadcast oleh perangkat femtocell tersebut. Jelas menguntungkan operator dan juga pengguna yang tidak kebagian sinyal karena jauhnya jarak.

Teknologi femtocell ini sudah mulai diimplementasikan pertengahan tahun ini di Amerika oleh
operator Sprint. Bahkan Google pun sudah menanamkan modalnya kepada vendor yang membuat perangkat ini.

Sebagai inisiasi, femtocell diimplementasikan sebagai hotspot internet. Dianggap sebagai teknologi yang low cost dan scalable bagi operator. Pemasangan femtocell sebagai extender fungsi komunikasi voice tentunya lebih rumit dibandingkan sebagai hotspot internet, baik dari sisi teknis maupun nonteknisnya. Proses switching dan handover handset di belakang femtocell oleh MSC belumlah sempurna, selain faktor handover sinyal harus low-delay atau sesingkat mungkin. Dalam komunikasi TCP di protokol internet, timeout 5 detik misalnya bukanlah masalah dalam mengakses data web, namun dalam komunikasi voice sudah diputus (komunikasi voice tidak mengenal suara kita dicoba untuk ditransmit ulang, sedangkan komunikasi data –non-VoIP atau realtime games– bisa diulang, di-retry hingga data lengkap terkirim).

Kabar kaburnya, femtocell akan segera masuk ke Indonesia. Sebuah peluang bagi operator dengan pertimbangan low cost dan scalable-nya untuk diimplementasikan. Minimal memperpanjang dan memperluas akses data internet dibandingkan dengan ketergantungan membangun full scale BTS yang sangat mahal.

Akan matikah ISP –yang bukan operator selular– yang hanya bisa menjual akses internet tanpa bisa membangun jaringan sendiri dan bergantung pada operator PSTN, DSL, GPRS/3G dan cable TV?

Hanya pemerintah yang mampu dan wajib membuat regulasi yang proporsional serta goodwill para operator kelas hiu agar bisnis tetap berjalan dan konsumen tidak dirugikan.


Terima kasih buat Pito yang mengabarkan isu ini.

Seriuslah dengan Impian yang Anda buat

Executive Summary:
Seriuslah dengan impian yang Anda buat dan perjuangkanlah dengan sepenuh hati. Keberhasilan harus diciptakan, bukannya dengan ditunggu.

================================================================
Merdeka dan motivasi Mbah Surip
oleh : Anthony Dio Martin

Mudah-mudahan, tulisan kali ini tidak terlalu memaksa. Masalahnya, tulisan ini mencoba memadukan dua event penting yang terjadi di negara kita. Pertama, sebuah kejadian yang cukup menggemparkan Tanah Air yakni kehadiran Mbah Surip yang fenomenal, dengan lagunya yang sederhana tetapi sanggup memasuki daftar lagu-lagu favorit.

Lantas, tak lama kemudian, kita pun dikagetkan dengan kepergiannya yang begitu tiba-tiba. Kepergian pelantun tembang Tak Gendong yang begitu mendadak itu, tentu saja menyisakan duka yang sangat mendalam khususnya bagi para penggemarnya.

Pada sisi lain, kita pun punya event penting sebentar lagi akan diperingati oleh seluruh bangsa kita yakni perayaan Hari Kemerdekaan bangsa kita. Saat ini, di mana-mana, spanduk, umbul-umbul serta suvernir merah-putih dapat ditemukan, untuk menyemarakkan acara tahunan bangsa kita ini. Itulah dua event penting.

Nah, mari kita kembali ke Mbah Surip. Fenomena Mbah Surip memang luar biasa! Lahir dengan nama Urip Ariyanto di Mojokerto, Mbah Urip sempat melanjutkan pendidikan hingga selesai kuliah, lantas sempat mencoba berbagai bidang pekerjaan hingga ke luar negeri, sebelum akhirnya memutuskan menjadi seniman.

Untuk menghidupi impiannya, akhirnya Mbah Surip hijrah ke Jakarta. Dalam perjalanan karier seninya, ia pun sempat bergabung dengan berbagai komunitas seniman, sebut saja Teguh Karya, Aquila, Bulungan, dan Taman Ismail Marzuki.

Keberuntungan, kelihatannya tidak terlalu manis terhadap Mbah Surip. Pertama, karena terlalu lama merantau, akhirnya sang istri pun menceraikannya. Hingga akhir hayatnya, Mbah Surip memilih tetap menjadi duda.

Kedua, lagu Tak Gendong yang populer belakangan ini rupanya, tidak langsung ngetop begitu saja. Lagu tersebut rupanya diciptakan pada tahun 1983, sewaktu Mbah Surip di Amerika. Bayangkan, dibutuhkan waktu 20 tahun lebih baru lagunya menjadi terkenal.

Nah, terkait dengan kesuksesan Mbah Surip yang banyak membuat orang terkagum-kagum, sebetulnya ada beberapa pelajaran motivasi yang bisa dipetik dari kehidupannya. Untuk menyempurnakan pelajaran motivasi Mbah Surip dengan perayaan tujuh belasan yang sebentar lagi akan kita songsong, maka saya singkat menjadi Merdeka! Iinilah intisari pelajarannya!

Ingat, Merdeka!

# Meraih impian dengan gigih!

Apa pun keberhasilan yang dicapai oleh Mbah Surip, tidaklah datang dalam sekejap saja. Perhatikan bagaimana usaha Mbah Surip untuk meraih ketenarannya. Misalkan saja, untuk mendapatkan kesempatan tampil sebagai seniman yang diperhitungkan, Mbah Surip mencoba membuat gebrakan dulu.

Salah satunya adalah usahanya menciptakan rekor Muri (Museum Rekor Indonesia) untuk aksi menyanyi terlama di negara kita. Akhirnya, dari sanalah ia membukakan pintu kesempatan baginya sendiri untuk masuk ke studio rekaman.

Dalam hal inilah kesuksesan dari Mbah Surip bagi kita. Pertama, seriuslah dengan impian yang kita buat dan perjuangkanlah dengan sepenuh hati. Kedua, keberhasilan harus diciptakan, bukannya dengan ditunggu.

Dengan melihat Mbah Surip, kita bisa melihat betapa besar biaya kesuksesan yang harus dikorbankannya termasuk keluarganya yang akhirnya tidak menjadi utuh lagi, karena keputusannya. Sesuatu keputusan yang mungkin ia sendiri tidak menginginkannya, karena akhirnya ia pun diceraikan.

Di sisi lain, Mbah Surip menunjukkan semangatnya untuk memperjuangkan keberhasilannya. Dimulai dengan keinginan besarnya untuk memasuki dapur rekaman dengan cara menjadi pemecah rekor menyanyi terlama Muri.

Jadi, tampaklah bagaimana Mbah Surip tidak hanya menunggu agar dirinya diberi kesempatan atau didekati para produser rekaman. Namun, Mbah Surip 'menjemput bola' kesuksesannya sendiri.

Pertanyaannya, kini kembali kepada kita. Tatkala, kita mempunyai suatu impian, apakah kita cenderung menunggu keberuntungan menyertai impian itu, barulah kita mulai semangat? Ataukah, untuk mewujudkan impian tersebut, kita berani ambil langkah menciptakan peluang dan kesempatan yang akhirnya bisa membukakan pintu kesempatan bagi kesuksesan kita?

# Dengarkan panggilan hati!

Menurut pengakuannya, Mbah Surip bukanlah penyanyi nyentrik tanpa isi. Bahkan, ia termasuk orang yang senang sekolah, Mbah Surip sendiri dikabarkan memiliki ijazah SMP, ST, SMEA, STM, Drs., Insinyur, dan MBA.

Nah, dalam perjalanannya menjadi penyanyi pun, Mbah Surip pernah mengalami perjalanan jatuh dan bangun, sebelum menghidupi panggilannya sebagai penyanyi. Bahkan, dia pernah merasakan pengalaman kerja di bidang pengeboran minyak, tambang berlian, emas, dan sebagainya.

Bahkan, dia pun pernah melanglang buana hingga pernah kerja di luar negeri seperti Kanada, Texas, Yordania, dan California. Namun, nasibnya dirasakan kurang baik. Hingga akhirnya, Mbah Surip kembali ke Indonesia, ke Jakarta. Di sinilah, dia mulai menghidupi keinginannya sebagai seniman. Maka dimulailah babak hidupnya yang akhirnya mengantarnya ke gerbang popularitasnya.

Perjalanan Mbah Surip ini akhirnya, mengajarkan pula satu hal kepada kita bahwa untuk menjadi sukses, kadang kita tidak perlu takut untuk mencoba apa pun. Namun, akhirnya kita tetap harus kembali bertanya kepada diri kita, "Apakah kekuatan, kemampuan serta talenta yang Tuhan berikan dalam hidup kita?"

Selama kita betul-betul menghidupi panggilan hati kita, serta berusaha keras mewujudkannya, maka ada peluang pintu sukses yang terbuka bagi kita. Yang paling menyakitkan adalah mengingkari panggilan hati kita serta bercita-cita di luar kemampuan kita hanya karena ikut-ikutan, disuruh orang lain maupun karena silau oleh uang ataupun popularitas singkat yang mau dicari.

# Kalahkan gengsi!

Tip ketiga merupakan salah satu tip penting. Karena salah satu penghalang yang sering kali muncul adalah rasa gengsi kita. Belajar dari Mbah Surip, kita melihat sosok yang sangat sederhana. Dengan rambut gaya Bob Marley-nya dan penampilan seniman tulen yang eksentrik, Mbah Surip tampil dengan gayanya yang sederhana dan dia tidak memikirkan gengsi.

Justru itulah yang menjadi ciri khas dirinya. Penampilan Mbah Surip ini seolah menampar banyak orang yang berusaha memoles dirinya, menutupi realita diri bahkan membohongi dirinya sendiri untuk menjaga citranya.

Justru kesejatianlah yang ditampilkan oleh Mbah Surip yang mengajari kita untuk tidak terlalu termakan oleh gengsi. Saya pun teringat dengan prinsip yang pernah saya tuliskan, "Gengsi tidak membuat kita sukses. Tetapi, ketika kita sukses, kita akan bergengsi!".

Kenyataannya, banyak orang yang belum sukses tetapi gengsinya sudah selangit. Sikapnya jadi angkuh, sombong, gayanya sok serta tidak rendah hati. Ayo, di sinilah kita mesti belajar dari profil Mbah Surip yang tetap rendah hati, meski telah sukses.

Akhirnya, marilah dengan semangat Merdeka! yang diinspirasikan dari Mbah Surip ini, kita terus bersemangat untuk membangun diri maupun negara tercinta kita. Semoga kita mampu menjadi insan yang selalu beri nilai tambah yang luar biasa untuk kemajuan bangsa Indonesia ini. I love you full, Indonesia!