link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Minggu, 10 April 2011

Sepatu Puma, tas kulit Tod's dan dompet Louis Vuitton

Lost in Translation: Beijing

Saya di Beijing cuma dua hari untuk urusan pekerjaan, jadi waktu sightseeing benar-benar terbatas. Setiap waktu luang harus dipergunakan semaksimal mungkin.

Pukul setengah delapan pagi itu saya sudah bersiap naik taksi menuju ke Forbidden City. Teman saya sudah mengingatkan, lalu lintas di Beijing sangat padat di pagi hari, jadi saya harus berangkat sepagi mungkin supaya bisa selesai mengitari Kota Terlarang sepuasnya.
"Forbidden city," kata saya pada si sopir taksi. "#*&@%}+ ?" katanya.
Saya langsung menyodorkan secarik kertas bertuliskan Forbidden City dalam alfabet Cina kepada si sopir. Ia langsung mengangguk dan tancap gas. Huh! Untung sebelum berangkat saya sudah minta concierge hotel menuliskan tujuan saya di kertas...

40 menit kemudian saya sudah berdiri di gerbang belakang the Forbidden City. Entah kenapa si sopir taksi menurunkan saya di sana, tapi ketimbang harus berdebat pakai bahasa Cina mendingan saya ngalah deh. Saya pun berjalan menuju pintu masuk, melintasi jalan di samping kanal yang romantis sekali dengan dinding merah Forbidden City menjulang di depan saya (oh, thank you Mr Driver, now I know why!)


Forbidden City yang merupakan kediaman Kaisar Cina selama 500 tahun sejak tahun 1400, terakhir kali ditinggali oleh Kaisar Puyi hingga tahun 1912. Sejak itu, kompleks seluas 7.2 kilometer persegi ini lebih merupakan sumber rebutan hingga akhirnya menjadi situs warisan budaya UNESCO tahun 1987.
Salah satu yang paling menarik di Forbidden City, buat saya, adalah bagian istana yang diperuntukkan untuk wanita (keputren, bahasa Jogjanya..). Diawali dengan pintu gerbangnya yang diberi tanggul setinggi sekitar setengah meter, konon supaya hantu kesandung dan tidak jadi masuk (masih ingat kan, hantu Cina di film Hongkong yang melompat-lompat?). Wah ini mah nggak bakal menangkal hantu Jawa, soalnya hantu Jawa melayang...
Hal menarik selanjutnya adalah tulisan besar yang terpampang di dinding salah satu bangunan yang berarti "doing nothing" i.e. "nganggur"- menunjukkan sebegitu terkungkungnya para putri Cina ini jaman dulu... Ada juga semacam bukit karang buatan yang di puncaknya berdiri sebuah pondok kecil, konon tempat para selir yang kangen pada desanya menyendiri untuk melihat gunung di mana desanya berada.
Walaupun hal di atas mengesankan kalau wanita Cina zaman dulu tidak punya daya, ada juga satu tempat menarik yang agak menjungkir- balikkan fakta ini: sumur sempit tempat Kaisar wanita Cixi menenggelamkan selir saingannya... hmmmm....

Karena kota terlarang ini sebegitu luasnya, saya harus berjalan setengah berlari untuk menuntaskannya sebelum jam satu siang (jam tiga sore saya harus ada di kantor untuk presentasi..!) Ada museum jam, museum perhiasan, museum giok, lumayan menarik tapi sebagian besar displaynya agak gloomy.

Akhirnya, saya berjalan keluar Kota Terlarang menuju Lapangan Tiananmen yang terkenal itu. Di dinding merah Kota Terlarang yang menghadap Tiananmen, foto raksasa Mao Zedong tersenyum memandang metropolitan Beijing yang sibuk. Langit masih abu-abu dan ratusan sepeda masih berseliweran di Tiananmen....

Malam itu saya melanjutkan perjalanan ke Maliandao, "jalan teh", tempat puluhan toko menjual teh bermacam jenis, kualitas, dan harga. Walaupun sudah sempat "riset" sebentar di internet, pusing juga harus memilih di antara puluhan jenis teh: teh hijau , teh merah, teh krisan, teh mawar,teh hitam, oolong... semuanya masih dibagi dalam berbagai jenis, kualitas, dan origin. Saya dijamu berbagai macam teh yang dibuat di depan saya (termasuk teh bunga yang merekah ketika diseduh). Setelah menawar dan memilih, dengan bahasa manusia dipadu bahasa monyet alias bahasa isyarat, akhirnya saya kembali ke hotel(sambil menahan "panggilan alam" gara-gara terlalu semangat mencicipi semua teh yang disuguhkan) membawa seperempat kilo teh hijau melati, teh merah, dan dua tea set cina yang super cantik. Semuanya sudah ditawar sampai puas!

Malam selanjutnya, saya menutup kunjungan ke Beijing dengan aktivitas yang paling menggiurkan di Beijing: shopping! Tujuan: the super famous Silk Market.

Silk Market menyambut semua pengunjung dengan ramah. Para penjual sibuk merayu dengan bahasa Inggris, Itali, Melayu... impressive! Tidak terlalu heran sih, karena konon tempat ini dikunjungi 20,000-60,000 orang dari berbagai negara tiap harinya. Di sini kita bisa menemukan tas, sepatu, berbagai produk kulit, segala macam garmen, cendera mata khas Cina, perhiasan, sampai golf clubs dan peralatn olah raga lainnya. Semuanya, tentu saja, "original copy"...

Setelah berjalan bebarapa saat, barulah saya menyadari sistim menawar di tempat ini. Kalau di Malioboro kita sering dinasihati untuk menawar setengah atau sepertiga harga, di sini aturannya adalah "tawarlah seberapa saja". Contohnya, sebuah sweater cashmere ditawarkan seharga 800 RMB (sekitar $112) lalu saya tawar 60 RMB. Si penjual juga tidak marah ditawar sebegitu rendah, dia cuma beraksi manja "You are joking, lady! But because you are very beatiful, I will give you special price, 600 RMB!" Hehehe, masih mahal cik... Akhirnya kami setuju harga 70 RMB, setelah penawaran alot plus acara menarik-narik tangan saya supaya tidak meninggalkan gerainya.
Tapi secara umum, para penjual-penjualnya baik dan selling sekali. Malam itu setelah gempor bercampur puas menjelajah pasar raksasa ini, saya berjalan setengah terseok membawa barang belanjaan. Sepatu Puma, sandal, tas kulit Tod's dan dompet Louis Vuitton (yang saya pilih dari katalog!), jaket Mango, cashmere Banana Republic, kaos, berpuluh macam cendera mata khas Cina, plus satu tas traveling tambahan (karena saya yakin koper saya nggak muat, hehehe). Semuanya bermerek, original copy!
Di atas taksi, saya masih berpikir, apakah saya mendapat good bargain atau salah satu korban rayuan Silk Market? Belum selesai lamunan saya, tiba-tiba mata saya terpaku pada pintu salah satu club yang kami lewati. Tertulis jelas dengan lampu berkedip "No nuclear weapon allowed"

"Hei, are they serious or joking?" tanya saya pada si supir taksi "don't they mean No Fire Weapon?"
Si supir melihat ke arah club yang saya tunjuk, lalu menjawab dengan serius,
"#&>^@#*$$!"
Saya mengangguk dengan serius juga. Oh, I like this city!

in Singapore

One Night in Singapore ...!

Entah kenapa, suatu hari Kamis yang kelabu, saya dan seorang teman memutuskan untuk pergi ke Singapore. Karena libur cuma hari Sabtu-Minggu, kami harus merencanakan trip ini dengan cerdas, hehehe... Who expected that, it was gonna be one of the coolest trip ever!

Sebenernya rencana kunjungan ke Singapore nggak jelas, saya cuma pengen "get a pair of Choo or Blahnik*" (if you know what I mean, hehehe)... Sementara teman saya "cuma pengen wind out dan mau ngikut saya aja, nggak pengen belanja". Nah lo...
Kami sampai di Changi airport hari Sabtu siang, langsung naik MRT ke Orchard-- the prime destination plus tempat kita menginap.

Sampai di hotel dan check-in, tanpa ba-bi-bu kami langsung melangkahkan kaki ke Orchard. Saat itu lagi sale season, jadi belum-belum sudah ngilerlah kami. Kami lalu ketemu dan ditemani seorang teman yang memang Singapore resident dan tahu banget tempat-tempat belanja paling asyik. Jadilah mulai sekitar jam 4 sore sampai jam 10 malam, kami shopping marathon sampai kaki bengkak (beneran!) Teman kami pun terus menyarankan tempat-tempat belanja asyik (dan somehow affordable), juga dengan semangat menyarankan "why don't you buy? enjoy it" Hihihihi, benar-benar dia ini our shopping guardian angel (this is a tribute for you, kalau pas baca, you know who you are and we really think that you are an angel!)

Setelah itu kami pergi ke Lau Pa Sat Festival Market untuk makan malam, apalagi kalau bukan dengan the infamous Singapore Chili Crab! Fueled up, walaupun kaki masih sakit, kami lalu jalan lagi ke Singapore Marina, melihat pemandangan malam Singapore yang menakjubkan dan foto-foto di depan Merlion, patung singa lambang Singapore (dengan gaya narsis dong). Kami lalu menyusuri sungai, melewati Anderson bridge, Clarke Quay... Sepanjang jalan kami terus berfoto-foto gaya gila dan ketawa-ketawa ngakak (curiga they put something in the Chili Crab!) Ketika kami tiba di Clarke Quay yang dipenuhi dengan clubs, waktu sudah hampir jam 3 pagi (club-goers pun sudah menyerah dan siap-siap pulang). Kami pun sadar dan ikut menyerah... it was time to sleep...

Paginya, kami bangun kesiangan, tapi tanpa malu-malu langsung pergi last minute shopping. Dasarrrr... Jam 2 siang kami sudah di atas pesawat (sukses menambah 17 kilo bagasi, hasil belanjaan) dan berusaha melupakan how much we have spent, hehehe.......

Laporan terakhir: saya tidak beli any pair of Choo atau Blahnik*, tapi yang jelas dapat yang lain dong (many of them, hahahaha). Dan, teman saya yang katanya nggak pengen belanja ternyata belanjanya lebih ngamuk dari saya....!

* wonder who are Choo and Blahnik? Get educated here

Genting fun park

Kuala Lumpur: just another big city

Kuala Lumpur, buat saya 'is just another town' jadi saya nggak terlalu motivated buat membahasnya. Masalahnya, hampir separuh waktu tahun lalu saya habiskan di KL karena urusan pekerjaan. Saking bosennya saya sudah nggak pernah ke mana-mana lagi di KL. "Tapi kan nggak semua orang pernah ke KL?" kata teman saya. Iya deh....

Persis seperti Jakarta, KL selalu panas, lembab, dan hujan sepanjang tahun. Bedanya, KL nggak pernah kebanjiran (atau jarang? rasanya kok belum dengar). KL juga lebih teratur, ada mass rapid transport system yang bisa diandalkan (train), dan jujur saja lebih nyaman ketimbang Jakarta.

Beda dengan Jakarta, KL selalu dibanjiri oleh turis Arab di musim liburan tengah tahun. Mereka biasanya tetap tenang memakai baju tradisional mereka plus membawa anak-anaknya berenteng-renteng. Maklum, Malaysia memang tujuan favorit keluarga Arab karena citranya sebagai negara tujuan wisata 'baik-baik' (bandingkan dengan Thailand...)

Makanan di KL, bisa ditebak hampir sama dengan makanan Indonesia. Jadilah buat saya yang kebetulan reside di suatu negara yang makanannya kelewat beda sama makanan Indonesia, tiap kali saya di KL pasti makan 'ngamuk'.
Untuk first-timer, wajib mencoba nasi lemak (yang ternyata idem ditto sama nasi uduk... hehehe...) Atau nongkrong di 'mamak', kurang lebih mirip warung kopi atau warung tegal, tapi buka 24x7. Makanannya Indo banget bahkan nggak jarang yang jualan memang orang Indo. Para expat (baca: westerner) yang datang ke KL, biasanya juga dibujuk mencoba duren. Kalo buat saya sih, ah, di kampung juga ada.....

Sedangkan kalau buat shopping, saya sarankan di Jakarta atau Bandung deh, jangan ke KL. Lha orang KL aja rame-rame ke Bandung buat belanja kok malah orang Indon belanja ke KL?

Popular places to visit in KL & around:
1- Petronas Tower
Tiket untuk naik ke tower dibagikan gratis tiap hari, tapi jumlahnya terbatas. Jadi datang pagi-pagi supaya bisa melihat KL dari Menara Kembar tertinggi di dunia ini (nggak sampai ke puncak sih, cuma ke sky-bridge yang menghubungkan kedua menara ini). Ada apa di dalam? Ya nggak ada apa-apa, cuma cerita basa-basi pembangunan si tower ini dan tembok....

2-Taman Tasik Perdana: Bird park, Butterfly park, Taman Bunga Raya
Lumayan enak nih buat jalan-jalan, setelah bosen sama pemandangan kota, kecuali Taman Bunga Raya (=bunga sepatu, bunga nasional Malaysia). Taman ini agak garing, isinya macam-macam bunga sepatu warna-warni (mirip kebun emak saya di belakang rumah) dan bunga anggrek ...yah...

3- Bukit Bintang
Asyik buat jalan-jalan karena banyak restoran dan dekat dengan banyak pusat perbelanjaan.

4- Chinatown
Buat turis yang mau belanja murah (ya murah lah, wong palsu). Tapi hati-hati deh, di sini penjualnya galak-galak, nggak terlalu ramah. Disarankan belanja di Pasar Uler atau Glodok aja deh.

5- Genting
Kalau Jakarta punya Puncak, KL punya Genting. Di sini ada fun park (agak kurang terawat.. suram muram deh), kereta gantung (lumayan buat lihat pemandangan), dan kasino. Di luar kasino ada poster yang menasihati kalau judi itu tidak terpuji dan sudah banyak orang yang jadi korban judi...So..? persis kayak naruh label peringatan di bungkus rokok, hehehe...mana ada yang baca...

Yah, kayaknya saya kok mencemarkan nama KL banget yah..? Aduh maaf deh, bukan maksud hati pakcik. Cuma jujur (hehehe). Kalau mau lebih 'flavorful' mendingan ke Malaka atau Penang aja deh...

Belanda, Netherlands

Europe: Amsterdam

Belanda, Netherlands, negeri sempit yang cuma dihuni 16 juta orang,bandingkan dengan populasi Jabotabek yang 23 juta, tidak bisa dianggap enteng. Meskipun kontroversial dalam hal etika sosial (mengizinkan prostitusi, perkawinan sejenis, bahkan mengisap ganja), Belanda juga termasuk 10 negara terkaya di dunia, dengan ekspor hasil pertanian terbesar ketiga di dunia. Fakta paling mengiris hati, tentu saja penjajahan Belanda di Indonesia yang berlangsung ratusan tahun. Kayak apa sih, orang-orang ini?

Day 6

Dengan kereta cepat yang dioperasikan Thalys, perjalanan Paris-Amsterdam hanya memakan waktu 4 jam. From the heart of Paris to the heart of Amsterdam- tanpa pengecekan gila-gilaan seperti naik pesawat-tanpa harus check in 2 jam sebelumnya di airport yang selalu di luar kota.. oh, oh, I love trains!

Amsterdam Centraal station menyambut saya dengan suara hiruk pikuk dan desakan manusia. Keluar dari stasiun, suasana hiruk-pikuk makin terasa. Di jalan raya yang tidak bisa dibilang lebar, mobil, sepeda, trem, dan pejalan kaki tumpah ruah tanpa jalur yang jelas. Belum lagi kanal-kanal yang membelah kota, dilewati oleh kapal-kapal beraneka rupa. Wow, saya langsung punya crush pada kota ini!

Saat makan siang tiba, benar saja kata orang kalau Amsterdam adalah tempat paling oke buat orang Indonesia. Di sini banyak sekali restauran Indonesia, mulai dari kelas warung sampai kelas fine dining. Di belakang hotel yang saya tinggali, ada warung bubur ayam Bandung. Di sebelah hotel juga ada restauran mewah yang menyajikan 'rijsttafel' (aneka makanan Indonesia disajikan dalam piring-piring kecil seperti masakan padang). Mmm...

Sore dan malam itu saya habiskan dengan berjalan kaki mengelilingi Amsterdam, lalu menyusuri kanal-kanalnya dengan kapal. Amsterdam memiliki bangunan bersejarah terbanyak di Eropa di pusat kotanya, yaitu melebihi jumlah 7000 bangunan bersejarah. Meskipun demikian, hanya bangunannya yang kuno, infrastruktur pendukungnya semua serba canggih. Benar-benar kota kuno yang super modern.

Day 7

Esok paginya, saya menaiki bis menuju ke Keukenhof, taman bunga terbesar di dunia, yang terletak di Lisse. Konon sekitar tujuh juta bunga ditanam di taman ini.
Saya beruntung bisa mengunjungi Keukenhof di hari terakhir taman ini dibuka. Karena Belanda adalah negeri empat musim, Keukenhof hanya dibuka hingga akhir musim semi, karena di musim yang lain taman bunga ini pastilah lebih mirip taman daun!

Sesampainya di Keukenhof, saya benar-benar terpana. Taman ini luar biasa indahnya, dengan bunga warna-warni (yang didominasi tulip) membentuk karpet-karpet menutupi seluruh permukaan taman. Bahkan salah satu anggota rombongan, seorang laki-laki dengan gaya agak preman, terlihat sangat terpana, hingga saya ingin tertawa terbahak-bahak melihat reaksinya.

Saya menghabiskan waktu hingga hampir sore di taman ini, berjalan mengitari taman dengan ratusan bunga mekar di setiap sudut dan harum samar yang menggantung di udara, termenung melihat angsa-angsa yang berenang di sungai jernih dengan latar belakang pepohonan dan bunga beraneka warna. Oh, benar-benar secuil surga...

Malam itu saya kembali ke Amsterdam dan berniat belanja oleh-oleh. Di toko souvenir, bolak-balik saya melihat "Amsterdam survival kit" yang ternyata sekantong kecil ganja. Nggak saya beli, sih. Mau diapain? Diseduh kayak teh? Akhirnya saya cuma membeli oleh-oleh default, kaos dan keramik Delft kecil. No survival kit was bought, hehehe.

Day 8

Hari terakhir di Belanda, saya menuju ke Madurodam, kota miniatur yang terletak Scheveningen, Den Haag. Meskipun tergolong baru, didirikan pertengahan abad ke-20, kota miniatur ini termasuk salah satu atraksi favorit di Belanda dan konon sudah menarik 10 juta pengunjung.

Madurodam didesain sebagai miniatur dengan skala 1:25, benar-benar imut-imut dan menggemaskan. Selain bangunan-bangunan yang umum ditemukan di kota-kota Belanda, ada juga miniatur pabrik, pelabuhan, oil-rig dan airport Schiphol. Anak-anak berlarian dengan gembira di sela-sela bangunan kecil ini, berlagak seolah-olah raksasa...



Sore itu saya sudah mengepak barang dan terbang ke Itali. Buat saya, surprisingly, Amsterdam adalah kota yang lebih menarik ketimbang London dan Paris. I'll definitely be back someday.

London

Newark: negeri dongeng...

Ketika diberitahu kalau saya harus pergi Newark untuk urusan kantor, saya langsung sebal. Soalnya, kata teman saya, kota ini membosankan sekali.
Pagi itu saya tiba di stasiun Newark dari London. Langsung curiga kalau kata-kata teman saya benar soalnya stasiunnya kecil banget (pokoknya kalau dibandingin stasiun Gombong, menangan Gombong deh...) Dari kesan pertama, kota kecil yang terletak di Nottinghamshire county ini memang bukan kota yang glamour.

Menuju ke hotel, taksi membawa saya melewati padang-padang luas yang ditutupi bunga kuning cerah. Wow..... Si supir taksi menyebutkan kalau "ini musim semi yang panas, harusnya bunga-bunga itu belum muncul". Saya cuma nyengir sambil menutupkan jaket rapat-rapat ke atas kulit tropis saya yang mengkerut kedinginan...

Ternyata, begitu memasuki daerah pemukiman, Newark adalah kota kecil yang cantik sekali. Rumah-rumahnya berdinding bata merah berjendela kotak kecil-kecil, dengan cerobong asap mengepulkan asap tipis. Beberapa rumah dindingnya dirambati tanaman, beberapa rumah menggantungkan kotak-kotak berisi bunga di depan jendela. Persis bayangan saya tentang negeri dongeng. Hampir yakin kalau si Topi Merah pasti tinggal di dekat-dekat sini....


Kalau setiap negeri dongeng punya istana, Newark punya kastil. Newark Castle, meskipun sudah berupa reruntuhan, tapi adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang kota Newark. Dibangun sekitar abad ke-12, kastil ini pernah menjadi kediaman penguasa, pabrik uang, bahkan penjara dan pertahanan perang.
Dari kastil ini kita bisa langsung turun ke pinggiran Sungai Trent yang sudah di-paving sehingga enak sekali untuk jalan-jalan. Dari situ kita bisa melihat padang-padang luas dengan sapi yang sedang merumput, angsa-angsa berenang, pokoknya romantis sekali...

Tidak jauh dari situ (lha kotanya memang cuma seiprit), ada juga gereja St.Mary Magdalene yang tidak kalah tua karena dibangun hampir saat bersamaan dengan kastil. Dulunya kota Newark adalah market town tempat para petani dari daerah sekitar menjual hasil panen. Dan tepat di sekitar gereja St.Mary Magdalene inilah market place alias pasarnya.

Kesimpulan saya, Newark adalah tipikal small traditional English town yang sangat cantik, lengkap dengan penduduknya yang sopan dan ramah, meskipun terhadap orang asing.
Malam itu, sambil makan malam di rumah makan Thailand di pojok jalan dekat market place, saya mengirim sms ke teman saya, protes, karena ternyata Newark cantik sekali. Dia malah membalas "Yah, kalau lu lihat semua kota kecil di Inggris, semuanya ya kayak Newark itu... Ngebosenin deh!"

Semuanya seperti negeri dongeng begini? Wow!

2008-03-05

Europe: London

Pagi itu, setiba dari Heathrow airport, udara musim semi yang sejuk menyambut saya di King's Cross station. Agak celingak-celinguk, siapa tahu Harry Potter pas ada di sini, di Platform 9-3/4 sebelum berangkat ke Hogwarts...?
( By the way, Platform 9-3/4 benar-benar ada: dinding bata merah antara Platform 9 dan 10, dibuat spesial untuk memenuhi permintaan khalayak. Konon para turis sering memadati area di depan dinding bata ini untuk berfoto. Yang lebih fanatik bahkan nekat mendorong trolley mencoba menembus dinding ini! Note: if you are not a Harry Potter lover, you might be confused with all of this. Man, buy a Harry Potter book and read it! This is 21st century and people read Harry Potter!! :D )

Hotel yang saya pesan lewat internet terletak dekat Trafalgar Square, jadi saya pun melanjutkan perjalanan dengan tube (=kereta bawah tanah) ke sana. Pagi itu Trafalgar Square sudah ramai. Ada yang ngobrol, sarapan, atau sekedar see-and-be-seen (=ngeceng), ditemani ratusan burung merpati yang sepertinya melakukan kegiatan yang sama dengan manusianya.

Day 1

London pagi itu saya mulai dengan mengunjungi landmark-nya: Big Ben. Setelah berfoto di depan jam besar berumur 160 tahun yang ternyata oh-cuma-begini-toh?, saya melanjutkan dengan Houses of Parliament yang berada tepat di belakang Big Ben.
Bangunan yang sering juga disebut Westminster Palace dan merupakan tempat pertemuan parlemen Inggris ini adalah salah satu bangunan paling cantik yang pernah saya lihat. Sayangnya, tur ke dalam Houses of Parliament hanya dibuka selama dua bulan di musim panas saat parlemen sedang reses. Jadi saya harus puas dengan berfoto-foto di luar saja.
Masih di area yang sama, tepat di depan Houses of Parliament, adalah gereja paling terkenal di Inggris: Westminster Abbey. Berumur sekitar 950 tahun, di sinilah para raja dan ratu Inggris dimahkotai, juga tempat keluarga kerajaan dimakamkan (termasuk beberapa orang terkenal yang "diningratkan": Isaac Newton dan Charles Dickens).

Dari Westminster Abbey, saya berjalan menyusuri St. James Park dengan tujuan istana Buckingham. Di tengah jalan, saya berpapasan dengan serombongan pengawal berkuda yang juga menuju ke istana Buckingham. Kontan saja saya (dan para turis lainnya) bergegas mengikuti mereka karena kami tidak mau ketinggalan atraksi pergantian penjaga istana Buckingham.
Setiap pagi, saat pengawal istana berganti shift, mereka keluar berbaris dan memainkan lagu-lagu. Jelas sekali hal ini menarik para turis dan mereka tahu hal itu. Buktinya, selain lagu kebangsaan Inggris, mereka juga 'menghibur' para turis dengan memainkan lagu "Killer Queen"-nya Queen dalam pergantian pengawal itu dengan wajah seserius persiapan perang!

Perjalanan saya lanjutkan ke British Museum. Tentu saja, menggunakan tube. Hal yang sangat menyenangkan di London, jaringan kereta bawah tanah sudah menghubungkan hampir setiap sudut di London. Walhasil, perjalanan sangat mudah dan murah (karena kita bisa membeli daily ticket yang bisa digunakan untuk perjalanan ke mana saja dalam sehari). Jalanan juga menjadi lega, sehingga berjalan kaki menjadi urusan yang sangat menyenangkan: tidak ada debu atau asap knalpot berlebihan.

Siang itu saya makan siang di great court British Museum, di bawah kanopi gelas yang konon merupakan square tertutup terluas di Eropa. Meskipun (seperti dibilang banyak orang) makanan Inggris benar-benar tidak enak, saya tidak bisa complain dengan suasana senyaman itu. British Museum, salah satu museum terbesar di dunia, pertama dibuka tahun 1753, memiliki koleksi sebanyak 13 juta objek (tentu saja tidak semuanya dipamerkan!). Konon, untuk benar-benar menikmati British Museum kita membutuhkan tidak kurang dari satu bulan.

Koleksi British Museum meliputi setiap sudut dunia: Romawi dan Yunani, Mesir dan Sudan, Mesopotamia, Assyria, Middle East, Cina, Asia Tenggara,... Salah satu koleksi British Museum yang paling terkenal adalah the Rosetta Stone yang merupakan kunci penerjemahan huruf hieroglif Mesir kuno (ada yang masih ingat pelajaran sejarah es-em-a?)

Di sudut Indonesia, kita bisa melihat beberapa patung kuno dari candi-candi di Indonesia dipamerkan di sini. Rasanya campur aduk juga melihat kekayaan budaya kita justru dipamerkan di luar negeri (mungkin kalau dipamerkan di negeri sendiri malah tidak ada yang peduli).

Malamnya, saya menonton opera modern "Phantom of the Opera"(opera yang ditulis Andrew Lloyd Weber yang orang Amerika dan pertama kali dipopulerkan di Broadway), di teater dekat Trafalgar Square. Saya membeli tiket termurah seharga 40 pound karena teman saya agak sinis dengan ide nonton opera dan cuma mau membayar tiket termurah (yang juga nggak murah-murah amat...). Namun ternyata, pertunjukannya benar-benar spektakuler sehingga kami keluar dengan agak menyesal karena duduk di kursi termurah yang butuh menjulurkan leher panjang-panjang untuk melihat panggung...

Day 2

Pagi itu saya memutuskan untuk menjadi turis sejati dengan mengikuti tur menggunakan double decker bus mengelilingi London. Namun beberapa saat kemudian saya agak bosan, lalu memilih untuk turun dan mingle dengan londoners di salah satu tempat paling ramai di London: Piccadilly Circus (tidak ada sirkus di sini, circus di sini berarti 'circle' atau 'lingkaran'). Dipadati toko-toko, restauran, dan orang-orang yang berdesakan, saya bisa melihat bahwa londoners sekarang bukan berarti british. Restauran cina, india, dan arab nampak di mana-mana, demikian juga dengan orang-orang dengan berbagai warna kulit dan ras. Bahkan konon, makanan paling populer di London sekarang bukan lagi fish & chips tapi chicken tikka.

Sorenya saya mengambil tur menyusuri sungai Thames. Menyusuri sungai yang sedemikian bersihnya, melewati Tower Bridge, House Parliaments, dan juga London Eye; melintasi sejarah yang dibangun selama ratusan tahun bahkan lebih dari satu milenium, saya benar-benar menyadari betapa beruntungnya London memiliki pemerintah yang begitu mengelola kotanya dan melindungi peninggalan bersejarahnya. Bahkan sungai Thames yang tanpaknya begitu alami ini pun sebenarnya tidak luput dari campur tangan science yang sophisticated. Akibat global warming, permukaan laut semakin meningkat dan juga mempengaruhi ketinggian sungai Thames. Di muara sungai Thames, telah dibangun dam canggih yang bisa dibuka-tutup, yang diregulasi sedemikian sehingga mencegah naiknya permukaan sungai yang terlalu tinggi. Tanpa dam ini, London akan mengalami banjir dari waktu ke waktu seperti Jakarta.




Menjelang matahari terbenam, saya pun sudah duduk di dalam London Eye. Persis terletak di tepi selatan sungai Thames, London Eye adalah ferris wheel tertinggi di Eropa (135 meter). Inilah cara paling nyaman menikmati pemandangan London dari atas, setiap kapsulnya ditutup dinding tembus pandang.

Pergi ke Amerika

Going to America......!

Pertama kali saya harus pergi ke Amerika adalah sekitar tengah tahun 2002, hanya beberapa bulan sejak kejadian 9/11. Bepergian ke Amerika setelah 9/11 masalah utamanya bukan duit, tapi lebih rumit lagi: masalah visa.

Jadilah setelah 2 bulan menunggu untuk mendapat jadwal interview, saya dengan rapi jali mengantri jam 6 pagi di depan kedutaan Amerika. Melewati berlapis-lapis penjagaan, akhirnya hampir jam 10 siang saya baru bisa masuk ruang wawancara bersama dengan puluhan orang lain. Beberapa pewawancara duduk di balik jendela, sedangkan yang diwawancarai berdiri di depan jendela itu. Gampang sekali menandai antara pelamar yang dapat visa dengan yang tidak dapat visa, karena biasanya yang tidak dapat visa bete-bete semua tampangnya. Seorang ibu-ibu setengah baya malah sempat bicara agak keras "Tolonglah, anak saya ini sudah sepuluh tahun nggak ketemu kakaknya... Masak ditolak terus visanya...?" Si pewawancara tidak berkomentar malah dengan dingin memanggil nomer berikutnya. Waduh, kok gini ya? Saya mulai cemas.

Akhirnya saya ketemu juga dengan si pewawancara. Dari balik jendela, si pewawancara menanyakan beberapa pertanyaan trivial tanpa melihat ke arah saya, cuma sekali-sekali melirik "What are you going to do? Where? Why?..."
Dan... ia pun mengecap formulir saya. Yeah, I got the visa! Saya yakin banget ini ada kaitannya dengan tampang innocent saya...

Tapi, begitu mendarat di Amerika, ternyata tampang saya sama sekali nggak innocent. Setiap kali melihat paspor Indonesia saya, saya langsung disuruh ngantri di barisan spesial (barisan teroris apa ya..). Setiap kali ada 'random check' di airport, saya pasti kena. Masalahnya, saya masih harus ganti pesawat domestik lagi, jadi setelah bolak-balik kena 'random check' dari ujung gundul ke ujung jempol kaki, saya sudah gondok banget.

Setelah perjalanan panjang dibumbui dengan rasa jengkel, saya sampai di kota tujuan. Langsung melompat naik ke atas taksi, saya melihat di spion depan ada hiasan berupa tulisan "Allah" dalam huruf Arab.
"You are moslem?" tanya saya pada si supir.
"Yes. I am Palestinian" katanya mantap.
Walah.

Teringat kenangan di atas, ketika baru-baru ini saya harus pergi ke Amerika lagi, saya langsung males. Orang Amerikanya sih rata-rata baik, tapi perjalanannya itu loh... Namun karena untuk urusan kerjaan, rasanya nggak ada pilihan lain. Visa lebih mudah didapat, malah saya langsung diberi visa 5 tahun, tapi perjalanan masih tetap dibumbui banyak penggeledahan dan pemeriksaan.
Pulangnya saya sempat seperjalanan dengan seorang teman warganegara Kanada tapi berdarah Siria (tampang dan namanya pun jelas arab). Ternyata berjalan bersama dia benar-benar merugikan, kena cek melulu!
Ketika saya tanya apakah dia memang selalu digeledah habis-habisan seperti ini, dia menjawab kalau dalam perjalanan memasuki Amerika, malah sempat diinterogasi di ruang tersendiri sampai hampir ketinggalan pesawat. Pertanyaannya melibatkan "Nama kakek? Pekerjaan kakek? Di mana saja kakekmu pernah tinggal?"

Waduh, kalau saya ditanya begini ya mana bisa jawab.......!

Pyramids

Pyramids of Giza

Mengunjungi Mesir tanpa mengunjungi piramid bisa dikatakan sebuah dosa besar..! Karena itu, tidak lebih dari dua jam sejak saya menjejakkan kaki di Mesir, saya sudah sampai di Giza. Hanya sekitar 20 menit dari hingar-bingar Cairo, Giza dengan piramidnya adalah obsesi para pengembara sejati semenjak ribuan tahun.

Ada tiga piramid di Giza, masing-masing dibangun oleh raja (pharaoh) yang berbeda, Menkaure, Khafre, dan Khufu. Piramid yang tertinggi, 138 m, dibangun oleh Khufu 4500 tahun yang lalu.

"And here I am, pyramids! A girl from Indonesia!"

Hari itu saya didampingi guide bernama Nancy, seorang wanita Mesir setengah baya dengan keramahan yang luar biasa. Nancy membawa saya ke tempat di mana kami bisa melihat ketiga piramid itu bersamaan. Masya Allah, luar biasa. Saya duduk termenung, antara percaya dan tidak saya berada di sini. Antara kagum dan kasihan pada ketiga firaun yang tetap tidak hidup abadi meskipun mereka telah membangun piramid yang luar biasa ini...

Seperti orang lain yang merasa masih muda dan sehat, saya juga mencoba masuk ke dalam piramid. Nancy tegas-tegas menyatakan dia tidak mau ikut masuk. Bagaimana tidak, di luar pintu masuk (atau lubang masuk?), terpampang tulisan yang memperingatkan orang tua, penderita sakit jantung, dan klaustrofobik, untuk tidak masuk. Ia juga mengingatkan kalau saya harus membungkuk naik turun sejauh 50 meter tanpa ventilasi memadai, berhimpitan dengan para pengunjung lain (yang semuanya dalam kondisi berkeringat dan terengah-engah)

Akhirnya, setelah membungkuk dan berkeringat, saya sampai juga di ruangan luas di tengah piramid. Wow! Kosong, pengap, dan sama sekali tidak menarik! Sambil garuk-garuk kepala saya kembali berimpitan keluar, sambil menyesal tidak mendengarkan kata-kata Nancy. At least, I can tell you what's there so you don't have to enter it....

Saya dan Nancy lalu duduk di Pizza Hut yang terletak berhadapan dengan Sphinx. Seorang Indonesia, makan pizza yang aslinya dari Itali, dijual di waralaba sukses asal Amerika, sambil memandangi salah satu landmark Mesir kuno yang paling terkenal dalam sejarah. Now, that's what we call crash of cultures!

Fun fact: setiap malam, ada light & sound show dengan latar belakang piramid dan sphinx, menceritakan sejarah bangunan bersejarah ini. Wajib ditonton.

Roma

Europe: Rome

Untuk para pecinta sejarah, Roma (Rome) adalah open air museum terbesar di dunia. Untuk pecinta makanan, siapa yang tidak kenal dengan Italian food. Untuk para pecinta hidup, Roma adalah jantung Itali: tempat segala keindahan dinikmati, to the maximum! Huh, baru membayangkannya saja saya sudah deg-deg-an....

Roma konon dibangun 753 tahun sebelum Masehi, jadi kurang lebih sudah berumur 2760 tahun. Dari Amsterdam, ke kota purba inilah perjalanan saya selanjutnya. Saya memilih naik Easy Jet (low cost carrier-nya Eropa) dari Amsterdam ke Milan, lalu melanjutkan ke Roma dengan kereta.

Day 9

Saya tiba pagi itu di stasiun kereta Termini yang ternyata tidak jauh dari hotel yang saya pesan on-line sebelumnya. Hotel ini juga tidak jauh dari Piazza della Repubblica, salah satu piazza (ruang terbuka di kota) yang terkenal di Roma dengan basilika Santa Maria degli Angeli e dei Martiri (panjang banget..), yang sebagian didesain Michaelangelo, di salah satu sisinya.

Karena waktu sudah lumayan siang dan saya belum punya rencana apa-apa hari itu, saya lalu menyewa scooter untuk mengitari Roma, in style.. (mengikuti gaya Audrey Hepburn di film Roman Holiday, hehehe) Saya pun dengan pe-de langsung memacu scooter dengan berbekal sebuah peta di tangan.

Jalan-jalan di Roma tidak diaspal melainkan dilapisi batu-batu yang membuatnya sangat unik. Sepanjang jalan, mata saya tidak lepas menemukan bangunan-bangunan kuno maupun klasik, semuanya masih ditinggali bahkan dijadikan apartemen. Bunga-bunga aneka warna menggantung dari balkon, restoran-restoran berjejer di trotoar jalanan, dan orang-orang dengan gaya super stylish maupun yang jelas-jelas backpacker tourists berseliweran di mana-mana.

Setelah beberapa waktu, akhirnya saya menyimpulkan kalau saya cuma muter-muter di satu tempat karena bertemu satu bangunan besar yang itu-itu juga. Akhirnya saya memutuskan untuk makan siang di piazza depan bangunan itu.

Dari membaca contekan (Lonely Planet Guide to Europe), barulah saya tahu kalau bangunan besar itu adalah Monument de Vittorio Emanuele II, didirikan di awal abad ke-20 untuk menghormati raja pertama Italia bersatu. Menurut saya sih bangunan ini lumayan cantik. Namun karena desainnya yang terlalu mencolok dibanding bangunan sekitarnya, juga pendiriannya yang sempat menelan sebagian dari situs bukit Palatine yang bersejarah, banyak yang sinis bahkan menyebutnya "kue pengantin" atau malah "mesin ketik".

Selesai makan siang, saya mengambil kesimpulan bahwa pizza paling tidak enak ternyata saya rasakan di sini. Saya juga mengambil kesimpulan kalau es krim di Itali rasanya tidak bisa disamakan dengan es krim di bagian dunia mana pun-- bahkan tidak seharusnya disebut es krim. Rasa dan teksturnya magical, pilihan rasanya juga luar biasa banyaknya. Pantas saja kalau italians tidak mau menyebutnya es krim, mereka menyebutnya gelato. Because they are not the same! (sejak itu, di Roma saya makan es krim, eh, gelato, lebih dari lima kali sehari. Bahkan Wall's pun rasanya berbeda di sini... sugesti mungkin ya...)

Puas mencoba beberapa rasa gelato, saya pun memacu scooter menuju bangunan paling terkenal di Itali. Apalagi kalau bukan Colosseum.

Persis di balik distrik modern yang sangat sibuk di Roma, berdirilah bangunan berusia hampir dua millenia ini. Colosseum, nama aslinya Amphitheatrum Flavium, fungsi aslinya mungkin mirip dengan stadion pertunjukan. Seperti dipopulerkan oleh Hollywood, Colosseum dulunya menjadi tempat pertunjukan gladiator di mana manusia diadu dengan binatang buas. Konon orang kristen awal yang dulunya dianggap musuh negara, juga dihukum mati di sini dengan perantara binatang buas. Karena inilah, setiap hari Paskah, Paus memimpin prosesi Via Crucis (jalan kesedihan) ke arah Colosseum.

Ternyata, setelah melihat dengan mata kepala sendiri, Colosseum lebih mirip dengan reruntuhan (yang diiklankan dengan baik ke seluruh dunia). Bagian luarnya sudah separuh runtuh dan bagian dalamnya sudah nyaris tak berbentuk. Kalau dihitung-hitung, masih banyak roman amphitheatre yang lebih utuh di bagian dunia lainnya. Ibaratnya, masih banyak penyanyi yang lebih bagus suaranya dari Madonna, tapi semua orang mengakui siapa yang paling terkenal!

Day 10

Setelah ber-scooter di hari pertama di Roma, hari kedua saya bergabung dengan para turis lainnya untuk mengikuti guided tour keliling Roma.

Kami mulai memasuki lorong-lorong sempit di Roma. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Trevi Fountain, air mancur antik paling terkenal di Roma (gambar kanan bawah). Di sini konon kalau kita melempar koin, kita akan kembali ke Roma. Jadi semua orang pun melempar koin ke sini, termasuk saya, karena tidak ada yang menolak kembali ke kota yang begitu menawan ini.

Dari Trevi Fountain, kami lalu dibawa ke salah satu landmark Roma yang tidak kalah terkenal: Pantheon (foto kanan atas). Pantheon yang dibangun oleh kaisar Agrippa, awalnya dimaksudkan sebagai kuil pemujaan dewa-dewa Romawi. Setelah Kristen menjadi agama resmi kerajaan Romawi, pada abad ke-7 Pantheon diubah menjadi gereja. Bangunan ini sangat terkenal karena masih terpelihara baik, dan juga karena menggunakan desain yang luar biasa rumit. Kubah betonnya, yang konon terbesar di dunia, tidak disemen namun mampu menyangga beratnya sendiri yang sekitar 5000 ton selama hampir dua milenia. Bayangkan betapa hebatnya ilmu sipil orang Roma kuno ini, terlebih hingga kini 'resep beton' kubah Pantheon masih misterius.
Kami lalu melanjutkan ke Piazza Navona untuk melihat Fountain of the Four Rivers (Fontana dei Quattro Fiumi....$%#*@!), yang sering disebut sebagai karya terbaik Bernini (gambar kiri atas). Empat sungai yang dilukiskan di sini adalah Nil: mewakili Afrika, Danube: mewakili Eropa, Gangga: mewakili Asia, dan Rio de la Plata: mewakili Amerika. Jangan kecewa, Bengawan Solo atau Kapuas belum sempat dijelajahi oleh si Bernini ini.
Perjalanan diteruskan menelusuri jalan-jalan kecil yang cantik. Kami berjalan melintasi Via dei Condotti yang dipenuhi dengan butik-butik desainer Itali paling terkenal. Tersiar kabar kalau Valentino (buat yang belum pernah dengar.. hehe... dia ini desainer Itali terkenal..) pernah mencoba maju ke pengadilan supaya McDonald's membatalkan pembukaan gerainya di jalan bergengsi ini. Tentu saja dia kalah....
(Sambil melewati butik-butik Hermes, Ferragamo, Bvlgari, dan kroni-kroninya yang memasang label ratusan hingga ribuan dolar untuk tiap item-nya, saya memandang celana jeans yang saya beli di Matahari waktu ada diskon 20%. Kayaknya nggak kalah keren tuh, hehehe...)
Kami pun tiba di Piazza di Spagna, tempat Spanish Steps yang terkenal itu (foto kiri bawah). Berupa barisan tangga lebar yang berpuncak di gereja Trinita Dei Monti, Spanish steps terbentang hingga ke air mancur Barcaccia yang merupakan bagian Piazza di Spagna. Kanan kirinya dihiasi bunga Azalea warna-warni. Pemandangannya memang enak, jadi ratusan orang duduk-duduk di situ dengan berbagai aktivitas. Cuma di sini dilarang makan, jadi saya pun tidak berlama-lama di situ karena perut sudah bergeriyut tidak karuan.
.
Setelah mengistirahatkan kaki beberapa saat dan makan siang dengan risotto seafood, saya melanjutkan sendirian ke Palatine Hill konon merupakan awal sejarah Roma. Konon di Palatine Hill-lah letak gua Lupercal, di mana legenda menyebutkan dua pendiri Roma, Romus dan Romulus, dipelihara oleh serigala betina. Meskipun cerita ini lebih dekat ke mitos, yang jelas Palatine Hill dipenuhi dengan reruntuhan bersejarah.
Mengunjungi Palatine membutuhkan buku panduan dan imajinasi yang tinggi, soalnya semuanya sudah dalam bentuk reruntuhan. Untuk westerners yang menyadari di sinilah kebudayaannya lahir, harusnya sangat menarik. Tapi buat saya agak membosankan...
Day 11

Pagi itu saya merencanakan cara lain untuk menikmati Roma: mengendarai Smart. Mobil kecil dua penumpang favorit Eropa, hemat energi, dan rendah emisi, benar-benar cara paling hijau dan hemat (sewanya murah) untuk menikmati jalan-jalan sempit di Roma.
Tujuan pertama adalah negara dalam negara di Roma yang cuma seluas 44 hektar dan dihuni 800 orang, tapi punya kedaulatan sendiri dan pernah menjadi tempat nasib dunia diputuskan. Apalagi kalau bukan Vatikan. Di sinilah Basilika St.Peter dan Sistine Chapel yang terkenal itu berdiri, demikian juga apartemen Paus. Vatikan juga memiliki 'swiss guard' yang terkenal dengan seragam uniknya, prajurit pribadi Paus yang memang khusus direkrut dari kalangan katolik Swiss.
Basilika St.Peter yang berumur 5 abad ini boleh dimasuki siapa saja, asal berpakaian sopan (no short, mini skirt, or sleeveless). Arsitekturnya benar-benar luar biasa indah, dilengkapi dengan patung-patung orang suci dan lukisan-lukisan indah. Desainnya melibatkan artis-artis barat terkenal seperti Bernini, Michaelangelo, dan Raphael. Bahkan saya sempat melihat sebuah prosesi katolik yang tengah berlangsung, dipimpin oleh beberapa pendeta. Tentu saja karena bukan penganut katolik, saya tidak terlalu tahu, namun bisa merasakan suasana religiusnya.

Dengan Smart yang luar biasa irit bensin dan imut-imut, saya pun menghabiskan sore itu ke setiap sudut Roma, termasuk duduk-duduk di tepian sungai Tiber (Fiume Tevere) yang legendaris. Masih banyak tempat menarik di Roma yang wajib dikunjungi... mungkin nanti di kunjungan kedua...

Sydney

Sydney, Australia

July 30, 2010
Sydney is the largest city and port in Australia , located in the southeast coast of Australia. It is also the capital of New South Wales state .Sydney is Australia’s largest and oldest city, is one of the major international tourist destination. Population is 3.53 million.
If you use four words to describe it, then it is Space, sunshine, freedom and stability.
Sydney, advanced industrial, commercial prosperity, cultural development, is based on administrative, commercial trade, and entertainment-oriented modern international city.
Sydney has a variety of entertainment, Sydney Opera House you can enjoy ballet, opera and theater performances, Here, you can see the colorful street scenes and elegant restored building. In Sydney, you can enjoy the food, wine, viewing cruise in Sydney Harbour dining, shopping, to a casino playground have fun, and visit Sea World Aquarium.
In Sydney, you can enjoy the endless sun, sand and waves, as a short drive from the city can reach the beautiful Pacific Coast.
All in all, this is a perfect city seat, Australians are fortunate that they washed the fate of this brave and beautiful beaches.
Attractions list: Australia Museum, Darling Harbour, the Royal Botanic Gardens and the collar area, Rose Bay, Queen Victoria Building, Sydney Harbour Bridge, Sydney Opera House, The Rocks, Bondi Beach, Hyde Park, Port Stephens, New South Wales Museum of Art, McCree from Wolf’s chair, the Olympic Stadium, Central Coast.
sydney opera house
sydney opera house
Sydney_Harbour_Bridge
Sydney_Harbour_Bridge

SAFARI PARK 2

SAFARI PARK 2

Collection of Safari Park 2The location Taman Safari Indonesia II Prigen, Pasuruan- East Java is in the highway between Surabaya and Malang, East Java. It is just 50 Km drive from Juanda International Airport Surabaya or only 1,5 hours by vehicle. While from Malang, it is 45 Km or 1 hour by car.
If using public transportation / bus from Surabaya or Malang, stop at Giant Ivory Gate Sukorejo, then continue by Ojek ( hired motorcycle ) to reach Taman Safari Indonesia II in 10 minutes.

ENTRANCE FEE
ADMISSION
DOMESTIC
INTERNATIONAL
Five year & UnderRp. 35.000,-Rp. 70.000,-
Six year & OlderRp. 40.000,-Rp. 70.000,-
CarRp. 10.000,-Rp. 10.000,-
BusRp. 20.000,-Rp. 20.000,-
MotorcycleRp. 5.000,-Rp. 5.000,-


Elephant  RidesThere are some animals that can be ride, like Elephant, Camel, Pony Horse and Llama.
All of this Animal Rides was only Rp 10.000,- for each person.

The Schedules of Free Animal Presentation
PRESENTATION
TIME
Elephant Presentation10.30 AM & 02.30 PM
Expedition VoyageComing Soon
Wildlife Presentation11.00 AM & 03.00 PM
Birds of Prey Presentation01.00 PM & 03.30 PM
Tiger and Lion Kingdom :
Stop Illegal Poaching02.00 PM
Sumatran Tiger Kingdom04.00 PM


AMUSEMENT PARK,
Amusement of Safari Park 2
There a lot of entertainment facilities that can makes you happy with your family and friends.

The amusement such as Ghost House,Feather Worm, Bom Bom Boat, Roller Coaster, Giant Cup, Flying Chair, Flying Elephant, Speed Way, Go Kart, Rio Bravo, Safari Swinger, Pump Car, Flying Train, Indian Kayak, Paratrooper,Safari Jeep, Ball Bath, Mandi Bola El Paso, Antique Car, Flying Horse, Kuda Layang, Octopus, Bumper Car, Flying Bicycle, Kukuruyuuk Car.

All of this Amusement is only Rp 10.000,- for each person, or you can buy
All You Can Play Ticket” with Rp 35.000,- for each person.

Facilities for Gathering,
Available Stage, Fields, Restaurant, Cafe, Gazeboo, Meal Box, Buffet Menu.
Please confirm with the customer service about this, if you want to hold events that involve many people or group of.

Safari Park 2Website : http://tamansafari2.com
Prigen, Pasuruan, Jawa Timur
Indonesia 67157
Phone. + 62 - 343 773 - 5000
Fax. + 62 - 343 - 775 - 0555

Umrah

Saudi Arabia: Makkah


Bersamaan dengan jemaah umrah yang lain, tujuh kilometer dari Madinah kami tiba di "Abyar Ali" (sumur Ali). Diberi nama demikian karena konon sepupu Nabi Muhammad, Ali bin Abu Thalib, menggali sumur di tempat ini saat Nabi melaksanakan haji. Abyar Ali atau sering disebut "Byr Ali" ini dijadikan tempat "miqat": di mana para jemaah haji atau umrah mulai mengenakan pakaian ihram dan memulai ritual umrah/haji.

Ihram adalah pakaian yang harus dikenakan jemaah haji/umrah selama melaksanakan rukun ibadah tersebut. Untuk lelaki, pakaian ihram adalah dua helai kain putih tidak berjahit yang menutupi bagian bawah hingga di atas mata kaki dan bagian atas dengan bahu kanan terbuka. Tutup kepala dan alas kaki yang menutupi jari serta mata kaki tidak diizinkan. Untuk wanita, pakaian ihram adalah pakaian longgar yang hanya menampakkan wajah dan kedua telapak tangan; menutupnya tidak diizinkan.
Setelah mulai ber-ihram dan berniat melaksanakan ibadah, di sinilah larangan-larangan ibadah mulai berlaku hingga berakhirnya ritual. Memotong kuku, rambut, memakai wewangian, bercumbu (apalagi selebihnya..!), berkata kotor, dan berbantahan adalah dilarang keras. Ide dasarnya adalah kita melaksanakan ibadah ini, menghadap Tuhan, dengan kondisi suci dan sederhana tanpa memandang ras dan kedudukan.

Sepanjang perjalanan ke Makkah, kami terus mengucapkan talbiyah. Ucapannya dalam bahasa Arab, namun bila diterjemahkan kurang lebih "Ya Allah, kami memenuhi panggilanmu, wahai Tuhan yang tidak ada sekutu baginya. Segala pujian adalah milik-Mu, nikmat adalah dari-Mu, dan kekuatan adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu!"

Kami mencapai Tanah Haram saat malam sudah larut. Dinamakan Tanah Haram, karena tanah ini disucikan; diharamkan untuk mencabut tumbuhan, membunuh binatang, juga berperang. Pendeknya: "inviolate zone". Semua membisu. Untuk saya yang pertama kali berada di sini, saat itu benar-benar mencekam (orang tua saya sudah pernah berhaji dan tinggal di Makkah lebih dari 2 minggu, jadi buat mereka mungkin lebih terasa seperti nostalgia).

Menjelang tengah malam kami pun tiba di Masjid al-Haram, jantung kota Makkah, tempat di mana Ka'bah berada. Saat memasuki masjid dan melihat Ka'bah yang berdiri tegak di tengahnya, saya sudah tidak mampu menahan air mata. Sedemikian sederhana, namun sedemikian agung. Tidak ada lukisan, atau ukiran, atau makam orang suci di sana. Inilah rumah Tuhan yang telah dilindungi oleh-Nya. Saya yang sedemikian hina dan berlumur dosa ini telah dikaruniai waktu, harta, kesehatan, kekuatan, dan kemudahan untuk mengunjungi rumah yang agung ini. Saya yang begitu kotor ini telah diundang oleh-Nya! Air mata saya terus mengalir dan saya mulai merasa malu pada beberapa orang yang mulai memandang saya dengan heran. Namun linangannya sungguh tak tertahankan lagi.

Kami langsung memulai umrah kami dengan ber-tawaf, mengelilingi Ka'bah berlawanan arah jarum jam sebanyak tujuh kali. Dilanjutkan dengan sholat tawaf, bersyukur atas selesainya tawaf di masjid yang mulia ini. Lalu kami melanjutkan dengan sa'i, berjalan antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali (jalan antara kedua bukit ini sudah berupa lorong marmer ber-AC yang berada di dalam Masjid Al-Haram itu sendiri). Setelah melakukan perjalanan sepanjang 3 km lebih sedikit ini, ritual umrah pun berakhir dengan tahalul, memotong rambut. Mau gundul juga boleh, tapi yang disyaratkan adalah minimum tiga helai rambut.

Lega dan bahagia, kami pun melanjutkan berzikir di Masjid Al-Haram menunggu waktu subuh tiba. Ketika subuh berakhir dan kami kembali ke hotel, barulah terasa betapa lelahnya badan ini.
Namun rasa lelah itu tampaknya begitu mudah terhapus. Hanya dua setengah hari di Makkah, kami sempat dua kali melaksanakan ritual umrah. Saya juga selalu menyempatkan untuk tawaf sebelum melaksanakan sholat wajib, yang berarti hampir 5 kilometer setiap harinya. Meskipun tidur kami paling banter cuma 4 jam sehari (sayang rasanya menyia-nyiakan waktu dengan tidur, saat kita berada begitu dekat dengan masjid suci ini!), kami tidak merasa lelah maupun sakit. Benar-benar luar biasa.

Di Masjid Al-Haram, ada beberapa tempat yang dianggap istimewa karena konon doa di tempat tersebut tidak akan ditolak: salah satunya adalah antara Ka'bah dan Hijr Ismail, dinding berbentuk bulan sabit di barat daya Ka'bah; juga Multazam, dinding Ka'bah antara pojok Ka'bah yang bertempel Hajar Aswad dengan pintu Ka'bah. Salah satu hal yang juga disukai (karena pernah dilakukan Nabi Muhammad) adalah mencium Hajar Aswad, batu yang konon berasal dari surga.
Karena ribuan pengunjung semuanya ingin berdoa di tempat yang mustajab tersebut, termasuk juga ingin mencium Hajar Aswad, suasana dekat tempat-tempat tersebut sudah seperti zona perang. Liar! Sungguh menyedihkan, karena seharusnya justru dalam ibadah ini menyakiti sesama adalah terlarang.
Namun entah bagaimana, saya justru diberikan kemudahan: saya dapat memasuki Hijr Ismail dan berdoa di sana dengan leluasa, bahkan dapat mencium Hajar Aswad. Sepertinya hampir mustahil, karena yang berdesakan di sana hampir semuanya laki-laki dengan badan besar dilengkapi semangat perang untuk berdesakan. Lagi-lagi hadiah yang tak terkira dari Tuhan.

Saat saya harus meninggalkan Mekkah, hati saya benar-benar sangat sedih. Satu permintaan terus saya sebutkan: semoga saya diizinkan kembali lagi untuk melaksanakan haji.
Tanah Makkah ini begitu kering, tandus, tanpa keindahan apapun dalam pengertian umum. Namun di sinilah rumah peribadatan yang tertua telah didirikan, dan ke sinilah jutaan umat, yang ingin mempersembahkan hadiah kepada Tuhan Yang Esa, datang dengan segala daya dan upaya.

Saudi Arabia: Madinah

Sore itu kami tiba di King Abdul Aziz Airport, lapangan udara di Jeddah yang biasa digunakan sebagai tempat mendaratnya ribuan, bahkan jutaan, jemaah haji dan umrah, sebelum bertolak ke Madinah atau Makkah.
Meskipun kami sempat bermalam di Jeddah, tapi tidak banyak yang bisa diceritakan tentang kota ini. Sebagai salah satu kota terbesar di negara kaya raya Saudi Arabia, Jeddah bisa dibilang mengecewakan. Airportnya sempit dan tidak efisien, kotanya didominasi oleh bangunan tua dan jalan yang tidak terurus (meskipun ada juga bagian kota yang sangat modern dan bersih). Kami sempat berbelanja di Balad, pasar terkenal dekat corniche, membeli jalabiyya hitam untuk saya, adik perempuan saya, dan ibu saya. Mengenakan jalabiyya ternyata sangat nyaman, kita bisa mengenakan jeans atau t-shirt atau apa saja, lalu tinggal menyampirkan jalabiyya di atasnya and ready to go! Cuma jelas saja jalabiyya ini tidak praktis dikenakan di Indonesia, karena meskipun sama-sama panas, negeri kita punya kelembaban sangat tinggi yang bisa membuat jalabiyya basah kuyup dan walhasil jadi berbau.

Hari berikutnya kami berangkat ke Madinah lewat jalan darat. Perjalanan sejauh lebih dari 400 km melewati padang batu yang tandus itu memakan waktu sekitar 4 jam. Kami tiba di Madinah lewat pukul sembilan malam. Tanpa menyia-nyiakan waktu kami segera bergegas menuju Masjid Nabawi (yang hanya 100m dari hotel kami) dan sholat di sana.

Masjid Nabawi dibangun oleh Nabi Muhammad tidak lama setelah kepindahannya bersama umat muslim ke Madinah, setelah diperlakukan dengan keji oleh para penyembah berhala di kota kelahirannya Makkah. Saat itu Madinah masih bernama Yatsrib.
Masjid Nabawi awalnya hanya bangunan sederhana dengan tiang-tiang batang kurma dan dinding lumpur. Kini masjid ini telah diperluas konon 100 kali ukuran aslinya dan mampu menampung setengah juta jamaah. Makam Nabi dan dua sahabatnya yang tadinya berada di luar masjid, kini berada di dalam masjid akibat perluasan ini. Makam ini sentiasa dijaga ketat supaya tidak ada yang berdoa pada makam.

Dua hari berikutnya di Madinah, tidak ada hal lain yang kami lakukan selain menikmati ibadah di Masjid Nabawi. Kami selalu datang paling lambat 1 jam sebelum waktu sholat tiba, karena beberapa waktu sebelum azan berkumandang pintu masjid telah disesaki manusia dan mencari tempat yang lega untuk bersembahyang sudah mustahil. Saat jeda antara Maghrib dengan Isha, di antara mengkaji Quran dan berzikir, para wanita juga berbagi kurma atau kopi.
Saya bertemu dan ngobrol dengan muslim dari berbagai belahan dunia namun para peziarah lebih didominasi oleh orang Turki dan Indonesia (yang lumayan dihormati di sana). "Indunisii?" adalah pertanyaan umum setelah melihat wajah Asia saya, disusul dengan senyum hangat (bahkan pernah seorang wanita tua Turki memaksa saya mencium tangannya, hehehe...)

Di Masjid Nabawi yang selalu bersih dan wangi ini (skuadron cleaning service-nya tidak pernah luput membersihkan setiap sudut, juga mengepel dan bahkan mencuci lantai masjid dengan sabun), para jemaah diorganisir dengan baik, sehingga meskipun jumlahnya puluhan bahkan ratusan ribu, ibadah terasa begitu tenang dan khusuk.
Namun, ada juga bagian Nabawi yang selalu padat dan disesaki pengunjung siang malam: Ar-Rawdah. Ar-Rawdah adalah area di antara mimbar Nabi Muhammad dengan rumah beliau, yang pernah beliau sebutkan "adalah bagian dari taman surga". Konon, doa yang dipanjatkan di sini tidak akan ditolak oleh Allah. Karena alasan inilah, orang berdesakan untuk memasukinya, lalu sholat dan berdoa di sana. Masalahnya, ukurannya lumayan sempit sedangkan ratusan orang berebut memasukinya. Untung saja di pintu masuk ada beberapa polisi yang mengatur "lalu lintas" bahkan mengusir orang-orang yang terlalu lama berada di Ar-Rawdah supaya yang lain bisa berganti memasukinya. Syukurlah, jalan masuk laki-laki dan wanita juga dibedakan, sehingga saya tidak perlu berdesakan dengan para laki-laki yang biasanya lebih berbau ketimbang wanita, hehehe....

Ketika kami meninggalkan Madinah, rasa sedih menggelayuti hati seakan berpisah dengan kekasih yang begitu dicintai. Namun, kami juga tak sabar untuk segera tiba di Makkah!

Saudi Arabia: Umrah, a religio-romantic journey

Kerinduan hati untuk menapak tilas jejak Nabi Allah memanggil kami untuk melaksanakan umrah. "Kami", karena perjalanan ini saya lakukan bersama keluarga saya.
Merancang perjalanan yang bisa mempertemukan waktu Bapak saya (yang masih bekerja), ibu saya (sudah pensiun dini sejak tahun lalu), adik perempuan saya (bekerja), adik laki-laki saya (kuliah), dan saya sendiri yang juga bekerja, sudah merupakan tantangan. Tanpa panggilan Allah rasanya tidak mungkin kami akhirnya bisa berangkat bersama.
Untuk yang masih clueless tentang apa sebenarnya umrah ini, berikut ceritanya...
Umrah, atau haji kecil, adalah pelaksanaan ritual keagamaan mengikuti perjalanan hidup Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar. Berbeda dengan haji, umrah bisa dilaksanakan kapan saja.
Tata caranya sendiri dicontohkan oleh Nabi Muhammad:
- tawaf, tujuh kali mengelilingi Ka'bah (Baitullah, "rumah Tuhan", bangunan sederhana berbentuk kubus di tengah Masjid Al-Haram, yang konon dibangun Nabi Adam dan dibina kembali oleh Nabi Ibrahim)
- sa'i, berlari kecil tujuh kali antara bukit Safa dan Marwah; mengingat larinya Hajar untuk mencari air buat bayi kecilnya Ismail, selepas ditinggal sendirian di lembah kering Makkah oleh suaminya Ibrahim atas perintah Allah)
- diakhiri dengan tahallul, mencukur rambut, melambangkan diperbaharuinya hidup

Buat saya, perjalanan ini bukan cuma religius tapi juga romantis.
Saya mencintai Tuhan, dan saya akan mengunjungi rumahnya!
Saya mencintai Nabi Muhammad, dan saya akan mengunjungi kotanya (Madinah)!
Saya mencintai Nabi Ibrahim, dan saya akan mengunjungi tempat ia pernah berdiri saat membina kembali rumah Tuhan hingga konon telapak kakinya tercetak (maqam Ibrahim)!
Saya mencintai sejarah, dan saya akan mengunjungi salah satu bangunan tertua di dunia (Ka'bah)!
Hati saya berdebar dan kerinduan itu semakin menyesakkan hati...

Labbaik Allahumma Labbaik!
Ya Allah, aku datang memenuhi panggilanmu!

di Kyoto

Nara - The City of Temples
Bangun pagi di Kyoto dengan kaki sakit. Betis gw pegel banget ga bisa gerak... Padahal udah pengen pipis!! Untung pintu WC nya pas depan pintu kamar gw. Terseok2 jalan ke WC yang jaraknya cuman 3 m berasa 300 m *lebay*

Oia, sebelumnya mau cerita dulu, malemnya dari stasiun Kyoto ke Hostel kita jalan kaki sambil geret koper selama 10 menit!! Mayan jauh. Abis mo naek taxi, petugasnya kagak bisa engrish. Ditunjukkin print-an peta ama alamat hostel, dianya ga bisa baca huruf latin. Yo wislah... kita jalan aja. lebih aman.

Tapi mbak petugas taxi nya ngerasa ga enak ngeliat kita ngeloyor pergi, trus dia nanya apa gitu.... Akhirnya gw bilang "daijobu... daijobu.... we will walk" sambil pake bahasa tarsan lagi... Eh dia bungkuk2 sambil minta maaf, segitunya......


Balik lagi ke acara pagi. Hari kedua, jadwal kita ke Nara. Mau liad kuil2 disono... Liad2 brosur pariwisata nya yang diembat di sta Kyoto kemaren. Kita putuskan naek kereta JR dengan tiket terusan, soale jauh dan rada mahal.

Oke, berangkat jam 9an ke stasiun, mampir di mini market dulu beli sarapan. Gw pengen makan onigiri, tapi ga tau isinya apa... Jadi gw tanya lah pake bahasa tarsan lagi "Gyuu?" sambil nunjuk2 onigiri nya, dia bilang bukan. "Ebi?" bukan juga, Mikir keras gw, mo bilang ikan bahasa jepangnya apaan ya??? Akhirnya nemu juga, "Sakana?" eh dia geleng juga. Trus, gw ditunjukkin yang Sakana yang mana.... Yo wis lah... bia cepet!!

Sampe stasiun kyoto, kita poto2 dulu.... di depan monumen Astro boy!!

Keliatan ga gw nya? eh, Astro boy nya?

Kayakna Tezuka Sensei asalnya dari Kyoto ya? ampe di abadikan sebagai icon Kyoto. Trus poto lagi di depan posternya. Ini poster udah gw taksir dari kemaren...... Cuman ga bisa diembat

Sumpe, Kereeeeeeennn!! *posternya, bukan kita*

Puas poto2, kita langsung cari kereta menuju NARA. Seperti biasa, nanya sama petugas stasiun, ditunjukin lajur berapa. Dan ga lama nunggu, keretanya dateng.

Gedenya pantat gw *ga penting*

Karena berangkatnya udah siang, jadi stasiun udah mayan sepi, dan kita dapet duduk. Kereta ini isinya turis semua... Ada orang China, Bule dan Negro.. Seperti biasa, kita poto2 gantian dalam kereta. Eh, mbak2 dari China nawarin mo motoin kita bareng2....

Saingannya Trio macan

Sesampenya di stasiun Nara, kita jalan menuju tempat kuil2 itu. Wrong Choice!! Nara panas terik! dan jalannya nanjak abis!! So, semua payung dan topi  pun dikeluarkan. Belon juga nyampe kuil terdekat, kita malah liad ada shopping street. Dan beloklah kita ke pertokoan itu.... Hasrat belanja langsung menggelora.... LOL.

Liad toko Kimono, mupeng pengen beli. Tahan diri dulu. Ada toko sovenir juga..... Bimbang gw... Akhirnya gw putusin untuk beli minum aja di vending machine hehehe. Murmer!!

Akhirnya sampe juga kita di Kohfukuji Temple. Kuil Budha yang masuk dalam 'World Heritage' nya UNESCO. Yang pertama2 dilakukan adalah nyari tempat yang jualan omamori. Hiyaaa.... semuanya pake huruf kriting, jarang yang ada tulisan engrish. Yowis, ntar di tempat laen aja deh....

Ga lupa, poto2....
Mmmmm... Pipit sama Sofie, seneng ama binatang. So, mereka beli makanan rusa tus ngasih makan rusa2 yang berkeliaran di kuil itu, sambil ngelus2 mereka.

I am not animal-lover!! *so, gw nyingkir aja deh!!*

Lanjutkan perjalanan ke Todaiji temple. Sebenernya kaki udah ga mau diajak jalan. Tapi mo naek bis juga kayaknya nanggung... *ga mau rugi dot com* Ya udin, jalan aja deh!!...... setengah jam kemudian baru nyampe. Panas terik matahari, jalan nanjak di Nara National Park. Minuman abis 2 botol....

Akhirnya sampe ke Todaiji Temple. Rame banget!! banyak rombongan anak sekolah. dari SD, SMP sampe SMA..... Mereka kayaknya udah mau musim liburan sekolah deh. Jadi ada study tour gitu...

Ini bukan gerbang kuilnya, cuman rumah biasa.
Tapi gw pengen poto aja hehehehe

Banyak toko sovenir di sepanjang jalan, jadi perjalanan terganggu mulu sama adegan belanja. Akhirnya, nyampe juga lah di gerbang kuilnya.

Foto2 gw di Todaiji temple ga ada yang bagus
*mudah2an para fans semua ga kecewa*

Ini kuil juga kuil Budha, isinya patung Budha segede gaban!! ama patung2 shogun dan dewa2 gitu deh. Konon kabarnya ukuran kuil ini cuman 2/3 dari ukuran aslinya *FYI, kuil ini hasil renovasi tahun 1600an* Bujug dah!! berarti aslinya ni kuil gede banged.

Selese liad2 kuil dan belanja, kita ngaso bentar di taman. Ada rombongan anak SMP deket kita, ribut banget. Trus, 1 cewe itu nanya ke gw, pake bahasa
Jepang. Gw kagak ngerti, gw ajak ngomong engrish, dia ga ngerti juga. Trus dia tanya, "Doko?" nah, kalo yang itu gw tau hehehehe....
Gw tanya mereka darimana? mereka bilang "Japan!!". Yey!! kalo itu mah gw juga tau..... pipit nanya "Kyoto?" eh dia bilang "Tokyo".... O pantesan....

Trus temennya nanya "Karey Raisu.... Oishi??" gw senyum trus bilang "Oishii..... Takoyaki Oshii" Eh, dia seneng banget sambil teriak2 manggil temennya!! hehehehehe.... trus rombongan itu dipanggil gurunya deh...

Sambil istirahat, liatin ikan koi di kolam... gede2 booo.... Pipit masih punya makanan rusa, gw pake buat ngasih makan ikan.... Eh rusanya ngambek.. jaket gw di tarik2. Dan gw menjerit histeris!! Deuuuu, segitunya sama rusa aja... gemana kalo ketemu harimau ya??

Lanjutkan perjalanan... Makan siang telat, di stasiun Nara. Bingung milih restoran, bingung milih makanan..... Booo, mo makan aja lama.....

Menu makan siang gw... Rice bowl lagi. Kali ini Beef rice bowl.

Abis makan enak dan kenyang!! *kayaknya gw doyan nih, ama rice bowl* Lanjut perjalanan ke Horyuji Temple, naek Bis. Ternyata Jauh Boooo.....
Jauh banget!! ongkos bisnya aja ampe abis 760 yen. Nyampe sana udah ampir jam 5. Kuilnya udah tutup. kita ga bisa masuk ke dalem...

Ya udin, poto2 diluar aja deh....


Berhubung kuil na udah sepi, jadi........ Langsung bergaya gila2an. yang loncat lah... yang gaya centil lah.....


Keliatan ga, patu baru gw... *ga penting*

Puas poto2, kita pulang... *lagian gerbang2 kuilnya udah mo ditutup ama para biksunya. Yo wis, jalan aja ke halte bus yang tadi. Eh, dijalan nemu vencing machine yang ada gambarnya papi Takuya..... Langsung pengen di poto....

Hikkie... poto ini untuk mu.....

Ampe di halte bus, liat jadwal rute bus.... ga ada satupun yang bisa bawa kita balik ke arah Nara. Lha? piye tha?? Akhirnya kita putusin ke stasiun kereta terdekat aja. Liad peta. Dapetlah stasiun Oji. Kita cari bis nya... Setelah menunggu 20 menit, dateng juga.... Alhamdulillah.... Udah takut ga bisa pulang gw, mana ini tempat jauh dari mana2...

Sampe stasiun Oji, ada super market. liad2 lah kita.... Beli puding mangga harganya 100 yen. Berasa murah.... Pas di kasir, ditanyain mau pake plastik kresek ga?? Gw geleng sambil ngeloyor pergi... *abis cuman beli 1 macem. lagian bisa masuk ditas* Bo... tau2 gw dipanggil2 dan dikejar ama mas kasir... trus gw dikasih duit 2 yen. Bingung gw... ini apaan ya? kembalian? Perasaan harganya 100yen kok. Gw ngasih uang pas kok. Tau2 kejadian yang sama dialamin sofi juga.... Dikejar bo, ama Mas nya buat ngasih duit 2 yen... Akhirnya kita simpulkan kalo harganya 98 yen.

Ga lama gw liat kayak ada leflet gitu yang bilang kalo kita ga minta kresek dari supermarket itu, maka kita dapet diskon 2 yen......
Ooooooo Go Green!!!

Lanjut!! naek kereta ke Kyoto. Ganti di stasiun Osaka. Booo.... kereta penuh banget kayak sarden. Padahal udah jam 9 malem.... Orang2 Jepang pulang kantor jam segini?? Bujug dah!!! Gw udah kepepet ke gencet di deket pintu.
Yo wis, pasrah aja deh... Salah strategi nih!!

Sampe stasiun Kyoto jam 11an. Lagi jalan sambil mikir2 mau makan apa... Tau2 liad tulisan Kyoto Sky garden.... Menarik neh!!
Langsung berubah haluan, ke atas!! Lantai 11. Ini stasiun berapa lantai sebetulnya sih??

Nemuin spot2 lucu dan bagus buat poto2....
Background nya Kyoto Tower


Langsung dijadikan ajang uji coba camera. Kalo mode gini hasilnya gemana... kalo gitu gemana.. kalo pake blits gemana, kalo otomatis gemana... Puas deh gw jadi model....

Kyoto sky garden yang bermandikan cahaya....

Perut udah manggil2 ga tahan..... Akhirnya kita cari makan. Beli Okonomiyaki di restoran Dongburi. Restorannya keliatan mahal dan rame banget. Kita disuruh nunggu, sebelum dapet giliran. pas lagi nunggu, ternyata koki nya cakep2..... masih muda2 dan tinggi2... gw ama pipit ampe toel2an... Alhamdulillah... pas yang dateng ngelayanin kita pas yang cakep. *bukan yang paling cakep sih... tapi dia udah masuk cakep jugalah...*

Sayang, ga ada foto Mas nya, cuman Okonomiyaki nya.... Gomen

Hari kedua sungguh menyenangkan. Ga banyak interaksi ama orang lokal dan ga ada kejadian lucu sih, secara kita perginya ke daerah turis....
Tapi so far...... I am having fun here!!
Masih tertarik menunggu lanjutannya guys?........



Blog EntryHitori BenkyouJun 10, '10 4:36 PM
for everyone
Malam pertama di Jepang, gw nyaris ga bisa tidur.... Jet leg kah? Kayaknya Bukan.Tapi karena Guest-house gw tempatnya dipinggir jalan gede yang ada flyovernya, Jadi berisik banget. Banyak kendaraan2 gede lewat.

Akhirnya gw putusin untuk bangun aja jam 5. Matahari udah muncul, tapi orang2 di guest-house belon ada yang bangun. On-line bentar, Beres2 koper. trus mandi deh.Jam 7, kita mutusin buat keluar, jalan2 keliling lingkungan sekitar sambil poto2

Poto di depan guest house
*Kayak hotel jam2an ga sih??*

Keliling2 seputaran daerah Sakuragawa, masuk combinis *kalo di indo mah namanya Mini Market* Liat brosur konsernya Trio Macan *ehm.... maksudnya 3 voices, sempalanya TOHOSHINKI* yang baru aja konser di Osaka 2 hari sebelumnya. Sesuai saran teman2 langsung di embat aja.....


Ngelanjutin jalan lagi, berbekal peta dan pede.... Nyari2 yang namanya america mura, katanya toko souvenir..... Daaaan, nyasar lah gw. :p

Kebingungan liad peta, nyari america mura

Nanya sana sini, masih kepagian, jarang orang lewat.... dan ternyata masih pada tutup toko2nya. Yo wis deh, nyerah. Balik lagi aja ke guest house.


Dalam perjalanan pulang, gw kagum liad bersihnya sungai di Osaka. Kota
sebesar dan se-crowded ini, masih bisa menjaga kebersihan sungai. ckckckck......
Osaka river *Ga tau namanya apaan*

Trus, kayaknya gw nemu bangunan semacam kuil kecil, langsung pengan poto.
Lagi asyik bergaya, gantian... Kok orang2 pada ngeliatin?? kenapa ya?

Gw curiga, ini bukan kuil deh.... *tapi bodo amad*

Sesuai rencana sebelumnya, kita pun check-out dari guest house, nitipin koper2 kita dan berangkat ke Osaka-jo (Osaka Castle) naek subway.
Perjalanan kali ini lumayan sukses. Cuman sekali nanya ama petugas di stasiun Sakuragawa, di kasih peta subway nya. trus dibilangin suruh ganti kereta dimana. Dan diajarin juga gemana cara beli tiket......
Sukses!!! Sampelah kita ke stasiun Morinomiya. Katanya ini paling deket ama Osaka-jo.

Ternyata jalannya mayan jauh booo.... Nanjak pula.
Ga lama nemu peta Osaka-jo. Seperti biasa poto dulu....

Akhirnya, sampe juga.....

Areee.....??? Ternyata masih jauh juga masuknya. LOL.... Jalan lagi lah kita...
Nanjak lagi.... Hah-heh-hoh terengah2..... Tapi masih tetep poto2 narsis....

Berhubung yang punya kamera pipit, jadi Gw ama Sofi mulu yang dipoto

Ada kejadian lucu, pas di Osaka-jo (Osaka Castle) itu.
Pas kita lagi baca peta sambil diskusi jalur, ada ibu2 yang manggil2 dan mau nunjukin jalan ke Osaka-jo. Kita sih seneng aja, cuman sang ibu itu nyerocos pake bahasa Jepang.... sambil bilang wakaru ?......wakaru ?....
Gw jawab aja "Wakanai" sambil geleng2 hehehehe....

Trus dia tanya "Doko?" Gw jawab Indonesia.... dia bilang "Ah sou....."
Trus dia nyerocos lagi dan muka kita udah bingung sambil pengen ketawa....
Eh dia nunjuk2 ke Gw sambil bilang apa gitu, yang gw tangkep cuman Nihonggo ama Sekuru (mungkin pertanyaannya "bisa bahasa Jepang? belajar dari mana? Sekolah??). Gw bingung trus ku jawab pake bahasa tarsan, kalo bisanya cuman dikit banget!! sambil ngomong "hitori benkyou" (maksudna belajar sendiri) *ngarang dot com*. Eh si ibu ngerti... Dia manggut2 hehehehe

Alhasil dianterin kita ama dia ampe pintu masuk Osaka-jo, dipoto2in juga...

Bergaya narsis ama Pipit

Ga lupa bilang Arigatou Obaa-chan!! sambil bungkuk2 hehehe....
Naeklah kita ke Osaka-jo. Sayang ga boleh poto2. Jadi cuman beli sovenir deh!!

Pulangnya nyobain makan Takoyaki asli Osaka!! *cieee....* Agak beda rasanya, ga kayak yang gw makan di Jakarta. Ga ada mayonaise na


Takoyaki Asli Osaka!! Dijamin!!

Terus, kebingungan cari makan siang. Takut ada babi nya, akhirnya nanya "Chiken?" trus ditunjukin yang ini

Apaan ini namanya?

Udah kenyang, pulanglah kita. Lewat jalur yang laen beda ama pas berangkat.
Tujuannya ke Stasiun Osaka-jo koen. Jalan melingkar lewat utara.
Eh, ketemu cewek jepang ngajak ngomong bahasa Indonesia. Wuih!!! Seneng banget!!. Pernah 1 tahun tinggal di Bali katanya....

Lewat jalan samping nya Osaka-jo Hall, kita liat truck tour nya Koda Kumi.....
Langsung pengen poto aja!! Pas lagi poto2, ada Kakek2 menawarkan diri mo moto-in kita. Sambil nanya tau Koda Kumi ya? (kurang lebih gitu pertanyaannya deh). Kita manggut2.... Trus dia bilang katanya konsernya besok lusa.... Oooooooooo

*makanya V6 konsernya pindah ke Kobe*
Pulangnya, sukses naek kereta JR ke stasiun Namba, ternyata stasiunnya beda ama yang kemaren. Nyari2 potonya Tetsuji ga ada..... Hiks!!
Yo wislah, segera ngambil koper dan berangkat ke Kyoto

Kereta ke Kyoto mulai penuh *mendekati jam pulang kantor soale* Untung masih dapet duduk.

TKW dari Indonesia :p

Cuman pas pindah kereta, udah ga dapet duduk lagi. Alhasil, berdirilah gw selama 45 menit!! Pegel boooo!!!

Nyampe Kyoto jam 7an, pas bubaran kantor... Stasiunnya rame banget dan penuh.
Kebingungan kita geret koper sana sini... nanya petugas, dan ditunjukkin jalan keluar. Sampe Kyoto udah malem...!! Liat Kyoto tower bermandi cahaya...



Blog EntryYokoso KansaiJun 9, '10 7:59 AM
for everyone
Alhamdulillah udah nyampe Osaka kemaren malem, ...
Bandara udah sepi, jadi bisa bebas poto2 ga jelas

Sialnya camera gw tiba2 bertingkah, tau kenapa jadi muncul garis2 gitu...
Sampe penginapannya jam 12 malem. hehehehe..
Soale salah naek kereta, jadi pas transfer di stasiun Namba kita kebanyakan jalan dan kebanyakan nanya... mana koperna gede2 lagi....
Naek turun tangga, bujug dah!!! *pantesan orang jepang kurus2 yeee??*
Kalo dipikir2 lagi mendingan gw jalan aja ke Guest house tanpa harus ganti kereta
*Dr stasiun namba ke guest house kayaknya lebih deket daripada  pindah jalur kereta*

Tapi exciting deh!!
orangnya ramah2 semua, walopun pada ga bisa bahasa inggris.
Gw ngomong inggris, dijawab bahasa jepang hehehehe
Sungguh percakapan yang aneh.

Segitu dulu ntar potona menyusul!! *dari kamera nya pipit, bagus2!!*
Arigatou Gozaimasu!!
Mmmuach!!


Oia lupa, pas di stasiun Namba, Gw seneng banget liad posternya Tetsuji Tamayama segede gaban. ampe deg2an.... *ganteng banget rambutna gondrong kayak di sunao*
Langsung pengen poto aja, cuman berhubung lagi nyeret koper, jadi ga jadi deh...
Maybe next time...
Bang Tetsu, tunggu aku ya...


Blog EntryOmamoriJun 2, '10 5:30 PM
for everyone
Lagi iseng2 browsing omamori, just to get an image of what kind things I'll be looking at Kyoto.Ga sengaja nemu situs ini..... Ga tau lokasi kuilnya dimana, sepertinya bukan di Jepang, tapi mereka jual omamori online....
Well, lumayan bisa buat ancer2 gw.... kalo lagi wisata kuil...


Enmusubi Omamori
To find and maintain the best relationship in life


Gakutoku Omamori
for succesfull studies
Kosazuke Mamori
for family wishing to have a baby
(I think I'll need one for myself)


Dan masih banyak macemnya lagi....
Mudah2 ga ketuker2 ntar pas nyari di kuil....

So, kalian mo yang mana?


 

Blog EntryOtanjoubi OmedetouAug 30, '08 8:23 PM
for everyone
Secara saya (menurut Noeke, sahabat saya) termasuk katagori 'JAPAN FREAK', saya bukan hanya cinta dengan budaya pop Jepang, tapi saya juga sangat tertarik dengan sejarah  kerajaan Jepang dan seluk beluk suksesinya. Terlebih lagi dengan polemik yang beberapa tahun lalu bergulir seputar suksesi dan calon pewaris tahta Jepang. Boleh dibilang saya penasaran dengan suksesi yang berlangsung di Jepang yang mewarisi tahta Seruni yang sudah berumur 200 tahun yang merupakan kerajaan tertua di dunia.
Seperti yang diketahui, bahwa beberapa tahun yang lalu kekaisaran Jepang merasa cemas karena dari semua putra kaisar yang sudah menikah belum ada satu pun yang melahirkan bayi laki-laki. Putra Mahkota Pangeran Hiro (Naruhito) dan Istrinya Putri Masako, baru memiliki 1 orang anak Putri Aiko  yang imut2. Putri Masako ini dikabarkan pernah stress berat karena tekanan dari banyak pihak agar dia segera punya anak laki-laki, sampai merasa perlu berobat ke negeri Belanda segala.
Sampai akhirnya tanggal 6 September 2006, Putri Kiko, istri Pangeran Aya (Akishino)-adik putra mahkota, melahirkan anak ketiganya yang berjenis kelamin Laki-laki. Dan segera ditabalkan sebagai calon pewaris tahta ke empat. Kelahiran cucu keempat ini diharapkan bisa menghentikan polemik yang beredar di kalangan politisi Jepang mengenai sistem kekaisaran Jepang.

Beberapa politisi yang ber'mahdab' konservatif masih mempertahankan supremasi kaisar laki-laki dengan alasan  menjaga kemurnian darah Kaisar *halah*..... Padahal ibu calon kaisar baru adalah seorang rakyat biasa yang ayahnya profesor di Gakushin University. Sedangkan istri Kaisar yang sekarang (Putri Michiko, istri Kaisar Akihito) pun "hanya" putri pemilik pabrik penggilangan gandum terbesar di Jepang, Nisshin.  Jadi kemurnian apa lagi yang diharapkan.

Sementara kubu modernis mendukung diangkatnya kaisar perempuan di masa depan, mengingat pernah ada seorang kaisar perempuan yang memimpin Jepang di masa Dinasti Tokugawa. Lagian hari gini masih mempersoalkan tentang kepemimpinan seorang perempuan. *Nggak banget gitu loh*

Di masa dunia mendorong partisipasi perempuan dalam kehidupan politik, dan Jepang pun sedang gencarnya meningkatkan jumlah perempuan yang terlibat langsung ke panggung politik, rasanya absurd kalo pola pikir ini masih ditemukan.

Hukum kerajaan dan adat istiadat yang berlaku di Jepang, mewajibkan seorang perempuan yang sudah menikah untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada suami dan keluarganya. Hal ini terjadi pada Putri Masako yang sebelum menikah adalah seorang diplomat cemerlang Jepang, sekarang 'hanya' bertugas menemani Pangeran Hiro. Banyak yang beranggapan bahwa Sang Putri berkorban sangat besar dengan menikahi Putra Mahkota.

Sementara itu Putri Yasuko - sepupu Kaisar Akihito kehilangan gelar kebangsawanannya karena menikah dengan  cucu mantan perdana menteri Jepang yang notabene 'cuman' rakyat biasa.

Berbagai wacana tentang kepemimpinan Kaisar Wanita ini, cukup membuat Perdana Menteri Jepang bingung, hingga membentuk tim khusus beranggotakan 10 orang untuk mengkaji peraturan perundang-undangan mengenai hal ini. Tetapi dengan lahirnya Pangeran HISAHITO, polemik ini nampaknya akan berakhir.

Yang bikin saya heran, teknologi kedokteran di dunia dan Jepang kan sudah sangat maju, kenapa tidak memanfaatkannya untuk melakukan rekayasa hingga Putra Mahkota bisa memiliki anak laki-laki (kalo hal itu memang dirasa sangat mendasar).

Eniwei, Otanjoubi omedetou Tenno