Senin, 15 Agustus 2011

Hitung Subnetting



Cara Menghitung Subnetting


Berikut Adalah bahan Bacaan  Tentang Perhitungan Subnetting, yang menurut saya bagus untuk di jadikan referensi.

Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
  5. Subnet
    192.168.1.0
    192.168.1.64
    192.168.1.128
    192.168.1.192
    Host Pertama
    192.168.1.1
    192.168.1.65
    192.168.1.129
    192.168.1.193
    Host Terakhir
    192.168.1.62
    192.168.1.126
    192.168.1.190
    192.168.1.254
    Broadcast
    192.168.1.63
    192.168.1.127
    192.168.1.191
    192.168.1.255
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
  5. Subnet
    172.16.0.0
    172.16.64.0
    172.16.128.0
    172.16.192.0
    Host Pertama
    172.16.0.1
    172.16.64.1
    172.16.128.1
    172.16.192.1
    Host Terakhir
    172.16.63.254
    172.16.127.254
    172.16.191.254
    172.16.255.254
    Broadcast
    172.16.63.255
    172.16.127.255
    172.16.191.255
    172.16..255.255
Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
  3. Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0 172.16.0.128 172.16.1.0 172.16.255.128
Host Pertama 172.16.0.1 172.16.0.129 172.16.1.1 172.16.255.129
Host Terakhir 172.16.0.126 172.16.0.254 172.16.1.126 172.16.255.254
Broadcast 172.16.0.127 172.16.0.255 172.16.1.127 172.16.255.255
Masih bingung juga? Ok sebelum masuk ke Class A, coba ulangi lagi dari Class C, dan baca pelan-pelan 
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
  3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
10.0.0.0 10.1.0.0 10.254.0.0 10.255.0.0
Host Pertama 10.0.0.1 10.1.0.1 10.254.0.1 10.255.0.1
Host Terakhir 10.0.255.254 10.1.255.254 10.254.255.254 10.255.255.254
Broadcast 10.0.255.255 10.1.255.255 10.254.255.255 10.255.255.255
Mudah-mudahan sudah setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat, tunggu di artikel berikutnya 
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2
Tahap berikutnya adalah silakan download dan kerjakan soal latihan subnetting. Jangan lupa mengikuti artikel tentang Teknik Mengerjakan Soal Subnetting untuk memperkuat pemahaman anda dan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan soal dalam waktu terbatas.
Source Mas Rommy.
REFERENSI
  1. Todd Lamle, CCNA Study Guide 5th Edition, Sybex, 2005.
  2. Module CCNA 1 Chapter 9-10, Cisco Networking Academy Program (CNAP), Cisco Systems.
  3. Hendra Wijaya, Cisco Router, Elex Media Komputindo, 2004.
Berikut soal latihan, tentukan :
a) Alamat Subnet Mask,
b) Alamat Subnet,
c) Alamat Broadcast,
d) Jumlah Host yang dapat digunakan,
e) serta Alamat Subnet ke-3

dari alamat sebagai berikut:
1. 198.53.67.0/30
2. 202.151.37.0/26
3. 191.22.24.0/22

Saya coba berhitung-hitung seperti demikian 

1. 198.53.67.0/30 –> IP class C:

Subnet Mask: /30 = 11111111.11111111.11111111.11111100 = 255.255.255.252
Menghitung Subnet:
Jumlah Subnet: 26 = 64 Subnet
Jumlah Host per Subnet: 22 – 2 = 2 host
Blok Subnet: 256 – 252 = 4, blok berikutnya: 4+4 = 8, 8+4 = 12, dst…
jadi blok Subnet: 0, 4, 8, 12, dst…
Host dan broadcast yang valid:


Maka dari perhitungan diperoleh:

  • Alamat Subnet Mask: 255.255.255.252
  • Alamat Subnet: 198.53.67.0, 198.53.67.4, 198.53.67.8, 198.53.67.12, … , 198.53.67.252
  • Alamat Broadcast: 198.53.67.3, 198.53.67.7, 198.53.67.11, 198.53.67.15 … 198.53.67.255
  • Jumlah host yang dapat digunakan: 64×2 = 128
  • Alamat Subnet ke-3: 198.53.67.8
2.202.151.37.0/26 -> IP class C
Subnet Mask: /26 = 11111111.11111111.11111111.11000000 = 255.255.255.192
Menghitung Subnet:
Jumlah Subnet: 22 = 4 Subnet
Jumlah Host per Subnet: 26 – 2 = 62 host
Blok Subnet: 256 – 192 = 64, blok berikutnya: 64+64 = 128, 128+64 = 192
Jadi blok Alamat Subnet: 0, 64, 128, 192
Host dan broadcast yang valid:



Maka dari perhitungan diperoleh:

  • Alamat Subnet Mask: 255.255.255.192
  • Alamat Subnet: 202.151.37.0, 202.151.37.64, 202.151.37.128, 202.151.37.192
  • Alamat Broadcast: 202.151.37.63, 202.151.37.127, 202.151.37.191, 202.151.37.255
  • Jumlah host yang dapat digunakan: 4×62 = 248
  • Alamat Subnet ke-3: 202.151.37.128
3.191.22.24.0/22 –> IP class B
Subnet Mask: /22 = 11111111.11111111.11111100.00000000 = 255.255.252.0
Menghitung Subnet:
Jumlah Subnet: 26 = 64 Subnet
Jumlah Host per Subnet: 22– 2 = 2 host
Jumlah Blok Subnet: 256 – 252 = 4, blok berikutnya: 4+4 = 8, 8+4 = 12, dst…
Jadi blok Alamat Subnet: 0, 4, 8, 12, 16, dst…

Alamat host yang valid:

  • Alamat Subnet Mask: 255.255.252.0
  • Alamat Subnet: 191.22.24.0, 191.22.24.4, 191.22.24.8, …, 191.22.24.252
  • Alamat Broadcast: 191.22.24.3, 191.22.24.7, 191.22.24.11, …, 191.22.24.255
  • Jumlah host yang dapat digunakan: 2×64 = 128
  • Alamat Subnet ke-3: 191.22.24.8

HDMI pada Ponsel Pintar

Demo kabel HDMI pada Ponsel Pintar (by Otakku.com)

Pada review Sony Ericsson Xperia ARC yang lalu kami tidak sempat mendemokan fitur HDMI yang ada di ponsel Android ini dikarenakan tidak ada yang jual kabel HDMI untuk ponsel ini pada saat itu. Dengan penggunaan kabel HDMI ini membuat kita tidak repot karena kabel ini boleh dibilang menggabungkan 2 buah fungi yaitu untuk sebagai kabel audio dan video (silahkan baca tentang HDMI kalau belum jelas).

Fitur HDMI yang ada di ponsel pintar belakangan ini membuat kita dengan mudah menyambungkannya ke sebuah HDTV yang memang port HDMI sudah menjadi standar. Kami membeli kabel HDMI yang punya panjang kabel 1,5 m dan kami beli dengan harga sekitar hampir Rp. 400.000 ketika kami di Jepang sana. Memang agak telah nih membahasnya. :-)
Tidak perlu repot-repot, cukup colok kabel HDMI ke ponsel dan HDTV, tekan tombol HDMI yang ada di remote TV dan semua tampilan ponsel akan pindah ke layar TV. Tujuannya apalagi untuk bisa bermain, browsing dan paling penting bisa menunjukkan foto dan video liburan anda di layar HDTV dibandingkan di layar ponsel. Sayangnya ketika kita menyambungkan ke HDMI, otomatis layar berubah ke horisontal dan tidak bisa ditampilkan vertikal tetapi bukan masalah juga karena memang lebih nyaman dengan posisi horisontal.
Seperti kami singgung diatas, selain bisa menampiilkan gambar, kabel HDMI ini juga bisa mentransmisikan sinyal audio sehingga apa yang kita dengar di ponsel bisa didengar langsung di HDTV sehingga saat nonton video atau dengar musik jauh lebih nyaman dengan HDMI ini.
Silahkan lihat video yang kami buat diatas. :-)
 
 
 
Sumber berita
HDMI Cable for Smartphone (by Otakku.com)

Port HDMI


Apa Itu Port HDMI (Hing Definition multimedia Interface)...........?


Belakangan ini mungkin kita sering mendengar mengenai koneksi HDMI (High-Definition Multimedia Interface). Konektor ini juga dapat ditemukan pada laptop tipe terbaru. HDMI adalah sebuah kabel HD untuk menghubungkan beberapa peralatan elektronik mulai dari home entertainment sampai komputer tetapi bedanya HDMI bisa menggantikan fungsi beberapa kabel sekaligus.
Contoh paling mudahnya seperti ini, bila anda ingin menghubungkan DVD player dengan TV, biasanya minimal anda butuh 2 kabel yaitu kabel untuk audio dan satu lagi kabel untuk video. Dengan HDMI maka kedua kabel tersebut bisa digabungkan menjadi satu sehingga instalasi lebih mudah dan tidak repot.



Dengan kabel HDMI maka ada beberapa transmisi yang bisa dilakukan yaitu pengganti kabel video, kabel suara/ audio dan terakhir adalah data.
Keberadaan HDMI disini tidak terbatas hanya sebagai kabel serba bisa tetapi juga mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan kabel biasa yaitu:
Kecepatan
Mempunyai kecepatan transfer data sampai 10.2 GB per detik sehingga akan menghasilkan kualitas gambar dan suara yang lebih baik.
Komunikasi 2 arah
HDMI juga mampu berkomunikasi secara 2 arah sehingga antara alat yang satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi. Dalam hal ini, misal sebuah HDTV (High Definition TV) dengan DVD Player, singkatnya dapat saling berkomunikasi untuk mendapatkan setting terbaik agar gambar tampil secara optimal.
Penggunaan kabel HDMI tentu saja tidak bisa digunakan secara langsung karena sebelumnya anda harus memastikan bahwa alat yang anda miliki sudah mendukung koneksi HDMI ini. Tetapi seiring perkembangan teknologi ini sendiri, koneksi HDMI akan menjadi koneksi standar seperti sebuah koneksi USB yang sudah ada di semua komputer.
Perkembangan terakhir dari teknologi HDMI ini yang ditandai dengan peluncuran HDMI ver. 1.4 yang mampu menjadikan kabel HDMI sebagai pengganti kabel ethernet.
Tetapi mungkin sebagai kabel data, HDMI memiliki satu kekurangan yaitu panjang kabel HDMI ini sendiri direkomendasikan antara 7 – 30 m saja sedangkan untuk lebih dari itu, dibutuhkan alat tambahan lain.

VGA to HDMI


Atlona VGA to HDMI: konverter sinyal VGA ke HDMI

Saat ini, banyak sekali yang mau menyambungkan komputer/ notebooknya ke TV LCD/ HDTV tetapi karena keterbatasan koneksi maka keinginan punya layar besar selalu urung dilakukan. Atlona VGA to HDMI Scaler/Converter (USB Powered) adalah sebuah alat konversi daru VGA ke HDMI yang memanfaat daya listrik yang berasal dari koneksi USB.

Dengan ini, kita bisa menyambungkan sebuah HDTV yang biasanya hanya punya koneksi HDMI melalui port VGA yang ada di notebook atau komputer. Untuk ouput suara juga bisa dilakukan di satu alat ini karena sudah tersedia kabel jack audio 3.5 mm jadi tidak perlu repot lagi untuk alat tambahan untuk mengeluarkan suara ke HDTV.
AT-HDView bisa menghasilkan resolusi oputput ke HDTV anda dengan berbagai macam resolusi mulai dari 480p@60, 720p@60, 1080p@60, 1280×800@60, 1366×768@60, 1920×1200@60.
AT-HDView dijual dengan harga US$ 119 (sekitar Rp. 1.15 juta).
 
Sumber berita
Atlona VGA to HDMI Scaler/Converter (USB Powered)

Versi kabel HDMI


Penjelasan kabel HDMI – versi kabel HDMI

**kabelaudio.com
Blu-ray Disc di perkenalkan pada tahun 2006, mampu menghadirkan fitur format audio HD yang membutuhkan koneksi HDMI untuk hasil terbaik. Dolby Digital Plus (DD+), Dolby TrueHD, dan DTS-HD Master Audio memerlukan kapasitas koneksi yang melebihi kapasitas transfer kabel S/PDIF. Kabel HDMI 1.3 dapat menyalurkan sinyal data DD+, TrueHD, dan nd DTS-HD yang masih terkompres (belum di decode) sehingga AV receiver yang telah memiliki fasilitas decode format tersebut dapat meng-decode data audio dalam bentuk terkompresi.
Konten kepingan Blu-ray dapat memerintahkan Blu-ray disc player untuk mencampur sinyal audio terkompres dengan sinyal audio yang telah di-decode dan kedua sinyal ini dapat bersamaan disalurkan oleh kabel HDMI. Beberapa alat pemain Blu-ray selalu men-dekode sinyal digital menjadi sinyal audio analog dengan keluaran LPCM dan sinyal audio analog multi channel ini dapat disalurkan melalui kabel HDMI dengan syarat AV receiver men-supports input audio multi-channel LPCM dengan koneksi HDMI. Selanjutnya kabel HDMI juga men-supports format HDCP, yang menghasilkan repro audio resolusi tinggi yang hanya dapat disalurkan dengan kabel HDMI 1.3.
HDMI VERSI
HDMI Vibrate
KETERANGAN TABEL:
A. 36-bit support is mandatory for Deep Color compatible CE devices with 48-bit support being optional.
B. Maximum resolution is based on CVT-RB blanking which is a VESA standard for non-CRT based displays.[86] Using CVT-RB blanking 1920×1200 would have a video bandwidth of 3.69 Gbit/s and 2560×1600 would have a video bandwidth of 8.12 Gbit/s.
C. Using CVT-RB blanking would have a video bandwidth of 8.12 Gbit/s.
D. Using CVT-RB blanking would have a video bandwidth of 7.91 Gbit/s.
E. Using CVT-RB blanking would have a video bandwidth of 7.39 Gbit/s.
F. Even for audio bitstream formats that a given HDMI version cannot transport it may still be possible to decode the bitstream in the player and transmit the audio as PCM with no loss of quality.
G. CEC has been in the HDMI specification since version 1.0 but has only begun to be used in CE products with HDMI version 1.3a.
H. Playback of SACD may be possible for older HDMI versions if the signal source (such as the Oppo 970) converts to LPCM. For those receivers that have only PCM DAC converters and not DSD this means that no additional resolution loss occurs.
I. Large number of additions and clarifications for CEC commands. One addition is CEC command allowing for volume control of an AV receiver.

Koneksi HDMI: akan menjadi koneksi standar di masa depan

Belakangan ini mungkin kita sering mendengar mengenai koneksi HDMI (High-Definition Multimedia Interface). Apa sih itu sebenarnya?
HDMI adalah sebuah kabel HD untuk menghubungkan beberapa peralatan elektronik mulai dari home entertainment sampai komputer tetapi bedanya HDMI bisa menggantikan fungsi beberapa kabel sekaligus.
Contoh paling mudahnya seperti ini, bila anda ingin menghubungkan DVD player dengan TV, biasanya minimal anda butuh 2 kabel yaitu kabel untuk audio dan satu lagi kabel untuk video. Dengan HDMI maka kedua kabel tersebut bisa digabungkan menjadi satu sehingga instalasi lebih mudah dan tidak repot.
Dengan kabel HDMI maka ada beberapa transmisi yang bisa dilakukan yaitu pengganti kabel video, kabel suara/ audio dan terakhir adalah data.
Keberadaan HDMI disini tidak terbatas hanya sebagai kabel serba bisa tetapi juga mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan kabel biasa yaitu:
Kecepatan
Mempunyai kecepatan transfer data sampai 10.2 GB per detik sehingga   akan menghasilkan kualitas gambar dan suara yang lebih baik.
Komunikasi 2 arah
HDMI juga mampu berkomunikasi secara 2 arah sehingga antara alat yang satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi. Dalam hal ini, misal sebuah HDTV (High Definition TV) dengan DVD Player, singkatnya dapat saling berkomunikasi untuk mendapatkan setting terbaik agar gambar tampil secara optimal.
Penggunaan kabel HDMI tentu saja tidak bisa digunakan secara langsung karena sebelumnya anda harus memastikan bahwa alat yang anda miliki sudah mendukung koneksi HDMI ini. Tetapi seiring perkembangan teknologi ini sendiri, koneksi HDMI akan menjadi koneksi standar seperti sebuah koneksi USB yang sudah ada di semua komputer.
Perkembangan terakhir dari teknologi HDMI ini yang ditandai dengan peluncuran HDMI ver. 1.4 yang mampu menjadikan kabel HDMI sebagai  pengganti kabel ethernet.
Tetapi mungkin sebagai kabel data, HDMI memiliki satu kekurangan yaitu panjang kabel HDMI ini sendiri direkomendasikan antara 7 – 30 m saja sedangkan untuk lebih dari itu, dibutuhkan alat tambahan lain.
Semoga artikel ini cukup berguna. :-)