Selasa, 05 April 2011
Traveler yang super Nekad.
The Naked Traveler yang super Nekad.
Suatu pagi saya nonton O'Channel, presenternya Erwin Parengkuan
menampilkan seorang Backpacker perempuan bernama Trinity, dia
rupanya pengarang buku The Naked Traveler.
Samar-samar saya teringat kalau itu buku yang sempat di-banned
karena "ke-naked-annya".
Maka saya jadi menyimak, dan diakhir acara Trinity menyebut alamat
e-mailnya, saya langsung e-mail dia dan dikasih alamat blognya:
http://naked-traveler.com
Trinity bilang kalau bukunya sudah lepas banned sejak Januari 2008,
setelah ada beberapa cerita dalam bukunya yang di-cut.
"Promosi" gratis dan heboh itu rupanya mendongkrak penjualan,
dalam bukunya saya baca tertera kalau itu cetakan ke lima,
diterbitkan pertama kali Juni 2007.
Di bagian bawah cover depan buku yang berwarna biru - sederhana
tapi eye catching, ada tulisan:
"memikat. Ada kejujuran dalam mengungkapkan apa yang dirasakan,
tidak hanya yang dilihat " - Bondan Winarno, ketua milis wisata boga
Jalansutra, pembawa acara Wisata Kuliner Trans TV.
Saya tanya lagi ke Trinity, apakah dia anggota milis Jalansutra
karena kenal dengan pak Bondan, dijawab :
Sebenernya saya juga nggak kenal pak Bondan secara langsung.
Waktu blog saya mau dibukuin dan saya sedang cari endorser,
saya memang niat banget supaya pak Bondan mau meng-endorse
saya, karena dia adalah penulis favorit saya.
Seandainya saya bisa ketemu langsung dengan beliau, karena
selama ini hanya hubungan via email atau chat.
Saya lihat di blog bapak, bapak kenal beliau ya ?
Salam ya dari Trinity, saya pengen banget ketemu dia :)
Membaca bukunya saya mendapati betul kalau dia bercerita
dengan gaya apa adanya, boleh dikata tanpa tedeng aling-aling.
Tentu ini membuat seru apalagi kisahnya itu sekitar kegiatan
backpacker-an yang pastilah banyak sekali suka dukanya.
Boleh dikata Trinity tidak bercerita banyak tentang obyek wisata,
hampir semua ceritanya berkisar tentang hal-hal yang dialaminya
dalam persiapan dan perjalanannya - tapi justru disitulah
kekuatan ceritanya - seru sekali. Tidak terasa dalam sehari saja
buku setebal 279 halaman yang dibandrol seharga Rp.38.500,-
itu habis terbaca.
Tulisannya pendek-pendek sehingga ada 68 buah cerita, begitu
bervariasi dan asyik sekali dibacanya sehingga terasa sayang
untuk cepat-cepat meletakkan buku itu.
Entah beberapa kali saya tergelak sendirian, antara lain saat
Trinity bercerita tentang Cabin Crew - Pramugari Singapore
Airlines saking langsing-langsing ukuran pinggangnya mungkin
hanya selebar paha saya katanya.
Terus, pramugaranyanya cakep-cakep kayak penyanyi F4,
tapi dia penasaran dengan pramugara Royal Brunai, soalnya
paling cakep pun mukenye kayak B'Jah !
Trinity juga backpacker super nekad, bukan saja siap tidur
dimanapun, termasuk tidur di kursi maupun karpet airport,
juga nekad mulai dari pinjam kartu kredit orang yang ketemu
di airport agar temannya bisa masuk ke lounge bandara,
sampai berani tidur cewek sendirian bersama empat cowok
di hostel Auckland Central Backpackers.
Puncak kenekadannya adalah maksa masuk ke hutan angker
di pulau kecil dekat Sumbawa, padahal sudah dilarang keras
oleh penduduk setempat.
Niatnya keras ingin melihat air terjun dalam hutan itu , setelah
ketemu seorang kakek berambut putih yang menyarankan
dia tetap pergi, dengan dua temannya dia memasuki hutan.
Ternyata ada mahluk hitam menghadang, sehingga mereka
lintang pukang, dan kembali sambil merasa ada orang men-
colek2 dan me-manggil2 namanya, untung mereka tidak
menoleh dan dengan ketakutan jalan terus.
Menjelang gelap mereka tiba di kampung lagi, penduduk
sudah menanti mereka dengan cemas, karena sebenarnya
tidak ada satupun penduduk berani masuk ke hutan bekas
kerajaan Mataram yang sudah tenggelam itu.
Dijelaskan pula didalam hutan penuh hantu itu kalau ada
yang menoleh saat dipanggil namanya maka dia akan diajak
masuk ke kerajaan hantu dan tidak akan kembali lagi.
Trinity bilang dia berani karena tadinya ada kakek berambut
putih yang bilang boleh kesana, pak Lurah menjawab bahwa
didesa itu tidak ada kakek-kakek, karena dia yang paling tua
disitu dan juga disitu tidak ada yang berambut panjang putih.
Lha kalau gitu kakek berambut putih tadi itu siapa- Hiiiii !!
Backpacker jagoan ini telah mengunjungi 36 negara dan
hampir seluruh propinsi di Indonesia, beberapa hari yang
lalu dia kirim email lagi :
saya lagi di olympos setelah dari cappadocia.
bagus dan aneh tempatnya. besok mau cruise naek kapal 4 hari
di mediteranean sampe ke kota fethiye/ duh bingung ngetiknya,
abis keyboard di warnet sini pake bahasa turki-=
Posted by sindhiarta
Category: | Books |
menampilkan seorang Backpacker perempuan bernama Trinity, dia
rupanya pengarang buku The Naked Traveler.
Samar-samar saya teringat kalau itu buku yang sempat di-banned
karena "ke-naked-annya".
Maka saya jadi menyimak, dan diakhir acara Trinity menyebut alamat
e-mailnya, saya langsung e-mail dia dan dikasih alamat blognya:
http://naked-traveler.com
Trinity bilang kalau bukunya sudah lepas banned sejak Januari 2008,
setelah ada beberapa cerita dalam bukunya yang di-cut.
"Promosi" gratis dan heboh itu rupanya mendongkrak penjualan,
dalam bukunya saya baca tertera kalau itu cetakan ke lima,
diterbitkan pertama kali Juni 2007.
Di bagian bawah cover depan buku yang berwarna biru - sederhana
tapi eye catching, ada tulisan:
"memikat. Ada kejujuran dalam mengungkapkan apa yang dirasakan,
tidak hanya yang dilihat " - Bondan Winarno, ketua milis wisata boga
Jalansutra, pembawa acara Wisata Kuliner Trans TV.
Saya tanya lagi ke Trinity, apakah dia anggota milis Jalansutra
karena kenal dengan pak Bondan, dijawab :
Sebenernya saya juga nggak kenal pak Bondan secara langsung.
Waktu blog saya mau dibukuin dan saya sedang cari endorser,
saya memang niat banget supaya pak Bondan mau meng-endorse
saya, karena dia adalah penulis favorit saya.
Seandainya saya bisa ketemu langsung dengan beliau, karena
selama ini hanya hubungan via email atau chat.
Saya lihat di blog bapak, bapak kenal beliau ya ?
Salam ya dari Trinity, saya pengen banget ketemu dia :)
Membaca bukunya saya mendapati betul kalau dia bercerita
dengan gaya apa adanya, boleh dikata tanpa tedeng aling-aling.
Tentu ini membuat seru apalagi kisahnya itu sekitar kegiatan
backpacker-an yang pastilah banyak sekali suka dukanya.
Boleh dikata Trinity tidak bercerita banyak tentang obyek wisata,
hampir semua ceritanya berkisar tentang hal-hal yang dialaminya
dalam persiapan dan perjalanannya - tapi justru disitulah
kekuatan ceritanya - seru sekali. Tidak terasa dalam sehari saja
buku setebal 279 halaman yang dibandrol seharga Rp.38.500,-
itu habis terbaca.
Tulisannya pendek-pendek sehingga ada 68 buah cerita, begitu
bervariasi dan asyik sekali dibacanya sehingga terasa sayang
untuk cepat-cepat meletakkan buku itu.
Entah beberapa kali saya tergelak sendirian, antara lain saat
Trinity bercerita tentang Cabin Crew - Pramugari Singapore
Airlines saking langsing-langsing ukuran pinggangnya mungkin
hanya selebar paha saya katanya.
Terus, pramugaranyanya cakep-cakep kayak penyanyi F4,
tapi dia penasaran dengan pramugara Royal Brunai, soalnya
paling cakep pun mukenye kayak B'Jah !
Trinity juga backpacker super nekad, bukan saja siap tidur
dimanapun, termasuk tidur di kursi maupun karpet airport,
juga nekad mulai dari pinjam kartu kredit orang yang ketemu
di airport agar temannya bisa masuk ke lounge bandara,
sampai berani tidur cewek sendirian bersama empat cowok
di hostel Auckland Central Backpackers.
Puncak kenekadannya adalah maksa masuk ke hutan angker
di pulau kecil dekat Sumbawa, padahal sudah dilarang keras
oleh penduduk setempat.
Niatnya keras ingin melihat air terjun dalam hutan itu , setelah
ketemu seorang kakek berambut putih yang menyarankan
dia tetap pergi, dengan dua temannya dia memasuki hutan.
Ternyata ada mahluk hitam menghadang, sehingga mereka
lintang pukang, dan kembali sambil merasa ada orang men-
colek2 dan me-manggil2 namanya, untung mereka tidak
menoleh dan dengan ketakutan jalan terus.
Menjelang gelap mereka tiba di kampung lagi, penduduk
sudah menanti mereka dengan cemas, karena sebenarnya
tidak ada satupun penduduk berani masuk ke hutan bekas
kerajaan Mataram yang sudah tenggelam itu.
Dijelaskan pula didalam hutan penuh hantu itu kalau ada
yang menoleh saat dipanggil namanya maka dia akan diajak
masuk ke kerajaan hantu dan tidak akan kembali lagi.
Trinity bilang dia berani karena tadinya ada kakek berambut
putih yang bilang boleh kesana, pak Lurah menjawab bahwa
didesa itu tidak ada kakek-kakek, karena dia yang paling tua
disitu dan juga disitu tidak ada yang berambut panjang putih.
Lha kalau gitu kakek berambut putih tadi itu siapa- Hiiiii !!
Backpacker jagoan ini telah mengunjungi 36 negara dan
hampir seluruh propinsi di Indonesia, beberapa hari yang
lalu dia kirim email lagi :
saya lagi di olympos setelah dari cappadocia.
bagus dan aneh tempatnya. besok mau cruise naek kapal 4 hari
di mediteranean sampe ke kota fethiye/ duh bingung ngetiknya,
abis keyboard di warnet sini pake bahasa turki-=
Wisata Bali Tour 2 Hari 1 Malam
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Copyright © Bali Tourku 2010 Supported By Fendira |
Ke Dubai
Burj Al Arab - The World's Only 7-star Hotel.
jembatan BurjAlArab
by sindhiarta
Ke Dubai tidak melihat Burj Al Arab ?, orang bilang itu sih
sama saja dengan ke Paris tapi melewatkan mengunjungi
Eiffel Tower, atau ke Sydney terlewat lihat Opera House.
Burj Al Arab yang artinya Tower of The Arabs, memang
sungguh pantas menjadi icon-nya Dubai.
Dibuat sengaja mirip dengan bentuk anggun layar dari
Arabian Dhow -perahu tradisional Dubai, dan sengaja pula
dibangun tidak didaratan tapi muncul dari dasar laut sejauh
280 meter dari garis pantai.
Jadi seakan sebuah Dhow yang sedang mengembangkan
layar, simbolisasi transformasi urban Dubai.
Dibangun dari tahun 1994, dan dioperasikan tahun 1999,
Burj Al Arab menjadi hotel satu2nya di dunia yang secara
hiperbolik dijuluki ber-bintang tujuh.
Konon tidak lama lagi akan muncul hotel ber-bintang
tujuh lainnya, antara lain Flower of The East di Kish - Iran
dan The Centaurus Complex di Islamabad Pakistan.
Untuk design yang begitu inovatif dan ultra modern,
serta kemewahan pelayanan yang ditawarkan, maka
hotel setinggi 321 meter ini disebut bukan saja :
The World's Tallest Hotel, juga sebagai The World's Most -
Luxurious Hotel.
Memang inilah salah satu The Finest Hotels in the World,
yang siap menerima kunjungan Kings/Queens/Sheikhs
sekalipun.
Minggu siang, 14 Oktober 2007 sekitar jam 12.30 kami
turun dari bus didekat Wild Wadi Water Park, didepan
tampaklah BurjAlArab yang anggun dan cantik sekali,
dominan warna putih dengan biru terang pada sisinya.
Tempat kami turun persis didepan pos penjagaan,
dibelakangnya terdapat jembatan menuju bangunan hotel.
Bus tidak boleh melewati pos penjagaan, hanya kendaraan
sedan, jadi kami akan naik Golf Cart yang tampak bolak balik
mengantar para tamu yang mempunyai izin memasuki hotel.
Hanya tamu hotel yang menginap atau mengunjungi salah
satu restoran-nya yang boleh masuk, itupun harus reservasi
jauh-jauh hari sebelumnya.
Sambil menunggu jemputan, kami mengagumi eksterior
gedung yang dimalam hari sinar lampu yang menyorotnya
bisa berubah-ubah mulai dari sinar putih ke multi coloured
tiap 30 menit.
Tampak pula bentuk bulat mungil di ketinggian 210 meter,
itulah helipad selebar 24 meter dimana pernah Tiger Wood
melontarkan bola-bola golf kearah Arabian Gulf , dan juga
tempat Andre Agassi bermain tenis bersama Roger Federer.
Memasuki pintu BurjAlArab, bukannya disambut dengan
pemeriksaan security yang ketat dengan pintu detektor,
malah pelayan yang menawarkan kurma yang lezat sekali.
Kini kami berada didalam lobby hotel, kecil saja tapi karpet-
nya tampak tebal mewah sekali, cantik berwarna warni.
Ditengah tampak air mancur yang indah selebar gedung,
hanya menyisakan sepasang escalator dikiri kanannya.
Menengok keatas tampak atrium hotel yang tinggi sekali,
uniknya V-shaped dan dindingnya kombinasi warna putih
dengan biru yang bergradasi makin keatas menjadi makin
hijau, cantik dan atraktif sekali.
Tiang2 besar warna keemasan menempel di-dindingnya.
Atrium setinggi 180 meter ini dinyatakan sebagai :
The Tallest Atrium Lobby in the World.
Interior menakjubkan ini di design oleh Khuan Chew -
yang juga mendesign interior Istana Sultan Brunai.
Konon terpakai 8000 m2 gold leaf 22 carat dan
24 ribu m2 berbagai jenis marmer didalam hotel ini.
Naik escalator menuju lantai dua, kini sekeliling tampak
beberapa toko dan restoran, termasuk jalan masuk ke
restoran Al Mahara tempat kami makan siang.
Seharusnya memasuki Al Mahara (artinya The Oyster)
memakai Simulated Submarine, karena didalam
The Top Ten Best Restaurant of the World by Conde
Nast Traveler itu, terdapat Lounge Seawater Aquarium
yang berisi lebih dari 1 juta liter air laut, kacanya yang
terbuat dari acrylic glass konon tebalnya 18 centimeter !.
Jadi para tamu dibuat serasa naik submarine, yang
menyelam, untuk nantinya saat penumpang keluar
sudah berada didalam restoran yang seakan berada
di dasar laut. Sayang saat itu sedang perbaikan.
Lalu kami dipersilahkan memasuki lift, terasa turun
ke dasar hotel itu dan tibalah dipintu masuk Al Mahara.
Memasuki restoran, terlihat meja kursi mengelilingi
aquarium yang besar sekali berbentuk bulat ditengah
ruangan, sayang sekali dilarang memotret disitu.
http://www.burj-al-arab.com/dining/al_mahara/
Kami yang bertujuh belas orang diarahkan memasuki
private room yang terasa kurang nyaman karena agak
sempit dengan hanya satu sisi aquarium didindingnya.
AC-nya juga sepoi2 saja, dan kursinya juga design-
nya kurang bagus karena mudah jatuh terlentang.
Lembaran menu dibagikan, isinya set menu yang
terdiri dari 4 macam makanan, dessert dan teh.
Makanan pertama Salmon Mi-Cuit with Wakame Paste
and Thai-Prawn Essence, yang ditata dengan cantik,
karena sudah lapar langsung disikat habis.
Nunggu sekian lama, barulah datang Blue Swimmer Crab
Milk Shake with Asian Tempura of Soft Shell Crab, yang
besarnya cuma sa-upil doang.
Nunggu lama lagi - lebih dari 15 menit, datanglah Seared
Diver Scallop with Teriyaki Risotto and Kaffir Pipette,
kalo nggak ada busanya nutupi - pasti ketauan kalau itu
ukuran sekali telan aja abis - kecil banget!.
Akhirnya muncul Roasted Red Tuna with Shemiji -
Mushrooms and Fava Bean, Yuzu Essence, lumayan
rada gedean, kalo yang sebelum2-nya sih gede
piring-nya doang.
Dessertnya Valrhona Chocolate Sphere, tampilannya
berupa bola coklat kecil, tapi pelayan bilang jangan
dimakan dulu, bakal ada show katanya.
Mereka lalu bawa coklat cair panas, diguyur diatas bola
coklat yang sudah ada dipiring kami, oh atap bola coklat
jadi leleh dan didalamnya ada isinya
Selesai makan siang, kami minta untuk bisa melihat
kamar hotel -nya.
Ternyata tidak bisa, alasannya semua kamar penuh.
Semua kamar disana hanya ada kelas suite, semua
juga duplex - terdiri dari dua lantai.
Yang paling "murah" dari kelas One Bedroom Deluxe
Suite, luasnya 170 m2, sewanya 7500 Dhs seharinya.
Kelas paling wah Royal Suite, luasnya aduhai 780 m2 -
sa-gede apa tuh kamar bingung ngebayangin-nya,
dan sewanya juga mana tahan : 50.000 Dirham !.
Harga itu masih ditambah government tax 10% dan
service charge 10 %, breakfast juga belum termasuk.
Uang Dirham di peg terhadap US Dollar, berarti stabil
1 US Dollar setara dengan 3,6 Dhs.
Untunglah, rupanya untuk mengurangi kekecewaan,
kami diajak kedalam hotel dan menuju lift, melewati
berbagai ruangan yang serba gemerlap dengan lantai
ada yang berupa mozaik warna warni cantik sekali.
Lift kaca yang ada dibagian belakang hotel itu naik
dengan kecepatan tinggi, dan pemandangan kearah
luar memukau. Tampak air laut membiru, dan terlihat
proyek Palm shaped Island yang sedang dibangun.
Keluar lift kami mendapati berada didepan pintu
masuk restoran Al Muntaha, yang tampak mewah
dan pemandangan keluar kaca sangat menarik
karena berada di ketinggian sekitar 200 meter.
Tentu kami tidak boleh masuk maka setelah nengok2
dari luar saja itu, kami segera turun kembali ke lobby,
sebelum keluar sempat ngambil kurma lagi - maklum
kurma-nya istimewa, enak sekali.
Pemandangan dari halaman depan hotel terbuka
kearah Jumeirah Beach Hotel yang juga cantik
sekali bentuknya.
Didepan hotel ada beberapa mobil mewah, antara lain
Rolls Royce - tentu bukan buat antar jemput kami
yang jatahnya Golf Cart doang.
sama saja dengan ke Paris tapi melewatkan mengunjungi
Eiffel Tower, atau ke Sydney terlewat lihat Opera House.
Burj Al Arab yang artinya Tower of The Arabs, memang
sungguh pantas menjadi icon-nya Dubai.
Dibuat sengaja mirip dengan bentuk anggun layar dari
Arabian Dhow -perahu tradisional Dubai, dan sengaja pula
dibangun tidak didaratan tapi muncul dari dasar laut sejauh
280 meter dari garis pantai.
Jadi seakan sebuah Dhow yang sedang mengembangkan
layar, simbolisasi transformasi urban Dubai.
Dibangun dari tahun 1994, dan dioperasikan tahun 1999,
Burj Al Arab menjadi hotel satu2nya di dunia yang secara
hiperbolik dijuluki ber-bintang tujuh.
Konon tidak lama lagi akan muncul hotel ber-bintang
tujuh lainnya, antara lain Flower of The East di Kish - Iran
dan The Centaurus Complex di Islamabad Pakistan.
Untuk design yang begitu inovatif dan ultra modern,
serta kemewahan pelayanan yang ditawarkan, maka
hotel setinggi 321 meter ini disebut bukan saja :
The World's Tallest Hotel, juga sebagai The World's Most -
Luxurious Hotel.
Memang inilah salah satu The Finest Hotels in the World,
yang siap menerima kunjungan Kings/Queens/Sheikhs
sekalipun.
Minggu siang, 14 Oktober 2007 sekitar jam 12.30 kami
turun dari bus didekat Wild Wadi Water Park, didepan
tampaklah BurjAlArab yang anggun dan cantik sekali,
dominan warna putih dengan biru terang pada sisinya.
Tempat kami turun persis didepan pos penjagaan,
dibelakangnya terdapat jembatan menuju bangunan hotel.
Bus tidak boleh melewati pos penjagaan, hanya kendaraan
sedan, jadi kami akan naik Golf Cart yang tampak bolak balik
mengantar para tamu yang mempunyai izin memasuki hotel.
Hanya tamu hotel yang menginap atau mengunjungi salah
satu restoran-nya yang boleh masuk, itupun harus reservasi
jauh-jauh hari sebelumnya.
Sambil menunggu jemputan, kami mengagumi eksterior
gedung yang dimalam hari sinar lampu yang menyorotnya
bisa berubah-ubah mulai dari sinar putih ke multi coloured
tiap 30 menit.
Tampak pula bentuk bulat mungil di ketinggian 210 meter,
itulah helipad selebar 24 meter dimana pernah Tiger Wood
melontarkan bola-bola golf kearah Arabian Gulf , dan juga
tempat Andre Agassi bermain tenis bersama Roger Federer.
Memasuki pintu BurjAlArab, bukannya disambut dengan
pemeriksaan security yang ketat dengan pintu detektor,
malah pelayan yang menawarkan kurma yang lezat sekali.
Kini kami berada didalam lobby hotel, kecil saja tapi karpet-
nya tampak tebal mewah sekali, cantik berwarna warni.
Ditengah tampak air mancur yang indah selebar gedung,
hanya menyisakan sepasang escalator dikiri kanannya.
Menengok keatas tampak atrium hotel yang tinggi sekali,
uniknya V-shaped dan dindingnya kombinasi warna putih
dengan biru yang bergradasi makin keatas menjadi makin
hijau, cantik dan atraktif sekali.
Tiang2 besar warna keemasan menempel di-dindingnya.
Atrium setinggi 180 meter ini dinyatakan sebagai :
The Tallest Atrium Lobby in the World.
Interior menakjubkan ini di design oleh Khuan Chew -
yang juga mendesign interior Istana Sultan Brunai.
Konon terpakai 8000 m2 gold leaf 22 carat dan
24 ribu m2 berbagai jenis marmer didalam hotel ini.
Naik escalator menuju lantai dua, kini sekeliling tampak
beberapa toko dan restoran, termasuk jalan masuk ke
restoran Al Mahara tempat kami makan siang.
Seharusnya memasuki Al Mahara (artinya The Oyster)
memakai Simulated Submarine, karena didalam
The Top Ten Best Restaurant of the World by Conde
Nast Traveler itu, terdapat Lounge Seawater Aquarium
yang berisi lebih dari 1 juta liter air laut, kacanya yang
terbuat dari acrylic glass konon tebalnya 18 centimeter !.
Jadi para tamu dibuat serasa naik submarine, yang
menyelam, untuk nantinya saat penumpang keluar
sudah berada didalam restoran yang seakan berada
di dasar laut. Sayang saat itu sedang perbaikan.
Lalu kami dipersilahkan memasuki lift, terasa turun
ke dasar hotel itu dan tibalah dipintu masuk Al Mahara.
Memasuki restoran, terlihat meja kursi mengelilingi
aquarium yang besar sekali berbentuk bulat ditengah
ruangan, sayang sekali dilarang memotret disitu.
http://www.burj-al-arab.com/dining/al_mahara/
Kami yang bertujuh belas orang diarahkan memasuki
private room yang terasa kurang nyaman karena agak
sempit dengan hanya satu sisi aquarium didindingnya.
AC-nya juga sepoi2 saja, dan kursinya juga design-
nya kurang bagus karena mudah jatuh terlentang.
Lembaran menu dibagikan, isinya set menu yang
terdiri dari 4 macam makanan, dessert dan teh.
Makanan pertama Salmon Mi-Cuit with Wakame Paste
and Thai-Prawn Essence, yang ditata dengan cantik,
karena sudah lapar langsung disikat habis.
Nunggu sekian lama, barulah datang Blue Swimmer Crab
Milk Shake with Asian Tempura of Soft Shell Crab, yang
besarnya cuma sa-upil doang.
Nunggu lama lagi - lebih dari 15 menit, datanglah Seared
Diver Scallop with Teriyaki Risotto and Kaffir Pipette,
kalo nggak ada busanya nutupi - pasti ketauan kalau itu
ukuran sekali telan aja abis - kecil banget!.
Akhirnya muncul Roasted Red Tuna with Shemiji -
Mushrooms and Fava Bean, Yuzu Essence, lumayan
rada gedean, kalo yang sebelum2-nya sih gede
piring-nya doang.
Dessertnya Valrhona Chocolate Sphere, tampilannya
berupa bola coklat kecil, tapi pelayan bilang jangan
dimakan dulu, bakal ada show katanya.
Mereka lalu bawa coklat cair panas, diguyur diatas bola
coklat yang sudah ada dipiring kami, oh atap bola coklat
jadi leleh dan didalamnya ada isinya
Selesai makan siang, kami minta untuk bisa melihat
kamar hotel -nya.
Ternyata tidak bisa, alasannya semua kamar penuh.
Semua kamar disana hanya ada kelas suite, semua
juga duplex - terdiri dari dua lantai.
Yang paling "murah" dari kelas One Bedroom Deluxe
Suite, luasnya 170 m2, sewanya 7500 Dhs seharinya.
Kelas paling wah Royal Suite, luasnya aduhai 780 m2 -
sa-gede apa tuh kamar bingung ngebayangin-nya,
dan sewanya juga mana tahan : 50.000 Dirham !.
Harga itu masih ditambah government tax 10% dan
service charge 10 %, breakfast juga belum termasuk.
Uang Dirham di peg terhadap US Dollar, berarti stabil
1 US Dollar setara dengan 3,6 Dhs.
Untunglah, rupanya untuk mengurangi kekecewaan,
kami diajak kedalam hotel dan menuju lift, melewati
berbagai ruangan yang serba gemerlap dengan lantai
ada yang berupa mozaik warna warni cantik sekali.
Lift kaca yang ada dibagian belakang hotel itu naik
dengan kecepatan tinggi, dan pemandangan kearah
luar memukau. Tampak air laut membiru, dan terlihat
proyek Palm shaped Island yang sedang dibangun.
Keluar lift kami mendapati berada didepan pintu
masuk restoran Al Muntaha, yang tampak mewah
dan pemandangan keluar kaca sangat menarik
karena berada di ketinggian sekitar 200 meter.
Tentu kami tidak boleh masuk maka setelah nengok2
dari luar saja itu, kami segera turun kembali ke lobby,
sebelum keluar sempat ngambil kurma lagi - maklum
kurma-nya istimewa, enak sekali.
Pemandangan dari halaman depan hotel terbuka
kearah Jumeirah Beach Hotel yang juga cantik
sekali bentuknya.
Didepan hotel ada beberapa mobil mewah, antara lain
Rolls Royce - tentu bukan buat antar jemput kami
yang jatahnya Golf Cart doang.
jembatan BurjAlArab