Kedodoran Mengejar Kecepatan
dari c3nt0ng b0is -
Kecepatan akses merupakan syarat penting untuk menyelenggarakan komunikasi masa depan, di mana aplikasi video semakin dominan. Namun, yang tergambar dalam Kongres 3GSM Dunia yang berlangsung 12-15 Februari memberi gambaran yang nyata bahwa kecepatan bukanlah segala-galanya saat ini.
Dambaan terhadap kecepatan akses dari sebuah terminal ke jaringan memang masih sangat tinggi, terutama bagi negara seperti Indonesia yang baru memulai era 3G (generasi ketiga telepon seluler) dan teknologi evolusinya untuk bisa menyamai kenyamanan berponsel dengan negara-negara maju lainnya.
Beberapa negara di Asia bahkan sudah melirik jaringan 4G, di mana kecepatan bisa mencapai 100 megabit per detik (Mbps) untuk mobile atau sekitar 1.000 kali kecepatan GPRS. Bahkan untuk keadaan diam, 4G bisa mencapai 1 gigabit per detik (Gbps), sebuah kecepatan yang sulit dipercaya untuk kondisi negara berkembang saat ini.
Perusahaan jaringan Ericsson, Selasa (13/2), bahkan sudah mendemonstrasikan kecepatan bergerak sampai 144 Mbps. Teknologi yang disebut LTE (long term evolution) ini bahkan diharapkan sudah bisa diimplementasikan tahun 2009 atau setahun lebih cepat dari 4G yang digagas perusahaan seperti NTT DoCoMo dari Jepang yang saat ini sedang mengembangkan teknologinya.
"Ya, kami sedang mendorong sebuah teknologi untuk penerapan teknologi 4G. Dari segi kecepatan untuk kondisi bergerak kami sudah bisa memenuhinya, namun tentu ini bukan pemenuhan persyaratan tunggal seperti yang diminta itu," kata Hakan Djuphammar, VP Systems Management Ericsson, menjawab pertanyaan Kompas seusai menjelaskan soal LTE kepada wartawan Asia Tenggara.
Untuk menuju kecepatan 144 Mbps ini, Ericsson juga melakukan langkah evolutif dengan mengembangkan berbagai solusi kecepatan. Setelah teknologi HSDPA (high speed downlink packet access), sebuah evolusi dari 3G dengan meningkatkan kecepatan downlink, kali ini mereka juga memperkenalkan HSUPA (high speed uplink packet access).
Perusahaan Swedia ini sudah menggelar jaringan HSDPA di 53 negara, termasuk Indonesia. Dan perusahaan vendor infrastruktur telepon bergerak terbesar dunia ini yakin layanan HSUPA bisa dilakukan pada paruh pertama tahun 2007. Sementara kartu PC untuk akses ke internet melalui laptop/notebook diharapkan sudah ada beberapa bulan lagi dan menyusul ponsel pada paruh kedua tahun yang sama.
Saat ini kartu PC yang dibuat Sony Ericsson, perusahaan kerja sama antara Ericsson dan Sony (Jepang), sudah mengeluarkan kartu PC untuk HSDPA, yaitu PC300 dengan kemampuan downlink sampai 3,6 Mbps dan uplink 384 kbps. Untuk HSDPA, kemampuan downlink sama, hanya uplink bisa mencapai 1 Mbps dari kecepatan maksimal 5,7 Mbps.
Mengejar konten
Ketika akhir tahun lalu tiga operator seluler Indonesia memulai 3G muncul cibiran dari sebagian masyarakat yang sudah mulai merintis jalan menuju layanan 4G. Namun, yang menjadi persoalan adalah bagaimana mengisi pipa lebar itu, di mana untuk 3G saja saat ini masih kedodoran mengisi kontennya.
Untuk kongres 3GSM atau kongres 3G bagi layanan yang berafiliasi pada GSM kali ini bahkan sangat gencar mendorong pemenuhan konten. Selain TV bergerak yang sudah bergulir sejak setahun lalu pada kongres 3GSM di tempat yang sama, kali ini adalah bioskop bergerak.
Hal serupa lebih mengendala bagi operator di Indonesia. Tidak heran jika sebagian pengguna ponsel masih skeptis dengan aplikasi yang diharapkan memang dibutuhkan. SMS masih dinilai merupakan solusi praktis dan tidak sulit untuk dilakukan siapa saja.
Bahkan, Menteri Komunikasi dan Informatika Sofyan A Djalil yang diwawancarai tiga wartawan Indonesia, Selasa lalu di Barcelona, mengaku masih melihat banyak PR yang harus diselesaikan pihaknya. Sementara solusi global mobile money transfer yang tidak perlu jaringan 3G bisa menjadi solusi sangat berguna bagi Indonesia, terutama TKI yang berada di luar negeri.
GSMA melalui ketuanya, Craig Ehrlich, sedang menggarap program pembayaran melalui ponsel. Dalam wawancara dengan beberapa wartawan Asia Tenggara, Rabu (14/2), terungkap setidaknya ada 14 operator seluler sedang merancang cara pembayaran untuk barang dan jasa layanan di seluruh dunia.
Saat ini yang menjadi prioritas pengembangan infrastruktur di Indonesia adalah membuat jaringan backbone yang kuat. Sofyan Djalil bercita-cita menghubungkan setiap kabupaten atau kota dengan jaringan serat optik, gagasan yang pernah ada dengan konsep N21 merupakan persyaratan mutlak untuk bisa maju ke depan.
"Jika jaringan backbone sudah terbentuk, maka untuk mengembangkan berbagai solusi ke depan juga akan sangat mudah," katanya. Persoalan kawasan berpulau-pulau merupakan salah satu kendala, tapi pengembangan konten lokal diharapkan juga tumbuh.
"Sungguh mengerikan jika nantinya konten lokal tidak bisa dipenuhi oleh perusahaan dalam negeri. Maka pemenuhan konten harus didorong," tambahnya.
Layar keempat
Kongres dan pameran yang dihadiri sekitar 60.000 orang ini lebih mengangkat isu ponsel sebagai Layar Keempat. Ponsel sekarang bukan lagi hanya bisa SMS, tetapi sudah merupakan media hiburan yang disebut sebagai layar keempat setelah televisi, bioskop, dan komputer.
Untuk memenuhi konten film, GSMA (Asosiasi GSM) yang menyelenggarakan hajat besar ini bekerja sama dengan Sundance Institute mengembangkan proyek film-film pendek. Kerja sama ini bertujuan mengupayakan agar film-film pendek bisa dinikmati pengguna ponsel di seluruh dunia.
Bahkan secara khusus kongres kali ini juga diramaikan dengan film-film India yang tampaknya juga akan mengisi peluang yang diberikan. Dengan membawa tema "Bollywood Goes Mobile" akan semakin meramaikan konten film-film pendek untuk konsumsi ponsel.
Shine dan komunikator baru
Dalam kongres kali ini juga masih terlihat pertarungan para vendor dengan berbagai produknya. Termasuk di antaranya persaingan sistem operasi untuk perangkat ponsel pintar atau PDA phone yang ke depan akan semakin sengit dengan berkembangnya internet bergerak.
Popularitas Mobile Linux di Jepang dan China tampaknya akan menjadi perhatian serius bagi vendor maupun operator di Eropa, di mana sistem operasi Symbian yang dipromotori vendor di Eropa masih merajai.
Diperkirakan, Linux bisa mengambil pangsa pasar Symbian pada 2010. Bahkan Motorola yang saat ini menduduki peringkat kedua pasar ponsel global menggunakan Linux sebagai sistem operasi sebagian dari ponsel yang mereka pasarkan.
Bagaimanapun sistem operasi akan menjadi medan pertempuran baru dalam industri telekomunikasi bergerak. Di mana saat ini menguasai sistem operasi untuk PC, yaitu Microsoft juga mengeluarkan Windows Mobile 6.0 selain juga sudah meluncurkan sistem operasi Vista untuk PC.
Sedangkan produk ponsel masih dominan untuk ponsel yang mementingkan bentuk. Sebut saja LG Electronics yang ingin merebut pangsa pasar ponsel GSM tampak sangat serius dengan memperkenalkan ponsel 3G pertamanya yang disebut Shine.
Ponsel yang dikemas dengan metal ini merupakan ponsel kedua dalam kelas premium Black Label Series yang dibuat perusahaan Korea Selatan ini. Gaya minimalis sebelumnya ada pada ponsel Chocolate yang menjadi tren dan LG mencoba mengulang sukses melalui Shine yang juga telah diluncurkan di Jakarta pada Kamis kemarin.
Produk lain kali ini memang tidak segegap gempita tahun sebelumnya, di mana bahkan Microsoft waktu itu merintis Origami bersama beberapa vendor. Kali ini Nokia mencoba tampil beda dengan berbagai solusinya, termasuk meluncurkan ponsel komunikator barunya yang mereka sebut dengan nama E90.
Sementara pihak GSMA juga lebih memberikan penghargaan pada ponsel yang telah diluncurkan tahun lalu. Ponsel cybershot Sony Ericsson K800 berhasil memenangkan gelar sebagai ponsel terbaik dalam Kongres 3GSM Dunia 2007.
Penghargaan Global Mobile Award Asosiasi GSM (GSMA) tahunan ke-12 lainnya adalah Motofone F3 sebagai ponsel dengan harga ultrarendah terbaik saat ini. Sedangkan ponsel GSM terbaik diraih Samsung dengan SGH-D900, sementara perusahaan Korea ini sedang mati-matian menggarap ponsel bertemakan ultra, terutama ultratipis dengan berbagai promosi yang terlihat di segala sudut Kota Barcelona.
(AW Subarkah dari Barcelona, Spanyol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar