link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Selasa, 06 Oktober 2015

Guest lecture salah satu pengusaha yang sukses


RESUME SEMINAR BAPAK DWIKA SUDRAJAT

Pada hari Senin, 7 September 2015, Kelas Rekayasa dan Kewirausahaan mengundang guest lecture salah satu pengusaha yang sukses yaitu Bapak Dwika Sudrajat. Bapak Dwika Sudrajat adalah salah satu lulusan Teknik Elektro angkatan 1985, Universitas Indonesia. Perjalanan karirnya  berawal dari tahun 1991 hingga saat ini menjadi seorang entrepreneur. Perjalanan yang cukup panjang dan penuh tantangan ini dapat dilaluinya dengan semangat yang tinggi untuk mencapai kesuksesan. Untuk itu kita harus memulai dari sekarang apa yang harus kita lakukan untuk mencapai kesuksesan tersebut.
Sebelum menjadi pengusaha, bapak Dwika pernah bekerja di berbagai perusahaan luar negeri. Bapak Dwika sempat bekerja di IBM. Akan tetapi, pada saat itu terdapat krisis global yang melanda Indonesia pada tahun 1992, bapak Dwika akhirnya terkena PHK dari perusahaan tersebut karena saat itu bapak Dwika bekerja dengan status kontrak. Lalu beliau juga pernah bekerja di PT ARCO INDONESIA dan Schlumberger. Setelah terkena PHK, bapak Dwika memutuskan untuk menjadi pegusahawan dan mendirikan sebuah perusahaan bernama VIDE Freeman yang bergerak di bidang konsultasi. Sekarang perusahaan beliau sudah berkembang sangat pesat dengan memiliki kantor di 3 negara berbeda, yaitu di Hongkong, di Indonesia, dan di Florida (Amerika).
Pertama, bapak Dwika berkata bahwa masyarakat Indonesia yang mau berbisnis harus mengubah mindsetnya dalam berbisnis. Kebanyakan orang berfikir bahwa untuk mencapai sukses dan gagal hanya percabangan dua jalan, padahal pada kenyataannya untuk mencapai sukses, harus melewati banyak sekali kegagalan. Lalu yang kedua adalah pikirkan ide-ide yang brilian untuk nantinya akan dikembangkan. Lalu yang ketiga adalah setelah mendapatkan ide, jalankan dan jangan mudah menyerah terhadap apa yang sudah kita lakukan, jika mendapat kegagalan, maka jangan ragu untuk mencobanya kembali. Intinya orang yang akan berbisnis, harus memiliki jati diri berbisnis dulu sebelum mendalami bisnis yang akan kita jalankan.
Fail and Win Source: 9gag
Fail and Win. Source: 9gag
Beliau juga menjelaskan startup dalam berbisnis. Startup disini maksudnya adalah memulai bisnis dari awal hingga tercapainya suatu keberhasilan. Berikut adalah beberapa kesalahan startup yaitu diantaranya masalah keterbatasan/kemampuan, ide yang tidak dikaji lagi, tidak punya partner, launching yang terlalu lama, launching yang terlalu cepat dan salah strategi, kurangnya strategi pengiklanan sehingga tidak ada orang yang tahu bisnis kita, serta tidak mau launching lagi saat tidak ada lagi pelanggan yang membeli produk/jasa kita.
How to Start a Startup. Source: http://jogjadigitalvalley.com
Bapak Dwika juga menjelaskan tentang kecerdasan, apakah kita adalah seorang pemikir (otak kiri) atau seorang yang berjiwa seni (otak kanan). Otak kiri adalah otak yang berfikir secara sistematis, logis dan verbal, sementara otak kanan adalah otak yang berfikir secara visual dan kreatif. Bapak Dwika mengatakan bahwa otak kiri dan otak kanan harus seimbang agar dapat mendukung untuk tercapainya sebuah kesuksesan dalam berbisnis. Bapak Dwika juga sempat melatih kita membaca tulisan dengan menggunakan warna. Jika kita lebih membaca tulisannya, maka otak yang dominan bekerja pada diri kita adalah otak kiri. Namun jika kita lebih mengenali warnanya, maka otak yang dominan bekerja pada diri kita adalah otak kanan. Bapak Dwika juga sempat menyinggung tentang pikiran bawah sadar, dimana pikiran bawah sadar kita itu berperan sebanyak 88%, dan pikiran sadar kita hanya 12%. Oleh karena itu, banyak-banyaklah merenung dan menggali ide-ide lebih dalam lagi.
Perbedaan Otak Kiri Otak Kanan. Source: http://ossyfirstan.blog.uns.ac.id/
Perbedaan Otak Kiri Otak Kanan. Source: http://ossyfirstan.blog.uns.ac.id/

Test Otak Kanan/Kiri. Source: http://4.bp.blogspot.com/

Otak kiri dan kanan. Source: tipssehatonline.web.id
Otak kiri dan kanan. Source: tipssehatonline.web.id
Untuk menyebarkan ilmu bisnisnya, bapak Dwika ternyata memiliki membuka tempat belajar berwirausaha yaitu di UKM Center yang bertempat di FEUI dan siapapun bisa mengikutinya tanpa dipungut biaya sepeserpun. Disinilah bapak Dwika mengajarkan tata cara berwirausaha kepada kita sampai kita menjadi yang sukses. Bahkan jika bisnis kita sangat bagus dan banyak manfaatnya, UKM Center bersedia untuk investasi di usaha kita. Tapi setelah sukses dianjurkan untuk membantu rekan yang masih kekurangan modal untuk berwirausaha.
Sebagai mahasiswa FTUI, banyak sekali yang dapat kita ambil hikmahnya dari seminar bapak Dwika. Tadinya kita berpikir untuk apa sekolah tinggi-tinggi tapi kedepannya hanya berwirausaha, lulusan SMP SMA saja bisa melakukan hal itu. Namun, setelah diberi motivasi oleh bapak Dwika, kami menyadari bahwa wirausaha itu tidak mengenal pendidikan akhir masing-masing orang. Pendidikan yang tinggi juga bisa bekerja sambil mempunyai usaha. Tanpa adanya pengusaha dinegeri ini, maka tidak akan berkembang negara kita ini. Namun dibenak saya yang harus tetap diingat adalah wirausaha yang kita susun tidak boleh menguntungkan diri sendiri saja dan banyak orang yang kita rugikan apalagi merugikan negara, tapi harus menguntungkan diri sendiri dan menguntungkan orang lain bahkan harus menguntungkan negara. Tidak masalah kita untung sedikit, tapi apa yang kita buat membuat orang lain tidak susah, mempermudah urusan orang lain, memajukan negara, dan lain sebagainya, adalah hal terpenting dalam berbisnis.
Begitu sekiranya resume dari guest gecturer oleh Bapak Dwika Sudrajat pada hari Senin, 7 September 2015. Sekian dan Terima kasih.
Achmad Sugandi (1406552313)
«  (Previous Post)

Rekayasa Kewirausahaan

dari: mhs.blog.ui.ac.id/yunike.levina

Sharing Kewirausahaan oleh Dwika Sudrajat

“Orang yang kita kenal akan membantu kita pada suatu saat nanti, jadi jangan pernah meninggalkan kesan buruk.” Kalimat yang dituturkan oleh narasumber kami, Bapak Dwika Sudrajat, terasa masih menggema bagi para mahasiswa yang hadir di Auditorium Gedung K dalam rangka kelas Rekayasa Kewirausahaan. Saat itu, Senin, 7 September 2015, kelas kami diberikan kesempatan untuk mendengarkan sharing dari seorang enterpreuner sukses yang tak lain adalah Bapak Dwika Sudrajat, selaku Direktur VIDE Freeman Consulting Group yang menjadi narasumber pada kuliah ini.
Setelah memperkenalkan diri dan membahas singkat mengenai pengalaman karirnya, Bapak Dwika Sudrajat pun memulai sharing dengan menjelaskan mengenai Perencanaan dan Pencapaian Sebuah Bisnis, dimana dalam kasusnya, beliau menceritakan bagaimana seorang pengusaha sukses seperti beliau ternyata hanya memulai bisnisnya dengan bermodalkan uang sebesar 50 juta rupiah, sampai pada akhirnya perusahaan yang beliau bangun berkembang menjadi sebuah perusahaan berskala internasional. Sang narasumber pun tak lupa menjelaskan bahwa ketika kita menginginkan sebuah kesuksesan finansial, salah satu kuncinya adalah dengan keluar dari zona nyaman kita, seperti rutinitas kerja kita yang sudah tetap dan aman secara finansial.
Keamanan tersebut, menurutnya, bukanlah sesuatu yang pasti, karena suatu saat secara tiba-tiba terdapat kemungkinan zona nyaman tersebut hilang, seperti ketika krisis moneter dan terjadi inflasi besar yang menyebabkan banyak pekerja yang diberhentikan dan menjadi pengangguran. Hal tersebut, tutur beliau, menunjukkan seberapa salah anggapan kita selama ini dan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti dalam kehidupan. Kemudian, ketika kita sudah keluar dari zona nyaman tersebut, jelas beliau, bahwa jalan yang akan kita tempuh untuk mencapai kesuksesan bukan hanya digambarkan oleh sukses dan gagal, melainkan gagal berkali-kali sebelum kemudian mendapatkan kesuksesan. Hal ini pun diilustrasikan dalam sebuah gambar yang menunjukkan kegagalan orang-orang sukses sebagai berikut.
how-many-times-should-your-try-infographic-animated-300x236
Banyak sekali orang yang mengaggap sukses dapat dicapai hanya dalam beberapa kali mencoba dan menyerah. Bapak Dwika pun berkata bahwa dia pun pernah mengalami kegagalan saat memulai bisnisnya, seperti saat produk Wi-Max-nya gagal dikarenakan menunda pertemuan. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah bangkit dan berusaha lebih giat lagi untuk mengalahkan kegagalan tersebut.
Ketika memulai sebuah bisnis, kita perlu mengetahui beberapa hal, antara lain : seberapa beratnya membangun sebuah perusahaan, rasa bingung yang diakibatkan karena tidak mengetahui harus memulai dari mana, dan  harus punya passion dalam bidang yang ingin dijadikan bisnis tersebut serta mempunyai produk unik yang hanya dapat diproduksi oleh kita sebagai individu yang bergerak dalam bidang yang kita minatkan tersebut. Bapak Dwika juga menambahkan saran bahwa kita harus menggunakan segala ide kreatif yang kita miliki sebelum menghabiskan uang, contohnya dengan menggunakan barang bekas atau mendaur ulang barang bekas menjadi barang yang dapat digunakan sehingga akan meringkan beban finansial perusahaan yang baru dijalankan.
Dalam proses mengembangkan usaha tersebut, seorang entrepreneur butuh untuk melipatgandakan sumber pendapatan untuk resiko yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan insentif kepada investor agar mendapat nilai tambah di mata mereka, ataupun memberikan produk kita dengan kelebihannya kepada reseller dengan memberikan keuntungan bagi reseller, dan masih banyak lagi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kita harus memberikan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terkait dengan bisnis yang kita bangun. Beliau menjelaskan bahwa kita harus tetap memberi pelayanan yang baik, seperti perusahaan kecil yang memberi pelayanan yang lebih baik dari perusahaan besar.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah usaha adalah membangun koneksi. Beliau menjelaskan bahwa membangun koneksi dapat bermula dari bantuan.
“Oleh karena itu, sebanyak mungkin membantu mereka yang mengalami masa sulit. Ketika kita menolong orang lain, maka pada suatu pertolongan tersebut akan kembali kepada kita. Yang Diatas akan menolong kita, mungkin bukan dari orang yang kita tolong tersebut melainkan dari orang lain yang mengenal orang tersebut.” ujar Bapak Dwika ketika menjelaskan tentang koneksi-koneksi yang ia bangun.
Kemudian, Bapak Dwika Sudrajat menjelaskan bahwa terdapat 3 masa krisis yang hamper menghancurkan, yaitu:
  1. Bad Hiring : untuk menghindarinya dalam pemilihan karyawan butuh memilih kaaryawan dengan karakter yang pas dengan kita.
  2. Pitching to investor : Hal ini terjadi karena kita terlalu menitikberatkan kepada investor sehingga dapat mengabaikan beberapa hal yang juga sama pentingnya
  3. Founder’s Burnout: Ketika kita tidak bias menjaga kestabilan penjualan, seperti ketika pada 3 bulan pertama saat sales terus naik sampai ketika drop penjualan dan dapat mengakibatkan keuntungan habis.
Menjelang penghujung kelas, beliau juga terus mengingatkan para mahasiswa untuk terus membantu orang yang membutuhkan. Beliau juga menekankan bahwa kita tidak boleh salah memilih objektif dan harus menaruh dalam pikiran bahwa uang bukanlah segalanya. Money is secondary,  beliau terus menekankan.
Akhir kata, secara keseluruhan sharing kewirausahaan yang diberikan oleh Bapak Dwika Sudrajat sangat menarik dan menginspirasi. Secara pribadi, saya merasa sangat tergerak dengan kata-kata tulus dan bijaksana yang kerap beliau lontarkan pada saat kelas. Selain itu, beliau juga memikirkan kondisi para mahasiswa sehingga ketika kita sudah lelah beliau mengajak kami melakukan peregangan. Saya sekaligus ingin mengucapkan terima kasih melalui tulisan ini atas kesempatan yang diberikan untuk dapat mengikuti perkuliahan dan mendapat wawasan baru dari Bapak Dwika

Sharing Kewirausahaan oleh Dwika Sudrajat

“Orang yang kita kenal akan membantu kita pada suatu saat nanti, jadi jangan pernah meninggalkan kesan buruk.” Kalimat yang dituturkan oleh narasumber kami, Bapak Dwika Sudrajat, terasa masih menggema bagi para mahasiswa yang hadir di Auditorium Gedung K dalam rangka kelas Rekayasa Kewirausahaan. Saat itu, Senin, 7 September 2015, kelas kami diberikan kesempatan untuk mendengarkan sharing dari seorang enterpreuner sukses yang tak lain adalah Bapak Dwika Sudrajat, selaku Direktur VIDE Freeman Consulting Group yang menjadi narasumber pada kuliah ini.
Setelah memperkenalkan diri dan membahas singkat mengenai pengalaman karirnya, Bapak Dwika Sudrajat pun memulai sharing dengan menjelaskan mengenai Perencanaan dan Pencapaian Sebuah Bisnis, dimana dalam kasusnya, beliau menceritakan bagaimana seorang pengusaha sukses seperti beliau ternyata hanya memulai bisnisnya dengan bermodalkan uang sebesar 50 juta rupiah, sampai pada akhirnya perusahaan yang beliau bangun berkembang menjadi sebuah perusahaan berskala internasional. Sang narasumber pun tak lupa menjelaskan bahwa ketika kita menginginkan sebuah kesuksesan finansial, salah satu kuncinya adalah dengan keluar dari zona nyaman kita, seperti rutinitas kerja kita yang sudah tetap dan aman secara finansial.
Keamanan tersebut, menurutnya, bukanlah sesuatu yang pasti, karena suatu saat secara tiba-tiba terdapat kemungkinan zona nyaman tersebut hilang, seperti ketika krisis moneter dan terjadi inflasi besar yang menyebabkan banyak pekerja yang diberhentikan dan menjadi pengangguran. Hal tersebut, tutur beliau, menunjukkan seberapa salah anggapan kita selama ini dan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti dalam kehidupan. Kemudian, ketika kita sudah keluar dari zona nyaman tersebut, jelas beliau, bahwa jalan yang akan kita tempuh untuk mencapai kesuksesan bukan hanya digambarkan oleh sukses dan gagal, melainkan gagal berkali-kali sebelum kemudian mendapatkan kesuksesan. Hal ini pun diilustrasikan dalam sebuah gambar yang menunjukkan kegagalan orang-orang sukses sebagai berikut.
how-many-times-should-your-try-infographic-animated-300x236
Banyak sekali orang yang mengaggap sukses dapat dicapai hanya dalam beberapa kali mencoba dan menyerah. Bapak Dwika pun berkata bahwa dia pun pernah mengalami kegagalan saat memulai bisnisnya, seperti saat produk Wi-Max-nya gagal dikarenakan menunda pertemuan. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah bangkit dan berusaha lebih giat lagi untuk mengalahkan kegagalan tersebut.
Ketika memulai sebuah bisnis, kita perlu mengetahui beberapa hal, antara lain : seberapa beratnya membangun sebuah perusahaan, rasa bingung yang diakibatkan karena tidak mengetahui harus memulai dari mana, dan  harus punya passion dalam bidang yang ingin dijadikan bisnis tersebut serta mempunyai produk unik yang hanya dapat diproduksi oleh kita sebagai individu yang bergerak dalam bidang yang kita minatkan tersebut. Bapak Dwika juga menambahkan saran bahwa kita harus menggunakan segala ide kreatif yang kita miliki sebelum menghabiskan uang, contohnya dengan menggunakan barang bekas atau mendaur ulang barang bekas menjadi barang yang dapat digunakan sehingga akan meringkan beban finansial perusahaan yang baru dijalankan.
Dalam proses mengembangkan usaha tersebut, seorang entrepreneur butuh untuk melipatgandakan sumber pendapatan untuk resiko yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan insentif kepada investor agar mendapat nilai tambah di mata mereka, ataupun memberikan produk kita dengan kelebihannya kepada reseller dengan memberikan keuntungan bagi reseller, dan masih banyak lagi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kita harus memberikan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terkait dengan bisnis yang kita bangun. Beliau menjelaskan bahwa kita harus tetap memberi pelayanan yang baik, seperti perusahaan kecil yang memberi pelayanan yang lebih baik dari perusahaan besar.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah usaha adalah membangun koneksi. Beliau menjelaskan bahwa membangun koneksi dapat bermula dari bantuan.
“Oleh karena itu, sebanyak mungkin membantu mereka yang mengalami masa sulit. Ketika kita menolong orang lain, maka pada suatu pertolongan tersebut akan kembali kepada kita. Yang Diatas akan menolong kita, mungkin bukan dari orang yang kita tolong tersebut melainkan dari orang lain yang mengenal orang tersebut.” ujar Bapak Dwika ketika menjelaskan tentang koneksi-koneksi yang ia bangun.
Kemudian, Bapak Dwika Sudrajat menjelaskan bahwa terdapat 3 masa krisis yang hamper menghancurkan, yaitu:
  1. Bad Hiring : untuk menghindarinya dalam pemilihan karyawan butuh memilih kaaryawan dengan karakter yang pas dengan kita.
  2. Pitching to investor : Hal ini terjadi karena kita terlalu menitikberatkan kepada investor sehingga dapat mengabaikan beberapa hal yang juga sama pentingnya
  3. Founder’s Burnout: Ketika kita tidak bias menjaga kestabilan penjualan, seperti ketika pada 3 bulan pertama saat sales terus naik sampai ketika drop penjualan dan dapat mengakibatkan keuntungan habis.
Menjelang penghujung kelas, beliau juga terus mengingatkan para mahasiswa untuk terus membantu orang yang membutuhkan. Beliau juga menekankan bahwa kita tidak boleh salah memilih objektif dan harus menaruh dalam pikiran bahwa uang bukanlah segalanya. Money is secondary,  beliau terus menekankan.
Akhir kata, secara keseluruhan sharing kewirausahaan yang diberikan oleh Bapak Dwika Sudrajat sangat menarik dan menginspirasi. Secara pribadi, saya merasa sangat tergerak dengan kata-kata tulus dan bijaksana yang kerap beliau lontarkan pada saat kelas. Selain itu, beliau juga memikirkan kondisi para mahasiswa sehingga ketika kita sudah lelah beliau mengajak kami melakukan peregangan. Saya sekaligus ingin mengucapkan terima kasih melalui tulisan ini atas kesempatan yang diberikan untuk dapat mengikuti perkuliahan dan mendapat wawasan baru dari Bapak Dwika

Sharing Kewirausahaan oleh Dwika Sudrajat

“Orang yang kita kenal akan membantu kita pada suatu saat nanti, jadi jangan pernah meninggalkan kesan buruk.” Kalimat yang dituturkan oleh narasumber kami, Bapak Dwika Sudrajat, terasa masih menggema bagi para mahasiswa yang hadir di Auditorium Gedung K dalam rangka kelas Rekayasa Kewirausahaan. Saat itu, Senin, 7 September 2015, kelas kami diberikan kesempatan untuk mendengarkan sharing dari seorang enterpreuner sukses yang tak lain adalah Bapak Dwika Sudrajat, selaku Direktur VIDE Freeman Consulting Group yang menjadi narasumber pada kuliah ini.
Setelah memperkenalkan diri dan membahas singkat mengenai pengalaman karirnya, Bapak Dwika Sudrajat pun memulai sharing dengan menjelaskan mengenai Perencanaan dan Pencapaian Sebuah Bisnis, dimana dalam kasusnya, beliau menceritakan bagaimana seorang pengusaha sukses seperti beliau ternyata hanya memulai bisnisnya dengan bermodalkan uang sebesar 50 juta rupiah, sampai pada akhirnya perusahaan yang beliau bangun berkembang menjadi sebuah perusahaan berskala internasional. Sang narasumber pun tak lupa menjelaskan bahwa ketika kita menginginkan sebuah kesuksesan finansial, salah satu kuncinya adalah dengan keluar dari zona nyaman kita, seperti rutinitas kerja kita yang sudah tetap dan aman secara finansial.
Keamanan tersebut, menurutnya, bukanlah sesuatu yang pasti, karena suatu saat secara tiba-tiba terdapat kemungkinan zona nyaman tersebut hilang, seperti ketika krisis moneter dan terjadi inflasi besar yang menyebabkan banyak pekerja yang diberhentikan dan menjadi pengangguran. Hal tersebut, tutur beliau, menunjukkan seberapa salah anggapan kita selama ini dan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti dalam kehidupan. Kemudian, ketika kita sudah keluar dari zona nyaman tersebut, jelas beliau, bahwa jalan yang akan kita tempuh untuk mencapai kesuksesan bukan hanya digambarkan oleh sukses dan gagal, melainkan gagal berkali-kali sebelum kemudian mendapatkan kesuksesan. Hal ini pun diilustrasikan dalam sebuah gambar yang menunjukkan kegagalan orang-orang sukses sebagai berikut.
how-many-times-should-your-try-infographic-animated-300x236
Banyak sekali orang yang mengaggap sukses dapat dicapai hanya dalam beberapa kali mencoba dan menyerah. Bapak Dwika pun berkata bahwa dia pun pernah mengalami kegagalan saat memulai bisnisnya, seperti saat produk Wi-Max-nya gagal dikarenakan menunda pertemuan. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah bangkit dan berusaha lebih giat lagi untuk mengalahkan kegagalan tersebut.
Ketika memulai sebuah bisnis, kita perlu mengetahui beberapa hal, antara lain : seberapa beratnya membangun sebuah perusahaan, rasa bingung yang diakibatkan karena tidak mengetahui harus memulai dari mana, dan  harus punya passion dalam bidang yang ingin dijadikan bisnis tersebut serta mempunyai produk unik yang hanya dapat diproduksi oleh kita sebagai individu yang bergerak dalam bidang yang kita minatkan tersebut. Bapak Dwika juga menambahkan saran bahwa kita harus menggunakan segala ide kreatif yang kita miliki sebelum menghabiskan uang, contohnya dengan menggunakan barang bekas atau mendaur ulang barang bekas menjadi barang yang dapat digunakan sehingga akan meringkan beban finansial perusahaan yang baru dijalankan.
Dalam proses mengembangkan usaha tersebut, seorang entrepreneur butuh untuk melipatgandakan sumber pendapatan untuk resiko yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan insentif kepada investor agar mendapat nilai tambah di mata mereka, ataupun memberikan produk kita dengan kelebihannya kepada reseller dengan memberikan keuntungan bagi reseller, dan masih banyak lagi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kita harus memberikan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terkait dengan bisnis yang kita bangun. Beliau menjelaskan bahwa kita harus tetap memberi pelayanan yang baik, seperti perusahaan kecil yang memberi pelayanan yang lebih baik dari perusahaan besar.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah usaha adalah membangun koneksi. Beliau menjelaskan bahwa membangun koneksi dapat bermula dari bantuan.
“Oleh karena itu, sebanyak mungkin membantu mereka yang mengalami masa sulit. Ketika kita menolong orang lain, maka pada suatu pertolongan tersebut akan kembali kepada kita. Yang Diatas akan menolong kita, mungkin bukan dari orang yang kita tolong tersebut melainkan dari orang lain yang mengenal orang tersebut.” ujar Bapak Dwika ketika menjelaskan tentang koneksi-koneksi yang ia bangun.
Kemudian, Bapak Dwika Sudrajat menjelaskan bahwa terdapat 3 masa krisis yang hamper menghancurkan, yaitu:
  1. Bad Hiring : untuk menghindarinya dalam pemilihan karyawan butuh memilih kaaryawan dengan karakter yang pas dengan kita.
  2. Pitching to investor : Hal ini terjadi karena kita terlalu menitikberatkan kepada investor sehingga dapat mengabaikan beberapa hal yang juga sama pentingnya
  3. Founder’s Burnout: Ketika kita tidak bias menjaga kestabilan penjualan, seperti ketika pada 3 bulan pertama saat sales terus naik sampai ketika drop penjualan dan dapat mengakibatkan keuntungan habis.
Menjelang penghujung kelas, beliau juga terus mengingatkan para mahasiswa untuk terus membantu orang yang membutuhkan. Beliau juga menekankan bahwa kita tidak boleh salah memilih objektif dan harus menaruh dalam pikiran bahwa uang bukanlah segalanya. Money is secondary,  beliau terus menekankan.
Akhir kata, secara keseluruhan sharing kewirausahaan yang diberikan oleh Bapak Dwika Sudrajat sangat menarik dan menginspirasi. Secara pribadi, saya merasa sangat tergerak dengan kata-kata tulus dan bijaksana yang kerap beliau lontarkan pada saat kelas. Selain itu, beliau juga memikirkan kondisi para mahasiswa sehingga ketika kita sudah lelah beliau mengajak kami melakukan peregangan. Saya sekaligus ingin mengucapkan terima kasih melalui tulisan ini atas kesempatan yang diberikan untuk dapat mengikuti perkuliahan dan mendapat wawasan baru dari Bapak Dwika

Sharing Kewirausahaan oleh Dwika Sudrajat

“Orang yang kita kenal akan membantu kita pada suatu saat nanti, jadi jangan pernah meninggalkan kesan buruk.” Kalimat yang dituturkan oleh narasumber kami, Bapak Dwika Sudrajat, terasa masih menggema bagi para mahasiswa yang hadir di Auditorium Gedung K dalam rangka kelas Rekayasa Kewirausahaan. Saat itu, Senin, 7 September 2015, kelas kami diberikan kesempatan untuk mendengarkan sharing dari seorang enterpreuner sukses yang tak lain adalah Bapak Dwika Sudrajat, selaku Direktur VIDE Freeman Consulting Group yang menjadi narasumber pada kuliah ini.
Setelah memperkenalkan diri dan membahas singkat mengenai pengalaman karirnya, Bapak Dwika Sudrajat pun memulai sharing dengan menjelaskan mengenai Perencanaan dan Pencapaian Sebuah Bisnis, dimana dalam kasusnya, beliau menceritakan bagaimana seorang pengusaha sukses seperti beliau ternyata hanya memulai bisnisnya dengan bermodalkan uang sebesar 50 juta rupiah, sampai pada akhirnya perusahaan yang beliau bangun berkembang menjadi sebuah perusahaan berskala internasional. Sang narasumber pun tak lupa menjelaskan bahwa ketika kita menginginkan sebuah kesuksesan finansial, salah satu kuncinya adalah dengan keluar dari zona nyaman kita, seperti rutinitas kerja kita yang sudah tetap dan aman secara finansial.
Keamanan tersebut, menurutnya, bukanlah sesuatu yang pasti, karena suatu saat secara tiba-tiba terdapat kemungkinan zona nyaman tersebut hilang, seperti ketika krisis moneter dan terjadi inflasi besar yang menyebabkan banyak pekerja yang diberhentikan dan menjadi pengangguran. Hal tersebut, tutur beliau, menunjukkan seberapa salah anggapan kita selama ini dan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti dalam kehidupan. Kemudian, ketika kita sudah keluar dari zona nyaman tersebut, jelas beliau, bahwa jalan yang akan kita tempuh untuk mencapai kesuksesan bukan hanya digambarkan oleh sukses dan gagal, melainkan gagal berkali-kali sebelum kemudian mendapatkan kesuksesan. Hal ini pun diilustrasikan dalam sebuah gambar yang menunjukkan kegagalan orang-orang sukses sebagai berikut.
how-many-times-should-your-try-infographic-animated-300x236
Banyak sekali orang yang mengaggap sukses dapat dicapai hanya dalam beberapa kali mencoba dan menyerah. Bapak Dwika pun berkata bahwa dia pun pernah mengalami kegagalan saat memulai bisnisnya, seperti saat produk Wi-Max-nya gagal dikarenakan menunda pertemuan. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah bangkit dan berusaha lebih giat lagi untuk mengalahkan kegagalan tersebut.
Ketika memulai sebuah bisnis, kita perlu mengetahui beberapa hal, antara lain : seberapa beratnya membangun sebuah perusahaan, rasa bingung yang diakibatkan karena tidak mengetahui harus memulai dari mana, dan  harus punya passion dalam bidang yang ingin dijadikan bisnis tersebut serta mempunyai produk unik yang hanya dapat diproduksi oleh kita sebagai individu yang bergerak dalam bidang yang kita minatkan tersebut. Bapak Dwika juga menambahkan saran bahwa kita harus menggunakan segala ide kreatif yang kita miliki sebelum menghabiskan uang, contohnya dengan menggunakan barang bekas atau mendaur ulang barang bekas menjadi barang yang dapat digunakan sehingga akan meringkan beban finansial perusahaan yang baru dijalankan.
Dalam proses mengembangkan usaha tersebut, seorang entrepreneur butuh untuk melipatgandakan sumber pendapatan untuk resiko yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan insentif kepada investor agar mendapat nilai tambah di mata mereka, ataupun memberikan produk kita dengan kelebihannya kepada reseller dengan memberikan keuntungan bagi reseller, dan masih banyak lagi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kita harus memberikan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terkait dengan bisnis yang kita bangun. Beliau menjelaskan bahwa kita harus tetap memberi pelayanan yang baik, seperti perusahaan kecil yang memberi pelayanan yang lebih baik dari perusahaan besar.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah usaha adalah membangun koneksi. Beliau menjelaskan bahwa membangun koneksi dapat bermula dari bantuan.
“Oleh karena itu, sebanyak mungkin membantu mereka yang mengalami masa sulit. Ketika kita menolong orang lain, maka pada suatu pertolongan tersebut akan kembali kepada kita. Yang Diatas akan menolong kita, mungkin bukan dari orang yang kita tolong tersebut melainkan dari orang lain yang mengenal orang tersebut.” ujar Bapak Dwika ketika menjelaskan tentang koneksi-koneksi yang ia bangun.
Kemudian, Bapak Dwika Sudrajat menjelaskan bahwa terdapat 3 masa krisis yang hamper menghancurkan, yaitu:
  1. Bad Hiring : untuk menghindarinya dalam pemilihan karyawan butuh memilih kaaryawan dengan karakter yang pas dengan kita.
  2. Pitching to investor : Hal ini terjadi karena kita terlalu menitikberatkan kepada investor sehingga dapat mengabaikan beberapa hal yang juga sama pentingnya
  3. Founder’s Burnout: Ketika kita tidak bias menjaga kestabilan penjualan, seperti ketika pada 3 bulan pertama saat sales terus naik sampai ketika drop penjualan dan dapat mengakibatkan keuntungan habis.
Menjelang penghujung kelas, beliau juga terus mengingatkan para mahasiswa untuk terus membantu orang yang membutuhkan. Beliau juga menekankan bahwa kita tidak boleh salah memilih objektif dan harus menaruh dalam pikiran bahwa uang bukanlah segalanya. Money is secondary,  beliau terus menekankan.
Akhir kata, secara keseluruhan sharing kewirausahaan yang diberikan oleh Bapak Dwika Sudrajat sangat menarik dan menginspirasi. Secara pribadi, saya merasa sangat tergerak dengan kata-kata tulus dan bijaksana yang kerap beliau lontarkan pada saat kelas. Selain itu, beliau juga memikirkan kondisi para mahasiswa sehingga ketika kita sudah lelah beliau mengajak kami melakukan peregangan. Saya sekaligus ingin mengucapkan terima kasih melalui tulisan ini atas kesempatan yang diberikan untuk dapat mengikuti perkuliahan dan mendapat wawasan baru dari Bapak Dwika

Sharing Kewirausahaan oleh Dwika Sudrajat

“Orang yang kita kenal akan membantu kita pada suatu saat nanti, jadi jangan pernah meninggalkan kesan buruk.” Kalimat yang dituturkan oleh narasumber kami, Bapak Dwika Sudrajat, terasa masih menggema bagi para mahasiswa yang hadir di Auditorium Gedung K dalam rangka kelas Rekayasa Kewirausahaan. Saat itu, Senin, 7 September 2015, kelas kami diberikan kesempatan untuk mendengarkan sharing dari seorang enterpreuner sukses yang tak lain adalah Bapak Dwika Sudrajat, selaku Direktur VIDE Freeman Consulting Group yang menjadi narasumber pada kuliah ini.
Setelah memperkenalkan diri dan membahas singkat mengenai pengalaman karirnya, Bapak Dwika Sudrajat pun memulai sharing dengan menjelaskan mengenai Perencanaan dan Pencapaian Sebuah Bisnis, dimana dalam kasusnya, beliau menceritakan bagaimana seorang pengusaha sukses seperti beliau ternyata hanya memulai bisnisnya dengan bermodalkan uang sebesar 50 juta rupiah, sampai pada akhirnya perusahaan yang beliau bangun berkembang menjadi sebuah perusahaan berskala internasional. Sang narasumber pun tak lupa menjelaskan bahwa ketika kita menginginkan sebuah kesuksesan finansial, salah satu kuncinya adalah dengan keluar dari zona nyaman kita, seperti rutinitas kerja kita yang sudah tetap dan aman secara finansial.
Keamanan tersebut, menurutnya, bukanlah sesuatu yang pasti, karena suatu saat secara tiba-tiba terdapat kemungkinan zona nyaman tersebut hilang, seperti ketika krisis moneter dan terjadi inflasi besar yang menyebabkan banyak pekerja yang diberhentikan dan menjadi pengangguran. Hal tersebut, tutur beliau, menunjukkan seberapa salah anggapan kita selama ini dan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti dalam kehidupan. Kemudian, ketika kita sudah keluar dari zona nyaman tersebut, jelas beliau, bahwa jalan yang akan kita tempuh untuk mencapai kesuksesan bukan hanya digambarkan oleh sukses dan gagal, melainkan gagal berkali-kali sebelum kemudian mendapatkan kesuksesan. Hal ini pun diilustrasikan dalam sebuah gambar yang menunjukkan kegagalan orang-orang sukses sebagai berikut.
how-many-times-should-your-try-infographic-animated-300x236
Banyak sekali orang yang mengaggap sukses dapat dicapai hanya dalam beberapa kali mencoba dan menyerah. Bapak Dwika pun berkata bahwa dia pun pernah mengalami kegagalan saat memulai bisnisnya, seperti saat produk Wi-Max-nya gagal dikarenakan menunda pertemuan. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah bangkit dan berusaha lebih giat lagi untuk mengalahkan kegagalan tersebut.
Ketika memulai sebuah bisnis, kita perlu mengetahui beberapa hal, antara lain : seberapa beratnya membangun sebuah perusahaan, rasa bingung yang diakibatkan karena tidak mengetahui harus memulai dari mana, dan  harus punya passion dalam bidang yang ingin dijadikan bisnis tersebut serta mempunyai produk unik yang hanya dapat diproduksi oleh kita sebagai individu yang bergerak dalam bidang yang kita minatkan tersebut. Bapak Dwika juga menambahkan saran bahwa kita harus menggunakan segala ide kreatif yang kita miliki sebelum menghabiskan uang, contohnya dengan menggunakan barang bekas atau mendaur ulang barang bekas menjadi barang yang dapat digunakan sehingga akan meringkan beban finansial perusahaan yang baru dijalankan.
Dalam proses mengembangkan usaha tersebut, seorang entrepreneur butuh untuk melipatgandakan sumber pendapatan untuk resiko yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan insentif kepada investor agar mendapat nilai tambah di mata mereka, ataupun memberikan produk kita dengan kelebihannya kepada reseller dengan memberikan keuntungan bagi reseller, dan masih banyak lagi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kita harus memberikan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terkait dengan bisnis yang kita bangun. Beliau menjelaskan bahwa kita harus tetap memberi pelayanan yang baik, seperti perusahaan kecil yang memberi pelayanan yang lebih baik dari perusahaan besar.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah usaha adalah membangun koneksi. Beliau menjelaskan bahwa membangun koneksi dapat bermula dari bantuan.
“Oleh karena itu, sebanyak mungkin membantu mereka yang mengalami masa sulit. Ketika kita menolong orang lain, maka pada suatu pertolongan tersebut akan kembali kepada kita. Yang Diatas akan menolong kita, mungkin bukan dari orang yang kita tolong tersebut melainkan dari orang lain yang mengenal orang tersebut.” ujar Bapak Dwika ketika menjelaskan tentang koneksi-koneksi yang ia bangun.
Kemudian, Bapak Dwika Sudrajat menjelaskan bahwa terdapat 3 masa krisis yang hamper menghancurkan, yaitu:
  1. Bad Hiring : untuk menghindarinya dalam pemilihan karyawan butuh memilih kaaryawan dengan karakter yang pas dengan kita.
  2. Pitching to investor : Hal ini terjadi karena kita terlalu menitikberatkan kepada investor sehingga dapat mengabaikan beberapa hal yang juga sama pentingnya
  3. Founder’s Burnout: Ketika kita tidak bias menjaga kestabilan penjualan, seperti ketika pada 3 bulan pertama saat sales terus naik sampai ketika drop penjualan dan dapat mengakibatkan keuntungan habis.
Menjelang penghujung kelas, beliau juga terus mengingatkan para mahasiswa untuk terus membantu orang yang membutuhkan. Beliau juga menekankan bahwa kita tidak boleh salah memilih objektif dan harus menaruh dalam pikiran bahwa uang bukanlah segalanya. Money is secondary,  beliau terus menekankan.
Akhir kata, secara keseluruhan sharing kewirausahaan yang diberikan oleh Bapak Dwika Sudrajat sangat menarik dan menginspirasi. Secara pribadi, saya merasa sangat tergerak dengan kata-kata tulus dan bijaksana yang kerap beliau lontarkan pada saat kelas. Selain itu, beliau juga memikirkan kondisi para mahasiswa sehingga ketika kita sudah lelah beliau mengajak kami melakukan peregangan. Saya sekaligus ingin mengucapkan terima kasih melalui tulisan ini atas kesempatan yang diberikan untuk dapat mengikuti perkuliahan dan mendapat wawasan baru dari Bapak Dwika

Sharing Kewirausahaan oleh Dwika Sudrajat

“Orang yang kita kenal akan membantu kita pada suatu saat nanti, jadi jangan pernah meninggalkan kesan buruk.” Kalimat yang dituturkan oleh narasumber kami, Bapak Dwika Sudrajat, terasa masih menggema bagi para mahasiswa yang hadir di Auditorium Gedung K dalam rangka kelas Rekayasa Kewirausahaan. Saat itu, Senin, 7 September 2015, kelas kami diberikan kesempatan untuk mendengarkan sharing dari seorang enterpreuner sukses yang tak lain adalah Bapak Dwika Sudrajat, selaku Direktur VIDE Freeman Consulting Group yang menjadi narasumber pada kuliah ini.
Setelah memperkenalkan diri dan membahas singkat mengenai pengalaman karirnya, Bapak Dwika Sudrajat pun memulai sharing dengan menjelaskan mengenai Perencanaan dan Pencapaian Sebuah Bisnis, dimana dalam kasusnya, beliau menceritakan bagaimana seorang pengusaha sukses seperti beliau ternyata hanya memulai bisnisnya dengan bermodalkan uang sebesar 50 juta rupiah, sampai pada akhirnya perusahaan yang beliau bangun berkembang menjadi sebuah perusahaan berskala internasional. Sang narasumber pun tak lupa menjelaskan bahwa ketika kita menginginkan sebuah kesuksesan finansial, salah satu kuncinya adalah dengan keluar dari zona nyaman kita, seperti rutinitas kerja kita yang sudah tetap dan aman secara finansial.
Keamanan tersebut, menurutnya, bukanlah sesuatu yang pasti, karena suatu saat secara tiba-tiba terdapat kemungkinan zona nyaman tersebut hilang, seperti ketika krisis moneter dan terjadi inflasi besar yang menyebabkan banyak pekerja yang diberhentikan dan menjadi pengangguran. Hal tersebut, tutur beliau, menunjukkan seberapa salah anggapan kita selama ini dan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti dalam kehidupan. Kemudian, ketika kita sudah keluar dari zona nyaman tersebut, jelas beliau, bahwa jalan yang akan kita tempuh untuk mencapai kesuksesan bukan hanya digambarkan oleh sukses dan gagal, melainkan gagal berkali-kali sebelum kemudian mendapatkan kesuksesan. Hal ini pun diilustrasikan dalam sebuah gambar yang menunjukkan kegagalan orang-orang sukses sebagai berikut.
how-many-times-should-your-try-infographic-animated-300x236
Banyak sekali orang yang mengaggap sukses dapat dicapai hanya dalam beberapa kali mencoba dan menyerah. Bapak Dwika pun berkata bahwa dia pun pernah mengalami kegagalan saat memulai bisnisnya, seperti saat produk Wi-Max-nya gagal dikarenakan menunda pertemuan. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah bangkit dan berusaha lebih giat lagi untuk mengalahkan kegagalan tersebut.
Ketika memulai sebuah bisnis, kita perlu mengetahui beberapa hal, antara lain : seberapa beratnya membangun sebuah perusahaan, rasa bingung yang diakibatkan karena tidak mengetahui harus memulai dari mana, dan  harus punya passion dalam bidang yang ingin dijadikan bisnis tersebut serta mempunyai produk unik yang hanya dapat diproduksi oleh kita sebagai individu yang bergerak dalam bidang yang kita minatkan tersebut. Bapak Dwika juga menambahkan saran bahwa kita harus menggunakan segala ide kreatif yang kita miliki sebelum menghabiskan uang, contohnya dengan menggunakan barang bekas atau mendaur ulang barang bekas menjadi barang yang dapat digunakan sehingga akan meringkan beban finansial perusahaan yang baru dijalankan.
Dalam proses mengembangkan usaha tersebut, seorang entrepreneur butuh untuk melipatgandakan sumber pendapatan untuk resiko yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan insentif kepada investor agar mendapat nilai tambah di mata mereka, ataupun memberikan produk kita dengan kelebihannya kepada reseller dengan memberikan keuntungan bagi reseller, dan masih banyak lagi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kita harus memberikan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terkait dengan bisnis yang kita bangun. Beliau menjelaskan bahwa kita harus tetap memberi pelayanan yang baik, seperti perusahaan kecil yang memberi pelayanan yang lebih baik dari perusahaan besar.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah usaha adalah membangun koneksi. Beliau menjelaskan bahwa membangun koneksi dapat bermula dari bantuan.
“Oleh karena itu, sebanyak mungkin membantu mereka yang mengalami masa sulit. Ketika kita menolong orang lain, maka pada suatu pertolongan tersebut akan kembali kepada kita. Yang Diatas akan menolong kita, mungkin bukan dari orang yang kita tolong tersebut melainkan dari orang lain yang mengenal orang tersebut.” ujar Bapak Dwika ketika menjelaskan tentang koneksi-koneksi yang ia bangun.
Kemudian, Bapak Dwika Sudrajat menjelaskan bahwa terdapat 3 masa krisis yang hamper menghancurkan, yaitu:
  1. Bad Hiring : untuk menghindarinya dalam pemilihan karyawan butuh memilih kaaryawan dengan karakter yang pas dengan kita.
  2. Pitching to investor : Hal ini terjadi karena kita terlalu menitikberatkan kepada investor sehingga dapat mengabaikan beberapa hal yang juga sama pentingnya
  3. Founder’s Burnout: Ketika kita tidak bias menjaga kestabilan penjualan, seperti ketika pada 3 bulan pertama saat sales terus naik sampai ketika drop penjualan dan dapat mengakibatkan keuntungan habis.
Menjelang penghujung kelas, beliau juga terus mengingatkan para mahasiswa untuk terus membantu orang yang membutuhkan. Beliau juga menekankan bahwa kita tidak boleh salah memilih objektif dan harus menaruh dalam pikiran bahwa uang bukanlah segalanya. Money is secondary,  beliau terus menekankan.
Akhir kata, secara keseluruhan sharing kewirausahaan yang diberikan oleh Bapak Dwika Sudrajat sangat menarik dan menginspirasi. Secara pribadi, saya merasa sangat tergerak dengan kata-kata tulus dan bijaksana yang kerap beliau lontarkan pada saat kelas. Selain itu, beliau juga memikirkan kondisi para mahasiswa sehingga ketika kita sudah lelah beliau mengajak kami melakukan peregangan. Saya sekaligus ingin mengucapkan terima kasih melalui tulisan ini atas kesempatan yang diberikan untuk dapat mengikuti perkuliahan dan mendapat wawasan baru dari Bapak Dwika

Sharing Kewirausahaan oleh Dwika Sudrajat

“Orang yang kita kenal akan membantu kita pada suatu saat nanti, jadi jangan pernah meninggalkan kesan buruk.” Kalimat yang dituturkan oleh narasumber kami, Bapak Dwika Sudrajat, terasa masih menggema bagi para mahasiswa yang hadir di Auditorium Gedung K dalam rangka kelas Rekayasa Kewirausahaan. Saat itu, Senin, 7 September 2015, kelas kami diberikan kesempatan untuk mendengarkan sharing dari seorang enterpreuner sukses yang tak lain adalah Bapak Dwika Sudrajat, selaku Direktur VIDE Freeman Consulting Group yang menjadi narasumber pada kuliah ini.
Setelah memperkenalkan diri dan membahas singkat mengenai pengalaman karirnya, Bapak Dwika Sudrajat pun memulai sharing dengan menjelaskan mengenai Perencanaan dan Pencapaian Sebuah Bisnis, dimana dalam kasusnya, beliau menceritakan bagaimana seorang pengusaha sukses seperti beliau ternyata hanya memulai bisnisnya dengan bermodalkan uang sebesar 50 juta rupiah, sampai pada akhirnya perusahaan yang beliau bangun berkembang menjadi sebuah perusahaan berskala internasional. Sang narasumber pun tak lupa menjelaskan bahwa ketika kita menginginkan sebuah kesuksesan finansial, salah satu kuncinya adalah dengan keluar dari zona nyaman kita, seperti rutinitas kerja kita yang sudah tetap dan aman secara finansial.
Keamanan tersebut, menurutnya, bukanlah sesuatu yang pasti, karena suatu saat secara tiba-tiba terdapat kemungkinan zona nyaman tersebut hilang, seperti ketika krisis moneter dan terjadi inflasi besar yang menyebabkan banyak pekerja yang diberhentikan dan menjadi pengangguran. Hal tersebut, tutur beliau, menunjukkan seberapa salah anggapan kita selama ini dan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti dalam kehidupan. Kemudian, ketika kita sudah keluar dari zona nyaman tersebut, jelas beliau, bahwa jalan yang akan kita tempuh untuk mencapai kesuksesan bukan hanya digambarkan oleh sukses dan gagal, melainkan gagal berkali-kali sebelum kemudian mendapatkan kesuksesan. Hal ini pun diilustrasikan dalam sebuah gambar yang menunjukkan kegagalan orang-orang sukses sebagai berikut.
how-many-times-should-your-try-infographic-animated-300x236
Banyak sekali orang yang mengaggap sukses dapat dicapai hanya dalam beberapa kali mencoba dan menyerah. Bapak Dwika pun berkata bahwa dia pun pernah mengalami kegagalan saat memulai bisnisnya, seperti saat produk Wi-Max-nya gagal dikarenakan menunda pertemuan. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah bangkit dan berusaha lebih giat lagi untuk mengalahkan kegagalan tersebut.
Ketika memulai sebuah bisnis, kita perlu mengetahui beberapa hal, antara lain : seberapa beratnya membangun sebuah perusahaan, rasa bingung yang diakibatkan karena tidak mengetahui harus memulai dari mana, dan  harus punya passion dalam bidang yang ingin dijadikan bisnis tersebut serta mempunyai produk unik yang hanya dapat diproduksi oleh kita sebagai individu yang bergerak dalam bidang yang kita minatkan tersebut. Bapak Dwika juga menambahkan saran bahwa kita harus menggunakan segala ide kreatif yang kita miliki sebelum menghabiskan uang, contohnya dengan menggunakan barang bekas atau mendaur ulang barang bekas menjadi barang yang dapat digunakan sehingga akan meringkan beban finansial perusahaan yang baru dijalankan.
Dalam proses mengembangkan usaha tersebut, seorang entrepreneur butuh untuk melipatgandakan sumber pendapatan untuk resiko yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan insentif kepada investor agar mendapat nilai tambah di mata mereka, ataupun memberikan produk kita dengan kelebihannya kepada reseller dengan memberikan keuntungan bagi reseller, dan masih banyak lagi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kita harus memberikan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terkait dengan bisnis yang kita bangun. Beliau menjelaskan bahwa kita harus tetap memberi pelayanan yang baik, seperti perusahaan kecil yang memberi pelayanan yang lebih baik dari perusahaan besar.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah usaha adalah membangun koneksi. Beliau menjelaskan bahwa membangun koneksi dapat bermula dari bantuan.
“Oleh karena itu, sebanyak mungkin membantu mereka yang mengalami masa sulit. Ketika kita menolong orang lain, maka pada suatu pertolongan tersebut akan kembali kepada kita. Yang Diatas akan menolong kita, mungkin bukan dari orang yang kita tolong tersebut melainkan dari orang lain yang mengenal orang tersebut.” ujar Bapak Dwika ketika menjelaskan tentang koneksi-koneksi yang ia bangun.
Kemudian, Bapak Dwika Sudrajat menjelaskan bahwa terdapat 3 masa krisis yang hamper menghancurkan, yaitu:
  1. Bad Hiring : untuk menghindarinya dalam pemilihan karyawan butuh memilih kaaryawan dengan karakter yang pas dengan kita.
  2. Pitching to investor : Hal ini terjadi karena kita terlalu menitikberatkan kepada investor sehingga dapat mengabaikan beberapa hal yang juga sama pentingnya
  3. Founder’s Burnout: Ketika kita tidak bias menjaga kestabilan penjualan, seperti ketika pada 3 bulan pertama saat sales terus naik sampai ketika drop penjualan dan dapat mengakibatkan keuntungan habis.
Menjelang penghujung kelas, beliau juga terus mengingatkan para mahasiswa untuk terus membantu orang yang membutuhkan. Beliau juga menekankan bahwa kita tidak boleh salah memilih objektif dan harus menaruh dalam pikiran bahwa uang bukanlah segalanya. Money is secondary,  beliau terus menekankan.
Akhir kata, secara keseluruhan sharing kewirausahaan yang diberikan oleh Bapak Dwika Sudrajat sangat menarik dan menginspirasi. Secara pribadi, saya merasa sangat tergerak dengan kata-kata tulus dan bijaksana yang kerap beliau lontarkan pada saat kelas. Selain itu, beliau juga memikirkan kondisi para mahasiswa sehingga ketika kita sudah lelah beliau mengajak kami melakukan peregangan. Saya sekaligus ingin mengucapkan terima kasih melalui tulisan ini atas kesempatan yang diberikan untuk dapat mengikuti perkuliahan dan mendapat wawasan baru dari Bapak Dwika

Sharing Kewirausahaan oleh Dwika Sudrajat

“Orang yang kita kenal akan membantu kita pada suatu saat nanti, jadi jangan pernah meninggalkan kesan buruk.” Kalimat yang dituturkan oleh narasumber kami, Bapak Dwika Sudrajat, terasa masih menggema bagi para mahasiswa yang hadir di Auditorium Gedung K dalam rangka kelas Rekayasa Kewirausahaan. Saat itu, Senin, 7 September 2015, kelas kami diberikan kesempatan untuk mendengarkan sharing dari seorang enterpreuner sukses yang tak lain adalah Bapak Dwika Sudrajat, selaku Direktur VIDE Freeman Consulting Group yang menjadi narasumber pada kuliah ini.
Setelah memperkenalkan diri dan membahas singkat mengenai pengalaman karirnya, Bapak Dwika Sudrajat pun memulai sharing dengan menjelaskan mengenai Perencanaan dan Pencapaian Sebuah Bisnis, dimana dalam kasusnya, beliau menceritakan bagaimana seorang pengusaha sukses seperti beliau ternyata hanya memulai bisnisnya dengan bermodalkan uang sebesar 50 juta rupiah, sampai pada akhirnya perusahaan yang beliau bangun berkembang menjadi sebuah perusahaan berskala internasional. Sang narasumber pun tak lupa menjelaskan bahwa ketika kita menginginkan sebuah kesuksesan finansial, salah satu kuncinya adalah dengan keluar dari zona nyaman kita, seperti rutinitas kerja kita yang sudah tetap dan aman secara finansial.
Keamanan tersebut, menurutnya, bukanlah sesuatu yang pasti, karena suatu saat secara tiba-tiba terdapat kemungkinan zona nyaman tersebut hilang, seperti ketika krisis moneter dan terjadi inflasi besar yang menyebabkan banyak pekerja yang diberhentikan dan menjadi pengangguran. Hal tersebut, tutur beliau, menunjukkan seberapa salah anggapan kita selama ini dan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti dalam kehidupan. Kemudian, ketika kita sudah keluar dari zona nyaman tersebut, jelas beliau, bahwa jalan yang akan kita tempuh untuk mencapai kesuksesan bukan hanya digambarkan oleh sukses dan gagal, melainkan gagal berkali-kali sebelum kemudian mendapatkan kesuksesan. Hal ini pun diilustrasikan dalam sebuah gambar yang menunjukkan kegagalan orang-orang sukses sebagai berikut.
how-many-times-should-your-try-infographic-animated-300x236
Banyak sekali orang yang mengaggap sukses dapat dicapai hanya dalam beberapa kali mencoba dan menyerah. Bapak Dwika pun berkata bahwa dia pun pernah mengalami kegagalan saat memulai bisnisnya, seperti saat produk Wi-Max-nya gagal dikarenakan menunda pertemuan. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah bangkit dan berusaha lebih giat lagi untuk mengalahkan kegagalan tersebut.
Ketika memulai sebuah bisnis, kita perlu mengetahui beberapa hal, antara lain : seberapa beratnya membangun sebuah perusahaan, rasa bingung yang diakibatkan karena tidak mengetahui harus memulai dari mana, dan  harus punya passion dalam bidang yang ingin dijadikan bisnis tersebut serta mempunyai produk unik yang hanya dapat diproduksi oleh kita sebagai individu yang bergerak dalam bidang yang kita minatkan tersebut. Bapak Dwika juga menambahkan saran bahwa kita harus menggunakan segala ide kreatif yang kita miliki sebelum menghabiskan uang, contohnya dengan menggunakan barang bekas atau mendaur ulang barang bekas menjadi barang yang dapat digunakan sehingga akan meringkan beban finansial perusahaan yang baru dijalankan.
Dalam proses mengembangkan usaha tersebut, seorang entrepreneur butuh untuk melipatgandakan sumber pendapatan untuk resiko yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan insentif kepada investor agar mendapat nilai tambah di mata mereka, ataupun memberikan produk kita dengan kelebihannya kepada reseller dengan memberikan keuntungan bagi reseller, dan masih banyak lagi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kita harus memberikan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terkait dengan bisnis yang kita bangun. Beliau menjelaskan bahwa kita harus tetap memberi pelayanan yang baik, seperti perusahaan kecil yang memberi pelayanan yang lebih baik dari perusahaan besar.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah usaha adalah membangun koneksi. Beliau menjelaskan bahwa membangun koneksi dapat bermula dari bantuan.
“Oleh karena itu, sebanyak mungkin membantu mereka yang mengalami masa sulit. Ketika kita menolong orang lain, maka pada suatu pertolongan tersebut akan kembali kepada kita. Yang Diatas akan menolong kita, mungkin bukan dari orang yang kita tolong tersebut melainkan dari orang lain yang mengenal orang tersebut.” ujar Bapak Dwika ketika menjelaskan tentang koneksi-koneksi yang ia bangun.
Kemudian, Bapak Dwika Sudrajat menjelaskan bahwa terdapat 3 masa krisis yang hamper menghancurkan, yaitu:
  1. Bad Hiring : untuk menghindarinya dalam pemilihan karyawan butuh memilih kaaryawan dengan karakter yang pas dengan kita.
  2. Pitching to investor : Hal ini terjadi karena kita terlalu menitikberatkan kepada investor sehingga dapat mengabaikan beberapa hal yang juga sama pentingnya
  3. Founder’s Burnout: Ketika kita tidak bias menjaga kestabilan penjualan, seperti ketika pada 3 bulan pertama saat sales terus naik sampai ketika drop penjualan dan dapat mengakibatkan keuntungan habis.
Menjelang penghujung kelas, beliau juga terus mengingatkan para mahasiswa untuk terus membantu orang yang membutuhkan. Beliau juga menekankan bahwa kita tidak boleh salah memilih objektif dan harus menaruh dalam pikiran bahwa uang bukanlah segalanya. Money is secondary,  beliau terus menekankan.
Akhir kata, secara keseluruhan sharing kewirausahaan yang diberikan oleh Bapak Dwika Sudrajat sangat menarik dan menginspirasi. Secara pribadi, saya merasa sangat tergerak dengan kata-kata tulus dan bijaksana yang kerap beliau lontarkan pada saat kelas. Selain itu, beliau juga memikirkan kondisi para mahasiswa sehingga ketika kita sudah lelah beliau mengajak kami melakukan peregangan. Saya sekaligus ingin mengucapkan terima kasih melalui tulisan ini atas kesempatan yang diberikan untuk dapat mengikuti perkuliahan dan mendapat wawasan baru dari Bapak Dwika

Sharing Kewirausahaan oleh Dwika Sudrajat

“Orang yang kita kenal akan membantu kita pada suatu saat nanti, jadi jangan pernah meninggalkan kesan buruk.” Kalimat yang dituturkan oleh narasumber kami, Bapak Dwika Sudrajat, terasa masih menggema bagi para mahasiswa yang hadir di Auditorium Gedung K dalam rangka kelas Rekayasa Kewirausahaan. Saat itu, Senin, 7 September 2015, kelas kami diberikan kesempatan untuk mendengarkan sharing dari seorang enterpreuner sukses yang tak lain adalah Bapak Dwika Sudrajat, selaku Direktur VIDE Freeman Consulting Group yang menjadi narasumber pada kuliah ini.
Setelah memperkenalkan diri dan membahas singkat mengenai pengalaman karirnya, Bapak Dwika Sudrajat pun memulai sharing dengan menjelaskan mengenai Perencanaan dan Pencapaian Sebuah Bisnis, dimana dalam kasusnya, beliau menceritakan bagaimana seorang pengusaha sukses seperti beliau ternyata hanya memulai bisnisnya dengan bermodalkan uang sebesar 50 juta rupiah, sampai pada akhirnya perusahaan yang beliau bangun berkembang menjadi sebuah perusahaan berskala internasional. Sang narasumber pun tak lupa menjelaskan bahwa ketika kita menginginkan sebuah kesuksesan finansial, salah satu kuncinya adalah dengan keluar dari zona nyaman kita, seperti rutinitas kerja kita yang sudah tetap dan aman secara finansial.
Keamanan tersebut, menurutnya, bukanlah sesuatu yang pasti, karena suatu saat secara tiba-tiba terdapat kemungkinan zona nyaman tersebut hilang, seperti ketika krisis moneter dan terjadi inflasi besar yang menyebabkan banyak pekerja yang diberhentikan dan menjadi pengangguran. Hal tersebut, tutur beliau, menunjukkan seberapa salah anggapan kita selama ini dan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti dalam kehidupan. Kemudian, ketika kita sudah keluar dari zona nyaman tersebut, jelas beliau, bahwa jalan yang akan kita tempuh untuk mencapai kesuksesan bukan hanya digambarkan oleh sukses dan gagal, melainkan gagal berkali-kali sebelum kemudian mendapatkan kesuksesan. Hal ini pun diilustrasikan dalam sebuah gambar yang menunjukkan kegagalan orang-orang sukses sebagai berikut.
how-many-times-should-your-try-infographic-animated-300x236
Banyak sekali orang yang mengaggap sukses dapat dicapai hanya dalam beberapa kali mencoba dan menyerah. Bapak Dwika pun berkata bahwa dia pun pernah mengalami kegagalan saat memulai bisnisnya, seperti saat produk Wi-Max-nya gagal dikarenakan menunda pertemuan. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah bangkit dan berusaha lebih giat lagi untuk mengalahkan kegagalan tersebut.
Ketika memulai sebuah bisnis, kita perlu mengetahui beberapa hal, antara lain : seberapa beratnya membangun sebuah perusahaan, rasa bingung yang diakibatkan karena tidak mengetahui harus memulai dari mana, dan  harus punya passion dalam bidang yang ingin dijadikan bisnis tersebut serta mempunyai produk unik yang hanya dapat diproduksi oleh kita sebagai individu yang bergerak dalam bidang yang kita minatkan tersebut. Bapak Dwika juga menambahkan saran bahwa kita harus menggunakan segala ide kreatif yang kita miliki sebelum menghabiskan uang, contohnya dengan menggunakan barang bekas atau mendaur ulang barang bekas menjadi barang yang dapat digunakan sehingga akan meringkan beban finansial perusahaan yang baru dijalankan.
Dalam proses mengembangkan usaha tersebut, seorang entrepreneur butuh untuk melipatgandakan sumber pendapatan untuk resiko yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan insentif kepada investor agar mendapat nilai tambah di mata mereka, ataupun memberikan produk kita dengan kelebihannya kepada reseller dengan memberikan keuntungan bagi reseller, dan masih banyak lagi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kita harus memberikan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terkait dengan bisnis yang kita bangun. Beliau menjelaskan bahwa kita harus tetap memberi pelayanan yang baik, seperti perusahaan kecil yang memberi pelayanan yang lebih baik dari perusahaan besar.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah usaha adalah membangun koneksi. Beliau menjelaskan bahwa membangun koneksi dapat bermula dari bantuan.
“Oleh karena itu, sebanyak mungkin membantu mereka yang mengalami masa sulit. Ketika kita menolong orang lain, maka pada suatu pertolongan tersebut akan kembali kepada kita. Yang Diatas akan menolong kita, mungkin bukan dari orang yang kita tolong tersebut melainkan dari orang lain yang mengenal orang tersebut.” ujar Bapak Dwika ketika menjelaskan tentang koneksi-koneksi yang ia bangun.
Kemudian, Bapak Dwika Sudrajat menjelaskan bahwa terdapat 3 masa krisis yang hamper menghancurkan, yaitu:
  1. Bad Hiring : untuk menghindarinya dalam pemilihan karyawan butuh memilih kaaryawan dengan karakter yang pas dengan kita.
  2. Pitching to investor : Hal ini terjadi karena kita terlalu menitikberatkan kepada investor sehingga dapat mengabaikan beberapa hal yang juga sama pentingnya
  3. Founder’s Burnout: Ketika kita tidak bias menjaga kestabilan penjualan, seperti ketika pada 3 bulan pertama saat sales terus naik sampai ketika drop penjualan dan dapat mengakibatkan keuntungan habis.
Menjelang penghujung kelas, beliau juga terus mengingatkan para mahasiswa untuk terus membantu orang yang membutuhkan. Beliau juga menekankan bahwa kita tidak boleh salah memilih objektif dan harus menaruh dalam pikiran bahwa uang bukanlah segalanya. Money is secondary,  beliau terus menekankan.
Akhir kata, secara keseluruhan sharing kewirausahaan yang diberikan oleh Bapak Dwika Sudrajat sangat menarik dan menginspirasi. Secara pribadi, saya merasa sangat tergerak dengan kata-kata tulus dan bijaksana yang kerap beliau lontarkan pada saat kelas. Selain itu, beliau juga memikirkan kondisi para mahasiswa sehingga ketika kita sudah lelah beliau mengajak kami melakukan peregangan. Saya sekaligus ingin mengucapkan terima kasih melalui tulisan ini atas kesempatan yang diberikan untuk dapat mengikuti perkuliahan dan mendapat wawasan baru dari Bapak Dwika

Sharing Kewirausahaan oleh Dwika Sudrajat

“Orang yang kita kenal akan membantu kita pada suatu saat nanti, jadi jangan pernah meninggalkan kesan buruk.” Kalimat yang dituturkan oleh narasumber kami, Bapak Dwika Sudrajat, terasa masih menggema bagi para mahasiswa yang hadir di Auditorium Gedung K dalam rangka kelas Rekayasa Kewirausahaan. Saat itu, Senin, 7 September 2015, kelas kami diberikan kesempatan untuk mendengarkan sharing dari seorang enterpreuner sukses yang tak lain adalah Bapak Dwika Sudrajat, selaku Direktur VIDE Freeman Consulting Group yang menjadi narasumber pada kuliah ini.
Setelah memperkenalkan diri dan membahas singkat mengenai pengalaman karirnya, Bapak Dwika Sudrajat pun memulai sharing dengan menjelaskan mengenai Perencanaan dan Pencapaian Sebuah Bisnis, dimana dalam kasusnya, beliau menceritakan bagaimana seorang pengusaha sukses seperti beliau ternyata hanya memulai bisnisnya dengan bermodalkan uang sebesar 50 juta rupiah, sampai pada akhirnya perusahaan yang beliau bangun berkembang menjadi sebuah perusahaan berskala internasional. Sang narasumber pun tak lupa menjelaskan bahwa ketika kita menginginkan sebuah kesuksesan finansial, salah satu kuncinya adalah dengan keluar dari zona nyaman kita, seperti rutinitas kerja kita yang sudah tetap dan aman secara finansial.
Keamanan tersebut, menurutnya, bukanlah sesuatu yang pasti, karena suatu saat secara tiba-tiba terdapat kemungkinan zona nyaman tersebut hilang, seperti ketika krisis moneter dan terjadi inflasi besar yang menyebabkan banyak pekerja yang diberhentikan dan menjadi pengangguran. Hal tersebut, tutur beliau, menunjukkan seberapa salah anggapan kita selama ini dan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti dalam kehidupan. Kemudian, ketika kita sudah keluar dari zona nyaman tersebut, jelas beliau, bahwa jalan yang akan kita tempuh untuk mencapai kesuksesan bukan hanya digambarkan oleh sukses dan gagal, melainkan gagal berkali-kali sebelum kemudian mendapatkan kesuksesan. Hal ini pun diilustrasikan dalam sebuah gambar yang menunjukkan kegagalan orang-orang sukses sebagai berikut.
how-many-times-should-your-try-infographic-animated-300x236
Banyak sekali orang yang mengaggap sukses dapat dicapai hanya dalam beberapa kali mencoba dan menyerah. Bapak Dwika pun berkata bahwa dia pun pernah mengalami kegagalan saat memulai bisnisnya, seperti saat produk Wi-Max-nya gagal dikarenakan menunda pertemuan. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah bangkit dan berusaha lebih giat lagi untuk mengalahkan kegagalan tersebut.
Ketika memulai sebuah bisnis, kita perlu mengetahui beberapa hal, antara lain : seberapa beratnya membangun sebuah perusahaan, rasa bingung yang diakibatkan karena tidak mengetahui harus memulai dari mana, dan  harus punya passion dalam bidang yang ingin dijadikan bisnis tersebut serta mempunyai produk unik yang hanya dapat diproduksi oleh kita sebagai individu yang bergerak dalam bidang yang kita minatkan tersebut. Bapak Dwika juga menambahkan saran bahwa kita harus menggunakan segala ide kreatif yang kita miliki sebelum menghabiskan uang, contohnya dengan menggunakan barang bekas atau mendaur ulang barang bekas menjadi barang yang dapat digunakan sehingga akan meringkan beban finansial perusahaan yang baru dijalankan.
Dalam proses mengembangkan usaha tersebut, seorang entrepreneur butuh untuk melipatgandakan sumber pendapatan untuk resiko yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan insentif kepada investor agar mendapat nilai tambah di mata mereka, ataupun memberikan produk kita dengan kelebihannya kepada reseller dengan memberikan keuntungan bagi reseller, dan masih banyak lagi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kita harus memberikan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terkait dengan bisnis yang kita bangun. Beliau menjelaskan bahwa kita harus tetap memberi pelayanan yang baik, seperti perusahaan kecil yang memberi pelayanan yang lebih baik dari perusahaan besar.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah usaha adalah membangun koneksi. Beliau menjelaskan bahwa membangun koneksi dapat bermula dari bantuan.
“Oleh karena itu, sebanyak mungkin membantu mereka yang mengalami masa sulit. Ketika kita menolong orang lain, maka pada suatu pertolongan tersebut akan kembali kepada kita. Yang Diatas akan menolong kita, mungkin bukan dari orang yang kita tolong tersebut melainkan dari orang lain yang mengenal orang tersebut.” ujar Bapak Dwika ketika menjelaskan tentang koneksi-koneksi yang ia bangun.
Kemudian, Bapak Dwika Sudrajat menjelaskan bahwa terdapat 3 masa krisis yang hamper menghancurkan, yaitu:
  1. Bad Hiring : untuk menghindarinya dalam pemilihan karyawan butuh memilih kaaryawan dengan karakter yang pas dengan kita.
  2. Pitching to investor : Hal ini terjadi karena kita terlalu menitikberatkan kepada investor sehingga dapat mengabaikan beberapa hal yang juga sama pentingnya
  3. Founder’s Burnout: Ketika kita tidak bias menjaga kestabilan penjualan, seperti ketika pada 3 bulan pertama saat sales terus naik sampai ketika drop penjualan dan dapat mengakibatkan keuntungan habis.
Menjelang penghujung kelas, beliau juga terus mengingatkan para mahasiswa untuk terus membantu orang yang membutuhkan. Beliau juga menekankan bahwa kita tidak boleh salah memilih objektif dan harus menaruh dalam pikiran bahwa uang bukanlah segalanya. Money is secondary,  beliau terus menekankan.
Akhir kata, secara keseluruhan sharing kewirausahaan yang diberikan oleh Bapak Dwika Sudrajat sangat menarik dan menginspirasi. Secara pribadi, saya merasa sangat tergerak dengan kata-kata tulus dan bijaksana yang kerap beliau lontarkan pada saat kelas. Selain itu, beliau juga memikirkan kondisi para mahasiswa sehingga ketika kita sudah lelah beliau mengajak kami melakukan peregangan. Saya sekaligus ingin mengucapkan terima kasih melalui tulisan ini atas kesempatan yang diberikan untuk dapat mengikuti perkuliahan dan mendapat wawasan baru dari Bapak Dwika

Sharing Kewirausahaan oleh Dwika Sudrajat

“Orang yang kita kenal akan membantu kita pada suatu saat nanti, jadi jangan pernah meninggalkan kesan buruk.” Kalimat yang dituturkan oleh narasumber kami, Bapak Dwika Sudrajat, terasa masih menggema bagi para mahasiswa yang hadir di Auditorium Gedung K dalam rangka kelas Rekayasa Kewirausahaan. Saat itu, Senin, 7 September 2015, kelas kami diberikan kesempatan untuk mendengarkan sharing dari seorang enterpreuner sukses yang tak lain adalah Bapak Dwika Sudrajat, selaku Direktur VIDE Freeman Consulting Group yang menjadi narasumber pada kuliah ini.
Setelah memperkenalkan diri dan membahas singkat mengenai pengalaman karirnya, Bapak Dwika Sudrajat pun memulai sharing dengan menjelaskan mengenai Perencanaan dan Pencapaian Sebuah Bisnis, dimana dalam kasusnya, beliau menceritakan bagaimana seorang pengusaha sukses seperti beliau ternyata hanya memulai bisnisnya dengan bermodalkan uang sebesar 50 juta rupiah, sampai pada akhirnya perusahaan yang beliau bangun berkembang menjadi sebuah perusahaan berskala internasional. Sang narasumber pun tak lupa menjelaskan bahwa ketika kita menginginkan sebuah kesuksesan finansial, salah satu kuncinya adalah dengan keluar dari zona nyaman kita, seperti rutinitas kerja kita yang sudah tetap dan aman secara finansial.
Keamanan tersebut, menurutnya, bukanlah sesuatu yang pasti, karena suatu saat secara tiba-tiba terdapat kemungkinan zona nyaman tersebut hilang, seperti ketika krisis moneter dan terjadi inflasi besar yang menyebabkan banyak pekerja yang diberhentikan dan menjadi pengangguran. Hal tersebut, tutur beliau, menunjukkan seberapa salah anggapan kita selama ini dan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti dalam kehidupan. Kemudian, ketika kita sudah keluar dari zona nyaman tersebut, jelas beliau, bahwa jalan yang akan kita tempuh untuk mencapai kesuksesan bukan hanya digambarkan oleh sukses dan gagal, melainkan gagal berkali-kali sebelum kemudian mendapatkan kesuksesan. Hal ini pun diilustrasikan dalam sebuah gambar yang menunjukkan kegagalan orang-orang sukses sebagai berikut.
how-many-times-should-your-try-infographic-animated-300x236
Banyak sekali orang yang mengaggap sukses dapat dicapai hanya dalam beberapa kali mencoba dan menyerah. Bapak Dwika pun berkata bahwa dia pun pernah mengalami kegagalan saat memulai bisnisnya, seperti saat produk Wi-Max-nya gagal dikarenakan menunda pertemuan. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah bangkit dan berusaha lebih giat lagi untuk mengalahkan kegagalan tersebut.
Ketika memulai sebuah bisnis, kita perlu mengetahui beberapa hal, antara lain : seberapa beratnya membangun sebuah perusahaan, rasa bingung yang diakibatkan karena tidak mengetahui harus memulai dari mana, dan  harus punya passion dalam bidang yang ingin dijadikan bisnis tersebut serta mempunyai produk unik yang hanya dapat diproduksi oleh kita sebagai individu yang bergerak dalam bidang yang kita minatkan tersebut. Bapak Dwika juga menambahkan saran bahwa kita harus menggunakan segala ide kreatif yang kita miliki sebelum menghabiskan uang, contohnya dengan menggunakan barang bekas atau mendaur ulang barang bekas menjadi barang yang dapat digunakan sehingga akan meringkan beban finansial perusahaan yang baru dijalankan.
Dalam proses mengembangkan usaha tersebut, seorang entrepreneur butuh untuk melipatgandakan sumber pendapatan untuk resiko yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan insentif kepada investor agar mendapat nilai tambah di mata mereka, ataupun memberikan produk kita dengan kelebihannya kepada reseller dengan memberikan keuntungan bagi reseller, dan masih banyak lagi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kita harus memberikan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terkait dengan bisnis yang kita bangun. Beliau menjelaskan bahwa kita harus tetap memberi pelayanan yang baik, seperti perusahaan kecil yang memberi pelayanan yang lebih baik dari perusahaan besar.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah usaha adalah membangun koneksi. Beliau menjelaskan bahwa membangun koneksi dapat bermula dari bantuan.
“Oleh karena itu, sebanyak mungkin membantu mereka yang mengalami masa sulit. Ketika kita menolong orang lain, maka pada suatu pertolongan tersebut akan kembali kepada kita. Yang Diatas akan menolong kita, mungkin bukan dari orang yang kita tolong tersebut melainkan dari orang lain yang mengenal orang tersebut.” ujar Bapak Dwika ketika menjelaskan tentang koneksi-koneksi yang ia bangun.
Kemudian, Bapak Dwika Sudrajat menjelaskan bahwa terdapat 3 masa krisis yang hamper menghancurkan, yaitu:
  1. Bad Hiring : untuk menghindarinya dalam pemilihan karyawan butuh memilih kaaryawan dengan karakter yang pas dengan kita.
  2. Pitching to investor : Hal ini terjadi karena kita terlalu menitikberatkan kepada investor sehingga dapat mengabaikan beberapa hal yang juga sama pentingnya
  3. Founder’s Burnout: Ketika kita tidak bias menjaga kestabilan penjualan, seperti ketika pada 3 bulan pertama saat sales terus naik sampai ketika drop penjualan dan dapat mengakibatkan keuntungan habis.
Menjelang penghujung kelas, beliau juga terus mengingatkan para mahasiswa untuk terus membantu orang yang membutuhkan. Beliau juga menekankan bahwa kita tidak boleh salah memilih objektif dan harus menaruh dalam pikiran bahwa uang bukanlah segalanya. Money is secondary,  beliau terus menekankan.
Akhir kata, secara keseluruhan sharing kewirausahaan yang diberikan oleh Bapak Dwika Sudrajat sangat menarik dan menginspirasi. Secara pribadi, saya merasa sangat tergerak dengan kata-kata tulus dan bijaksana yang kerap beliau lontarkan pada saat kelas. Selain itu, beliau juga memikirkan kondisi para mahasiswa sehingga ketika kita sudah lelah beliau mengajak kami melakukan peregangan. Saya sekaligus ingin mengucapkan terima kasih melalui tulisan ini atas kesempatan yang diberikan untuk dapat mengikuti perkuliahan dan mendapat wawasan baru dari Bapak Dwika

Sharing Kewirausahaan oleh Dwika Sudrajat

“Orang yang kita kenal akan membantu kita pada suatu saat nanti, jadi jangan pernah meninggalkan kesan buruk.” Kalimat yang dituturkan oleh narasumber kami, Bapak Dwika Sudrajat, terasa masih menggema bagi para mahasiswa yang hadir di Auditorium Gedung K dalam rangka kelas Rekayasa Kewirausahaan. Saat itu, Senin, 7 September 2015, kelas kami diberikan kesempatan untuk mendengarkan sharing dari seorang enterpreuner sukses yang tak lain adalah Bapak Dwika Sudrajat, selaku Direktur VIDE Freeman Consulting Group yang menjadi narasumber pada kuliah ini.
Setelah memperkenalkan diri dan membahas singkat mengenai pengalaman karirnya, Bapak Dwika Sudrajat pun memulai sharing dengan menjelaskan mengenai Perencanaan dan Pencapaian Sebuah Bisnis, dimana dalam kasusnya, beliau menceritakan bagaimana seorang pengusaha sukses seperti beliau ternyata hanya memulai bisnisnya dengan bermodalkan uang sebesar 50 juta rupiah, sampai pada akhirnya perusahaan yang beliau bangun berkembang menjadi sebuah perusahaan berskala internasional. Sang narasumber pun tak lupa menjelaskan bahwa ketika kita menginginkan sebuah kesuksesan finansial, salah satu kuncinya adalah dengan keluar dari zona nyaman kita, seperti rutinitas kerja kita yang sudah tetap dan aman secara finansial.
Keamanan tersebut, menurutnya, bukanlah sesuatu yang pasti, karena suatu saat secara tiba-tiba terdapat kemungkinan zona nyaman tersebut hilang, seperti ketika krisis moneter dan terjadi inflasi besar yang menyebabkan banyak pekerja yang diberhentikan dan menjadi pengangguran. Hal tersebut, tutur beliau, menunjukkan seberapa salah anggapan kita selama ini dan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti dalam kehidupan. Kemudian, ketika kita sudah keluar dari zona nyaman tersebut, jelas beliau, bahwa jalan yang akan kita tempuh untuk mencapai kesuksesan bukan hanya digambarkan oleh sukses dan gagal, melainkan gagal berkali-kali sebelum kemudian mendapatkan kesuksesan. Hal ini pun diilustrasikan dalam sebuah gambar yang menunjukkan kegagalan orang-orang sukses sebagai berikut.
how-many-times-should-your-try-infographic-animated-300x236
Banyak sekali orang yang mengaggap sukses dapat dicapai hanya dalam beberapa kali mencoba dan menyerah. Bapak Dwika pun berkata bahwa dia pun pernah mengalami kegagalan saat memulai bisnisnya, seperti saat produk Wi-Max-nya gagal dikarenakan menunda pertemuan. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah bangkit dan berusaha lebih giat lagi untuk mengalahkan kegagalan tersebut.
Ketika memulai sebuah bisnis, kita perlu mengetahui beberapa hal, antara lain : seberapa beratnya membangun sebuah perusahaan, rasa bingung yang diakibatkan karena tidak mengetahui harus memulai dari mana, dan  harus punya passion dalam bidang yang ingin dijadikan bisnis tersebut serta mempunyai produk unik yang hanya dapat diproduksi oleh kita sebagai individu yang bergerak dalam bidang yang kita minatkan tersebut. Bapak Dwika juga menambahkan saran bahwa kita harus menggunakan segala ide kreatif yang kita miliki sebelum menghabiskan uang, contohnya dengan menggunakan barang bekas atau mendaur ulang barang bekas menjadi barang yang dapat digunakan sehingga akan meringkan beban finansial perusahaan yang baru dijalankan.
Dalam proses mengembangkan usaha tersebut, seorang entrepreneur butuh untuk melipatgandakan sumber pendapatan untuk resiko yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memberikan insentif kepada investor agar mendapat nilai tambah di mata mereka, ataupun memberikan produk kita dengan kelebihannya kepada reseller dengan memberikan keuntungan bagi reseller, dan masih banyak lagi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kita harus memberikan pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terkait dengan bisnis yang kita bangun. Beliau menjelaskan bahwa kita harus tetap memberi pelayanan yang baik, seperti perusahaan kecil yang memberi pelayanan yang lebih baik dari perusahaan besar.
Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah usaha adalah membangun koneksi. Beliau menjelaskan bahwa membangun koneksi dapat bermula dari bantuan.
“Oleh karena itu, sebanyak mungkin membantu mereka yang mengalami masa sulit. Ketika kita menolong orang lain, maka pada suatu pertolongan tersebut akan kembali kepada kita. Yang Diatas akan menolong kita, mungkin bukan dari orang yang kita tolong tersebut melainkan dari orang lain yang mengenal orang tersebut.” ujar Bapak Dwika ketika menjelaskan tentang koneksi-koneksi yang ia bangun.
Kemudian, Bapak Dwika Sudrajat menjelaskan bahwa terdapat 3 masa krisis yang hamper menghancurkan, yaitu:
  1. Bad Hiring : untuk menghindarinya dalam pemilihan karyawan butuh memilih kaaryawan dengan karakter yang pas dengan kita.
  2. Pitching to investor : Hal ini terjadi karena kita terlalu menitikberatkan kepada investor sehingga dapat mengabaikan beberapa hal yang juga sama pentingnya
  3. Founder’s Burnout: Ketika kita tidak bias menjaga kestabilan penjualan, seperti ketika pada 3 bulan pertama saat sales terus naik sampai ketika drop penjualan dan dapat mengakibatkan keuntungan habis.
Menjelang penghujung kelas, beliau juga terus mengingatkan para mahasiswa untuk terus membantu orang yang membutuhkan. Beliau juga menekankan bahwa kita tidak boleh salah memilih objektif dan harus menaruh dalam pikiran bahwa uang bukanlah segalanya. Money is secondary,  beliau terus menekankan.
Akhir kata, secara keseluruhan sharing kewirausahaan yang diberikan oleh Bapak Dwika Sudrajat sangat menarik dan menginspirasi. Secara pribadi, saya merasa sangat tergerak dengan kata-kata tulus dan bijaksana yang kerap beliau lontarkan pada saat kelas. Selain itu, beliau juga memikirkan kondisi para mahasiswa sehingga ketika kita sudah lelah beliau mengajak kami melakukan peregangan. Saya sekaligus ingin mengucapkan terima kasih melalui tulisan ini atas kesempatan yang diberikan untuk dapat mengikuti perkuliahan dan mendapat wawasan baru dari Bapak Dwika