Kamis, 17 Maret 2011

Meriah Ke Jepang

Murah Meriah Ke Jepang
WES - Australia

Email address ini hanya untuk Zeverina & Asmod.

Sekalipun artikel ini tentang "Trip to Japan" namun bukan bercerita keindahan panorama atau kultur Jepang, sebab yang begituan sudah banyak diceritakan oleh penulis lain atau dapat Anda baca dari Brosur-brosur Travel Biro. Tekanan disini adalah mengenai "budget" sehingga Anda bakal menemui banyak angka-angka agar barangsiapa mau bertamasya ke Jepang dengan "jalan sendiri tanpa melalui paket tur" semoga tulisan ini banyak menolong.
Angka-angka dibuat seakurat mungkin dan kurs yang berlaku adalah pada beberapa bulan yang lalu dikala kurs1 AUD (Australian Dollar) = sekitar 70 JPY (Japanese Yen). Hari-hari ini 1 AUD = sekitar 90 JPY.

Inilah pertama kalinya kami (aku & isteri) berlibur dan bertamasya secara "budget". Kata "budget" aku beri dalam tanda kutip, karena kami sama sekali tidak benar-benar membuat anggaran ketat, dalam arti kami santai saja dalam pemakaian uang untuk cost of living selama di Jepang, cuma ikut arus ordinary people in Japan.

Perjalanan dari Melbourne menuju Tokyo via Gold Coast dan sebaliknya pakai Jetstar (Budget Air-nya Qantas) dengan biaya $ 1,014.34 berdua economy class. Kami tinggal dikota lain, jadi harus terbang menuju Melbourne dengan biaya budget pula sedangkan akomodasi di Melbourne gratis (salah seorang anak kami tinggal di Melbourne).

Premium Travel Insurance $ 339 berdua. Makanan & minuman di pesawat harus bayar sendiri, murah juga kok..........satu set menu full meals hanya $ 16 per porsi sedangkan air putih disediakan gratis satu botol.



Pertama kali bepergian keseluruh negara asing tanpa bantuan tour leader, guide atau kawan/ relasi. Benar-benar "jalan sendiri", hanya 2 hari saja ikut local guided tour. Dulu-dulu walau tanpa ikut guided tour, selalu dijemput, diantar dan ditemani rekan sekerja, relasi bisnis, teman atau famili.....maklum aku masih aktif bekerja atau berbisnis. Hanya kadang-kadang saja kala bepergian ke kota-kota besar tertentu seperti Singapura, Hongkong, Kuala Lumpur, New York, kota-kota di Australia & New Zealand...................itu aku kebanyakan "jalan sendiri". Memang ke Jepang ini merupakan yang ketiga kalinya (pertama 25 tahun yang silam, kedua setahun yang lalu) tetapi yang dulu-dulu itu pakai Tour Guide (dulu tak ada tulisan latin) dan tahun kemarin hanya Tokyo doang (tinggal beberapa hari dalam penerbangan ke/dari New York).

Ini juga pertama kali naik penerbangan budget jurusan international. Kalau domestic kami sudah sering pakai semisal Virgin Blue, Tiger dan Jetstar. Ternyata biar dikatakan Budget Air, pesawatnya cukup besar (formasi tempat duduk 2 + 4 + 2) ya lumayan nyaman selama flying time sekitar 11 jam. Kami bisa tertidur pulas seperti biasanya, sehingga tak menderita "jet lag". Sayangnya Qantas Frequent Flyer Card kami tidak berlaku buat Budget Air.......... seandainya berlaku berarti dapat points lagi ya berarti nyaris tidak bayar, kasian banget. Ah jangan keterlaluan sudah murah kok masih dituntut ini itu !

Yang nampak berbeda adalah penumpangnya banyak yang sepertinya jarang bepergian naik pesawat, tetapi itu tidak mengganggu malah sedikit lucu. Untungnya budget air menetapkan limit jumlah dan berat koper secara ketat..........satu orang hanya boleh bawa satu cabin bag 7 kg dan jika bawa koper cuma diperkenankan satu saja maximal 25 kg dengan tarip tambahan progresif sejak dari 15, 20 dan 25 kg.

Saranku sebaiknya kalau beli koper cukup yang nomor dua dari yang terbesar saja, cari yang berat kopernya ringan saja dan beroda empat (sehingga tinggal dorong saja) dengan total berat termasuk content dibawah 20 kg.
 

Hotel pakai yang berbintang 3.5 - 4  Group Washing- ton dan Holiday Inn  bertarip Y 12,000 semalam berdua ($ 160), jadi bukan sebagai backpacker nginap di Hostel atau Capsule Hotel. Biar bintangnya sama, hotel di Jepang lebih sempit ruangannya ketimbang hotel di negara Asia lainnya, maklum harga tanah di Jepang mahal luar biasa. Konon hitungannya bukan lagi per meter pesegi melainkan per centimeter pesegi.

Japan Rail Pass 7 days (karcis kereta api) beli di Australia seharga  Y 56,600 ($ 780) berdua Ordinary Class.
JR Pass ada yang 14 days dan 21 days, terdiri dari 2 kelas yaitu Superior Class (Green) dan Ordinary Class.
Ordinary Class sudah sangat baik, tak perlu beli yang Green karena kemewahannya hanya beda sedikit lagipula Green cuma untuk route tertentu saja.
JR Pass ini harus beli dari luar negeri, di Jepangnya dan penduduk Jepang bayar lebih mahal.
JR Pass ini sangat berguna, bisa untuk Shinkansen atau Bullet Train (terkecuali untuk Nozomi), Rapid Train, Local Train, Bus dan Ferry.

Selama 7 hari itu betul-betul kami manfaatkan secara full...........hampir seluruh route Shinkansen ke segala penjuru kami jalani ditambah Rapid Train dan Local Train ke kota-kota kecil atau antar suburb. Wah, keterlaluan, ya ? Mentang-mentang kereta apinya enak, nyaman, cepat, bersih dan gampang (petunjuknya jelas dalam bahasa Inggeris). Kalau masih ragu bisa tanya kepada petugas yang berdiri disamping gates..........biar bahasa Inggeris mereka minim tetapi helpful dan tahu persis seluk-beluk stasiun dan trainnya sehingga tak kuatir di-pingpong kayak dinegara lain.

Oleh karena total keberadaan kami di Jepang 12 hari, maka yang 5 hari kami gunakan acara tanpa train.






Hari kedatangan kami di Tokyo dari Narita Airport menuju Hotel di Tokyo kami naik Airport Limousine Bus bertarip Y 6,000 ($ 80) berdua. Naik train Narita Express juga bertarip sama, masih berabe cari tahu bagaimana dari train station menuju ke hotel. Naik taxi mahal sekali, bisa mencapai Y 30,000.

Satu hari penuh (9.00 am - 6.00 pm) kami beli Grand Full Day Tour termasuk  "Traditional Japanese Lunch Kyo-Gozen"    Y 19,200 berdua ($ 258)  yaitu:
Tokyo Tower, Meiji Shrine, Akasaka Guest House, National Diet Building, Imperial Palace East Garden, Ginza Shopping District, Tasaki Pearl Gallery, Sumida River Cruise, Asakusa Kannon Temple, Nakamise Shopping Street, Kappabashi, Ueno dan Akihabara) dan satu hari lagi (9.00 am - 7.00 pm) beli Mt. Fuji-Hakone Tour tanpa Lunch Y 22,000 berdua ($ 295) dengan Motorcoach (Bus) melalui Chuo Expressway lewat Tokyo Keiba Jo, Hachioji, Mt. Takao, Lake Sagami, Otsuki. Lake Kamaguchi berhenti di Fuji Visitor Centre berseberangan dengan Fujikyu Highland dilanjutkan dengan stop dilereng Mt. Fuji pada ketinggian 2,305 m (5th station). Mt. Fuji tingginya 3,776 m.
Lalu perjalanan diteruskan sampai ke Lake Ashi untuk naik cruise, kemudian cable car (Komagatake Ropeway) dan sampailah di Hakone dimana baaknyak terdapat "onsen" antara lain Gora Onsen dan Hakone Yumoto Onsen..... sesudah itu perjalanan bus dilanjutkan melalui Tomei Expressway menuju ke Tokyo station dan Shinjuku Station.

Yang 2 hari lagi kami gunakan untuk walking tour sekitar Hotel dan train station dimana lokasinya berdekatan (hanya beberapa menit jalan kaki) yaitu Shinjuku. Station Shinjuku dan Tokyo Station merupakan dua station terbesar dan teramai dikawasan Tokyo. Segala macam toko, entertainment,  megastore raksasa dan restaurant ada disitu........Takashimaya, Daimaru, Isetan dan lain-lain. Waktu 2 hari berkelana di Shinjuku membuat kami paham seluk beluk sudut-sudut train station dan jalan-jalan diluarnya. Ini sangat membantu kami saat kami pakai JR Pass selama 7 hari berikutnya.



Selama 12 hari biaya makan-minum berdua hanya menghabiskan Y 40,000 an saja (kurang dari $ 600). dilu Senangnya porsinya kecil-kecil namun komplit (kebetulan kami kebiasaan tak bisa makan porsi besar). Dari Australia kami bawa beberapa pack biskuit dan muesli bar.  Gorengannya pun dimasak dengan Rice Bran Oil yang jelas lebih sehat ketimbang Palm Oil. Yang mahal sekali adalah buah-buahan, namun kami setiap hari selalu berusaha makan buah-buahan atau juice-nya. Terkadang makan di oulet restoran Jepang yang sudah go international seperti Fujiya, Yoshinoya, Soup Stock, dsb disamping juga ke Chinese atau Korean Restaurant. Wah kenyang kesana kemari makan-minum terus, tetapi bagusnya karena banyak jalan kaki malah berat badan turun 1-2 kg. Jalan kakinya santai kok, setiap ketemu kursi/bangku duduk dulu sebentar lalu lanjutkan.

Hari terakhir baru naik taxi (sekali-kalinya naik taxi) dari Hotel ke stasiun Y 710 ($ 9), aku bayar Y 1,000 supir kembalikan pas Y 290 dan ramah lagi, jarak begitu dekat mau narik dan tidak ngomel. Di Jepang tidak ada budaya tip kayak di USA.

Sebetulnya dari Hotel ke Train Station kami bisa jalan kaki karena lokasinya dekat dan bisa melalui gang, tetapi lagi malas tarik-tarik kopor-kopor. Eh, tiba di Airport Melbourne supir taxinya sekarang banyak orang hitam Afrika, kami kebagian supir asal Somalia..............lumayan baik dan tampang tak seram,  tetapi nyetirnya kurang terampil dan sampai ditujuan meteran tunjukkan $ 52 terang-terangan minta $ 60. Tanpa diminta pun selalu aku kasih lebih kepada supir taxi, yang di Jepang pun aku maunya tak usah diberi uang kembalian namun supir Jepang tidak mau. Cuma saja kalau "ditodong" (walau mintanya baik-baik) kayak supir Somalia itu aku jadi merasa kurang senang.

Dari stasiun naik train Narita Express pakai sisa JR Pass langsung tiba di Narita Airport.

Meski jadwal penerbangan masih lama yaitu jam 8.30 malam, siang hari kami sudah berada disitu. Kami biasa begitu terutama di airport-airport yang nyaman semacam Narita, Changi atau Chek Lap Kok..............enak bisa lihat-lihat, shopping atau makan-minum sepuasnya. Selain toko & restoran segala fasilitas juga ada seperti Automatic Travel Insurance (bila lupa beli), Oxygen Lounge, Kids Park, Children Playroom, Medical & Dental Clinic, Laundry, Bagage Storage, Photo, Business Room (Fax, Photocopy, Meeting Facilities dsb), Showers, Pijat & Reflexiology, Massage Chair, Hair Salon, Post Office dan cabang Bank tertentu (bukan sekedar ATM).

 


Kami rasa liburannya sudah sangat murah sekali dan tidak melelahkan, suasananya nyaman, santai, tenteram dan suka cita.

Bangun tidurpun sesuka hati tanpa alarm clock, tetapi memang kebiasaan bangun pagi antara pukul 6.00 - 7.00 pagi.

KESAN KAMI

Jepang negerinya sangat teratur, effisien dan bersih. Hotel-hotel bersih dan lengkap perabotannya walau ruangannya  tergolong sempit. Train stationnya bak big shopping complex, serba ada - bersih - aman (crime rate rendah). Kehidupan orang Jepang sehari-hari adalah dari stasiun ke stasiun atau dari airport ke airport maka fasilitas disitu dibikin senyaman dan sekomplit mungkin...........segala apa ada, tak perlu berbelanja diluar kompleks.

Trainnya tepat waktu, bersih tanpa coretan grafiti, aman dan nyaman. Penumpangnya tertib, tidak ada yang ngomong keras-keras atau bicara keras di Handphone, tidak ada yang bawa barang kotor dan berbau (ayam hidup, tanaman, dsb) dan sudah tentu tidak ada pengamen, pengemis atau pedagang asongan. Pengelola train yang menjual makanan & minuman di trolley yang bolak-balik. Shinkansen sudah ada sejak 45 tahun yang lampau tetapi kereta yang lama-lamapun masih prima.
Di Australia sendiri (memang belum seburuk USA, Inggeris, Indonesia dll)  walau keretanya baru-baru, tetapi semua kaca dirusak/digores pakai paku (vandalisme).

Meski Jepang tergolong berteknologi tinggi dan sangat modern, tidak mencerminkan "cashless society" dimana penggunaan uang tunai masih banyak (mungkin karena angka kriminalitas rendah). Saranku selain kartu kredit, kartu debet atau kartu ATM bawa juga uang kontan yang cukup. Ada begitu berjibun mesin ATM, tetapi banyak mesin yang tidak bisa menerima ATM international.

Jepang sungguh luar biasa. Tertib dan bersih bukan karena dipaksa atau diancam denda macam Singapura. Sepertinya itu hasil didikan budi pekerti yang ditanamkan generasi demi generasi.
 




 


Regards

WES, Australia