link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Minggu, 18 Januari 2015

Rezeki


No.1 setuju
No. 2 dan 3 kenapa uang dan materi kembali menjadi ukuran semata.

AR.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

From: Dwika Sudrajat <dwikasudrajat@yahoo.com>
Date: Sun, 18 Jan 2015 00:12:22 +0000 (UTC)
To: Trisula<sdTrisula-pegangsaantengah-79@yahoogroups.com>
ReplyTo: Dwika Sudrajat <dwikasudrajat@yahoo.com>
Subject: Rizki

1. Rezeki bukan hanya berupa uang, tapi segala sesuatu yang diberikan oleh NYA kepada makhlukNya. 
Rezeki meliputi semua bentuk: halal-haram, sehat-sakit, kecerdasan-kesulitan berpikir, cantik atau tidak terlalu cantik, nilai A, B, C, D, E, dsb. 
Jadi Rezeki bukan hanya yang baik menurut kita atau yang menyenangkan saja yang disebut rizki, tapi semua pemberian dari DIA  yang kita peroleh adalah Rezeki.
2. Bukan usahanya yang menyebabkan datangnya Rezeki, tapi semata-mata Rezeki itu karena pemberian NYA, walaupun seseorang berusaha, kerja keras membanting tulang, jika DIA tidak berkehendak meluaskan rizkinya, maka tidak mungkin orang tersebut mendapatkan uang yang banyak, nilai yang bagus, pekerjaan yang bergaji besar,dll.
3.Jadi bukan berarti kita bersantai-santai karena Rezeki telah ditetapkan, justru usaha/kerja keras menjadi kewajiban kita. 
Usaha merupakan pengantar manusia untuk menjemput rizkiNya. 
Walaupun Rezeki yang halal maupun haram sama-sama berasal dari NYA, tapi status halal atau haram itu, usaha kitalah yang menentukan.
I deliver happiness,
Dwika

Salah Kaprah Rizki (seri 1)

Posted under: AQIDAH
Mungkin tanpa kita sadari, ada pemahaman kita tentang rizki yang ternyata tidak sesuai dengan aqidah Islam. Berikut ini kutipan dari beberapa referensi tentang rizki, terutama terkait salah kaprah (kesalahan yang umum terjadi, tapi dianggap benar) tentang rizki.Mudah-mudahan bisa meluruskan pemahaman kita tentang rizki.
Ada banyak salah paham tentang rizki yang terjadi pada umat Islam saat ini, diantaranya:

1. Rizki selalu berbentuk sesuatu yang menurut kita baik dan menyenangkan
Banyak yang berpikir, rizki itu hanya yang baik-baik atau menyenangkan, misalnya uang, nilai yang bagus, pekerjaan yang baik, dsb. Tapi, coba kita pahami dulu definisi rizki.
Rizki (ar-rizku) berasal dari bahasa Arab: Razaqa-yarzuqu-rizqan, yang berarti pemberian.
Secara bahasa, rizki berarti pemberian.
Sedangkan secara istilah rizki adalah apa saja yang bisa diperoleh oleh makhluk baik bisa dimanfaatkan atau tidak.
Dari pengertian ini, berarti rizki bukan hanya berupa uang, tapisegala sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada makhlukNya. 
Rizki meliputi semua bentuk: halal-haram, sehat-sakit, kecerdasan-kesulitan berpikir, cantik atau tidak terlalu cantik, nilai A, B, C, D, E, dsb. Jadi rizki bukan hanya yang baik menurut kita atau yang menyenangkan saja yang disebut rizki, tapi semua pemberian dari Allah yang kita peroleh adalah rizki.
Rizki dapat berupa rizki halal atau haram. Kedua-duanya dinamakan rizki juga. Harta yang diperoleh seorang pedagang dari jual beli yang halal adalah rizki, begitu juga harta yang didapatkan oleh penjudi dari hasil perjudiannya. Semua adalah rizki yang diberikan Allah SWT.
Pentingnya pemahaman tentang bentuk rizki ini, diantaranya:
• Agar kita senantiasa bersyukur dan bersabar atas segala rizki yang diberikan, baik yang kita sukai atau tidak kita sukai.
• Dengan mengetahui yang haram pun rizki dari Allah, maka kita berhati-hati dalam usaha mencari rizki, jangan sampai meraih rizki yang haram.

Salah Kaprah Rizki (Seri 2)

Posted under: AQIDAH
2. Rizki datang karena usaha manusia
Sebagian orang menyangka usaha merekalah yang menyebabkan datangnya rizki. Misalnya seorang pengusaha sukses, beranggapan bisnisnya yang sukses itulah yang mendatangkan rizki, atau kerja kerasnya siang dan malam yang menyebabkan dia bisa kaya raya. Atau seorang pelajar/mahasiswa yang mendapat nilai yang bagus, berpikiran berkat belajarnya siang dan malam maka ia mendapat nilai yang bagus. Padahal, sebenarnya bukan usahanya yang menyebabkan datangnya rizki, tapi semata-mata rizki itu karena pemberian Allah SWT, walaupun seseorang berusaha, kerja keras membanting tulang, jika Allah tidak berkehendak meluaskan rizkinya, maka tidak mungkin orang tersebut mendapatkan uang yang banyak, nilai yang bagus, pekerjaan yang bergaji besar,dll.
“ Allahlah yang menciptakan kamu, kemudian memberikan rizki” (QS. Ar-Ruum 40)
“Dan tidak ada satupun hewan melata di muka bumi ini, kecuali rizkinya telah ditetapkan oleh Allah“ (QS.Hud 6)
“Allah yang meluaskan rizki kepada siapa yang dikehendakiNya.” (QS.Ar-Ra’ad 26)
Ada beberapa efek bahaya bila seseorang berpikir rizki datang karena usahanya, diantaranya:
- Menjadi sombong. Misalnya seorang pelajar yang mendapat nilai tertinggi di kelasnya, kemudian dia merasa itu karena kerja kerasnya, dan merasa dirinya paling pintar. Padahal nilai dan kepintaran itu adalah rizki dari Allah.
- Sulit menafkahkan harta di jalan Allah (zakat,infak,shodaqoh,dll), karena merasa harta itu adalah hasil jerih payahnya sendiri.

3. Rizki sudah ditetapkan, lalu untuk apa bekerja keras mencari rizki?
Salah paham ini, berkebalikan dengan poin no.2 di atas. Di no. 2 tadi, berpikiran rizki karena usahanya semata, sedangkan no.3 ini, mengatakan yang penting pasrah, toh rizki telah ditetapkan oleh Allah. Memang rizki telah ditentukan oleh Allah dan usaha manusia bukan penyebab datangnya rizki dan tidak secara mutlak mempengaruhi besar dan kecilnya rizki, tapi usaha merupakan pengantar manusia untuk menjemput rizkiNya. Walaupun rizki yang halal maupun haram sama-sama berasal dari Allah, tapi status halal atau haram itu, usaha kitalah yang menentukan.
“..maka bertebaranlah kalian di muka bumi dan carilah anugrah Allah..” (QS. Al-Jumu’ah 10)
“Sesungguhnya Allah membenci pemuda yang malas.” (HR. Ibnu Mani)
Jadi bukan berarti kita bersantai-santai karena rizki telah ditetapkan, justru usaha/kerja keras menjadi kewajiban kita.

Tidak ada komentar: