link: Mananging Consultant

Cari Blog Ini

Selasa, 05 April 2011

Uni Emirat Arab

Al-Ain City, Uni Emirat Arab oleh Saryadi Nilan sumber: Kompasiana


Pada setiap artikel yang aku tulis khususnya tentang negara emirat,aku sering menulis kata Al-Ain atau kota Al-Ain.bagi sebagian orang mungkin bertanya-tanya dimana kota Al-ain berada…?kenapa harus Al-Ain ,kota Al -Ain memang tempat tinggal dan bekerja ku selama di emirat.di kota kecil yang penuh dengan kedamaian hati.kota ini memang tak seramai Abu Dabhi apalagi Dubai.inilah sekilas tentang kota Al-ain.
AL-Ain dalam bahasa arab ber arti musim semi,dan juga berarti mata.di kenal juga sebagai kota kebun yang hijau atau kehijauan.Al-ain adalah kota terbesar ke dua di Abu Dabhi dan terbesar ke empat di negara uni emirat arab.Al-Ain terletak di 160 km di bagian timur Abu Dabhi dan 120 km di bagian selatan Dubai.
Al-Ain adalah tempat di lahirkanya presiden pertama uni emirat arab yaitu Sheikh Zayed Bin Sultan Al Nahyan,yang sangat di cintai dan di hormati oleh seluruh rakyatnya.kota Al-ain berbatasan dekat sekali dengan oman apalagi bagi yang tinggal di Al-Qattara hanya sekitar 1200m.kita bisa melihat negara oman dari kejauhan yaitu di Hili Border.
meskipun terletak di tengah gurun pasir kota ini cantik sekali banyak pohon,bunga warna-warni dan beberapa air mancur,atau oasis di sepanjang jalan.bunga warna -warni dan pohon palem menghiasi sepanjang pembatas jalan dan trotoal serta bundaran(roundboat).
tempat-tempat wisata di Al-Ain memang tidak sebanyak Dubai atau Abu Dabhi.tempat-tempat wisata di Al-Ain antara lain:

*jabel hafeet yang tingginya 1340 m merupakan gunung tertinggi di emirat dan satu lagi namanya jabel Ali kalau gak salah di Sharjah.
*AL-ain musium.
*Al-Ain Zoo
*Al-AIn oasis
*hili fun city yaitu arena bermain untuk bersenang -senang kalau di jakarta seperti Dufan.


Hotel-hotel antara lain:
*AL-Ain Rotana Hotel 5***
*Mercure Grand Jabel Hafeet Hotel 5***
*Hilton Internasional Hotel 5***
*Inter Continental Hotel 5***
Bagi yang senang berbelanja ,ada beberapa tempat belanja yang menarik untuk di kunjungi selain murah kwalitasnya juga bagus .antara lain:
*Al-Ain city center di pusat kota Al-Ain
*AL-Ain mall
*Al Bawadi mall
*Al Jimi mall
*Al Safa


Universitas di Al-Ain cukup banyak karena AL-Ain memang di khususkan sebagai pusat pendidikan,kebanyakan milik pemerintah di antaranya:
*United Arab emirat university
*Abu Dabhi University(Al-Ain campus)
*High colleges Of Techonology

*Al-Ain University of Sceience and techonology
demekianlah sekilas tentang Al-ain city.semoga berguna untuk anda semua khususnya bagi yang suka traveling jangan lupa kalau ke Dubai atau Abu Dabhi mampir ke kota Al-ain.

(*_*)

H Khan Khalily, “Made in China” oleh : Bisyri
Khan El Khalily, Kairo
Mumpung doktor Al-Azhar sedang tidak hadir, terbesit dalam fikiranku untuk jalan-jalan di bazar khan el khalily yang terletak tepat di depan kampus dan masjid al-azhar Cairo. Bazar khan khalily menjadi tempat favorit para turis asing untuk berbelanja aneka souvenir yang berbau Mesir, entah baju seperti model untuk penari perut, replika fir’aun atau nefertiti termasuk juga cleopatra, piramid, spinx dan lain-lain.
Aku berjalan menyusuri parkir mobil dibelakang al-azhar, ku lihat di sana ada beberapa mahasiswa mesir yang sedang asyik ngobrol bersama temannya, ku ucapkan salam saja sebagai bentuk rasa hormatku kepada orang yang duduk dari orang yang berjalan. Budaya salam sudah menjadi tren masyarakat mesir, mereka yang beragama kristen ortodok dari keturunan koptik juga sudah biasa menjawabnya.
Memasuki masjid al-azhar aku disapa sahabatku dari malaysia bernama raifi, dia sudah hafal al-qur’an dan masuk di fakultas syariah S2. Aku kenal dengannya sewaktu dulu pernah ngaji al-qur’an bareng di masjid Husein tempat dimakamkannya kepala imam Husein. Setelah ngobrol sebentar, ku lanjutkan memasuki masjid untuk menunaikan sholat dhuhur terlebih dahulu. Ku lihat para sahabatku, fajar, burhan, hafidz dan ada 3 orang yang tidak ku kenal namanya sedang asyik membahas mata kuliah dipelataran masjid yang asri.
Sebelum ke Khan el khalily, aku ingin mengisi perut yang sedari tadi pagi masih kosong, ku pilih tempat kesukaannku yang bernama Ega. Tempat ini pernah nongol di filmnya kang abik “ketika cinta bertasbih”, ketika khoirul azzam hendak membeli kedelai dan sedang tawar menawar disebuah toko, inilah tempat itu, sangat sederhana. Aku memesan isy, ega, tho’miyyah, full dan sawabi’. Kadang aku berfikir “seandainya aku melakukan seperti yang khoriul azzam lakukan di tempat ini dan aku abadikan dengan video lalu ku beritahukan kepada teman-temanku di Indonesia, pasti mereka heran..tapi untuk apa juga, gak ada gunanya”.
Setelah kenyang aku menyusuri jembatan penyeberangan bawah tanah yang ada disamping masjid al-azhar, keluar dari jembatan ku lihat ada pemandangan lain yang tidak biasa, seorang polisi penjaga bersama anjing pelacaknya sedang membaca al-qur’an dengan santai, suatu pemandangan yang tidak kutemukan di indonesia. Aku sudah beberapa kali menemui pemandangan seperti itu namun sampai saat ini belum pernah sempat mengabadikan dalam bentuk foto.
Inilah khan khalili. Tempat yang menurutku sederhana namun gaungnya menggema ke seluruh dunia, siapapun orang yang pernah ke Mesir, pasti akan tahu tempat ini. Sayangnya beberapa bulan yang lalu ada insiden yang membuat tempat ini sekarang penjagaannya sangat ketat, insiden pengeboman pada bulan desember akhir 2008 oleh golongan yang tidak suka dengan kedatangan turis asing.
Dulu waktu pertama aku memasuki areal ini, semua barang yang aku bawa selalu diperiksa oleh polisi termasuk hanphone dan passportku, namun karena seringnya melewati kawasan ini, sekarang hanya menunjukkan kartu mahasiswa al-azhar, lagian wajahku juga tidak menunjukkan model teroris, teroris dari mana wong badannya kecil.

Aku mulai berkeliling di bazar khan el-khalili, pemandangannya memang menarik sekali. Sayangnya saat ini masih siang, jadi masih terlihat agak sepi, geliat ramai akan semakin menjadi kalau malam sudah
hadir. Memasuki gerbang utama langsung disuguhi resto ala perancis dan akan ada beberapa pelayan yang menawarkan menu makanan orang-orang yang lewat.

Aku terus berjalan dan melihat-lihat barang dagangan. Sejak awal niatku memang sekedar jalan-jalan, mungkin lebih tepatnya, melihat orang yang melihat. Ku lihat ada beberapa turis entah dari negara mana sepertinya dari yunani, kulitnya bersih putih dengan perawakan yang tidak terlalu tinggi sedang memilih patung-patung kecil ada yang memegang piramid, ada juga fir’aun dengan tangan menyilangkan ke dada.
Tiba-tiba ada seorang penjual menyapaku :”andunesi wala malesi?”,”indonesia atau malaysia?”, “andunesi ya am”, jawabku. “murah…murah…”, lalu dia menawariku dengan bahasa indonesia. Orang-orang penjual di sini memang rata-rata mengerti semua bahasa, aku kadang juga heran. Ada orang rusia, menawari dengan bahasa rusia, turki dengan bahasa turki, perancis dengan perancis dan seterusnya.
Khan el Khalili

Aku akhirnya melihat satu persatu souvenir yang ia jual. Ku bolak balik dengan teliti, ternyata semuanya “made in China”. “yah..ternyata semuanya buatan China”, batinku. Orang Mesir memang kurang kreatif
untuk urusan-urusan seperti ini.

Semua produk yang dijual di Mesir kebanyakan memang dari china. Mesir  benar-benar kebanjiran produk buatan china, aku pernah juga berkeliling ke pertokoan di kawasan Tahrir waktu mencari jaket dan baju, ku lihat hampir 95 % (untuk tidak mengatakan keseluruhan) produk yang dijual, semuanya made in China. Begitu juga di khan el khalily ini, semuanya dicomot dari negeri bambu itu.
Aku berfikir ngapain beli souvenir-souvenir ini sekarang toh aku di negeri kinanah ini masih lama, masih banyak yang harus aku beli selain barang-barang kecil seperti ini. Akhirnya ku putuskan pergi ke maktabah Darussalam dekat kawasan khan el khalily. Toko darussalam ini memang toko yang sangat terkenal bagi kalangan mahasiswa, kualitas cetakan mereka sangat bagus, aku sering mendapati kawan-kawan mahasiswa membeli kitab dalam jumlah besar dan dikirim ke indonesia untuk diperdagangkan kembali. Aku membeli satu buku kecil sebagai bacaan teman sepiku.
Ketika hendak pulang, ku lihat dari jauh di pelataran masjid Husein ada cewek Mesir sedang menggaet seorang turis dan menerangkan sambil menunjuk-nunjuk dengan jarinya yang mungil. “perempuan Mesir emang benar-benar cantik”, pikirku. Aku memasuki al-azhar kembali sambil menunggu adzan ashar, ku buka al-qur’anku dan mengulang hafalan yang pagi tadi aku hafal. Entah sengaja atau tidak, aku juga melihat (bukan lagi melirik) turis-turis yang asyik mengambil foto menara masjid yang sangat tua ini. “ternyata cewek bule kalo pakek kerudung kelihatan sangat anggun dan cantik”, pikirku lagi. Aku terlarut  dalam hafalanku.
Sahabat kompasianers…nanti jam 7 pagi saya akan menghadapi ganasnya ujian di universitas Al-Azhar. Mohon doa restunya, semoga sukses dan berhasil. Doa dan dukungan para sahabat  sangat berharga sekali. Terimakasih.
Bisyri Ichwan, Seorang yang ingin sukses study di universitas Al-Azhar Cairo Mesir.
(*_*)
IBalon Udara di Langit Parramatta
Hot air baloon at Parramatta park
Australia Day setiap tanggal 26 Januari dirayakan dengan berbagai macam acara. Salah satunya dengan pelepasan 18 balon udara raksasa di langit Parramatta.
Parramatta adalah suburb (semacam distrik atau kecamatan) yang terletak 23 kilometer sebelah barat pusat kota Sydney. Perayaan Australia Day dengan melepaskan balon udara sudah menjadi tradisi di Parramatta sejak tahun 1985. Acara ini dimulai sejak jam enam pagi, ketika fajar baru saja menyingsing.
Untuk dapat menikmati pemandangan spektakuler ini kami harus bangun pagi-pagi. Jarak dari rumah saya dengan Parramatta Park, lokasi pelepasan balon, sekitar setengah jam berkendara. Dari jalan yang kami lalui sudah tampak beberapa balon raksasa yang mengapung anggun di udara. Kami tiba di lokasi sudah jam tujuh pagi. Begitu kami berjalan dari tempat parkir ke Parramatta Park yang begitu besar, semua balon sudah mendarat kembali ke tempatnya.
Untung masih ada balon-balon udara yang ditambatkan yang memang menjadi atraksi favorit keluarga. Balon ini boleh dinaiki dua orang dengan membayar masing-masing $5. Namun balon ini hanya melayang setinggi pucuk pohon saja, sekitar lima menit. Setelah itu balon kembali mendarat. Atraksi ini begitu diminati, tiket sudah ludes seminggu sebelum acara dimulai. Tidak benar-benar melayang sih, tapi setidaknya bisa mencicipi naik balon udara. Bandingkan dengan biaya naik balon udara beneran yang ditawarkan oleh beberapa operator, misalnya baloon aloft yang biayanya bisa mencapai $299 per orang. Tapi untuk yang satu ini, penumpang diajak melayang beneran selama satu jam melintasi tempat-tempat berpemandangan indah.
Sejak kecil saya bercita-cita suatu saat nanti naik balon udara, tidak hanya dalam lagu atau dongeng anak-anak saja. Sayangnya, anak saya tidak mau diajak. Jadilah saya mengurungkan niat mengantri tiket minggu kemarin.
Balon-balon udara yang berpartisipasi dalam Australia Day adalah milik perusahaan sponsor atau instansi pemerintah. Misalnya balon dari angkatan udara, dari yayasan kanker, dari operator baloon aloft dan dari produk perawatan perempuan. Yang terakhir ini unik karena bentuknya kotak, tidak seperti balon yang lain. Ternyata bentuk kotak rentan terhadap serbuan angin. Balon kotak milik merk Libra ini paling dulu melempem dan akhirnya benar-benar diturunkan dan dilipat.Balon Libra yang melempembendera sebagai fesyen
Pengunjung yang memadati Parramatta Park banyak yang memakai atribut bendera Australia. Tampak warna biru bendera dipakai sebagai kaos, topi, kacamata, bahkan sandal. Banyak juga yang mentatto wajah atau lengannya dengan bendera Aussie.
Selain balon udara, ada banyak atraksi di Parramatta Park. Ada pertunjukan sirkus dan permainan untuk anak-anak. Kira-kira seperti perayaan pasar malam sekaten di Jogja.
Malam nanti masih ada pertunjukkan kembang api yang diadakan di beberapa tempat, baik di Parramatta Park maupun di Darling Harbour, Sydney Olympic Park, Centennial Park dan beberapa suburb lain.
Tapi rasanya kami sudah kenyang melihat kembang api di Sdyney.
(*_*)

JTiket gratis/murah dari GFF. oleh Bambang Purwanto Sumber : Kompasiana.
Bulan Nopember 2009 yang lalu datang surat dari GFF (garuda frequent flyer) yang intinya mengingatkan penulis bahwa point yang diperoleh sudah cukup banyak dan mau diapakan? lalu penulis mencari informasi untuk Jakarta-Perth pp berapa point yang dibutuhkan? ternyata 30.000 sehingga dihitung-hitung point yang diperoleh penulis cukup untuk trip berdua dengan anak alias tiket berdua pp Jakarta-Perth gratis hanya dikenakan bayar pajak dan fuel charge saja alias murah, walau dibandingkan dengan penerbangan lcc (low cost carrier) sekalipun.
Kemudian dimulailah perburuan alias “booking ticket” cari waktu yang pas, ternyata tidak mudah cari waktu itu, ada yang brangkat “ok” tapi pulangnya “belum ok” atau sebaliknya, bolak balik kurang lebih 1 bulanan baru ada kepastian,  kuncinya ya harus sabar, mau tiket murah kok nggak mau sabar he he he.
Tanggal 14 Desember 2010 diperoleh tiket untuk dua orang dengan tanggal keberangkatan 12 Januari dan pulang 14 Januari 2010 jadilah mulai ambil jatah cuti tahun 2010 4 hari aja jadi masih 8 hari lagi. Tiba tanggal keberangkatan yang cukup menyiksa penulis karena jam 3 pagi kurang harus bangun terpaksa tidur di sofa takut kebablasan tidurnya dan  jam 3.30 berangkat ke airport cengkareng yang cukup jauh dari rumah penulis yang beda propinsi, jam 5 pagi sudah mulai ngantri “check in” lalu ngurus sticker bebas fiskal (anak dibawah 21 tahun bebas fiskal nggak perlu ngurus stiker ini) jangan lupa npwp di copy dulu dari rumah biar gak repot.
Lagi enak-enak ngantri ada anak muda yang nylonong aja, namun kena batunya dia belum ngisi kartu embarkasi akhirnya ditolak disuruh ngisi dulu, jadilah dia kemaluan eh malu ati ngumpet dibelakang ngisinya. Tanpa waktu lama kami sudah berada diruang tunggu iseng-iseng cek penukaran uang ternyata di airport cengkareng 1 AU$ sama ngan Rp 9.200 padahal di pasar raya blok m cuma Rp. 8.550 apalagi di airport denpasar Rp. 9.400 jauh bedanya jadi ya gak jadi mau nuker deh padahal dikantung masih ada beberapa lembar rupiah.
Perjalanan Jakarta-Perth diselingi transit dulu di Denpasar sekitar 30 menit, pesawat boeing 737 seri 800 menempuh waktu penerbangan Jakarta-Denpasar sekitar 1,5 jam,  lalu Denpasar-Perth  sekitar 3,5 jam, akhirnya jam 13.50 mendaratlah kami di Bandara International Perth. Waktu Perth sama dengan waktu Denpasar berbeda 1 jam dengan Jakarta.
Keluar dari garbarata kok jedul di pertokoan kayak bukan di terminal kedatangan saja, lalu kami terus ngantri di meja imigrasi, tanpa banyak pertanyaan pasport kami berdua langsung di stempel. Kemudia ngantri lagi urusan begasi, penulis berdua tidak bawa begasi hanya tas cangklok (backpack), maka tanpa kesulitan kami sudah berada diluar airport.
Celingukan cari meja informasi ternyata naik bis cepat kekota AU$ 18/pax dan naik taxi AU$ 39 (termasuk surcharge) jadi untuk 2 orang lebih murah ya pilih taxi lebih uenak lagi, sopirnya mas Amir anak muda keturunan Iran yang merantau ke Oz (singkatan Australia) dia minggu III Januari 2010 ke Bali jadi obrolan tanya jawab nyambung.
Perth selayang pandang.
Perth merupakan ibukota negara bagian barat Australia dengan penduduk sekitar 1,5 juta jiwa, dengan lambang “angsa hitam” dulu ibukotanya berada di Fremantel. Ikon atau tetenger kota Perth adalah “Swan River” sungai yang membelah kota Perth dengan lekukan yang mirip angsa sehingga dinamakan sungai angsa.
Kota-kota besar disekitar Perth adalah Boulder-Kalgoorlie, Fremantle, Bunbury, Geraldton, Albany dan Port Hedland, dari hasil ngobrol-ngobrol dengan mereka yang tinggal disana; dimasa depan kelihatannya Perth akan lebih memposisikan diri sebagai “kota tambang” dengan ditemukannya banyak banyak daerah yang mengandung tambang yang cukup ekonomis untuk diekploitasi.
Yang menarik bagi saya adalah jam kehidupan disana, toko-toko mulai buka antara jam 8 -9 pagi dan jam 6 sore sudah  banyak yang tutup (ada sebagian yang tutup jam 8 malam) sehingga suasana kota jam 7-8 malam sudah sepi. Hal inilah yang membuat kota ini cocok sebetulnya bagi mereka yang serius untuk sekolah disana, sayangnya  tidak banyak mahasiswa Indonesia kuliah disana, walaupun sebenarnya biaya kuliah tidak terlalu mahal sekitar AU$ 6.000 per semester, sewa apartemen/rumah mulai dari AU $ 150 per minggu, dan bayarnya tiap 2 mingguan mengikuti pola gajian para “blue collar” disana, biaya makan variasi kalau mau masak sendiri yang cukup murah.
Waktu yang pas kalau mau ke Perth ya tanggal “26 Januari” dimana digelar “Acara Australian Day”  yang ditempatkan dipinggir “Swan River”banyak kemeriahan  disana, salah satu yang menarik adalah “pesta kembang apinya”, dan pada bulan Januari ini merupakan musim panas jadi bagi wisatawan tidak mengalai kesulitan cuaca disini.
Menjelajah Perth tidak diperlukan waktu lama kalau mau ngubek 3-4 haripun rasanya lebih dari cukup. Penduduk pendatang cukup bervariasi dari Asia  umumnya yang paling banyak, penduduk asli Aborigin tidak terlalu berperan dan banyak cerita trenyuh tentang mereka; misalnya kalau masuk rumah orang lain “mengambil uang tunai AU$ 5 lebih dipilih daripada laptop” yang sama-sama tergeletak ditempat yang sama, juga kalau kepergok “ngangkut” bangku taman mereka ya beralasan nemu, mereka tinggal dikawasan perumahan “murah”.
Perjudianpun merupakan hal yang menjadi kesukaan penduduk disana hal ini dibuktikan dengan larisnya lotto yang dijual hampir disetiap agen koran/majalah dengan omset sekitar AU $ 10.000.000 per minggu (cukup besar bukan?), kasino besarpun tersedia di Boorswood dengan layanan ala Las Vegas. Olahraga yang digemari adalah; kricket, football, tenis dan soccer dimana masing-masing klub punya stadion sendiri, disini pemerintah tidak  terlalu banyak campur tangan.
Sambungan telpon seluler bagi pengguna handpone luar tidak masalah langsung tersambung dengan “telsta, vodafone maupun yes optus” tergantung area dimana kita berada, tapi kalau tinggal lebih dari satu minggu disarankan untuk beli nomer dan voucher lokal seharga AU$ 30 bisa lebih irit.
Penginapan di Perth
Sekitar 30an menit dari airport kami sudah sampai di losmen City Water, Terace Road 118 Perth 600, phone; 08 9325 1566, email; perth@citywaters.com.au, (losmen namun lokasinya hotel bintang 5 lho promosinya dan memang bener) letaknya persis didepan Swan River yang kesohor itu. Proses check in dilayani sama 2 orang mbah putri bule sepuh yang ramah banget kayak orang Jepang, langsung dapat kamar 106 dan mereka pesan kunci gak usah disimpan di resepsionis, alias dibawa aja soalnya jam 8 malam udah gak ada orang yang jaga lagi.
Losmennya cukup nyaman ada dapur lengkap dengan peralatan masak, ada kompor gas, mikrowave, lemari es, panci, piring, cangkir, gelas, sendok, garpu, kamar mandi air panas/dingin bisa berendam maupun pakai sower, ada tivi dua ranjang satu besar dan satunya kecil. Tinggal belanja bahan kebutuhan di supermarket buat makan pagi maupun malam. Kamar yang tersedia dari 1 kamar 1, 2, sampai 5 tempat tidur, harga sewa mulai AU$ 110 per malam (bisa bertiga, dibanding nginap di penginapan back packer AU$ 20 per orang, yang rasanya lebih enakan di City Waters (bukan promosi lho).
Lokasi losmen kami sangat dekat dengan Novotel maupun Sangrilha Hotel sehingga memudahkan kalu mau cari taxi, ada juga hotel Duxton dan ketiga hotel yang saya sebut ini jelas rate-nya cukup muahal.
Kenyamanan transportasi di Perth
Boleh dibilang Pemda Perth memang cukup memanjakan penduduknya dibidang yang satu ini, bayangkan ada 3 (tiga) jalur utara, tengah dan selatan kota yang dilayani oleh bis CAT (center area transit)  yang bercirikan gambar kucing hitam baik di bus maupun haltenya yaitu The Yellow CAT, the Red CAT dan The Blue CAT yang dioperasikan dari mulai jam 6.50 pagi sampai jam 6.20 sore dan beroperasi setiap 7 menit sekali “gratis” masih ditambah lagi untuk zone metropolitan walaupun naik bis regulerpun tidak dikenakan ongkos alias gratis, dalam hati penulis bertanya “kapan ya Jakarta punya kayak yang begini?”. Penulis sengaja mencoba seluruh jalur kuning, merah dan biru itung-itung tamasya keliling kota Perth dengan gratis, jalur favorit adalah jalur biru, yang melewati tempat-tempat wisata maupun daerah pertokoan dan bisnis lainnya.
Misalnya anda naik CAT biru turun di Barrack Square stasiun 18 anda akan dapat mengunjungi Swan Bell Tower, Perth Eye (yang mirip London Eye maupun Singapore Flyer) sekaligus berada di Pelabuhan Ferry yang dapat menyeberang ke Freo maupun ke Perth Zoo dan juga lokasi ini sudah ada di pinggiran Swan River yang kesohor itu.
Kamipun mencoba naik kereta api keluar kota ke Fremantle (biasa disebut Freo) dengan membeli tiket “family raider” yang berlaku untuk 2 orang dewasa dan 2 anak-anak untuk 1 hari penuh dan bisa digunakan untuk naik bis reguler juga seharga AU$ 8.40. Kondisi kereta sangat nyaman, mirip naik “MRT”  (mass rapid transfer) di Singapore, bersih nyaman dan serba eunak lainnya. Yang  unik setiap kereta akan dikawal 2 polsus ka dari mulai stasiun keberangkatan  yang mengecek karcis, dan pada saat penulis pulang dari Freo ke Perth  ada ketangkep mbakyu turis Inggris yang “lupa” beli tiket, yang dicecar pertanyaan dan langsung di proses pelanggarannya, jadi jangan sekali-kali “lupa” beli tiket kalai naik kereta di sana lho.
Cara termurah lainnya adalah sewa mobil (asal membawa SIM Internasional) sewa mobil berkisar dari AU$ 30an sampai AU$ 100an untuk mobil besar kapasitas 8 penumpang. Yang mengenakan nyetir mobil di Australia adalah aturan sama dengan di Indonesia yaitu setir kanan jalan dikiri, hanya harus hati-hati untuk memberikan kesempatan bagi kendaraan yang berasal dari sebelah kiri.
Restoran dan Cafe.
Di Perth yang saya temui ada 3 restoran Indonesia; Indonesia Indah di Murray Street, Restoran Tasik di North Bridge dan satunya Sparrow di William Street yang saya lihat tidak buka, dulu pernah ada Es Teller 77 buka cabang disana namun sudah tutup mungkin kurang menguntungkan.
Bagi yang senang “dugem” (bukan duduk gemetar) North Bridge adalah surganya ada puluhan bar disana, yang paling terkenal adalah bar “The Dean” yang selalu kepenuhan pengunjung khususnya dikala weekend, bahkan disalah satu pojokan jalan disana ada tempat nonton bareng layar lebar diudara terbuka dan ramai bila ada pertandingan favorit disana, dan lokasi ini masuk katagori “red light-nya” Perth, juga  lokasi penginapan bagi para backpacker ada disini kebanyakan. Bagi penggemar McD ada 2 tempat disekitaran Murray Street, yang satu kalau malam tempat ngumpul anak brandal tukang ribut, tukan malak (teman kami pernah kena palak disini), ada juga Jack Hungry yang sekaligus buka KFC. Restoran Italia cukup mendominasi disana sampai kepinggiran kota Perth.
Harga makanan berkisar AU$ 10 untuk satu porsi sekali makan, air minum botolan 600 ml seharga AU$ 2, selain makanan Indo yang penulis sukai, juga makanan Timteng kebab ala Turki di “Cetral Cafe” cukup pas dilidah kita harga ya kurang lebih sama.
Penduduk Perth seleranya rasional dan irit buktinya Hard Rock Cafe tidak laku alias tutup hal ini juga terjadi dikota-kota lain di Australia, demikian juga Starbuck Coffee  gak ada, mereka lebih senang tokrong minum kopi di restorant atau cafe tradisional yang tentunya dari segi harga juga lebih murah.
Masjid tua di Perth.
Penulis sempat sholat Dhuhur di Masjid Perth di William Street, mesjid ini didirikan pada tahun 1905 oleh seorang Afghan yang pada waktu itu berprofesi sebagai penunggang (sopir) unta yang bekerja di ekspedisi mengangkut barang ke daerah-daerah sekitar Perth, mesjid ini bernama Muhammadan sekaligus untuk menghormati nama beliau. Yang sayangnya persis depan mesjid ini ada night club, sebelahnya ada restoran Sparrow masakan Indo.
Di William Street ini mirip perkampungan Korea dan Jepang saking banyaknya toko maupun rumah-rumah model di Jepang, sehingga suasananya mirip bukan di Australia, tapi mirip kota pinggiran Tokyo auatu Seoul. Disini tempatnya berburu makanan maupun bumbu2 asia termasuk bumbu kare India.
Sovenir khas Australia
Belanja sovenir memang rasanya merupakan kebutuhan bagi sebagian wisatawan, yang paling banyak dicari ya; boomerang dari harga termurah AU$ 3 sampai seratusan lebih tergantung bahan maupun ukuran besarannya, kaos juga dari yang paling murah AU 5 sampai tiga puluhan, juga tersedia pernak pernik gantungan kunci, magnetit  pin untuk kulkas, topi, postcard, boneka, lukisan aborigin,  syal, dll sampai kulit kanggoru yang harganya lumayan mahal sekitar AU $ 100. hampir dapat bisa ditemui di tempat-tempat strategis sekitar obyek wisata, pertokoan, maupun dekat stasiun kereta.
Kalau hari-hari weekend anda bisa ke Freo disana ada pasar yang menyediaan sovenir dengan harga yang lebih miring.
Demikian sekilas Kota Perth semoga bermanfaat bagi yang belum pernah dan mau kesana. (bp)
Jakarta Januari 2010(*_*)


HAYMAN ISLAND

Panorama Pulau "Berkicau"
Jumat, 1 Oktober 2010 | 05:02 WIB

Hamilton Island, yang terletak di kawasan Great Barrier Reef, Australia, dikembangkan menjadi pulau penghubung sekaligus wisata bahari. Pesona alam dan dukungan infrastruktur membuat pulau ini kerap menjadi tujuan singgah kapal dan kapal wisata, Rabu (28/8).
BM Lukita Grahadyarini
Deru suara pesawat amfibi yang terbang rendah mengantar perjalanan kami menuju ke Hayman Island, pulau mungil di utara Brisbane, Queensland, Australia. Sebuah pulau eksotik yang menjadi salah satu andalan pariwisata Negeri Kangguru itu.
Cuaca siang yang cerah di akhir Agustus 2010 sungguh tepat untuk menyaksikan Hayman Island dan pulau-pulau sekitarnya yang merupakan bagian dari Kepulauan Whitsunday. Kepulauan Whitsunday, berjarak sekitar 900 mil utara Brisbane, terletak di kawasan gugusan karang penghalang besar atau Great Barrier Reef.
Dari kejauhan, Hayman Island tampak teduh berbalut hamparan pantai pasir putih. Lautnya yang biru jernih bergradasi hijau mengilap oleh pancaran matahari. Menjelang tiba di pulau itu, kami dikejutkan oleh ”atraksi” ikan paus yang berenang bebas tak jauh dari pantai.
Pesawat amfibi yang kami tumpangi mendarat di air, sebelum akhirnya menjejakkan rodanya di pangkalan pendaratan pulau itu. Dengan kereta mini, kami menyusuri jalan sempit beraspal menuju ke tempat penginapan. Semilir angin pepohonan di kiri-kanan jalan membuat udara yang bersuhu sekitar 15-20 derajat celsius itu bertambah sejuk.
Hayman Island dengan luas sekitar 400 hektar merupakan pulau yang dikelola secara eksklusif. Dengan fasilitas penginapan premium, pulau itu dikenal sebagai salah satu tujuan wisata terbaik di Australia. Fasilitas mewah di antaranya tecermin dari sarana helikopter bagi pengunjung yang ingin menyaksikan eksotisme gugusan Kepulauan Whitsunday dan Great Barrier Reef.
Pengunjung juga dapat menggunakan kapal atau pesawat amfibi dari Hayman Island untuk mendatangi Great Barrier Reef yang membentang sepanjang 2.600 kilometer di perairan terluar Australia. Dengan kapal, misalnya, waktu tempuh ke Great Barrier Reef sekitar satu jam.
Potensi bahari Hayman Island dikemas apik untuk olahraga air, di antaranya snorkeling, menyelam, ski air, ataupun tube ride. Selain itu, berwisata laut dengan menggunakan kayak dan perahu layar.
Kekayaan lautnya dimanfaatkan untuk wisata pemancingan.
Pada waktu-waktu tertentu saat perairan sedang hangat, seperti bulan September-Februari, ikan-ikan pelagis, seperti black marlin dan tuna sirip biru, kerap berkumpul dan menjadi obyek wisata yang menarik.
Restoran di pinggir pantai menjadi pilihan favorit pengunjung resor untuk bersantai dan menikmati alam. Panorama pantai terasa semarak dengan kicau burung yang beterbangan bebas dan kerap hinggap di sudut-sudut restoran ataupun meja makan. Terpukau oleh panorama pantai ”berkicau” itu, tiba-tiba seekor burung kakaktua jambul kuning yang melintas menyambar hidangan di meja saya.
Sarah, karyawan di Hayman Island, menuturkan, pada musim liburan, resor itu menjadi pilihan bagi pelancong dari berbagai negara yang ingin berlibur ataupun berbulan madu.
Meski banyak diminati, perjalanan wisata ke Hayman Island bukan tergolong murah. Untuk mencapai Hayman Island, pengunjung harus naik pesawat dari Brisbane menuju Hamilton Island dengan tarif sekali jalan berkisar 200 dollar Australia per orang. Dari Hamilton Island, transportasi ke Hayman Island dilanjutkan dengan menyewa pesawat amfibi berkapasitas maksimum enam orang seharga 750 dollar Australia atau naik kapal dengan tarif 150 dollar Australia per orang sekali jalan; 1 dollar Australia setara Rp 8.000.
Hayman Island bukanlah satu-satunya pulau di Kepulauan Whitsunday yang digarap untuk wisata bahari. Dari total 74 pulau pada gugusan Kepulauan Whitsunday, ada delapan pulau yang dikembangkan untuk tujuan wisata.
Pulau lain yang telah dikelola untuk tujuan wisata meliputi Daydream Island, Dent Island, Hamilton Island, Hook Island, Lindeman Island, Long Island, and South Molle. Pengunjung juga dimungkinkan mendatangi pulau tak berpenghuni dengan menyewa kapal wisata.
Keseriusan wisata bahari
Pengembangan industri wisata bahari di kawasan Great Barrier Reef memegang peranan penting dalam perekonomian Australia. Dari total wisatawan yang berkunjung ke Queensland, sebagian besar merupakan wisatawan bahari ke kawasan Great Barrier Reef.
Tumbuhnya industri wisata bahari mendorong berkembangnya operator layanan jasa wisata, seperti penyewaan kapal feri, katamaran, kapal wisata, helikopter, usaha pemancingan, hingga olahraga air. Di Queensland, misalnya, terdapat lebih dari 900 operator wisata bahari dengan ribuan kapal wisata.
Pulau-pulau kecil tersebut juga dimanfaatkan menjadi ajang berkumpul dan kompetisi kapal layar. Iring-iringan kapal layar Marine Club pada akhir Agustus lalu menjadi hiburan segar para pengunjung ataupun penumpang pesawat yang sedang transit di bandara kecil Hamilton Island sebelum melanjutkan perjalanan ke pulau lainnya.
Kekayaan biodiversitas, perairan yang jernih, ditambah fasilitas dan akses yang memadai menjadikan kepulauan Australia itu tujuan wisata yang sangat populer. Pada 2003, misalnya, sumbangan pendapatan dari wisata bahari Australia mencapai 4,2 miliar dollar Australia.
Keseriusan promosi wisata bahari pantai timur laut Australia sudah tampak sejak di Bandara Brisbane dengan banyaknya brosur dan pamflet mengenai obyek wisata bahari di Australia.
Meski pulau-pulau kecil di perairan terluar itu dimanfaatkan untuk tujuan wisata, mekanisme pengawasan terhadap habitat laut tetap dijalankan oleh Great Barrier Reef Marine Park. Pengunjung pulau tak berpenghuni yang ingin menginap, misalnya, wajib mendapat izin dari National Parks Office.
Keunggulan Hayman Island dan Hamilton Island terasa menggelitik hati tatkala mengingat Indonesia. Dengan panjang garis pantai 81.000 kilometer dan jumlah pulau lebih dari 17.500 pulau, Indonesia sejatinya memiliki kekayaan bahari yang potensial dikembangkan.
Sayangnya, pengelolaan sebagian pulau di Indonesia kerap terganjal infrastruktur, transportasi, pengawasan, ataupun promosi yang tidak memadai. Belum lagi, pemanfaatan pulau secara eksklusif kerap ditentang karena tak memberikan imbal balik bagi penduduk lokal, juga tertutupnya ruang gerak nelayan lokal.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan yang berkunjung ke Hayman Island mengakui, keindahan pulau-pulau di Indonesia tak kalah hebat dibandingkan dengan Hayman Island. Hanya saja, potensi bahari itu belum dikelola secara serius. ”Ke depan, sudah saatnya mendorong pemanfaatan pulau di Indonesia untuk wisata bahari,” ujar Gita.
Pikiran saya pun melayang ke Wakatobi di Sulawesi Tenggara dengan atol tunggal terumbu karang sepanjang 48 km, Raja Ampat di Provinsi Papua Barat, Kepulauan Nias, dan obyek wisata menakjubkan lainnya di Indonesia. Andai saja potensi bahari itu digarap serius, barangkali akan mendunia, menyerap lapangan kerja, dan mendatangkan pendapatan bagi negara.
(*_*)

Tidak ada komentar: