Jumat, 09 Agustus 2013

Benar-benar bahagia

Orang yang benar-benar bahagia menyadari bahwa kekayaan yang sesungguhnya berada di dalam diri kita sendiri.
Kekayaan yang berlimpah tidak dapat membeli apa yang tidak di jual.
Puaslah dengan rejeki yang di karuniakan oleh Nya kepada kita, sehingga kita akan menjadi manusia paling bahagia.
Semoga rejeki yang sedikit yang dapat membahagiakan kita, bukan rejeki banyak yang menyengsarakan kita.
I Deliver Happiness,
Dwika


Harta Bukanlah Segalanya


 
Kita semua tahu kalau harta memang di butuhkan oleh semua orang dalam menjalani kehidupannya. Tapi harus kita ingat bahwa harta tidak selalu memberikan kebahagiaan kepada setiap orang. Pastinya banyak orang yang berpikiran kalau banyak harta, dia akan merasa bahagia. Itu pemikiran yang salah menurutku, karena tidak sedikit orang kaya yang iri kepada mereka yang miskin. Merekapun bertanya-tanya, kok bisa hidup serba kekurangan tapi masih terlihat bahagia, suasana keluarganya pun hangat. Itulah yang aku katakana, harta tidak selalu memberikan kebahagiaan.

Banyak kasus di mana orang kaya hidupnya tidak tenang karena uang yang di dapatkannya ia peroleh dengan cara yang tidak baik atau tidak halal. Hatinya akan selalu merasa gelisah, jikalau semua perbuatannya terungkap, atau suatu kondisi di mana orang kaya merasa hidupnya hampa, kosong, padahal uang yang di dapatkannya ia peroleh melalui jalan dan cara yang baik serta halal.  Walaupun banyak harta yang di milikinya, namun hatinya tidak merasa bahagia. Contoh lain, seorang anak yang selalu di manjakan orang tuanya dengan materi, tapi hatinya tidak bahagia, malah merasa kesepian. Mungkin anak tersebut terlihat senang-senang saja, tapi aku yakin jauh di dalam lubuk hatinya banyak sekali kekosongan dan rasa kesepian. Kenapa begitu? Karena harta tidak bisa menggantikan sebuah kasih sayang orang tua, perhatian dan rasa peduli yang mereka butuhkan sebagai seorang anak. Banyak orang tua yang berpikir, dengan memberi anak mereka materi yang banyak dan memanjakannya dengan barang-barang yang mewah, itu bukti kasih sayang mereka dan bahkan asumsi mereka bahwa kalau mereka sudah tercukupi kebutuhannya. Mereka salah besar, karena seorang anak bisa merasa bahagia kalau dia benar-benar merasakan ketulusan kasih sayang orang tuanya walaupun dengan cara yang sangat sederhana. Mungkin kebutuhan materi mereka bisa mereka penuhi, namun kebutuhan batin yang justru sangat penting, selalu mereka abaikan, dengan alasan apa yang mereka lakukan juga untuk kebaikan, kebahagiaan dan masa depan anak-anak mereka. Pemikiran yang sangat salah menurutku.

Kalau saja mereka melihat kenyataan yang sering terjadi, di mana anak-anak mereka menjadi sangat nakal dan selalu membuat ulah, pemberontak dan berani terhadap orang tua, itulah dampak dari memanjakan dengan materi dan tidak terpenuhinya kebutuhan batin mereka. Apa yang di lakukannya adalah sebagai bentuk mencari perhatian orang tuanya. Aku hanya bisa berpesan pada semua orang tua, jangan sampai apa yang nanti anak-anak mereka alami, akan membuat mereka menyesalinya.

Harta juga tidak selamanya membuat hubungan rumah tangga suami istri menjadi bahagia. Banyak kisah nyata yang menggambarkan kondisi itu. Di mana sang suami mendapatkan promosi atau naik jabatan di kantor tempatnya bekerja. Tentu saja perubahan kondisi itu di iringi perubahan dalam materi juga. Semakin banyaknya tanggung jawab yang harus di jalaninya terkadang membuat suami menjadi tidak seperti sebelumnya. Jarang berada di rumah sehingga istri dan anak-anak merasakehilangannya. Bahkan mungkin saja mereka berharap, lebih baik tetap berada di kondisi sebelumnya walaupun dengan materi yang tidak berlebihan. Tidak sedikit juga suami yang tiba-tiba menjadi kaya, cenderung melakukan perselingkuhan. Kasus dari pihak istri, harta yang berlebih dan posisi yang lebih tinggi dari suami bisa membuat dia menjadi tinggi hati. Dia bisa saja merasa mampu membiayai keluarga dan dirinya sendiri, sehingga tidak adanya lagi rasa hornat dan menghargai suaminya. 

Kita bisa melihat dengan jelas kan bahwa harta tidak selalu memberikan kebahagiaan. Persepsi itu hanya berlaku bagi segelintir orang yang di kuasai nafsunya dalam menjalani hidup. Merasa bahwa harta membuatnya bisa melakukan atau membeli apapun. Kalaupun itu terjadi, hal itu tidak akan berlangsung lama apalagi selamanya, karena satu hal yang tidak bisa di beli dengan uang yaitu apapun yang berhubungan dengan kebutuhan batin kita, yang berupa cinta, kasih sayang, dan hati. Kita memang memerlukan harta untuk hidup, tetapi bukan berarti kita harus hidup demi harta.

Bersukurlah dengan harta yang kita punya saat ini. Puaslah dengan rejeki yang di karuniakan oleh Allah kepada kita, sehingga kita akan menjadi manusia paling bahagia. Dan semoga rejeki yang sedikit yang dapat membahagiakan kita, bukan rejeki banyak yang menyengsarakan kita.

Kekayaan yang berlimpah tidak dapat membeli apa yang tidak di jual. Orang yang benar-benar bahagia menyadari bahwa kekayaan yang sesungguhnya berada di dalam diri kita sendiri.

By. Shanty Wiryahaspati
“Kata Bijak ; Kun Fayakuun; Berbagai Sumber